Budidaya Tanaman Kedelai Edamame

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI EDAMAME

Disusun oleh : Nani Yulianti, S.P


HASIL KEGITAN PRAKTIK LAPANG

BUDIDAYA KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L) Merill
DI DESA SUKAGALIH, KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman asli dari China yang telah dibudidyakan sejak 2500 tahun
SM. Sejalan dengan berkembangnya perdagangan antarnegara, kedelai tersebar ke berbagai
negara tujuan perdagangan seperti: Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia dan Amerika.
Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai di Indonesia adalah di Pulau Jawa, Bali dan
Nusa Tenggara (Irwan 2006).
Kedelai banyak digemari oleh masyarakat sebagai bahan pangan yang dapat dikonsumsi
baik dalam bentuk olahan (tahu, tempe, susu, kecap) atau segar (cukup direbus) yang dikenal
dengan nama kedelai sayur (edamame). Kedelai mengandung 40% protein yang memiliki arti
penting sebagai protein nabati untuk meningkatkan gizi dan mengatasi penyakit kurang gizi
(Balai Penelitian Tanaman Pangan 2004).
Setiap 100 gram kedelai edamame mengandung 11,40 gram protein, kalori 582 Kcal,
lemak 6,6 gram, serat 15,6 gram, kalsium 140 gram, fosfor 1,7 gram, besi 1 gram, vitamin B2
0,14 gram, vitamin B1 10,27 gram, dan air 71,1 gram (Samsu 2001). Kedelai segar merupakan
satu-satunya sayuran yang mengandung sembilan jenis asam amino esensial (isoleusin, lisin,
leusin, fenilalanin, tirosin, metionin, sistin, treonin, triptofan dan valin) yang dapat menstabilkan
kadar gula darah, menurunkan kolesterol yang dapat mencegah penyakit jantung .Kedelai juga
dapat meningkatkan metabolisme dan kadar energi, dan membantu membangun otot dan sel-sel
sistem imun. Selain itu, kedelai edamame juga mengandung isoflavone, beta karoten, dan serat.
Isoflavon dalam kedelai merupakan antioksidan penangkal radikal bebas, meningkatkan sistim
kekebalan dan menurunkan resiko pengerasan arteri (artherosclerosis) dan tekanan darah tinggi.
Hasil berbagai penelitian yang telah dilakukan di Jepang menyatakan bahwa wanita Jepang yang
mengkonsumi kedelai secara rutin memiliki resiko terserang kanker payudara pada tingkat
terendah dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi kedelai (Stephan 2009). Oleh karena
itu kebutuhan akan kedelai segar akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang kesehatan dan makanan bergizi.
Kedelai edamame memiliki ukuran biji lebih besar, rasa lebih manis, dan tekstur lebih
lembut dibandingkan kacang kedelai biasa. Kedelai ini dapat tumbuh baik di daerah beriklim
tropis dan subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga kedelai
ini cocok ditanam di Indonesia. Waktu panen kedelai edamame relatif singkat dibandingkan
kedelai biasa,karena edamame dipanen pada saat kedelai masih hijau (Soewanto et al 2007).
Secara ekonomi kedelai edamame mempunyai peluang pasar yang cukup besar, baik
pemintaan pasar domestik maupun luar negeri. Tingginya permintaan pasar terhadap kedelai
edamame menjadi daya tarik para petani untuk meningkatkan terus produksi kedelai edamame.
Permintaan negara Jepang terhadap kedelai edamame asal Indonesia terus meningkat (Zuprizal
2003). Menurut Benziger dan Shanmugasundaram (1995) Jepang merupakan konsumen dan
pasar utama edamame baik dalam bentuk segar maupun beku. Total kebutuhan pasar edamame
beku di Jepang berkisar antara 150.000-160.000ton/tahun. Kebutuhan Jepang terhadap edamame
tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negerinya, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya,
Jepang mengimpor edamame dari berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu negara
pengekspor kedelai edamame ke Jepang. Pada tahun 2005 Indonesia memasok pasar edamame
Jepang sebesar 665 ton edamame segar beku yaitu setara dengan 0,96% kebutuhan impor
edamame Jepang. Menurut Soewanto et al (2007) impor Jepang akan edamame beku terus
meningkat dari tahun ke tahunnya, mencapai 60.000-70.000ton/tahun.
Peranan kedelai yang penting sebagai bahan makanan dan untuk kesehatan serta nilai
ekonomi yang cukup tinggi, membuat kedelai edamame potensial untuk dikembangkan.

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktik kerja lapang ini adalah untuk mempelajari teknik budidaya kedelai
edamame yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Megamendung.

1.3. Waktu dan Tempat
Praktek kerja lapang dilaksanakan mulai tanggal 01 Agustus 2012 sampai dengan tanggal
01 September 2012 yang bertempat di lahan milik petani terdekat di Kampung Cihanjawar, Desa
Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

1.4. Metodologi
Dalam praktik lapang ini mahasiswa secara aktif terlibat dalam kegiatan budidaya
edamame di lapangan. Selain itu dilakukan studi pustaka untuk menambah informasi mengenai
teknik budidaya kedelai edamame.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sejarah Edamame
Edamame berasal dari bahasa Jepang. Eda berarti cabang dan mame berarti kacang, dapat
diartikan sebagai buah yang tumbuh di bawah cabang (Branched bean). Edamame di Cina
dikenal dengan sebutan mao dou (Hairy bean) (Miles at al. 2000). Orang Eropa terutama Inggris
lebih mengenal jenis kedelai ini dengan nama vegetable soybean (kedelai sayur) atau green
soybean dan sweet soybean. Edamame dapat didefinisikan sebagai kedelai berbiji sangat
besar(>30g/100 biji) yang dipanen muda dalam bentuk polong segar pada stadia R-6, dan
dipasarkan dalam bentuk segar (fresh edamame) atau dalam keadaan beku (frozen edamame)
(Benziger dan Shanmugasundaram 1995).
Di Indonesia edamame mulai ditanam pada tahun 1990 di Gadog, Bogor Jawa Barat dan
hasilnya dipasarkan dalam bentuk segar di pasar dalam negeri. Pada tahun 1992 edamame dicoba
pula pengembangannya di Jember dan sejak tahun 1995 hasilnya mulai dipasarkan dalam bentuk
segar beku dan diekspor ke Jepang (Soewanto et al. 2007).



2.2. Klasifikasi dan Morfologi
Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja dan Soja max.
Pada tahun 1948 telah disepakati bahwa klasifikasi yang dapat diterima adalah kedelai termasuk
dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae,
ordo Rosales, famili Leguminoceae, sub-famili Papilionaceae Genus Glycine, species Glycine
max (L.) Merill (Adisarwanto 2005). Berbagai varietas edamame yang pernah dikembangkan di
Indonesia antara lain Ocunami, Tsuronoko, Tsurumidori, Taiso dan Ryokkoh. Warna bunga
varietas Ryokkoh adalah putih, sedangkan varietas yang lainnya ungu. Saat ini varietas yang
dikembangkan untuk produk edamame beku adalah Ryokkoh asal Jepang dan R 75 asal Taiwan
(Soewanto et al. 2007).
Tanaman kedelai edamame memiliki sistem perakaran tunggang. Selain itu kedelai juga
seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil (Andrianto dan
Indarto 2004).
Pertumbuhan batang kedelai edamame memiliki dua tipe yaitu determinate yang
dicirikan dengan tidak tumbuhnya lagi batang setelah berbunga, sedangkan tipe yang kedua yaitu
indeterminate dicirikan dengan masih tumbuhnya batang dan daun setelah tanaman berbunga.
Tinggi batang kedelai edamame + 60 cm-150 cm (Adisarwanto 2005).
Daun tanaman kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri atas tiga helai anak daun
(trifoliolat) dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan (Irwan 2006).
Daun kedelai ada yang berbentuk bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun
tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (Andrianto dan Indarto 2004).
Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu dengan berwarna putih atau ungu. Tangkai bunga
umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat
beragam antara 2 bunga-25 bunga tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas. Bunga
kedelai pertama umumnya terbentuk pada buku ke lima, ke enam, atau pada buku yang lebih
tinggi. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3 minggu-5 minggu untuk
daerah subtropik dan 2 minggu-3 minggu di daerah tropik (Departemen Pertanian 1989)
Polong kedelai terbentuk 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Jumlah polong
yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 1-10 polong. Jumlah
polong pada setiap tanaman dapat mencapai lebih dari 50 bahkan ratusan. Kulit polong kedelai
berwarna hijau, sedangkan biji bervariasi dari kuning sampai hijau. Pada setiap polong terdapat
biji yang berjumlah 2-3 biji dan mempunyai ukuran 5,5 cm sampai 6,5 cm bahkan ada yang
mencapai 8 cm. Biji berdiameter antara 5 cm sampai 11 mm (Andrianto dan Indarto 2004).
Berdasarkan ukuran bijinya, kedelai dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
a. Berbiji kecil, bobot biji 6-15 g/100 biji, umumnya dipanen dalam bentuk biji (grain
soybean), pada saat tanaman berumur tiga bulan.
b. Berbiji besar, dengan bobot biji 15-29 g/100 biji, ditanam di daerah tropik maupun
subtropik, dipanen dalam bentuk biji. Hasil biji umumnya digunakan sebagai bahan baku
minyak, susu dan makanan lain.
c. Berbiji sangat besar, bobot 30-50 g/100 biji, biasanya ditanam di daerah subtropik,
seperti Jepang, Taiwan dan Cina. Kedelai dipanen dalam bentuk segar, polong masih
hijau, disebut juga kedelai sayur (vegetable soybean), berumur dua bulan. Kelompok
kedelai ini di Jepang disebut edamame. (Chen et al. 1991).
Persyaratan kedelai edamame lebih ditekankan kepada ukuran polong muda, dengan lebar
1,4-1,6 cm, dan panjang 5,5-6,5 cm. Warna biji kuning hingga hijau, bentuk biji bulat hingga
bulat telur dan warna hillum gelap hingga terang (Shanmugasundaram et al. 1991).

2.3. Syarat Tumbuh
Suhu yang optimal untuk proses perkecambahan kedeai sekitar 30C, sedangkan untuk
pembungaan 24-25C. Tanaman kedelai termasuk tanaman hari pendek sehingga tidak akan
berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam perhari. Varietas kedelai yang
berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14-16 jam bila ditanam di daerah
tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan
produksi karena masa bunganya menjadi pendek yaitu dari umur 50 hari-60 hari menjadi 35 hari
-40 hari setelah tanam (Rubatzky dan Yamaguchi 1998).
Pada umumnya pertumbuhan tanaman kedelai akan baik pada pada ketinggian tidak lebih
dari 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Kedelai edamame dapat tumbuh baik pada tanah-
tanah aluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Selain itu menghendaki tanah yang subur,
gembur, dan kaya bahan organik. Keasamaan tanah (pH) yang cocok untuk berkisar antara 5,8-
7,0 (Nazzarudin 1993).

2.4. Teknik Budidaya
Persiapan lahan untuk tanaman kedelai dapat dilakukan tanpa pengolahan tanah bila
ditanam di sawah setelah padi dan pengolahan tanah. Pada tanah dengan keasaman kurang dari
5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil
tanam yang baik. Kapur dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah kemudian
dicampur sedalam lapisan olah tanah + 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim
tanam dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan
tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan (Deptan 2010).
Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Bila ditanam di
tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila ditanam di tanah
sawah, waktu tanam paling tepat adalah menjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah
dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau. Jarak
tanam untuk penanaman kedelai dengan ukuran 20 cm-40 cm dan yang biasa dipakai adalah 30
cm x 20 cm, 25 cm x 25 cm, atau 20 cm x 20 cm. Benih ditanam dengan cara ditugal dan
dimasukan benih 2-3 biji/lubang tanam (Deptan 2010).
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pemupukan.
Pemupukan ini meliputi, pupuk kandang, pupuk dasar dan pupuk susulan. Penebaran pupuk
kandang dilakukan 5-7 hari sebelum tanam, disebar rata diatas permukaan bedengan, dengan
dosis 10-20m
3
pupuk kandang/ha. Penebaran pupuk dasar anorganik dilakukan 2-3 hari sebelum
tanam dengan cara disebar merata di atas bedengan dan diaduk sampai tercampur dengan tanah.
Pupuk dasar yang digunakan secara umum adalah: urea 50-75 kg/ha, ZK 50-75 kg/ha, dan SP36
150 -250 kg/ha. Pemupukan susulan dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hara pada masa
pertumbuhan, yaitu masa pertumbuhan vegetatif atau sebelum fase pembungaan (umur 14-20
HST). Takaran pupuk susulan secara umum adalah : urea 25-50 kg/ha, ZA 50-75 kg/ha, ZK 50-
75 kg/ha (Soewanto et al. 2007).

2.5. Hama dan Penyakit
Menurut Meidyawati (2007) hama tanaman kedelai secara umum adalah lalat kacang,
penggerek batang (Agromyza sojae, Melanogromyza sojae,), penggerek pucuk (Agromyza
dolichostigma, Melanogromyza dolichostigma dan Shoot borer), kumbang daun kedelai
(Phaedonia inclusa), ulat grayak (Spodoptera litura, Prodenia litura dan Army worm), ulat
penggulung daun (Lamprosema indicata atau leaf Roller insect), penggerek polong (Etiella
zinckenella, E. Hobsoni, Pod Borer, atau Lima bean Borer), kutu kebul (Bemisia
tabacci dan Whitefly). Penyakit utama yang menyerang tanaman kedelai adalah karat kedelai
(Phakopsora pachyrhizi, Uromuces sojae, Uredo sojae, P. Sojae, P. Vignae, P. Crotalaria,
Phusopella concors, Rust Disease, atau Soybean Rust), mosaik kedelai (Soybean
Mosaik disebabkan oleh virus mosaik kedelai atau Soybean Mosaik Virus (SMV).

2.6. Panen
Kedelai edamame biasanya dipanen pada umur 63 hari setelah tanam (HST) sampai 68
HST untuk polong segar, sedangkan unuk panen polong tua pada umur 90 HST (Balai Penelitian
dan Pengembangan Pertanian 2005) atau pada saat polong berisi padat, atau sedikitnya 85%
polong terisi penuh (Miles 2000).
Pemanenan polong kedelai edamame biasanya tidak dilakukan serentak, yang pertama
dipanen dengan memilih polong yang besar dan berisi penuh. Setelah polong biji muda diproses
dan disortir lalu didinginkan dengan suhu di bawah 30
0
C. Biji kedelai yang sudah matang baru
dapat diperoleh setelah kedelai masuk fase pematangan. Biji kedelai dikeringkan hinggga
mencapai 15% sampai 18% kadar airnya (Zufrizal 2003).
Menurut Soewanto et al (2007), persyaratan bahan baku edamame di sawah sebelum
diproses (di pabrik) dibedakan menjadi dua golongan yaitu
1. Kualitas Bahan Baku Ekspor (BBE)
tidak terlalu tua dan terlalu muda
jumlah biji dalam polong 2 dan 3 biji
jumlah polong per 500 gram sebanyak 160 170 buah
bebas hama dan penyakit
tidak terdapat kerusakan fisik
bau khas edamame
bentuk polong normal
bersih dari kotoran (rumput, daun edamame, lumpur dan lain-lain)
warna seragam (hijau normal)
kondisi polong segar/ tidak layu
2. Kualitas Bahan Baku Mukimame (BBM)
keluaran dari hasil grading BBE
semua polong berbiji satu
bersih dari kotoran
polong segar/tidak layu
kualitas polong bahan muki baik:
warna biji hijau segar
biji tidak cacat (hama/penyakit/mekanis)
polong bernas (tidak kepak)
polong tidak tua

III. GAMBARAN UMUM PETANI

3.1. Keadaan Petani
Bapak Daman adalah salah satu petani hortikultura di Kampung Cihanjawar,Desa Sukagalih,
Kecamatan Megamendung yang membudidayakan tanaman kedelai edamame. Sebelum
membudidayakan kedelai edamame Pak Daman membudidaya jagung, wortel dan bayam.Pak
Daman mulai membudidayakan kedelai edemame pada tahun 2000 karena peluang harga yang
lebih menguntungkan. Bapak Daman pada awalnya membudidayakan edamame bermitra dengan
PT.Saung Mirwan dengan menjual hasil panennya ke perusahaan tersebut. Mulai tahun 2011 pak
Daman menjual hasil panen kedelai edamame ke pengumpul yang membeli langsung ke kebun
dengan harga yang sama sehingga tidak memerlukan ongkos lagi. Budidaya kedelai edamame
yang dilakukan oleh Pak Daman dilakukan secara monokultur maupun tumpangsari.

3.2. Letak Geografis Kebun
Kebun bapak Daman berlokasi di Kampung Cihanjawar, Desa Sukagalih, Kecamatan
Megamendung, Kabupaten Bogor, seluas 3.500 m2. Lokasi ini berada di ketinggian + 670 meter
di atas permukaan laut (dpl) dengan curah hujan 1800 mm /tahun, suhu harian rata-rata 22
0
C-
30
0
C dan kelembaban relatif 48% sampai 92 % .

IV. TELAAH LAPANG DAN PEMBAHASAN

4.1. Persiapan Lahan
Kegiatan awal yang dilakukan dalam budidaya edamame adalah pembersihan gulma dan
sisa-sisa tanaman. Pembersihan gulma dilakukan dengan cara manual yaitu memotong gulma
menggunakan kored dan cangkul sampai bersih. Lahan yang telah bersih dari gulma kemudian
diolah secara manual dengan dicangkul. Permukaan tanah dicangkul sedalam + 30 cm dibalik
menjadi bongkahan dan tanah digemburkan. Tanah yang telah diolah dan gembur dibuat
bedengan untuk pertanaman, dengan ukuran lebar permukaan + 1 meter, tinggi bedengan 20 cm,
panjang 8 meter dengan lebar parit + 40 cm.
Bersamaan pembuatan bedengan diberikan pupuk kandang berupa kotoran kambing dan
pengapuran dengan dolomit. Pupuk kandang dan dolomit dibiarkan selama satu minggu sebelum
benih ditanam. Pengolahan tanah bertujuan untuk meremahkan struktur tanah agar benih kedelai
edamame yang berkecambah dan akar yang tumbuh mudah menembus tanah. Selain itu
pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki tekstur tanah, aerasi tanah, mendorong aktivitas
mikroba tanah, membebaskan unsur hara, menciptakan daerah perakaran tanaman yang baik,
membenamkan sisa-sisa tanaman dan mengendalikan gulma (Mukhlis dan Rauf 2006).
Pembuatan bedengan dilakukan supaya pada saat hujan tanaman kedelai edamame tidak
tergenang air hujan dan untuk mempermudah pemeliharaan terutama pada saat penyemprotan
dan pemupukan. Bedengan juga dapat memperbaiki aerasi dan drainase tanah (Haryono 2001).
Hal ini baik untuk perkembangan akar tanaman, air di dalam pori-pori tanah mudah bergerak
menuju saluran drainase yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi.
Pada saat pembuatan bedengan diberikan pupuk kandang + 7.500 kg untuk luas lahan +
3.500 m
2
. Cara pemberian pupuk kandang (sebagai pupuk dasar) dilakukan dengan cara
ditaburkan di atas bedengan dan ditutup dengan tanah. Pemberian pupuk kandang bertujuan
untuk memperbaiki tanah dan tanaman kedelai edamame. Pupuk kandang diberikan seminggu
sebelum penanaman kedelai edamame. Pemberian pupuk kandang dapat membantu menetralkan
racun akibat adanya logam berat dalam tanah, meningkatkan porositas tanah, memperbaiki
struktur tanah menjadi lebih gembur, meningkatkan penyerapan hara dari pupuk kimia yang
ditambahkan (Marsono dan Paulus 2001).
Pupuk kandang juga merupakan sumber hara dan sumber energi bagi aktifitas mikroba
dalam tanah. Selain itu, kelebihan dari pupuk kandang adalah dapat memperbaiki sifat biologi,
fisika dan kimia tanah (Hartatik 2006). Pemberian pupuk kandang pada tanaman buncis, dapat
mempercepat waktu pembungaan, mempengaruhi jumlah polong, dan bobot biji (Pujiastuti
2005).
Pada saat pembuatan bedengan untuk budidaya tanaman kedelai diberikan kapur
dolomit. Cara pengapuran dilakukan dengan menyebar di atas permukaan tanah secara merata
dan diaduk dengan tanah sekitar kedalaman 20 cm. Pengapuran dilakukan 1 minggu sebelum
tanam. Dosis kapur yang diberikan sebanyak 300 kg/ 3.500 m
2
. Pengapuran tanah dengan
dolomit bertujuan untuk meningkatkan pH tanah.
Menurut pernyataan Hardjowigeno (2003), pengapuran bertujuan untuk menjadi tanah
kaya akan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dan pH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH
dapat menaikkan tingkat persediaan molibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi
kedelai dan golongan tanaman kacang-kacangan, karena erat hubungannya dengan
perkembangan bintil akar. Molibdenum dapat meningkatkan pengikatan nitrogen oleh bakteri
simbiotik dan pembentukan protein.
Selain pemberian pupuk kandang dan dolomit dilakukan juga insektisida atau nematisida
sistemik dalam bentuk granul (furadan) pada saat pengolahan tanah. Furadan diberikan sebanyak
6 kg untuk luas lahan 3.500 m
2
. Furadan diberikan dengan cara ditabur di atas permukaan tanah,
kemudian diaduk dengan tanah. Pemberian furadan bertujuan sebagai pelindung benih dari
gangguan insektisida dan nematisida tanah.

4.2 Penanaman
Benih edamame ditanam di atas permukaan bedengan setelah disebar pupuk kandang dan
pupuk dasar. Sebelum benih ditanam terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan cara ditugal.
Alat tugal terbuat dari kayu bulat yang berdiameter + 5 cm dan panjang + 1 meter. Lubang tanam
dibuat dengan kedalaman + 3 cm dengan jumlah baris lubang tanam 5, dengan jarak tanam + 20
cm x 20 cm. Benih kedelai edamame ditanam 2 biji/lubang tanam dan ditutup dengan tanah
secara merata dan tidak dipadatkan (untuk menutup benih agar tetap berada ditempatnya dsn
menjaga kelembaban benih).
Penanaman benih kedelai edamame yang dilakukan di lahan pada pagi hari, karena pada
saat itu kondisi tanah masih lembab (basah) dan dilakukan secara serentak (Mashar 2010).
Penanaman kedelai edamame dilakukan dengan cara ditugal, benih kedelai edamame ditanam 1
atau 2 biji/lubang tanam. Penanaman yang dilakukan sesuai dengan pernyataan Susila (2006),
bahwa benih cukup ditanam 2 biji /lubang tanam.

4.3. Pemeliharaan Kedelai Edamame
4.3.1. Pemupukan
Pemupukan tanaman kedelai edamame menggunakan pupuk: 100 kg Ponska (pupuk N),
100 kg TSP, 100 kg KCl, 10 kg NPK mutiara (15-15-15) dan 100 kg ZA per 3500 m
2
. Pupuk
diberikan secara bertahap pada saat tanaman berumur 2 dan 6 minggu setelah tanam (MST).
Pupuk diberikan dengan cara keempat jenis pupuk dicampurkan kemudian ditaburkan secara
merata di sekitar perakaran tanaman.
Pupuk yang digunakan pada tanaman kedelai edamame adalah pupuk kandang dan pupuk
buatan. Jenis pupuk kandang yang digunakan yaitu kotoran kambing dan pupuk buatan yang
digunakan untuk tanaman kedelai edamame adalah TSP, KCl, ZA, Ponska, dan NPK.
Pemupukan dengan pupuk buatan dilakukan dua kali pemupukan. Menurut Sarwono (2003),
pupuk yang bekerjanya cepat diberikan setelah tanam dan sebaiknya diberikan sedikit demi
sedikit dalam dua atau tiga kali pemupukan.
Pemupukan pertama pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST), dan
pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 6 MST. Banyaknya pupuk yang
diberikan untuk tanaman kedelai edamame pada saat pemupukan pertama dan kedua yaitu 50 kg
KCl, 50 kg ZA, 50 kg Ponska, 50 kg TSP, dan 5 kg NPK. Pemupukan dilakukan dengan cara
mencampur semua pupuk dan ditebar secara merata ke semua tanaman. Pemberian pupuk
dilakukan dengan cara ditebarkan bertujuan untuk efisiensi waktu dan tenaga kerja. Adapun
kekurangan dari pemberian pupuk secara top dressed ini, apabila terjadi hujan pupuk akan
mudah tercuci dan pada saat kondisi cuaca panas akan mudah terjadi penguapan pada pupuk.
Tanaman kedelai dapat memperoleh hara N dari tanah, dari pupuk (organik dan
anorganik) yang ditambahkan, maupun dari N udara melalui fiksasi bakteri Rhizobium dalam
bintil akar kedelai. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting bagi tanaman.
Tanaman dapat menyerap unsur hara nitrogen dalam bentuk protein (bahan organik), senyawa-
senyawa amino, nitrat (NO
3
-
) dan amonium (NH
4
+
)

(Hardjowigeno 2003). Dalam keadaan aerasi
baik senyawa-senyawa N akan diubah ke dalam bentuk NO
3
(Nyakpa et al. 1988)
Pada kondisi optimum, 60% kebutuhan N kedelai dapat dipenuhi dari mekanisme fiksasi
N-udara oleh bakteri Rhizobium dalam bintil akar tersebut (Balai Penelitian Kacang-
Kacangan dan Umbi-Umbian 2012). Akan tetapi untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil
yang maksimum tanaman kedelai masih harus ditambahkan sejumlah pupuk nitrogen yang
diberikan melalui pemupukan (Baharsjah 1983).
Nitrogen berfungsi dalam memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, pembentukan
protein, klorofil,asam nukleat dan mengaktifkan koenzmi. Tanaman yang kekurangan nitrogen
akan menampakan pertumbuhan kerdil, pertumbuhan akar terbatas, daun-daun kuning dan gugur
(Hardjowigeno 2003). Kelebihan N, biasanya membuat daun berwarna gelap, sukulen,
pertumbuhan vegetatif yang hebat dan membuat tanaman mudah rusak (Nyakpa et al. 1988).

4.3.2. Penyulaman
Penyulaman tanaman kedelai edamame dilakukan 1 minggu setelah tanam (MST).
Tanaman kedelai yang tidak tumbuh atau kena hama dan penyakit dilakukan penyulaman.
Penyulaman tanaman bertujuan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau mati dan
mengganti tanaman yang pertumbuhannya kurang baik yang disebabkan serangan hama dan
penyakit. Penyulaman kedelai edamame yang dilakukan 1 minggu setelah tanam (MST) dengan
mengganti benih yang tidak tumbuh dengan cara pindah tanaman dari tanaman kedelai edamame
yang tumbuh dua tanaman perlubang. Penyulaman yang dilakukan sesuai pernyataan Mashar
(2010) yaitu pindah tanam dari tanaman yang seumur merupakan cara penyulaman terbaik,
dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 hari setelah tanam (HST).

4.3.3. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma tanaman kedelai edamame mulai dilakukan pada saat tanaman
berumur 3 minggu setelah tanaman (MST). Pembersihan berikutnya dilakukan berdasarkan
pertumbuhan gulma. Pembersihan gulma dilakukan secara manual dan sederhana menggunakan
alat kored.
Pengendalian gulma yang dilakukan secara mekanik dengan cara mencabut dan atau
menggunakan kored bersamaan dengan penggemburan tanah di sekitar tanaman. Pembersihan
gulma yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya bertujuan untuk menghindarkan kompotisi
bahan-bahan yang dibutuhkan tanaman seperti cahaya, nutrisi, air, gas CO
2,
dan ruang yang dapat
merugikan tanaman utama (Moenandir 1993).
Gulma yang banyak terdapat di sekitar tanaman kedelai edamame yaitu : babadotan
(Ageratum conyzoides), jajagoan (Echinochloa celonum), jampang piit, ramusa, dan rumput
seminggu.

4.3.4. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT)
Pak Daman melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman kedelai edamame
secara kimia dengan pestisida. Penyemprotan pestisida dilakukan pada saat tanaman berumur 2
minggu dan seterusnya setiap dua minggu sekali. Pestisida yang yang digunakan yaitu Antracol
dan Agrimec.
Penyemprotan pestisida dilakukan dengan cara melarutkan pestisida ke dalam air dengan
konsentrasi 1-2 cc/liter air. Pestisida yang telah dilarutkan dalam ember selanjutnya dimasukkan
ke dalam tengki sprayer kapasitas 17 liter. Sprayer yang telah berisi larutan pestisida kemudian
dipompa dan disemprotkan ke seluruh bagian tanaman secara merata.
Pengendalian hama penyakit tanaman kedelai edamame menggunakan agrimec 18 EC
dan antracol 70 WP. Agrimec merupakan insektisida racun kontak untuk mengendalikan hama
penggerek polong, penggorok daun, dan penggerek daun. Agrimec dicairkan dengan dosis 1-2
cc/liter air, kemudian dimasukkan ke sprayer gendong dengan volume 17 liter. Selain
menggunakan agrimec, digunakan juga antracol. Menurut Alimoeso (1999) Antracol merupakan
fungisida racun kontak untuk mengendalikan penyakit bercak daun, rebah batang, dan busuk
daun. Waktu penyemprotan dilakukan pada pagi hari untuk menghindari angin dan tingginya
penguapan daun tanaman yang akan menyebabkan pestisida tidak menempel pada daun.

4.4. Panen
Panen polong kedelai edamame dilakukan setelah polong terisi penuh. Panen dilakukan
secara bertahap, panen pertama pada umur 75 hari setelah tanam (HST) kemudian panen
berlanjut sampai polong habis (pada umur 105 hari setelah tanam). Panen polong edamame
dilakukan secara manual dengan cara dipetik. Proses pemanenan juga dapat menggunakan
gunting atau pisau sehingga lebih mudah untuk melepaskan polong dari pohon. Hasil panen
polong kedelai edamame dikumpulkan dalam karung dan langsung dijual ke tengkulak atau ke
PT Saung Mirwan.




Dari lahan seluas 3.500 m
2
diperoleh polong muda sebanyak + 500 kg. setiap tanaman
menghasilkan + 15-30 polong. Polong edamame ada yang berbiji satu, dua dan tiga. Bobot
perbiji mencapai 2 sampai 3 gram. Kedelai segar hijau edamame dapat dipanen pada umur 65-75
hari setelah tanam (HST), ketika 90% polong telah terisi penuh dan berwarna hijau segar. Di
Australia kedelai edamame hijau dapat dipanen pada umur 68-86 HST tergantung pada waktu
tanam, sedangkan di Indonesia umumnya dipanen pada umur 65-70 HST (Nguyen 1998).
Kedelai edamame dipanen pada umur 65-75 HST. Mentreddy (2002) menyatakan bahwa
waktu optimum untuk pemanenan adalah ketika polong masih berwarna hijau, belum matang dan
padat dengan biji hijau yang telah berkembang secara penuh yang biasanya terjadi pada fase
pengembangan. Karakteristik fisik yang nampak pada saat pemanenan adalah warna polong hijau
terang dan agak sedikit abu-abu, ukuran panjang sekitar 5 cm dan lebar sekitar 1,4 cm dengan
jumlah biji dua atau lebih.
Pada saat pemanenan dilakukan gradding yaitu pemilihan polong yang berbiji dua dan
tiga yang dipanen untuk dijual. Umumnya jumlah polong berbiji dua dan tiga sekitar 50% (7
sampai 15 polong per tanaman) dari seluruh polong yang dihasilkan. Menurut Nguyen (1998),
varietas edamame mampu menghasilkan polong rata-rata 40-50 polong/pohon dan jumlah polong
tidak lebih dari 175 polong untuk setiap 500 gram.
Mentreddy (2002) menyatakan bahwa di tempat asalnya produksi kedelai edamame dapat
mencapai 8 ton-9 ton/hektar tergantung waktu tanam dan musimnya. Produksi edamame
ditempat praktik sekitar 1,5 ton/hektar.

4.5. Analisis Usahatani
Analisis usahatani kedelai edamame yang dilakukan oleh Bapak Daman di Desa
Sukagalih, untuk satu musim panen di sajikan pada Tabel. 1.
Tabel 1. Analisis Usahatani
No Jenis Biaya Volume Satuan Harga
Satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Biaya Tetap
1 Sewa Lahan 1 Ha 800.000
Jumlah 800.000
Biya Tidak Tetap
1 Benih 30 kg 50.000 1.500.000
3 Pupuk Organik
a. Pupuk Kandang 70 karung 10.000 700.000
4 Pupuk Sintetik
a. Ponska
b. TSP
c. KCl
d. ZA
e. NPK
250
250
250
250
30
kg
kg
kg
kg
kg
2500
2500
3000
1300
10.
625.000
625.000
750.000
325.000
300.000
000
5 Pestisida
a. Agrimex
b. Antracol
4
2,5

Botol
kg

125.000
160.000
500.000
380.000
6 Tenaga Kerja




a. Pengolahan
Tanah
b. Penanaman
c. Pemupukan
d. Penyiangan
e. Penyemprotan
f. Pemanenan

10
10
10
8
10
10
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK

25.000
15.000
15.000
15.000
25.000
15.000

250.000
150.000
150.000
120.000
250.000
150.000
Jumlah
Total Biaya Produksi 7.575.000
Hasil panen edamame 1.800 kg
Harga jual edamame/
kg
6500
Pendapatan 11.700.000
Keuntungan 4.125.000
BEP Produksi 1.165/kg
BEP Harga 4208/ kg
B/C Ratio 0,54
R/C Ratio 1,54

Berdasarkan hasil perhitungan analisis usahatani kedelai edamame untuk luas lahan 1Ha

dalam satu kali musim panen, memerlukan biaya produksi sebesar 7.575.000 dengan pendapatan
sebesar 11.700.000 sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp4.125.000. Break event point
(BEP) akan dicapai pada produksi 1.165 kg. Budidaya kedelai edamame ini menguntungkan
karena nilai B/C > 0, dan R/C > 1.
Menurut Sutiyoso (2006), ada tiga parameter yang biasa digunakan dalam perhitungan
analisis usahatani yaitu:
1. break event point (BEP) yang menunujukkan suatu usaha tidak untung ataupun rugi..
2. Return cost retio (R/C) yang merupakan perbandingan jumlah penerimaan dengan perbandingan
jumlah total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan untung apabila R/C > 1.
3. Benefit cost ratio (B/C) suatu usaha akan dianggap untung apabila hasil dari B/C rasio > 0.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Budidaya kedelai edamame di tempat praktik lapang masih harus ditingkatkan dari
teknologi budidaya dan pemeliharaannya. Teknologi budidaya yang harus ditingkatkan yaitu
pemberian pupuk yang sesuai dengan dosis yang telah direkomendasikan oleh kementrian
pertanian untuk tanaman kedelai edamame. Sedangkan dalam pemeliharaan tanaman,
penggunaan pestisida dan pengendalian gulma dapat dilakukan secara terpadu.
Dari luas lahan 1 Ha menghasilkan 1.800 kg kedelai edamame hijau segar. Berdasarkan
hasil analisis usahatani kedelai edamame selama satu musim panen didapat keuntungan
Rp.4.125.000,00. Keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya kedelai edamame sangat
menarik untuk dikembangkan, mengingat harga kedelai edamame segar lebih mahal dibanding
harga kedelai lokal segar.

5.2 Saran
Budidaya kedelai edamame di tempat praktik lapang sebaiknya dilakukan rotasi tanaman.
Penggunaan pestisida dalam pengendalian hama penyakit tanaman kedelai edamame sebaiknya
dikurangi, dan budidaya lebih diarahkan kekonsep pertanian organik. Dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, kedelai edamame organik akan lebih menarik
konsumen dan meningkatka harga jual.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto T. 2005. Kedelai. Jakarta. Penebarswadaya.
Alimoeso S. 1999. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Penerbit Komisi Pestisida Departemen
Pertanian, Koprasi Daya Guna.
Andrianto T T, Indarto N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai Kacang Hijau Kacang
Panjang. Penerbit. Yokgyakarta.
Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian 2004. Departemen Pertanian. Jakarta. [8 Mei
2012]
Departemen Pertanian. 1989. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai. Balai Informasi Pertanian Sumatra
Utara. Medan. [18 Oktober 2012]
Departemen Pertanian. 2007. Basis Data Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta.
[18 Oktober 2012]
Departemen Pertanian. 2010. Teknologi Budidaya Kedelai. Provinsi Kalimantan.
http://distan.kalselprov.go.id/2010/02/teknologi-budidaya-kedelai/ . [2 Mei 2012]
Harjono I. 2001. Sayur-sayur Daun Primadona. Penerbit CV. Aneka, Surakarta.
Hidajat O O. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai Di dalam: Soma Atmaja, S., M. Ismunadji, Sumarno,
M. Syam, S. O. Manurung dan Yuswadi. 1985. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Bogor.
Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Jakarta. Bina
Angkasa.
Marwoto, KK, S. Swastika dan P. Simatupang. 2005. Pengembangan Kedelai dan Kebijakan Penelitian
di Indonesia. Seminar Nasional Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
mendukung kemandirian pangan. Bogor. Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian.
Mashar A Z. 2010. Budidaya kedelai dengan teknologi bio perforasi. [6 Oktober 2012 ]
Meidyawati. 2007. Hama Utama dan Musuh Alami pada Tanaman Kedelai Edamamedi Desa Sukamaju,
Megamendung, Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor
Miles CA, Lumkin TA, Zenz L. 2000. Edamame Departemen of Natural Resources.
(http://foodfarm.wsu.edu.html). [7 Mei 2012]
Moenandir, H. J. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta. Raja Grafindo. Pesada.
Musa, L, Mukhlis, dan Rauf, A. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Foundamental of Soil Science)
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara, Medan.
Nazarudin. 1993. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta. Penebar Swadaya.
Nguyen VQ. 1998. Edamame ( Vegetable Green Soybean). RIRDC: The New Rular Industries.
(http://www.rirdc.gov.au/pub/handbook/edamame.html). [8 Mei 2012]
Noertjahyo. J. 2002. Swasembada Kedelai itu Mudah. Kompas. [10 Mei 2012]
Pracaya. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara organik. Kanisius
Pujiastuti SR. 2005. Efesiensi Pemupukan NPK dan Pupuk Kandang terhadap Produksi dan Viabilitas
Benih Buncis (Phaseolus Vulgaris L). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Richard. J.D., J.G. Louis, and Henry. 1984. Soybeans Crop Production. 5thedition. Engelwood Cliffs,
N.J.: Practice Hall. Inc.
Rubatzky, V.E., dan M., Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi dan Gizi. Jilid ke 2. Catur
Herison.Bandung. Penerbit ITB.
Samsu, H. S. 2001. Membangun Agroindustri Bernuansa Ekspor: Edamame ( vegetable soybean). Graha
Ilmu dan Florentina. Jember
Sarwono, H. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Presindo.
Sharma, O.P. 1993. Plant Taxonomy. New Delhi. Tata McGraw Hill Publishing Company Limited.
Soewanto, Prasongko dan Sumarno. 2007. Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangannya (agribisnis
edamame untuk ekspor). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Susila A D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian Produksi Tanaman Departemen
Agronomi dan Horticultura, IPB.
Sutiyoso, Y. 2006. Rakit Apung. Jakarta. Penebar Swadaya.
Zufrizal A. 2003. Jepang Tunggu Kedelai Edamame Indonesia (http://www.Bisnis. Com.)
[3 Mei 2012]

yusufsila-tumbuhan.blogspot.com/2012/06/budidaya-kedelai-jepang-edamame.html


Home Tanaman Pangan Budidaya Kedelai Jepang Edamame
Budidaya Kedelai Jepang Edamame
Written By Muhammad Yusuf on Wednesday, June 20, 2012 | 6:22 AM


Edamame merupakan kedelai asal Jepang, secara umum bentuknya lebih besar
dibandingkan kedelai biasa. Berat Edamame bisa mencapai 30 gram per seratus
bijinya. Edamame bisa dikonsumsi muda sebagai sayur saat polong masih
berwarna hijau. Edamame bisa juga dikonsumsi sebagai penganan kecil dalam
bentuk edamame rebus. Saat ini edamame juga banyak diolah menjadi susu
bubuk, jus, pastry edamame, keripik edamame dan lainya.

Edamame mempunyai kandungan protein yang lengkap dengan kualitas yang
setara dengan kandungan protein pada susu, telur maupun daging. Selain itu
edamame juga mengandung zat anti kolesterol sehingga sangat baik untuk
dikonsumsi.

Varietas yang banyak dibudidayakan antara lain Ryoko, Taiso, Surumidori dan
Surunoko. Ryoko merupakan varietas yang paling banyak dibudidayakan karena
polongnya lebih besar, rasanya lebih manis dan bulu halus pada polongnya lebih
sedikit.

Edamame meliliki peluang yang bagus, prospek pasarnya masih terbuka lebar.
Harga Edamame juga relatif baik , harganya berkisar antara Rp. 7.500 Rp.
9.500 per kilogram untuk Edamame segar. embudidaya edamame ini masih
relatif sedikit, sedangkan kebutuhan pasarnya besar. Selain untuk konsumsi di
dalam negeri, Edamame juga diekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar
Jepang. Kebutuhan di dalam negeri kurang lebih 700 ton per tahun, sedangkan
untuk ekspor ke Jepang diperkirakan mencapai 40 kontainer per bulan
sedangkan kemampuan pasokan kita baru mencapai 4 kontainer per bulan.

Budidaya edamame sebenarnya relatif tidak sulit, secara umum hampir sama
dengan kedelai. Secara singkat budidaya edamame adalah sebagai berikut :

Syarat Tumbuh. Edamame menghendaki ketinggian lahan minimal 200 m diatas
permukaan laut (dpl), suhu berkisar 26 30 C, dengan penyinaran matahari
penuh. Edamame menghendaki tanah yang subur dengan pengairan yang baik
dan kemasaman tanah netral.

Persiapan Lahan. Tanah dibajak 3 minggu sebelum tanam, 2 minggu kemudian
dibuat bedengan lebar 1,2 meter, panjang 10 meter dan tinggi bedengan 20 25
cm. jarak antar bedengan 0, 5 meter. Pemupukan dasar diberikan 3 hari
sebelum tanam dengan cara ditabur merata di atas bedengan. Pupuk dasar
terdiri dari SP 36 sebanyak 200 kg / hektar dan penambahan kapur pertanian
600 kg /hektar.

Benih. Benih Edamame yang diperlukan berkisar antara 80 100 kg per hektar.
Varietas Edamame yang ditanam disesuaikan dengan pasar, antara lain yang
paling banyak ditanam petani adalah varietas Ryoko. Varietas ini polongnya lebih
besar dan rasanya lebih manis.

Penanaman. Benih Edamame ditanam pada bedengan dengan jarak tanam 12 X
20 cm atau 20 X 20 cm dan kedalaman tanam 1,5 2 cm kemudian ditutup
dengan tanah gembur. Benih yang ditanam antara 2 -3 benih per lubang tanam.

Penyulaman. Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam (HST) apabila ada
tanaman yang mati atau tidak normal tumbuhnya, dengan mengambil tanaman
yang ada di tepi atau tanaman persiapan yang khusus untuk sulaman.

Penyiangan. Rereumputan atau gulma lainya perlu dibersihkan agar tidak
bersaing dengan Edamame, penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 9
HST. Penyiangan selanjutnya dilakukan sesuai kondisi pertanaman.

Pengairan. Pengairan dilakukan dengan penggenangan sampai air dalam
kapasitas lapang, pengairan dilakukan 7 hari sekali serta memperhatikan kondisi
pertanamanya.

Pemupukan. Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 10
HST, terdiri dari KCL 50 kg/Ha, Urea 150 kg/Ha dan Za 50 kg/Ha. Pemupukan
susulan yang kedua pada saat tanaman berumur 21 HST terdiri dari KCl 100
kg/Ha, Urea 50 kg/Ha dan ZA 100 kg/Ha.

Pengendalian OPT. Edamame tidak luput terkena serangan organisme
penganggu tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit. Pengendalian
dilakukan secara terpadu sesuai dengan jenis hama maupun penyakitnya.
Penggunaan pestisida dilakukan secara selektif dan terkendali. Jenis OPT yang
menyerang edamame biasanya sama juga dengan OPT yang menyerang kedelai,
sehingga pengendalianya tidak berbeda jauh dengan pengendalian pada kedelai.

Lalat pucuk, ulat grayak, pengerek batak, dan jamur bisa disemprot dengan
Reagent 50 C dengan dosis 1 gr / liter air dan Ingrofol 50 WP dengan dosis 1,5
l/Ha.

Pengendalian OPT ini sangat penting karena bisa berpengaruh terhadap kualitas
Edamame. Edamame yang diminta oleh pasar lokal maupun ekspor adalah
Edamame yang bernas, warna hijau segar dan harus bebas dari bekas serangan
hama atau penyakit. Sehingga sangat penting untuk memperhatikan hal ini,
baik hama pengerek batang maupun pengerek polong.

Panen dan Pasca Panen. Panen polong muda saat polong berwarna masih hijau
bisa mencapai 7,5 ton per hektar. Edamame bisa dipanen dalam keadaan segar
saat polong masih berwarna hijau pada saat berumur minimal 45 HST sesuai
varietasnya, jika terlalu tua kurang disukai konsumen. Panen tidak dilakukan
secara serentak tetapi diseleksi dengan interval panen 2 hari sekali. Polong yang
dipetik adalah yang bernas namun warnanya masih belum kuning. Jika akan
dipergunakan untuk benih panen harus dilakukan pada saat polong sudah
masak penuh kurang lebih pada saat edamame berumur 90 100 HST.

Edamame yang di panen muda sebaiknya segera di bawa ke tempat yang teduh
dan hindari dari panas matahari agar Edamame tetap segar, tidak layu atau
warnanya rusak. Jika polongnya kotor bisa dicuci dengan air yang mengalir dan
ditiriskan. Selanjutnya dipacking sebelum dipasarkan.

Edamame yang diminta pasar adalah Edamame dengan kualitas yang baik.
Polong berisi 2-3 biji per polong dengan jumlah polong antara 150 175 polong
per setengah kilogram dan bobot per polong antara 2,5 3,5 gram. Selain itu
polong Edamame harus berwarna hijau segar dan harus bebas dari bekas
serangan hama maupun penyakit.

Biasanya Edamame yang segar ini dikelompokkan menjadi 4 klas mutu atau
grade, antara lain :
Grade 1 : Kualitas super (Super quality), dengan ciri-ciri kulit polong
mulus, warna hijau tua, polong berisi penuh dengan isi polong 3.
Grade 2 : Kualitas Premium, dengan ciri-ciri warna hijau mulus namun
polong hanya berisi 2 biji.
Grade 3 : Kualitas Deluxe, dengan kualitas masih dibawah Grade 2, warna
kurang bagus, polong kurang bernas.
Grade 4 : Kualitas grade ini disebut dengan Mukimame, biasanya
digunakan untuk olahan lebih lanjut, bukan dikonsumsi segar.


Pemasaran Edamame ini bisa dilakukan dengan kerjasama dengan para pemasok
maupun eksportir edamame. Pasar lokal sasaranya ke perhotelan, restoran
maupun supermarket. Asal kualitas yang diminta dapat dipenuhi dengan baik,
pasar dengan sendirinya akan terbuka lebar.
http://yusufsila-tumbuhan.blogspot.com/2012/06/budidaya-kedelai-jepang-edamame.html

Cara Menanam Edamame
Edamame merupakan kedelai asal Jepang, secara umum bentuknya lebih besar dibandingkan kedelai biasa. Berat Edamame
bisa mencapai 30 gram per seratus bijinya. Edamame bisa dikonsumsi muda sebagai sayur saat polong masih berwarna hijau.
Edamame bisa juga dikonsumsi sebagai penganan kecil dalam bentuk edamame rebus. Saat ini edamame juga banyak diolah
menjadi susu bubuk, jus, pastry edamame, keripik edamame dan lainya.
Edamame mempunyai kandungan protein yang lengkap dengan kualitas yang setara dengan kandungan protein pada susu, telur
maupun daging. Selain itu edamame juga mengandung zat anti kolesterol sehingga sangat baik untuk dikonsumsi.
Varietas yang banyak dibudidayakan antara lain Ryoko, Taiso, Surumidori dan Surunoko. Ryoko merupakan varietas yang paling
banyak dibudidayakan karena polongnya lebih besar, rasanya lebih manis dan bulu halus pada polongnya lebih sedikit.
Edamame meliliki peluang yang bagus, prospek pasarnya masih terbuka lebar. Harga Edamame juga relatif baik , harganya
berkisar antara Rp. 7.500 Rp. 9.500 per kilogram untuk Edamame segar. embudidaya edamame ini masih relatif sedikit,
sedangkan kebutuhan pasarnya besar. Selain untuk konsumsi di dalam negeri, Edamame juga diekspor untuk memenuhi
kebutuhan pasar Jepang. Kebutuhan di dalam negeri kurang lebih 700 ton per tahun, sedangkan untuk ekspor ke Jepang
diperkirakan mencapai 40 kontainer per bulan sedangkan kemampuan pasokan kita baru mencapai 4 kontainer per bulan.
Budidaya edamame sebenarnya relatif tidak sulit, secara umum hampir sama dengan kedelai. Secara singkat budidaya edamame
adalah sebagai berikut :
Syarat Tumbuh. Edamame menghendaki ketinggian lahan minimal 200 m diatas permukaan laut (dpl), suhu berkisar 26 30 C,
dengan penyinaran matahari penuh. Edamame menghendaki tanah yang subur dengan pengairan yang baik dan kemasaman
tanah netral.
Persiapan Lahan. Tanah dibajak 3 minggu sebelum tanam, 2 minggu kemudian dibuat bedengan lebar 1,2 meter, panjang 10
meter dan tinggi bedengan 20 25 cm. jarak antar bedengan 0, 5 meter. Pemupukan dasar diberikan 3 hari sebelum tanam
dengan cara ditabur merata di atas bedengan. Pupuk dasar terdiri dari SP 36 sebanyak 200 kg / hektar dan penambahan kapur
pertanian 600 kg /hektar.
Benih. Benih Edamame yang diperlukan berkisar antara 80 100 kg per hektar. Varietas Edamame yang ditanam disesuaikan
dengan pasar, antara lain yang paling banyak ditanam petani adalah varietas Ryoko. Varietas ini polongnya lebih besar dan
rasanya lebih manis.
Penanaman. Benih Edamame ditanam pada bedengan dengan jarak tanam 12 X 20 cm atau 20 X 20 cm dan kedalaman tanam
1,5 2 cm kemudian ditutup dengan tanah gembur. Benih yang ditanam antara 2 -3 benih per lubang tanam.
Penyulaman. Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam (HST) apabila ada tanaman yang mati atau tidak normal tumbuhnya,
dengan mengambil tanaman yang ada di tepi atau tanaman persiapan yang khusus untuk sulaman.
Penyiangan. Rereumputan atau gulma lainya perlu dibersihkan agar tidak bersaing dengan Edamame, penyiangan dilakukan pada
saat tanaman berumur 9 HST. Penyiangan selanjutnya dilakukan sesuai kondisi pertanaman.
Pengairan. Pengairan dilakukan dengan penggenangan sampai air dalam kapasitas lapang, pengairan dilakukan 7 hari sekali
serta memperhatikan kondisi pertanamanya.
Pemupukan. Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 10 HST, terdiri dari KCL 50 kg/Ha, Urea 150 kg/Ha dan
Za 50 kg/Ha. Pemupukan susulan yang kedua pada saat tanaman berumur 21 HST terdiri dari KCl 100 kg/Ha, Urea 50 kg/Ha dan
ZA 100 kg/Ha.
Pengendalian OPT. Edamame tidak luput terkena serangan organisme penganggu tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit.
Pengendalian dilakukan secara terpadu sesuai dengan jenis hama maupun penyakitnya. Penggunaan pestisida dilakukan secara
selektif dan terkendali. Jenis OPT yang menyerang edamame biasanya sama juga dengan OPT yang menyerang kedelai,
sehingga pengendalianya tidak berbeda jauh dengan pengendalian pada kedelai.
Lalat pucuk, ulat grayak, pengerek batak, dan jamur bisa disemprot dengan Reagent 50 C dengan dosis 1 gr / liter air dan Ingrofol
50 WP dengan dosis 1,5 l/Ha.
Pengendalian OPT ini sangat penting karena bisa berpengaruh terhadap kualitas Edamame. Edamame yang diminta oleh pasar
lokal maupun ekspor adalah Edamame yang bernas, warna hijau segar dan harus bebas dari bekas serangan hama atau penyakit.
Sehingga sangat penting untuk memperhatikan hal ini, baik hama pengerek batang maupun pengerek polong.
Panen dan Pasca Panen. Panen polong muda saat polong berwarna masih hijau bisa mencapai 7,5 ton per hektar. Edamame
bisa dipanen dalam keadaan segar saat polong masih berwarna hijau pada saat berumur minimal 45 HST sesuai varietasnya, jika
terlalu tua kurang disukai konsumen. Panen tidak dilakukan secara serentak tetapi diseleksi dengan interval panen 2 hari sekali.
Polong yang dipetik adalah yang bernas namun warnanya masih belum kuning. Jika akan dipergunakan untuk benih panen harus
dilakukan pada saat polong sudah masak penuh kurang lebih pada saat edamame berumur 90 100 HST.
Edamame yang di panen muda sebaiknya segera di bawa ke tempat yang teduh dan hindari dari panas matahari agar Edamame
tetap segar, tidak layu atau warnanya rusak. Jika polongnya kotor bisa dicuci dengan air yang mengalir dan ditiriskan. Selanjutnya
dipacking sebelum dipasarkan.
Edamame yang diminta pasar adalah Edamame dengan kualitas yang baik. Polong berisi 2-3 biji per polong dengan jumlah polong
antara 150 175 polong per setengah kilogram dan bobot per polong antara 2,5 3,5 gram. Selain itu polong Edamame harus
berwarna hijau segar dan harus bebas dari bekas serangan hama maupun penyakit.
Biasanya Edamame yang segar ini dikelompokkan menjadi 4 klas mutu atau grade, antara lain :
Grade 1 : Kualitas super (Super quality), dengan ciri-ciri kulit polong mulus, warna hijau tua, polong berisi penuh dengan isi polong
3.
Grade 2 : Kualitas Premium, dengan ciri-ciri warna hijau mulus namun polong hanya berisi 2 biji.
Grade 3 : Kualitas Deluxe, dengan kualitas masih dibawah Grade 2, warna kurang bagus, polong kurang bernas.
Grade 4 : Kualitas grade ini disebut dengan Mukimame, biasanya digunakan untuk olahan lebih lanjut, bukan dikonsumsi segar.
Pemasaran Edamame ini bisa dilakukan dengan kerjasama dengan para pemasok maupun eksportir edamame. Pasar lokal
sasaranya ke perhotelan, restoran maupun supermarket. Asal kualitas yang diminta dapat dipenuhi dengan baik, pasar dengan
sendirinya akan terbuka lebar.

http://teknologi--tepat-guna.blogspot.com/2013/09/cara-menanam-edamame.html

Anda mungkin juga menyukai