Makna Pancasila

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

A.

MAKNA PANCASILA
Pencasila terdiri atas lima sila. Sila yang pertama adalah keTuhanan Yang Maha Esa. Sila
kedua adalah kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ketiga persatuan Indonesia. Sila
keempat adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan
perwakilan. Dan sila yang terakhir atau kelima adalah keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Makna Sila-Sila Pancasila
Berikut adalah makna dari setiap sila-sila Pancasila tersebut.
1. Sila KeTuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama Pancasila ini memiliki makna bahwa setiap manusia harus memiliki
Tuhan yang diyakininya tanpa keragu-raguan, kemudian diikuti dengan tanggung
jawab dan kewajiban untuk menjalankan sesuai dengan syariat masing-masing. Sila
KeTuhanan Yang Maha Esa memaksa setiap orang agar taat dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan tetap menghormati antara satu penganut agama satu dengan yang
lain. Sejalan dengan pasal 29 UUD 1945 yang berbunyi : Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat
menurut agamanya dan keprcayaannya itu.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Sila kedua Pancasila ini memiliki arti kesadaran sikap dan perilaku untuk
memperlakukan setiap hal secara adil dan sesuai dengan moral hidup serta
memperlakukannya seperti apa yang seharusnya. Pengakuan HAM, memperlakuan
manusia sebagaimana mestinya dan menyadari bahwa setiap manusia memiliki harkat
dan martabat yang merupakan pemberian Tuhan.
3. Sila Persatuan Indonesia
Sila ketiga Pancasila ini memiliki arti usaha menuju persatuan untuk meningkatkan
rasa nasionalisme setiap warga negara. Meskipun Indonesia terdiri atas banyak suku,
ras, dan agama. Namun nilai dari persatuan mampu menyelaraskan keberagaman
tersebut menjadi satu kesatuan bangsa. Sebagaimana semboyan Indonesia yaitu
Bhineka Tunggal Ika.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan.
Sila keempat pancasila ini memiliki makna bahwa setiap penentuan suatu kebijakan
oleh pemerintah melalui lembaga pemerintahan harus dilakukan secara musyawarah
untuk mencapai mufakat dengan berdasar atas nilai keTuhanan dan kemanusiaan serta
memperhatikan keinginan rakyat Indonesia sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Makna yang terkandung dalam sila kelima Pancasila ini adalah setiap segi kehidupan
bangsa Indonesia harus memiliki dan selalumengembangkan nilai keadilan untuk
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Setiap nilai keadilan yang dimiliki dan
dilaksanakan dengan baik oleh setiap rakyat Indonesia akan membawa Indonesia
mencapai tujuannya. Implementasi dari sila kelima pancasila ini adalah pengakuan
akan hak dan kewajiban. Penyediaan hak-hak setiap individu. Serta menjaga
keselarasan, keserasian, keseimbangan antara hak dan kewajiban serta penghormatan
terhadapnya.

B. PANCASIAL SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
Ideologi dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu ideologi dalam arti luas dan
ideologi dalam arti sempit. Dalam arti luas, ideologi menunjukan sebagai pedoman hidup di
semua segi kehidupan, baik pribadi maupun umum. Sedangkan dalam arti sempit,
menunjukan sebagai pedoman hidup dalam bidang tertentu, misalnya sebagai ideologi
negara. Ideologi negara merupakan ideologi mayoritas warga negara tentang nilai-nilai dasar
negara yang ingin diwujudkan melalui kehidupan negara itu. pancasila adalah ideologi
negara, yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana hidup bernegara. Sebagai ideologi
bangsa Indonesia, Pancasila sebagai ikatan budaya (cultural bond) yang berkembang secara
alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia, bukan secara paksaan.
Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara, yaitu:
1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang
majemuk.
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan negara.
Dengan memandang pengertian ideologi sebagai sebuah ide atau gagasan, Franz Magnis-
Suseno menyatakan bahwa ideologi tertutup dan ideologi terbuka.
1. Pengertian Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari
luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakatnya sendiri.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan
zaman dan adanya dinamika secara internal. Sumber semangat ideologi terbuka itu
sebenarnya terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945, yang menyatakan, ...
terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu
hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan
aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah cara
membuatnya, mengubahnya dan mencabutnya.
Arti Terbuka Dari Ideologi
Arti terbuka dari ideologi ditentukan oleh dua hal, pertama bersifat
konseptual (struktur ideologi) dan kedua bersifat dinamis (sikap para
penganutnya):
a. Bersifat Konsepsual, yaitu Struktur Ideologi
Menurut Corbet, struktur ideologi tersusun oleh: pandangan filsafat tentang alam
semesta dan manusia, konsep masyarakat ideal yang dicita-citakan, dan metodologi
untuk mencapainya. Ketiga unsur tersebut akan selalu terhubung dengan relasi
heuristi (relasi inovatif), yaitu apabila pandangan filsafatinya mengenai alam semesta
dan manusia bersifat tertutup, maka cita-cita instrinsiknya dengan sendirinya bersifat
tertutup, sehingga akan tertutup pula metode berpikirnya. Demikian sebaliknya,
apabila ajaran ontologis-nya bersifat terbuka, maka cita-cita intrinsik dan maupun
metode berpikirnya berturut-turut bersifat terbuka pula.
b. Bersifat Dinamis, yaitu Sikap Para Penganutnya
Bahwa ideologi yang bersifat abstrak, niscaya membutuhkan subjek
pengamal/pelaksana, yaitu sejumlah penganut atau pendukung yang
mengidentifikasikan hidupnya dengan ideologi yang dianutnya, menerima kebenaran,
berjuang, dan bekerja dengan setia untuknya. Pencapaian kebersamaan-hidup ideal
membutuhkan perjuangan panjang dari generasi ke generasi dalam sistem sosial yang
niscaya bersifat terbuka sejalan dengan perubahan zaman.
2. Ciri-Ciri Ideologi Terbuka
a. Merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat
b. Berupa nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari dalam masyarakat sendiri
c. Nilai-nilainya digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral, dan
budaya masyarakat itu sendiri
d. Hasil musyawarah dan konsensus masyarakat
e. Bersifat dinamis dan reformis
f. Isinya tidak bersifat operasional
g. Menghargai pluralitas sehingga dapat diterima oleh warga masyarakat
h. Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat
i. Terbuka terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar
3. Gagasan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Gagasan pertama mengenai Pancasila sebagai ideologi terbuka secara formal
ditampilkan sekitar tahun 1985, walaupun semangatnya sendiri sesungguhnya
dapat ditelusuri dari pembahasan para pendiri pada tahun 1945. Memahami
Pancasila sebagai ideologi terbuka didorong oleh tantangan zaman. Sejarah
menunjukkan bahwa betapa pun kokohnya suatu ideologi bila tidak memiliki
dimensi fleksibilitas atau keterbukaan, akan mengalami kesulitan bahkan
mungkin kehancuran dalam menanggapi tantangan zaman (contoh: runtuhnya
Komunisme di Uni Soviet).
Pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka tersirat di dalam Penjelasan
UUD 1945 di mana sisebutkan Maka telah cukup jika Undang-Undang
Dasar hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah
pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan kehidu[an
negara dan kesejahteraan sosial terutama bagi negara baru dan negara
muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan
pokok, sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu
diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya membuat,
mengubah, dan mencabut.
Dari kutipan tersebut kita dapat memahami bahwa UUD 1945 pada hakikatnya
mengandung unsur keterbukaan; karena dasar UUD 1945 adalah Pancasila, maka
Pancasila yang merupakan ideologi nasional bagi bangsa Indonesia bersifat terbuka
pula. Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan gagasan Pancasila
sebagai ideologi terbuka, yaitu:
a. Ideologi Pancasila harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi
zaman yang terus mengalami perubahan. Akan tetapi bukan berarti bahwa nilai
dasar Pancaasila dapat diganti dengan nilai dasar lain atau meniadakan jati diri
bangsa Indonesia.
b. Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar
Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa
Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif, dengan
memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia
sendiri.
c. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus mampu memberikan orientasi ke
depan, mengharuskan bangsa Indonesia untuk selalu menyadari situasi
kehidupan yang sedang dan akan dihadapainya, terutama menghadapi
globalisasi dan keterbukaan.
d. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa indonesia tertap bertahan dalam
jiwa dan budaya bangsa indonesia dalam wadah dan ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
4. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila
Dalam pandangan Moerdiono, faktor yang mendorong pemikiran mengenai
keterbukaan ideologi Pancasila adalah sebagai berikut :
a. Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat
Indonesia berkembang secara cepat. Dengan demikian, tidak semua persoalan
hidup dapat ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran ideologi-
ideologi sebelumnya.
b. Kenyataan bangkrutnya ideologi yang tertutup seperti Marxisme-
Leninisme/Komunisme. Dewasa ini kubu komunisme dihadapkan padapilihan
yang amat berat, menjadi suatu ideologi terbuka atau tetap mempertahankan
ideologi lama.
c. Pengalaman sejarah politik kita sendiri di masa lampau dengan pengaruh
Komunisme sangat penting. Karena pengaruh ideologi Komunisme yang pada
dasarnya bersifat tertutup. Pancasila pernah merosot menjadi ancaman dogma
yang kaku. Pancasila tidak lagi tampil sebagai acuan bersama, melainkan
sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan-lawan politik. Kebijakan
pemerintah pada saat itu menjadi absolut. Konsekuensinya, perbedaan-
perbedaan menjadi alasan untuk secara langsung dicap sebagai anti-Pancasila.
d. Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai catatan, istilah
Pancasila sebagai satu-satunya asas telah dicabut berdasarkan Ketetapan MPR
tahun 1999. Nemun, pencabutan ini kita artikan sebagai pengembalian fungsi
utama Pancasila sebagai dasar negara. Dalam kedudukannya sebagai dasar
negara, Pancasila harus dijadikan jiwa Bangsa Indonesia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, terutama dalam pengembangan Pancasila sebagai
ideologi terbuka. Di samping itu, ada faktor lain, yaitu tekad bangsa Indonesia
untuk menjadikan Pancasila alternatif ideologi dunia.
Sedangkan menurut Dr. Alfian, Pancasila sebagai ideologi terbuka telah
memenuhi ketiga dimensi yang disebutkan sebelumnya dengan baik, terutama karena
dinamika internal yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, secara ideal-
konseptual Pancasila adalah ideologi yang kuat, tangguh, dan bermutu tinggi. Itulah
sebabnya mengapa bangsa Indonesia meyakini sebagai ideologi yang terbaik bagi diri
bangsa Indonesia.
5. Perwujudan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang
dihadapai oleh bangsa Indonesia. Namun demikian, faktor manusia baik penguasa
maupun rakyat, sangat menentukan dalam mengukur kemampuan sebuah ideologi
dalam menyelesaikan berbagai masalah. Sebaik apa pun sebuah ideologi, tanpa
didukung oleh sumber daya manusia yang baik, hanyalah angan-angan belaka.
Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka
adalah sebagai berikut :

1. Nilai dasar
Merupakan nilai-nilai dasar yang relatif tetap (tidak berubah) yang terdapat di
dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai-nilai dasar Pancasila (Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial) akan dijabarkan lebih lanjut menjadi nilai
instrumental dan nilai praksis yang lebih bersifat fleksibel, dalam bentuk norma-
norma yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Nilai instrumental
Merupakan nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar yang dijabarkan secara lebih
kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945, TAP MPR, dan Peraturan Perundang-
Undangan lainnya.

3. Nilai praktis
Merupakan nilai-nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata
sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Nilai
praksis yang abstrak (misalnua menghormati, kerja sama, kerukunan, dan sebagainya)
diwujudkan dalam bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-hari. Dengan
demikian, nilai-nilai tersebut tampak nyara dan dapat kita rasakan bersama.

Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang
berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern. Kita
mengenal ada tiga tingkat nilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilai instrumental
sebagai sarana mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai keadaan dan nilai
praktis berupa pelaksanaan secara nyata yang sesungguhnya. Nilai-nilai Pancasila
dijabarkan dalam norma - norma dasar Pancasila yang terkandung dan tercermin
dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai atau norma dasar yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 ini tidak boleh berubah atau diubah. Karena itu adalah pilihan
dan hasil konsensus bangsa yang disebut kaidah pokok dasar negara yang fundamental
(Staatsfundamentealnorm). Perwujudan atau pelaksanaan nilai-nilai instrumental dan
nilai-nilai praktis harus tetap mengandung jiwa dan semangat yang sama dengan nilai
dasarnya. Kebenaran pola pikir seperti yang terurai di atas adalah sesuai dengan
ideologi yang memiliki tiga dimensi penting, yaitu:

1. Dimensi Realitas
Bahwa nilai-nilai dasar di dalam suatu ideologi bersumber dari nilai-nilai riil yang
hidup dalam masyarakat yang tertanam dan berakar di dalam masyarakat, terutama
pada waktu ideologi itu lahir. Dengan demikian, mereka betul-betul merasakan dan
menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama.

2. Dimensi Idealisme
Bahwa nilai-nilai dasar idiologi tersebut mengandung idealisme, bukan angan-angan
(utopia), yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui
perwujudan atau pengalamannya dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari dengan
berbagai dimensinya. Idiologi yang tangguh biasanya muncul dari pertautan yang erat,
yang saling mengisi dan memperkuat antara dimensi realitas dan dimensi idealisme
yang terkandung di dalamnya.

3. Dimensi Fleksibilitas.
Bahwa ideologi memiliki keluesan yang memungkinkan bahkan merangsang
pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa
menghilangkan atau mengingkari hakikat (jati diri) yang terkandung dalam nilai-nilai
dasarnya. Dimensi fleksibilitas atau dimensi pengembangan sangat diperlukan oleh
suatu ideologi guna memelihara dan memperkuat relevansinya dari masa ke masa.

6. Bukti Keterbukaan Pancasila
Bukti bahwa Pancasila adalah ideologi terbuka adalah :
a. Pancasila memiliki pandangan hidup dan tujuan serta cita-cita
masyarakat Indonesia.
b. Tekad untuk mengembangkan kekreatifitasan dan dinamis untuk
mencapai tujuan nasional.
c. Pengalaman sejarah bangsa Indonesia.
d. Terjadi atas dasar keinginan bangsa (masyarakat) Indonesia sendiri
tanpa campur tangan atau paksaan dari sekelompok orang.
e. Isinya tidak operasional.
f. Menginspirasikan kepada masyarakat agar bertanggung jawab sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
g. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima oleh semua masyarakat
yang memilikilatar belakang dan budaya yang berbeda.
7. Batas Batas Keterbukaan Ideologi Pancasila
Suatu ideologi apa pun namanya, memiliki nilai dasar atau intrinsik dan
nilai instrumental. Nilai instrinsik adalah nilai yang dirinya sendiri
merupakan tujuan. Seperangkat nilai instrinsik (nilai dasar) yang terkandung di
dalam setiap ideologi berdaya aktif. Artinya ia memberi inspirasi sekaligus
energi kepada para penganutnya untuk mencipta dan berbuat. Dengan
demikian, tiap nilai instrinsik niscaya bersifat khas dan tidak ada duanya.
Dalam ideologi Pancasila, nilai dasar atau nilai instrinsik yang dimaksud
adalah nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan
Keadilan Sosial yang menjadi jati diri bangsa Indonesia. Nilai-nilai ini oleh
bangsa Indonesia dinyatakan sebagai hasil kesepakatan untuk menjadi dasar
negara, pandangan hidup, jati diri bangsa, dan ideologi negara yang tidak
dapat diubah oleh siapa pun, termasuk MPR hasil pemilu.
Sedangkan nilai instrumental atau diistilahkan dambaan instrumental
adalah nilai yang didambakan berkat efek aktual atau sesuatu yang dapat
diperkirakan akan terwujud. Nilai instrumental menurut Richard B. Brandt,
adalah nilai yang niscaya dibutuhkan untuk mewujudkan nilai instrinsik berkat
efek aktual yang dapat diperhitungkan hasilnya. Nilai instrumental adalah
penentu bentuk amalan dari nilai instrinsik untuk masa tertentu
Sifat keterbukaan ideologi mengandung arti bahwa di satu sisi nilai
instrumental itu bersifat dinamis, yaitu dapat disesuaikan dengan tuntutan
kemajuan zaman, bahkan dapat diganti dengan nilai instrumental lain demi
terpeliharanya relevansi ideologi dengan tingkat kemajuan masyarakat.
Sungguhpun demikian, keterbukaan ideologi Pancasila itu ada batas-batasnya
yang tidak boleh dilanggar, yaitu sebagai berikut :
Batas jenis pertama
Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanya nilai instrumental, sedangkan
nilai dasar atau instrinsik mutlak dilarang. Nilai instrumental dalam ideologi Pancasila
adalah nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar atau instrinsik yang dijabarkan
secara lebih kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945, TAP MPR, dan Peraturan
Perundang-Undangan lainnya. Supaya nilai-nilai instrumental yang lebih kreatif dan
dinamis itu dapat dengan mudah diimplementasikan oleh masyarakat, maka nilai-nilai
instrumental itu dituangkan dalam bentuk nilai praksis.
Nilai praksis merupakan nilai-nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam
kehidupan nyata sehari-hari (living reality) baik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, maupun bernegara. Nilai praksis yang bersifat abstrak, seperti
menghormati, kerjasama, kerukunan, gotong royong, toleransi, dan sebagainya,
diwujudkan dalam bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-hari.

Batas jenis kedua, yaitu terdiri dari 2 (dua) buah norma:
1) Penyesuaian nilai instrumental pada tuntutan kemajuan zaman harus dijaga agar daya
kerja nilai instrumental yang disesuaikan itu tetap memadai untuk mewujudkan nilai
instrinsik yang bersangkutan. Sebab, jika nilai instrumental penyesuaian tersebut
berdaya kerja lain, maka nilai instrinsik yang bersangkutan tak akan pernah terwujud.
2) Nilai instrumental pengganti tidak boleh bertentangan dengan linea recta nilai
instrumental yang diganti. Sebab, bila bertentangan, itu berarti bertentangan pula
dengan nilai instrinsiknya yang berdaya meniadakan nilai instrinsik yang
bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Subandi, AL Marsudi, 2001. Pancasila dan UUD 45 Dalam Paradigma Reformasi. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Sutrisno, Slamet. 1986. Pancasila Sebagai Metode. Liberty. Yogyakarta.
http://kuliahsemester1.wordpress.com/pendidikan-pancasila/pancasila-sebagai-ideologi-terbuka/
M, Hasim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan . Jakarta: Quadra.
Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan; Dwi Winarno, S.Pd., M.SI , 2006\
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila; Prof. Drs. H.A.W Widjaja , 2002
Pancasila Dalam Tinjauan Historis, Yuridis dan Filosofis; B. Sukarno, 2005
Pendidikan Kewarganegaraan; Dadang Sundawa, Djaenudin Harun, A.T. Sugeng Priyanto,
Cholisin, Muchson A.R , 2008
http://www.scribd.com/doc/24154562/Pengertian-Pancasila-Secara-Etimologis-Historis-Dan-
Terminologis Minggu, 6 April 2014

Anda mungkin juga menyukai