CESTODA
CESTODA
CESTODA
1. Hymenolepis Nana
a. Morfologi
Dari golongan Cestoda yang ditemukan pada manusia, cacing ini mempunyai ukuran
terkecil. Panjangnya 25-40 mm dan lebarnya 1 mm. Ukuran strobila biasanya berbanding
terbalik dengan jumlah cacing yang ada dalam hospes. Skoleks berbentuk bulat kecil,
mempunyai 4 buah batil isap dan rostelum yang pendek dan berkait-kait. Bagian leher
panjang dan halus. Strobila dimulai dengan proglotid imatur yang sangat pendek dan sempit,
lebih ke distal menjadi lebih lebar dan luas. Pada ujung distal, strobila membulat.
Telur berbentuk bulat lonjong. Ukurannya 30X47 mikron, berdinding tipis tapi pada
kutub-kutub menebal. Dapat keluar 4 8 filamen dari kutub-kutubnya. Telur Hymenolepis
Nana berisi embrio heksakan (embrio dengan 3 pasang kait).
b. Hospes dan Distribusi
Hospesnya adalah manusia dan tikus. Cacing ini menyebabkan penyakit
himenolepiasis.
Penyebarannya kosmopolit, lebih banyak didapat di daerah dengan iklim panas
daripada iklim dingin dan juga ditemukan di Indonesia.
c. Perkembangbiakan
Telur keluar dari proglotid paling distal yang hancur. Bentuknya lonjong, ukuran 3047 mikron, mempunyai lapisan yang jernih dan lapisan dalam yang mengelilingi sebuah
onkosfer dengan penebalan pada kedua kutub. Dari masing-masing kutub keluar 4-8 filamen.
Dalam onkosfer terdapat 3 pasang duri (kait) yang berbentuk lanset. Cacing dewasa hidup
dalam usus halus untuk beberapa minggu. Proglotid gravid melepaskan diri dari badan,
telurnya dapat ditemukan dalam tinja.
d. Patologi dan Gejala Klinis
H. nana biasanya tidak menyebabkan gejala. Jumlah yang besar dari cacing yang
menempel di dinding usus halus menimbulkan iritasi mukosa usus. Kelainan yang sering
timbul adalah toksemia umum karena penyerapan sisa metabolit parasit masuk ke dalam
sistem peredaran darah penderita. Pada anak kecil dengan infeksi berat, cacing ini kadang-
kadang menyebabkan keluhan neurologi yang gawat, mengalami sakit perut dengan atau
tanpa diare, kejang-kejang, sukar tidur dan pusing. Eosinofilia sebesar 8-16%. Sakit perut,
diare, obstipasi dan anoreksia merupakan gejala ringan.
2. Cacing Oxyuris vermicularis
a. Morfologi
Cacing betina berukuran 8-13 mm 0,4 mm. Pada ujung anterior ada pelebaran
kutikulum seperti sayap yang disebut alae. Bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan
runcing. Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh telur. Cacing jantan berukuran 2-5
mm, juga mempunyai sayap dan ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti tanda tanya
(?); spikulum pada ekor jarang ditemukan.
b. Hospes dan Distribusi
Manusia adalah satu-satunya hospes cacing ini dan penyakitnya disebut enterobiasis
atau oksiuriasis.
Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin daripada di
daerah panas. Hal itu mungkin disebabkan pada umumnya orang di daerah dingin jarang
mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini juga ditunjang oleh eratnya
hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya serta lingkungan yang sesuai.
c. Perkembangbiakan
Cacing betina yang gravid mengandung 11.000 15.000 butir telur, berimigrasi ke
daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan vaginanya. Telur jarang
ditemukan di dalam tinja. Telur berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi (asimetrik).
Dinding telur bening dan agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang. Telur menjadi
matang dalam waktu 6 jam setelah dikeluarkan. Telur resisten terhadap desinfektan dan udara
dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari.
Kopulasi cacing jantan dan betina terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah
kopulasi dan cacing betina masti setelah bertelur.
d. Patologi dan Gejala Klinis
Enterobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang berarti. Gejala
klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus, perineum dan vagina oleh cacing
betina gravid yang berimigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus
lokal. Karena cacing berimigrasi ke daerah anus dan menyebabkan pruritus ani, maka
penderita menggaruk daerah sekitar anus sehingga timbul luka garuk di sekitar anus. Keadaan
ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi
lemah.
Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal
sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di daerah
tersebut.
Cacing betina gravid mengembara dan dapat bersarang di vagina dan tuba falopii
sehingga menyebabkan radang di saluran telur.
Beberapa gejala infeksi Enterobius vermicularis yaitu kurang nafsu makan, berat
badan turun, aktivitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi menggeretak, insomnia dan
masturbasi.
3. Telur cacing tambang
a. Morfologi
Telur cacing tambang berukuran kurang lebih 55 x 35 mikron, bentuknya bulat oval
dengan selapis dinding yang transparan dari bahan hialin. Sel telur yang belum berkembang
tampak seperti kelopak bunga. Dalam perkembangan lebih lanjut dapat berisi larva yang siap
untuk ditetaskan.
4. Cacing Tambang (Necator Americanus)
F. Morfologi
Cacing tambang berupa putih keabu-abuan dan sedikit melengkung serta berukuran
panjang 5-13 mm menyerupai huruf S. Bagian mulutnya terdapat kitin. Cacing jantan
mempunyai bursa kopulatriks pada bagian ekor, sedangkan pada betina ekornya runcing.
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat pada
mukosa dinding usus. Cacing betina N. Americanus tiap hari mengeluarkan 5000-10.000 butir
telur.
G. Hospes dan Distribusi
Cacing tambang adalah cacing parasit (nematoda) yang hidup pada usus kecil
hospesnya, yaitu manusia.
Necator Americanus banyak ditemukan di Amerika, Sub-Sahara Afrika, Asia
Tenggara, Tiongkok, dan Indonesia. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh
cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembap, dengan
tingkat kebersihan yang buruk. Terutama di seluruh daerah khatulistiwa dan di tempat lain
dengan keadaan sesuai, misalnya di daerah pertambangan dan perkebunan. Prevalensi di
Indonesia tinggi, terutama di daerah pedesaan sekitar 40%.
H. Perkembangbiakan
Telur > larva rhabditiform > Larva filariform > melalui telapak kaki >
peredaran darah > jantung > paru-paru > faring > tenggorokan > usus
(larva) > usus (cacing dewasa)
Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari keluarlah
larva rabdatiform. Dalam waktu 3 hari larva rabdatiform tumbuh menjadi larva filariform
yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah.
I. Patologi dan Gejala Klinis
Cacing tambang menyebabkan penyakit Ankilostomiasis dan nekatoriasis. Gejala :
1. Stadium larva:
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit
yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan.
2. Stadium Dewasa
Gejala tergantung padaspesies dan jumlah cacing serta keadaan gizi penderita. Tiap
cacing N. Americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 0,1 cc perhari.
Pada infeksi kronik atau infeksi berat terjadi anemia hipokrom mikrositer.
Cacing
a. Morfologi
Hanya cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan yeyunum.
Cacing betina berbentuk filiform, halus, tidak berwarna, semi transparan dengan kutikulum
yang bergaris halus. Ukurannya 2,200,04 mm.
b. Hospes dan distribusi
Manusia merupakan hospes utama cacing ini. Terdapat di daerah tropik dan
subtropik, sedangkan di daerah beriklim dingin jarang ditemukan.
c. Perkembangbiakan
Cara berkembangbiaknya diduga secara partenogenesis. Telur bentuk parasitik
diletakkan di mukosa usus, kemudian telur tersebut menetas menjadi larva rabdatiform yang
masuk ke rongga usus serta dikeluarkan bersama tinja.
d. Patologi dan Gejala Klinis
Bila larva filariform dalam jumlah besar menembus kulit, timbul kelainan yang
dinamakan creeping eruption yang sering disertai rasa gatal yang hebat.
Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus halus. Infeksi ringan
Strongyloides pada umumnya terjadi tanpa diketahui hospesnya karena tidak menimbulkan
gejala. Infeksi sedang dapat menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk-tusuk di daerah
epigastrum tengah dan tidak menjalar. Mungkin mual dan muntah, diare dan konstipasi saling
bergantian. Pada strongiloidiasis dapat terjadi autoinfeksi dan hiperinfeksi. Pada hiperinfeksi
cacing dewasa yang hidup sebagai parasit dapat ditemukan di seluruh traktus digestivus dan
larvanya dapat ditemukan di berbagai alat dalam (paru, hati, kandung empedu).
6. Clonorchis sinensis (Latin: Opisthorchis sinensis)
a. Morfologi
Cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadang-kadang ditemukan di saluran
pankreas. Ukuran cacing dewasa 10-25 mm 3-5 mm, bentuknya pipih, lonjong, menyerupai
daun.
Telur berukuran kira-kira 3016 mikron, bentuknya seperti bola lampu pijar dan
berisi mirasidium, ditemukan dalam saluran empedu.
b. Hospes dan Distribusi
Hospes dari parasit ini ialah Manusia, kucing, anjing, beruang kutub dan babi.
Penyakit yang disebabkannya disebut klonorkiasis.
Cacing ini ditemukan di Cina, Jepang, Korea dan Vietnam. Penyakit yang ditemukan
di Indonesia bukan infeksi autokton.
c. Perkembangbiakan
Telur dikeluarkan dengan tinja. Telur menetas bila dimakan keong air (Bulinus,
Semisulcospira). Dalam keong air, mirasidium berkembang menjadi sporokista, redia lalu
serkaria. Serkaria keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II, yaitu ikan (Famili
Cyprinidae). Setelah menembus tubuh ikan, serkaria melepaskan ekornya dan membentuk
kista dalam kulit di bawah sisik. Kista ini disebut metaserkaria.
d. Patologi dan Gejala Klinis
Sejak larva masuk di saluran empedu sampai menjadi dewasa, parasit ini dapat
menyebabkan iritasi saluran empedu dan penebalan dinding saluran. Selain itu dapat terjadi
perubahan jaringan hati berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul sirosis
hati disertai asites dan edema.
Luasnya organ yang mengalami kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang
terdapt di saluran empedu dan lamanya infeksi.
Gejala dapat dibagi menjadi 3 stadium. Pada stadium ringan tidak ditemukan
gejala. Stadium progresif ditandai dengan menurunnya nafsu makan, perut rasa penuh,
diare, edema dan pembesaran hati. Pada stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal
yang terdiri atas pembesaran hati, ikterus, asites, edema, sirosis hepatis. Kadang-kadang
dapat menimbulkan keganasan dalam hati.
7. Fasciola Hepatica
a. Morfologi
Cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya 30 13 mm.
Bagian anterior berbentuk seperti kerucut dan pada puncak kerucut terdapat batil isap mulut
yang besarnya 1 mm, sedangkan pada bagian dasar kerucut terdapat batil isap perut yang
besarnya 1,6 mm. Saluran pencernaan bercabang-cabang sampai ke ujung distal sekum.
Testis dan kelenjar vitelin juga bercabang-cabang. Telur cacing ini berukuran 140 90
mikron.
b. Hospes dan Distribusi
Hospes cacing ini adalah kambing dan sapi. Kadang-kadang parasit ini dapat
ditemukan pada manusia. Penyakit yang ditimbulkan disebut fasioliasis.