Leprosy
Leprosy
Leprosy
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leprosy atau lepra merupakan suatu penyakit yang umum terjadi di
masyarakat dunia, dimana leprosy atau lepra ini menyerang orang yang
mempunyai tingkat sosial ekonomi yang rendah. Hal itu terjadi karena
pada orang yang tingkat sosial ekonomi rendah ini tidak peduli dengan
kesehatannya. Dengan kata lain indonesia yang masih negara berkembang
dan mempunyai sosial ekonomi yang rendah ini merupakan negara dengan
tingkat penyakit leprosy atau lepra yang tinggi.
Leprosy atau lepra merupakan sebuah penyakit infeksi kronis yang
disebabkan oleh Mycobacterium leprae, sebuah basilus tahan asam yang
menunjukkan tropisme khas untuk kulit dan saraf-saraf perifer. Kusta
masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di berbagai
belahan dunia. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan
mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain
kecuali susunan saraf pusat.
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa definisi, etiologi, faktor- faktor yang mempengaruhi,
klasifikasi, patogenesis, dan pemeriksaan leprosy?
2 Bagaimana manifestasi leprosy pada rongga mulut?
3 Bagaimana penatalaksanaan leprosy yang baik?
1.3 Tujuan
1 Mampu mengetahui dan memahami definisi, etiologi, faktor- faktor
yang mempengaruhi, klasifikasi, patogenesis dan pemeriksaan
2
leprosy.
Mampu mengetahui dan memahami manifestasi leprosy pada
rongga mulut.
Mampu mengetahui dan memahami penatalaksanaan leprosy.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Leprosy
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyakit Leprosy
3.1.1
Definisi Leprosy
Leprosy atau lepra merupakan penyakit kronik yang
disebabkan oleh bakteri Myobacterium Leprae yang pertama kali
menyerang syaraf tepi yang selanjutnya dapat menyerang kulit,
dapat
kusta
lebih
kecil
terjadi
pada
anak.
antigen
tuberculosis.
Klasifikasi Leprosy
non
M.
leprae
seperti
M.
Setelah
seseorang
didiagnosa
leprosy,
maka
tahap
3. Klasifikasi WHO
a. Tipe PB (Pausibasiler)
Kusta tipe PB adalah penderita kusta dengan Basil Tahan Asam
(BTA) pada sediaan apus, yakni tipe I (Indeterminate), TT
(tuberculoid) dan BT (borderline tuberculoid) menurut kriteria
Ridley dan Jopling dan hanya mempunyai jumlah lesi antara 1-5
pada kulit. Kusta tipe PB adalah tipe kusta yang tidak menular.
kriteria Ridley dan Jopling dengan jumlah lesi 6 atau lebih dan
skin smear positif. Kusta tipe MB adalah tipe yang dapat menular.
3.1.5
secara
kimiawi.
Karena
makrofag
gagal
M Leprae
APC
Signal 1
TCR MHC
Signal 2
Sitokin perm molekul konstimulator
Aktifasi
TNF dan IL 2
To
Th1
Th2
Makrofag
aktif
Kenal + Tdk
kenal
Saraf Rusak
Jar Fibrous
Makrofag
kerja
Lama Kelamaan
Membesar
Sel epiteloid
Granuloma
Penebalan Saraf
Tepi
Kerusakan
Otonom
Kulit kering ,
Tebal
Motorik
Lemah otot
Sensorik
Mati rasa
Pemeriksaan Leprosy
a. Pemeriksaan Raba pada Bercak Kulit
Sebelum pemeriksaan seorang
dokter
harus
telah
particle
imun
seluler
terhadap
M.
leprae,
Pada anak 10-15 tahun, dosis rifampisin 450 mg, dan DDS 50
mg.
2. Terapi pada Pasien MB:
Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat
diminum di depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul rifampisin @
300mg (600mg), 3 tablet lampren (klofazimin) @ 100mg
berat badan:
Rifampisin: 10-15 mg/kgBB
Dapson: 1-2 mg/kgBB
Lampren: 1 mg/kgBB
3. Obat penunjang (vitamin/roboransia) dapat diberikan vitamin B1, B6,
dan B12.
4. Tablet MDT dapat diberikan pada pasien hamil dan menyusui. Bila
pasien juga mengalami tuberkulosis, terapi rifampisin disesuaikan
dengan tuberkulosis.
5. Untuk pasien yang alergi dapson, dapat diganti dengan lampren,
untuk MB dengan alergi, terapinya hanya 2 macam obat (dikurangi
DDS).
DAFTAR PUSTAKA
Prawoto. 2008. Faktor - Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Terjadinya
Reaksi Kusta. Semarang
Menkes. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta: Menkes
Tampin, Mary. 2002. Bagaimana Mendiagnosis Dan Mengobati Lepra. London:
ILEP