Laporan Kompos Cair
Laporan Kompos Cair
Laporan Kompos Cair
PENDAHULUAN
pupuk mencapai 15 t/ha. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk sejumlah itu diperlukan
pemeliharaan 24-28 ekor domba/kambing atau 3-4 ekor sapi. Pupuk cair organik merupakan
salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk cair organik kebanyakan
diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro
dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Oleh karena itu,
pada kegiatan praktikum mata kuliah Bioteknologi kali ini dilakukan pembuatan pupuk cair
organik dari bahan-bahan sisa atau limbah pertanian.
I.2 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
I.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mempraktikkan cara pembuatan pupuk kompos cair dari sampah
organik.
2. Menambah pengetahuan tentang pembuatan pupuk kompos cair
3. Mengaplikasikan teori yang diterima dengan praktek dalam kehidupan sehari - hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II-2
mengalami proses fermentasi sebelum digunakan. c. Pupuk cair disimpan dalam kondisi aerob
dan dilakukan perlakuan tertentu sebelum digunakan. d. Pupuk cair disimpan secara anaerob dan
dilakuakn perlakuan tertentu sebelum digunakan (Sutanto, 2002).
Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara,
tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat.
Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah
dan tanaman walaupun sesering mungkin digunakan. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan
pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan
oleh tanaman. Pupuk cair dikatakan bagus dan siap diaplikasikan jika tingkat kematangannya
sempurna. Pengomposan yang matang bisa diketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk
fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak bercak putih pada
permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan
dengan bau yang menyengat (Purwendro dan Nurhidayat, 2007).
II.2 Prinsip Pembuatan kompos
o Menjaga kelembaban karena berperanan penting dalam proses pembuatan kompos dan
mutukompos.Kelembaban optimum adalah 50 60 %.Rendahnya kelembaban udara
menurunkan proses penguraian , bila terlalu tinggi menghambat aliran udara.
o Pembalikan diperlukan agar kompos tidak kekurangan udara dan mempercepat proses
penguraian.Proses penguraian akan berjalan lambat jika kompos kekurangan udara.
o Peneduhan Agar proses penguraian bahan organik berlangsung sempurna usahakan
tempat pembuatan kompos terlindung dari hujan dan sinar matahari secara
langsung.Karenanya tempat kompos perlu dibuatkan pelindung.
II.3 Pemanfaatan Pupuk Organik Cair
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif
menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat
rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh
produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat
bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran
lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik
II-4
dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi
lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan
kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik
terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap
perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke
dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk
menjadi humus.
Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah
sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.
Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber
energi dan hara bagi mikroba. Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer
menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini memengaruhi
penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan karbon dan
nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifatsifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk
organik memiliki fungsi kimia yang penting, yaitu sebagai penyedia hara makro seperti nitrogen,
fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium,
mangan, dan besi.
Meskipun jumlahnya relatif sedikit, unsur hara makro dan mikro tersebut sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,apa lagi bagi pencinta tanaman hias, Banyak para
pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan presentase kandungan
N, P dan K yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja atau dewasa/indukan.
Nitrogen ( N ) berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
-Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri -Berfungsi untuk sintesa asam amino
dan protein dalam tanaman -Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau daun, panjang
daun, lebar daun,) dan pertumbuhan vegetatif batang ( tinggi dan ukuran batang). -Tanaman yang
kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun
sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
II-5
dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba
akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi
berjalan lambat.
2. Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area
dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak
antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan
lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar
bahan
(porositas).
Untuk
meningkatkan
luas
permukaan
dapat
dan
udara.
Udara
akan
mensuplay
Oksigen
untuk
proses
Ada
pH
(pengasaman),
sedangkan
produksi
amonia
dari
8.
II-8
9.
yang
termasuk
kategori
ini.
Logam-logam
berat
akan
dan
dengan
atau
tanpa
penambahan
aktivator
II-9
BAB III
METODOLOGI KEGIATAN
III.1 Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal
Waktu
Lokasi
III.2 Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
III.3 Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Komposter
Kulit Buah ( 2 kg)
Sayur sayuran ( 1 kg)
Larutan Aktivator EM4 (2,5 liter)
Air Sumur 5 liter
Larutan gula (500 gram)
II-10
II-11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Hasil Panen Kompos
Pengamatan fisik
Warna
Bau
ket
-
Hijau dan
Warna:
campuran kulit
Coklat
buah
2
SNI
Masih sama
dengan Minggu
kekuning
Belum berbau
an
Bau:
pertama
II-12
Mulai berwarna
Belum berbau
pekat
4
Berwarna
Berbau
Belum berbau
kekuningan
5
Berwarna
Berwarna pekat
Mulai Timbul
hewan-hewan kecil
Timbul hewanhewan kecil
Belum berbau
kekuningan
6
Tidak
Timbul hewan
hewan kecil
Sedikit berbau
kecoklatan
Mulai timbul
gelembung
gelembung,
teksturnya kasar dan
encer.
Berwarna coklat
Mulai berbau
kekuningan
menyengat/kecut
Berwarna coklat
Berbau busuk
kekuningan
9
10
11
Banyak Timbul
hewan-hewan kecil
Timbul hewan
hewan kecil
Berwarna pekat
Berbau
Timbul hewan
kecoklatan
busuk/kecut
Berwarna pekat
Berbau
kecoklatan
busuk/menyengat
Berwarna pekat
Berbau sangat
Timbul banyak
kecoklatan
busuk
hewan hewan
hewan kecil
Timbul banyak
hewan-hewan kecil
kecil
12
Berwarna pekat
Berbau sangat
kecoklatan
busuk
Teksturnya kasar
dan encer.
II-13
Rata-rata
pengukuran
suhu (0C)
Keterangan
27 September 2014
30
31 September 2014
30
4 November 2014
32
13 November 2014
35
21 November 2014
37
Mengalami peningkatan
25 November 2014
34
3 Desember 2014
30
12 Desember 2014
30
16 Desember 2014
27
o Total Kalkulasi Hasil kompos yang telah dipanen dalam kemasan botol
14 botol aqua (600 ml)
=
8400 ml
1 botol pocari sweat (350 ml) =
350 ml
1 botol (250 ml)
=
250 ml
1 botol (300 ml)
=
300 ml
1 botol coca cola (425 ml) =
425 ml
1 botol minute maid (330 ml) =
330 ml +
10055 ml = 10,055 liter
IV.2 Pembahasan
Pada minggu kepertama daun dan kulit buah masih tampak segar, berwarna hijau, dan
belum tampak adanya aktivitas mikroorganisme sama sekali. Suhu juga masih normal.
Pada minggu ketiga, warnanya mulai pekat, dan telah tampak aktivitas mikroorganisme
disertai dengan peningkatan pH.
Pada minggu kelima, mengalami peningkatan pH yang cukup signifikan.
II-14
Pada minggu keenam, warna pekat kecoklatan, mulai berbau, mulai timbul gelembung
gelembung, teksturnya kasar dan encer serta permukaan kompos nya mengalami penurunan dari
minggu sebelumnya.
Pada minggu ketujuh dan kedelapan warna semakin menguning, bau semakin menyengat,
permukaan menurun serta mulai banyak terlihat hewan hewan kecil.
Pada minggu kesembilan dan kesepuluh, baunya menyengat, mengalami penurunan pH
serta teksturnya encer.
Pada minggu terakhir, bau menyengat, banyak terlihat hewan hewan kecil di
permukaan maupun dasar kompos, tekstur encer, berwarna coklat kekuningan yang pekat, serta
mengalami penurunan ph yang cukup signifikan.
Proses pembuatan pupuk cair bahan yang digunakan sebaiknya tidak busuk, hal ini
dikarenakan pada bahan yang busuk kemungkinan terjadinnya kontaminasi dari mikroba lain
(mikroba merugikan) sangat besar, hal ini dikarenakan pada bahan yang telah busuk sudah dapat
dipastikan ada penyebabnya, hal ini tidak boleh terjadi, karena berdampak pada tingkat
keberhasilan dalam proses pembuatan pupuk cair yang akan dibuat. Pada intinya di dalam bahan
yang sudah mengalami pembusukan akan menghambat proses fermentasi yang dilakukan
mikoorganisme yang menjadi starter yang telah di siapkan, sehingga proses fermentasi akan
terhambat dan akhirnya tingkat keberhasilan bisa dapat dipastikan akan kecil. Ciri-ciri dari
pembuatan pupuk cair yang tidak jadi adalah dari bau yang dihasilkan, apabila berbau busuk dan
menyengat pupuk itu dinyatakan gagal, hal ini mungkin disebabkan juga karena bahan yang
digunakan sudah mengalami pembusukan, sehingga pada saat proses fermentasi berlangsung
mikroba di dalamnya mengalami kompetisi dan pada akhirnya sama-sama mengalami kematian.
Dalam kegiatan pembuatan pupuk cair yang telah dilaksanakan kemarin, bahan yang
digunakan seharusnya tidak boleh busuk hal ini karena didalam bahan yang telah busuk terdapat
bakteri yang nantinya pada saat pembuatan pupuk cair, bakteri tersebut akan bersaing dengan
bakteri EM4 yang digunakan sebagai agen dekomposer bahan organik. Hal ini akan
menyebabkan bakteri EM4 dalam pendengkomposisian bahan tersebut menjadi terhambat dan
dapat juga menyebabkan bakteri EM4 menjadi mati karena kalah bersaing dengan bakteri yang
ada pada bahan yang busuk.
II-15
Sedangkan, dari praktek yang telah dilakukan, kompos cair berbau busuk dan tidak sesuai
dengan standar SNI yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, seperti:
ukuran sayuran/buah yang terlalu besar, kurang tertutupnya bak pengomposan sehingga air dan
udara masih dpaat masuk, bak pengomposan terkena sinar matahari langsung sehingga proses
fermentasi menjadi terganggu, dll.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
II-16
1. Pupuk organik cair dapat dibuat dari bahan-bahan organik yang ada disekitar kita, seperti
sampah sisa rumah tangga, ataupun sampah hasil pemangkasan tanaman.
2. Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara,
tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat.
3. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak
tanah dan tanaman walaupun sesering mungkin digunakan.
4. EM 4 berperan dalam proses perombakan bahan organik yang terdiri dari lignin dan
selulose yang ada serta berperan dalam penyediaan bahan makanan bagi bakteri selama
proses pengomposan terjadi.
5. Faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pembuatan pupuk cair
diantaranya adalah, suhu, kelembapan, intensitas cahaya, komposisi media, waktu
pembuatan, serta ukuran bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair.
V.2 Saran
1. Dalam proses pencacahan, hendaknya dedaunan dicacah sedemikian kecil agar proses
dekomposisi berjalan cepat.
2. Bahan yang digunakan seharusnya tidak boleh busuk hal ini karena didalam bahan yang
telah busuk terdapat bakteri yang nantinya pada saat pembuatan pupuk cair, bakteri
tersebut akan bersaing dengan bakteri EM4 yang digunakan sebagai agen dekomposer
bahan organik.
LAMPIRAN
II-17
Proses Pengayakan
II-18
DAFTAR PUSTAKA
http://bungadihatimu.blogspot.com/2012/12/laporan-pupuk-cair-organik.html
http://mistergemma.blogspot.com/2013/01/laporan-pengelolaan-limbah-pertanian_6.html
http://muhammadmujabku.blogspot.com/2012/12/pembuatan-pupuk-kompos-cair.html
http://madi-cmos.blogspot.com/2012/03/laporan-pembuatan-pupuk-organik-cair.html
http://namirart.blogspot.com/2013/04/laporan-kegiatan-pupuk-dan-cara.html
http://udienz-ajaa.blogspot.com/2013/05/makalah-pembuatan-kompos-cair-metode.html
http://irohlovedhika.blogspot.com/2012/01/laporan-pembuatan-kompos.html
http://edukasisidesi.blogspot.com/2013/07/makalah-pembuatan-pupuk-kompos-skala.html
II-19