Hari Susanti Perbandingan Kadar

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

PERBANDINGAN KADAR FENOLIK TOTAL EKSTRAK

METANOL KELOPAK MERAH DAN UNGU BUNGA ROSELLA


(Hibiscus sabdariffa, Linn) SECARA SPEKTROFOTOMETRI
Pramudita Dwi Apsari, Hari Susanti
Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad DahlanYogyakarta
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar fenolik total pada kelopak bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa, Linn) dengan variasi warna. Kadar fenolik total ditetapkan menggunakan
metode Spektrofotometri visibel dengan pereaksi Folin Ciocalteau. Prinsip dari metode ini adalah
terbentuknya senyawa kompleks berwarna biru dari fosfomolibdat-fosfotungstat yang direduksi
senyawa fenolik dalam suasana basa yang dapat diukur secara spektrofotometri. Sebagai
pembanding digunakan asam galat. Kadar fenolik total pada kelopak merah dan kelopak ungu
berturut-turut yaitu (1,568 0,031) g GAE/100 g ekstrak dan (1,860 0,053) g GAE/100 g ekstrak.
Dapat disimpulkan bahwa kelopak ungu mengandung senyawa fenolik lebih tinggi dibandingkan
kelopak merah.
Kata kunci : Rosella (Hibiscus sabdariffa, Linn), fenolik total, metode Folin Ciocalteau, kelopak
merah, kelopak ungu.
PENDAHULUAN
Rosella (Hibiscus sabdariffa, Linn)
adalah tanaman yang berasal dari Asia dan
Afrika. Menurut penelitian yang dilakukan
Hsieh dkk (2008) kelopak bunga rosella
memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC
50
0,25 mg/ml. Rosella mengandung senyawa
fenolik yaitu flavonoid (antosianin) pada
kelopak bunganya (Ruangsri dkk, 2008).
Mengingat pentingnya fungsi senyawa
fenolik sebagai antioksidan untuk pencegahan
dan pengobatan penyakit degeneratif, kanker,
penuaan dini dan gangguan sistem imun tubuh,
maka perlu dilakukan penelitian mengenai kadar
fenolik total dalam kelopak bunga rosella.
Dengan demikian, usaha pemanfaatan tanaman
rosella sebagai obat herbal dapat lebih maksimal
karena dengan melihat kadar fenolik total maka
besar aktivitas antioksidannya dapat
diperkirakan.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kelopak merah dan kelopak ungu
bunga rosella, reagen Follin Ciocaltaeu p.a
(E-Merck), metanol p.a (E-Merck), etanol p.a
(E-Merck), asam galat p.a (Sigma), petroleum
eter teknis (Brataco Chemica), air suling,
feriklorida p.a (E-Merck), natrium karbonat p.a
(E-Merck).
Alat
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat-alat gelas, neraca
Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Juni 2011 73
analitik AND GR 202, aluminium foil, kuvet,
kertas saring, rotary evaporator,
spektrofotometer (UV-Vis Shimadzu UV
PharmaSpec 1700), Halogen Moisturizer
Analyzer (Mettler Toledo), alat maserasi,
penangas air, mikropipet, corong Buchner.
Prosedur Penelitian
Pembuatan ekstrak metanol
Sebanyak 250,0 gram serbuk kelopak
merah dan ungu bunga rosella masing-masing
terlebih dahulu diawalemakkan dengan
petroleum eter. Serbuk kemudian direndam
dengan 750 ml metanol sambil diaduk dengan
distirer selama 3 jam, setelah didiamkan selama
24 jam, disaring dengan corong Buchner dan
filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary
evaporator.
Uji pendahuluan adanya senyawa fenol
a. Uji Senyawa Polifenol
Sejumlah ekstrak metanol kelopak merah dan
kelopak ungu bunga rosella ditambah 3 tetes
pereaksi FeCl
3
. Terjadinya warna hijau biru
menunjukkan adanya polifenol.
b. Uji Flavonoid
Ekstrak metanol kelopak merah dan ungu
masing-masing dilarutkan dalam metanol.
Larutan ekstrak kemudian diteteskan di atas
kertas saring, dikeringkan dan selanjutnya
kertas saring diuapi dengan amoniak.
Timbulnya warna kuning intensif
menunjukkan adanya flavonoid.
c. Uji Tanin
Ekstrak metanol kelopak merah dan ungu
masing-masing dilarutkan dalam air suling
dan dipanaskan selama 30 menit di atas
penangas air, kemudian disaring. Filtrat
ditambah larutan NaCl 2%; bila terjadi
endapan, disaring melalui kertas saring.
Filtrat ditambah larutan gelatin 1%; bila
timbul endapan menunjukkan adanya tanin
atau zat samak.
Penetapan kadar fenolik total
a. Pembuatan Reagen
1) Pembuatan larutan induk asam galat (500
g/ml)
Sebanyak 50,0 mg asam galat dilarutkan
dalam 0,5 ml etanol p.a, kemudian
diencerkan dengan air suling sampai
volume 100,0 ml.
2) Pembuatan larutan Na
2
CO
3
7,5%
Sebanyak 7,5 g Na
2
CO
3
ditambah 80 ml
air suling, kemudian dididihkan sampai
serbuk Na
2
CO
3
larut sempurna. Setelah itu
didiamkan selama 24 jam, disaring dan
diencerkan dengan air suling sampai
volume 100,0 ml.
b. Tahapan penentuan kadar senyawa fenolik
total
1) Penentuan Operating Time
Sebanyak 300 l larutan asam galat
konsentrasi 15 g/ml ditambah 1,5 ml
reagen Folin Ciocalteau (1:10), kemudian
digojog dan didiamkan selama 3 menit.
Ke dalamlarutan tersebut ditambah 1,2 ml
larutan Na
2
CO
3
7,5%, digojog homogen,
dan diukur absorbansinya dalam rentang
waktu 0-90 menit pada panjang
gelombang 765 nm.
2) Penentuan panjang gelombang absorbansi
maksimum
Sebanyak 300 l larutan asam galat
konsentrasi 15 g/ml ditambah 1,5 ml
reagen Folin Ciocalteau (1:10), kemudian
digojog dan didiamkan selama 3 menit.
Ke dalamlarutan tersebut ditambah 1,2 ml
larutan Na
2
CO
3
7,5%, digojog homogen,
dan didiamkan pada suhu kamar pada
74 Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Juni 2011
ISBN : 978-979-18458-4-7
range operating time, kemudian
absorbansinya diukur pada panjang
gelombang 600-850 nm.
3) Pembuatan kurva baku asam galat dengan
reagen Folin-Ciocalteau (Murtijaya dan
Lim, 2007).
Sebanyak 300 l larutan asam galat
konsentrasi 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40
g/ml masing-masing dimasukkan dalam
tabung, kemudian ditambah 1,5 ml reagen
Folin Ciocalteau (1:10) dan digojog.
Setelah didiamkan selama 3 menit,
masing-masing larutan ditambah 1,2 ml
larutan Na
2
CO
3
7,5% digojog homogen,
dan didiamkan pada range operating time
pada suhu kamar. Semua larutan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang
absorbansi maksimum, kemudian dibuat
kurva kalibrasi hubungan antara
konsentrasi asam galat (g/ml) dengan
absorbansi.
4) Penetapan kadar fenolik total (Murtijaya
dan Lim, 2007)
Sebanyak 25,0 mg ekstrak metanol
kelopak merah bunga rosella dilarutkan
sampai volume 25,0 ml dengan campuran
metanol : air suling (1:1). Larutan ekstrak
yang diperoleh dipipet 300 l dan
ditambah 1,5 ml reagen Folin-Ciocalteau
dan digojog. Setelah didiamkan selama 3
menit, ditambah 1,2 ml larutan Na
2
CO
3
7,5% dan didiamkan lagi pada range
operating time pada suhu kamar.
Absorbansi larutan ekstrak diukur dengan
spekrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang absorbansi maksimum.
Dilakukan 5 kali pengulangan.
Analisis Data
Analisis data terlebih dahulu dilakukan
dengan metode kurva standar, regresi linier y =
bx + a dibuat berdasarkan data absorbansi dan
konsentrasi dari larutan standar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji polifenol dilakukan untuk memastikan
adanya senyawa polifenol dalam kelopak bunga
rosella. Hasil uji polifenol ditandai dengan
terjadinya reaksi antara senyawa polifenol dan
ferri klorida membentuk kompleks berwarna
hijau, ungu, biru. Reaksi ini tidak spesifik,
sehingga tidak dapat digunakan untuk membeda-
kan masing-masing golongan polifenol.
Uji flavonoid dilakukan untuk memasti-
kan ada tidaknya senyawa flavonoid yang
merupakan bagian dari senyawa fenolik dalam
Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Juni 2011 75
Prosiding Seminar Nasional "Home Care"
Sampel Uji Kualitatif Pereaksi Teori Hasil Kesimpulan
KelopakMerah
Polifenol FeCl3 Hijau, ungu, biru
atau hitam
Hijau
+
Flavonoid Uap Amoniak Kuning intensif Kuning +
Tanin NaCl 2%
Gelatin 1%
Terbentuk
endapan
Terbentuk endapan
+
Kelopak Ungu
Polifenol FeCl3 Hijau, ungu, biru
atau hitam
Hijau
+
Flavonoid Uap Amoniak Kuning intensif Kuning +
Tanin NaCl 2%
Gelatin 1%
Terbentuk
endapan
Terbentuk endapan
+
Tabel I. Hasil Uji Pendahuluan Adanya Senyawa Fenolik
kelopak bunga rosella. Untuk itu, ekstrak yang
dilarutkan dalam metanol ditotolkan pada kertas
saring kemudian dikeringkan dan dilewatkan di
atas uap amoniak. Timbul warna kuning
menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Warna
kuning tersebut disebabkan karena pembentukan
struktur kinoid pada cincin B yang mengandung
ikatan rangkap terkonjugasi yang lebih panjang
dan planar sehingga dapat berfluorosensi
(Robinson, 1995).
Tanin juga merupakan salah satu bagian
dari senyawa fenolik. Uji terhadap tanin
dilakukan untuk memastikan apakah dalam
kelopak bunga rosella mengandung senyawa
tanin. Salah satu sifat yang dapat digunakan
sebagai pertanda adanya tanin adalah terjadinya
endapan protein; dalam uji ini dikatakan positif
apabila terbentuk endapan setelah penambahan
gelatin (protein) pada larutan ekstrak.
Penetapan kadar fenolik total dilakukan
dengan menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteau
yang berisi campuran natrium tungstat, natrium
molibdat, litium sulfat, asam klorida pekat, asam
fosfat 85%, bromin, dan air suling. Reagen Folin
Ciocalteau digunakan karena senyawa fenolik
dapat bereaksi dengan Folin membentuk larutan
berwarna yang dapat diukur absorbansinya.
Prinsip dari metode folin ciocalteau adalah
terbentuknya senyawa kompleks berwarna biru
yang dapat diukur pada panjang gelombang 765
nm. Pereaksi ini mengoksidasi fenolat (garam
alkali) atau gugus fenolik-hidroksi mereduksi
asam heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat)
yang terdapat dalam pereaksi Folin Ciocalteau
menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten.
Senyawa fenolik bereaksi dengan reagen Folin
Ciocalteau hanya dalam suasana basa agar
terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik
menjadi ion fenolat. Untuk menciptakan kondisi
basa digunakan Na
2
CO
3
7,5%. Selama reaksi
berlangsung, gugus hidroksil pada senyawa
fenolik bereaksi dengan pereaksi Folin
Ciocalteau, membentuk kompleks
molibdenum-tungsten berwarna biru dengan
struktur yang belum diketahui dan dapat
dideteksi dengan spektrofotometer. Warna biru
yang terbentuk akan semakin pekat, setara
dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk;
artinya semakin besar konsentrasi senyawa
fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang
akan mereduksi asamheteropoli (fosfomolibdat-
fosfotungstat) menjadi kompleks molibdenum-t
ungsten sehingga warna biru yang dihasilkan
semakin pekat
Pada penentuan kadar fenolik total,
larutan standar yang digunakan adalah asam
galat atau asam 3,4,5-trihidroksibenzoat
(C
6
H
2
(OH)
3
CO
2
H) dengan variasi konsentrasi
10, 15, 20, 25, 30, 35, dan 40 g/ml.
Tabel II. Hasil Penetapan Kadar Fenolik Total
Kelopak Bunga Rosella dengan variasi warna merah
dan ungu
Replikasi
Kadar (g GAE/100g ekstrak)
berdasarkan variasi warna kelopak
Kelopak Merah Kelopak Ungu
1 1,528 1,785
2 1,573 1,880
3 1,560 1,888
4 1,585 1,874
5 1,592 1,874
x 1,568 1,860
SD 0,025 0,042
CV 1,59% 2,26%
L.E 0,031 0,053
x L.E 1,568 0,031 1,860 0,053
76 Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Juni 2011
ISBN : 978-979-18458-4-7
Gambar I. Grafik hubungan antara konsentrasi
(g/10ml) dan absorbansi larutan asam galat
Kadar fenolik total pada kelopak ungu
lebih besar dibandingkan dengan kelopak merah.
Hal ini didukung oleh hasil uji terhadap
kandungan zat dalam kelopak. Uji tanin
menunjukkan bahwa pada konsentrasi larutan
ekstrak yang sama, larutan ekstrak kelopak ungu
membentuk endapan lebih banyak dibanding
dengan larutan ekstrak kelopak merah merah.
Perbedaan warna pada kedua kelopak
bunga rosella berhubungan juga dengan kadar
fenolik total. Menurut Sirait (2007), Antosianin
pelargonidin dan sianidin memberikan warna
merah pada kelopak bunga sedangkan antosianin
delfinidin memberikan warna ungu pada kelopak
bunga. Dilihat dari strukturnya antosianin
delfinidin memiliki gugus hidroksil lebih banyak
pada cincin B dibandingkan dengan antosianin
pelargonidin dan sianidin sehingga antosianin
delfinidin memiliki kemampuan mereduksi lebih
kuat. Kadar antosianin lebih tinggi pada kelopak
ungu hal ini dibuktikan dengan spektra pada
larutan ekstrak kelopak ungu lebih tinggi
dibandingkan larutan ekstrak kelopak merah
pada konsentrasi yang sama.
KESIMPULAN
Kadar fenolik total pada ekstrak metanol
kelopak merah dan ungu bunga rosella pada
penelitian berturut-turut yaitu 1,568 0,031 g
GAE/100 g ekstrak dan 1,860 0,053 g
GAE/100 g ekstrak. Kadar fenolik total pada
kelopak ungu bunga rosella lebih tinggi
dibandingkan dengan kelopak merah. Hal ini
disebabkan kandungan senyawa fenolik seperti
tanin, flavonoid, dan antosianin pada kelopak
ungu lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Hseih, B.C., Matsuura, R., Moriyama, H., Chen
R.L.C., Shimamura, T., dan Ukeda, H.,
2008, Characterization of Superoxide
Anion Scavenging Compounds in Roselle
(Hibiscus sabdariffa L.) Extract by
Electron Spin Resonance and LC/MS,
Food Sci. Technol. Res, 14 (4), Hal 383
388.
Murtijaya, J., dan Lim Y.Y., 2007, Antioxidant
Properties of Phylanthus amarus Extracts
as Affected by Different Drying Methods,
LWT-Food Sci. Technol, 40, Hal
1664-1669.
Ruangsri, P., Chumsri, P., Sirichote, A., dan
Itharat, A., 2008, Changes in Quality and
Bioactive Properties of Concentrated
Roselle (Hibiscus sabdariffa Linn.)
Extract, As. J. Food Ag-Ind, 1(02), Hal
62-67.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi, Edisi VI,
diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata, ITB press, Bandung, Hal
57, 73, 199.
Sirait, M., 2007, Penuntun Fitokimia dalam
Farmasi, ITB press, Bandung, Hal 152.
Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Juni 2011 77
Prosiding Seminar Nasional "Home Care"

Anda mungkin juga menyukai