Dislokasi Panggul
Dislokasi Panggul
Dislokasi Panggul
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Bahan bahasan:
Cara membahas:
Tinjauan Pustaka
Diskusi
Data pasien:
Nama klinik: RSUD Datu Beru
Riset
Nama: Tn. B
Telp: (-)
Kasus
Email
Nomor Registrasi: 02 01 58 07
Terdaftar sejak: 7 Nov 2013
Audit
Pos
ini pasien mengeluhkan nyeri dipaha kanan dan panggul kanan, sulit digerakkan, bengkak dan terasa panas.
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum mengkonsumsi obat apapun.
Riwayat kesehatan/penyakit:
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat keluarga:
Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama.
Riwayat pekerjaan: Petani
Pemeriksaan Fisik
STATUS PRESENT
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Tekanan Darah
: 130/90 mmHg
4. Nadi
: 86x/menit, reguler
5. Frekuensi Nafas : 22x/menit
6. Temperatur
: 37o C
II. STATUS GENERAL
A. Kulit
Warna
: Sawo matang
Turgor
: Kembali cepat
Sianosis
: (-)
Oedema
: (-)
B. Kepala
Mata
Telinga
Hidung
: Cekung (-), refleks cahaya (+/+), konj. Palp inf pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
: Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
: Sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-/-)
C. Mulut
Bibir
Lidah
Mukosa
: Basah (+)
Tenggorokan
Faring
: Hiperemis (-)
D. Leher
Bentuk
: Kesan simetris
E. Axilla
F. Thorax
1. Thoraks depan
Inspeksi
Bentuk dan Gerak
: Normochest,
pergerakan simetris.
Tipe pernafasan
: Thorako-abdominal
Retraksi
: (-)
Palpasi
Stem premitus
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap.Paru bawah
Paru kanan
Normal
Normal
Normal
Paru kiri
Normal
Normal
Normal
Perkusi
Lap. Paru atas
Paru kanan
Sonor
Paru kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru kanan
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Paru kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru kiri
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Auskultasi
Suara pokok
Lap. Paru atas
Lap.Paru tengah
Lap.Paru bawah
Suara tambahan
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
2. Thoraks Belakang
Inspeksi
Bentuk dan Gerak
: normochest,
pergerakan simetris.
Tipe pernafasan
: thorako-abdominal
Retraksi
: interkostal (-)
Palpasi
Stem premitus
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap.Paru bawah
Paru kanan
Normal
Normal
Normal
Paru kiri
Normal
Normal
Normal
Perkusi
Lap. Paru atas
Lap. Parutengah
Paru kanan
Sonor
Sonor
Paru kiri
Sonor
Sonor
Lap.Paru bawah
Sonor
Sonor
Suara pokok
Lap. Paru atas
Lap.Paru tengah
Lap.Paru bawah
Paru kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Suara tambahan
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
Paru kanan
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Paru kiri
Rh(-),Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Auskultasi
G. Jantung
- Inspeksi
Batas atas
Auskultasi
H. Abdomen
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
I. Genetalia
: Tidak dilakukan pemeriksaan
J. Anus
: Hemoroid (-)
K. Panggul
:
Inspeksi : Sendi panggul dalam posisi eksorotasi, ekstensi dan abduksi. Tungkai tidak mengalami pemendekan karena
perlekatan musculus rectus femoris mencegah caput femur bergeser ke proksimal.
Palpasi : Teraba caput femur pada panggul dan nyeri.
ROM (Range Of Movement) : Terbatas dan nyeri jika digerakkan.
L. Ekstremitas
Ekstremitas
Sianotik
Edema
Ikterik
Gerakan
Tonus otot
Sensibilitas
Atrofi otot
Superior
Kanan
Kiri
+
Terbatas
Aktif
Berkurang
Normotonus
N
N
-
Inferior
Kanan
Kiri
Aktif
Aktif
Normotonus Normotonus
N
N
-
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium (7 Nov 2013)
Jenis pemeriksaan
Darah Rutin
Haemoglobin
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
13,8 gr/dl
Leukosit
3,9-10,4.103/ul
Trombosit
297 x 103 / ul
148-382.103/ul
Hematokrit
30,8 %
32,5-49,4%
Clotting Time
4-15
Bleeding Time
3-7
Gol. Darah
DIAGNOSA SEMENTARA
Dislokasi anterior panggul dextra
V. PLANNING
1. Penatalaksanaan awal
2. Rawat di Ruang Bedah Pria
VI.
PENATALAKSANAAN
UMUM
-
Tirah baring
VII.
KHUSUS
IVFD RL 20 ggt/i
Injeksi cefotaxim 1gr/12 jam
Injeksi ranitidine 1amp/12jam
Injeksi keterolak 1 amp/8 jam
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanactionam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
Daftar Pustaka:
1. Penanganan non-operatif dislokasi diakses pada http://www.id.wordpress.com/tag/bedah/orthopedi/penanganannon-oeratifdislokasi
diakses pada tanggal 15 Juli 2013.
2. Traumatic hip dislocation in adults diakses pada http://www.189.abstract.htm diakses pada 15 Juli 2013.
3. Koval KJ, Zuckerman JD, Handbook of fracture. Edisi III. Penerbit Lippincott Williams & Wilkins. 2006.
4. Laporan kasus dislokasi hip diakses pada http://www.astosit.blogspot.com/2010/09/laporan-kasus-dislokasi-hip.html diakses pada
15 Juli 2013.
5. Apley AG. Osteonecrosis of the hips. In: Apleys System of Orthopaedics and Fractures, 8 th Ed. Oxford: BH Co.2001.
6. Gustilo RB. Fracture dislocation of the hip. In: Fractures and Dislocations. Philadelphia: Mosby 1993.
7. Salter RB. Traumatic dislocation and fracture dislocation of the hip. In: Textbook of Disorders and Injuries of Musculoskeletal
System, 3 rd ed. New York: Churchill Livingstone.1999.
8. John T. Gorczyca, MD dalam Hip Dislocations and Femoral Head Fractures University of Rochester Medical Center Created
March 2004; Revised January 2006.
Joint Reduction, Hip Dislocation, Posterior diakses pada http://www.emedicine.medscape.com diakses pada tanggal 15 Juli 2013
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui cara mendiagnosa dislokasi panggul
2. Mengenal komplikasi yang akan ditimbulkan
3. Mengetahui penatalaksaan yang tepat
Rangkuman
1. Subjektif:
Pasien datang keluhan nyeri dipaha kanan dan panggul kanan sejak 3 hari SMRS. Sebelumnya pasien terpeleset dikamar mandi. Saat ini
pasien mengeluhkan nyeri dipaha kanan dan panggul kanan, sulit digerakkan, bengkak dan terasa panas.
2. Objektif:
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sangat mendukung untuk mendiagnosa dislokasi panggul. Pada kasus ini
diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Gejala klinis berupa nyeri di antara paha kanan dan panggul sebelah kanan sejak 3 hari SMRS, sulit digerakkan, bengkak dan terasa
femur dan mendorong caput femur ke belakang (Dashboard injury) atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu dengan derjat
fleksi paggul bervariasi 1,3
2. Tipe Dislokasi Anterior
Dislokasi anterior terjadi sekitar 10-15% pada dislokasi panggul traumatik, Caput femur berada di daerah membrane obturator Pubik;
caput femur bergeser ke antero-superior sepanjang ramus superior os pubis. Pada cedera ini pederita biasanya terjatuh dari suatu tempat
tinggi dan menggeserkan kaput femur di depan asetabulum. Mengakibatkan rotasi eksterna dan abduksi panggul.
3. Tipe Dislokasi Sentral
Pada keadaan ini ditemukan fraktur kominutif bagian sentral asetabulum dimana terjadi perpindahan caput femur dan fragmen
acetabulum ke dalam panggul. Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dan arah samping sehingga trauma ditransmisikan lewat
trokanter mayor mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput femors masuk ke rongga pelvis.1,4
Tipe Dislokasi Kongenital
Dislokasi kongenital adalah suatu fase dari berbagai ketidakstabilan pinggul pada bayi-bayi yang baru lahir. Biasanya pada saat
kelahiran, pinggul benar-benar stabil dan dipertahankan berfleksi sebagian. Tetapi, kadang-kadang sendi tak stabil dalam arti bahwa sendi itu
berdislokasi atau dapat berdislokasi-artinya meskipun biasanya berada di tempatnya, sendi itu dengan mudah dapat dibuat berdislokasi
dengan manipulasi perlahan-lahan.6
4. Plan:
Diagnosis: Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien dapat didiagnosis dislokasi anterior
panggul dextra.
Penatalaksanaan:
Terapi dilakukan dengan membaringkan penderita di lantai dan lakukan anestasi. Dengan melakukan pengamatan secara cermat,
suruh seorang asisten menarik pelvisnya dengan kuat sepanjang manuver pada SIAS. Pegang tungkai penderita dan bengkokkan panggul
dan lutut sampai 90o. Rotasikan tungkainya ke posisi netral. Hal ini akan mengubah dislokasi anterior menjadi posterior. Tarik tungkai
penderita terus menerus ke atas agar dapat mengangkat kaput femur ke dalam asetabulum.9
Jika panggul tidak dapat direduksi, turukan tungkainya ke lantai ketika sedang mempertahankan reduksi. Jika panggul masih tidak
dapat direduksi, maka gunakan traksi sesuai dengan arah deformitas (fleksi dan adduksi). Saat mempertahankan traksi, angkat tungkainya
pada posisi vertikal agar dapat membawa kaput femur pada tepi anterior asetabulum. Sekarang, dengan masih mempertahankan traksi,
rotasikan tungkai ke internal dan turunkan pahanya menjadi posisi yang diekstensikan.9
Jika panggul masih tidak dapat direduksikan, suruh seorang asisten terus memegang pelvis dengan kuat. Suruh asisten kedua berdiri di
depannya dan menarik dengan kuat sesuai dengan arah femur. Abduksikan panggul yang normal dan letakkan tumit anda tanpa sepatu pada
tempat kaput femur yang anda pikirkan. Kemudian tekan ke arah posterolateral hingga kaput masuk ke dalam socket dengan bunyi debam.
Jika gagal, rujuk untuk dilakukan reduksi terbuka. Setelah dilakukan reduksi diperlukan perawatan lebih lanjut, pertahankan penderita di
tempat tidur hingga ia dapat mengontrol panggulnya kembali. Kemudian biarka ia berdiri dan menahan beban berat. Amati kaput femur
terhadap nekrosis aseptik.9
Pendidikan: dilakukan pada pasien dan keluarga pasien untuk memahami kondisi penyakit pasien sehingga dapat membantu penyembuhan
pada pasien dan tetap member dukungan kepada pasien.
Konsultasi: konsultasi lebih lanjut ke ahli bedah ortopedi dan rehab medik untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut dan mencegah
komplikasi.