Bab 2

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Statistika Dasar

BAB 2
A. Skala Pengukuran

PENGUKURAN PEUBAH

Mengukur sesuatu kita pergunakan skala ukuran. Mengukur berat seseorang kita menggunakan skala tertentu sebagai alat pengukur. Jarak satu tempat dengan tempat yang lain juga menggunakan skala ukuran, misalnya meter, centimeter, atau kalau jarak yang sangat panjang digunakan satuan tahun cahaya, yaitu jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahun. Bagaimana kita mengukur kecantikan, kepandaian menya-nyi jenis keroncong, jenis dangdut, maka kita menggunakan skala. Sudah barang ten-tu kita tidak menggunakan skala yang sama dalam hal mengukur menyanyi dengan mengukur panjang atau mengukur berat. Kita menggunakan alat pengukur tertentu terhadap sesuatu yang akan diukur. Hasil pengukuran dapat dibedakan atas empat macam skala, yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. 1. Skala Nominal Skala nominal dapat dinyatakan sebagai ukuran yang tidak sebenarnya. Skor untuk setiap satuan pengamatan, atau individu hanya merupakan tanda atau simbol yang menunjukkan ke dalam kelompok atau kelas mana individu tersebut termasuk. Misalnya, jenis kelamin dengan skor yang mungkin 1 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan. Skor 1 dan 2 yang diberikan itu hanya untuk membedakan antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Urutan, selisih, jumlah, dan operasi hitung lainnya terhadap data skala nominal tidak mempunyai arti. Dengan skala nominal, kita dapat mengelompokkan responden ke dalam dua kategori atau lebih menurut peubah yang diperhatikan. 2. Skala Ordinal Sakala ordinal menunjukkan urutan (peringkat, tingkatan atau ranking) di samping berfungsi sebagai pengelompokan (skala nominal). Misalnya, peubah tingkatan dalam suatu rumah susun dengan angka 1, 2, 3, ; peubah pendidikan dengan kategori 1 yang tamat SD, 2 yang tamat SLTP, 3 yang tamat SLTA, 4 yang S1 atau di atasnya. Pada skala ordinal, selisih antara dua ukuran, serta operasi hitung lainnya tidak mempunyai arti, kecuali urutannya yang mempunyai makna. Skala ordinal ini memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkatan paling rendah ke tingkatan paling tinggi atau sebaliknya menurut suatu atribut tertentu. Misalnya, ukuran untuk kelas ekonomi biasanya dipakai ukuran ordinal: kelas ekonomi tingkat atas (skor 3), kelas ekonomi tingkat menengah (skor 2), dan kelas ekonomi tingkat bawah (skor 1). Ukuran ini tidak menunjukkan angka rata-rata kelas ekono-

Pengukuran Peubah

Statistika Dasar mi, dan tidak memberikan informasi mengenai besar interval atau jarak antara kelas ekonomi rendah dengan kelas ekonomi atas. Oleh karena itu, perhitungan statistik yang didasarkan atas perhitungan rata-rata dan simpangan baku tidak dapat diterapkan pada ukuran ini. Demikian pula, kita tidak dapat mengatakan bahwa kelas ekonomi atas tiga kali lebih kaya daripada kelas ekonomi bawah, atau kelas ekonomi menengah dua kali lebih kaya daripada kelas ekonomi bawah. 3. Skala Interval Skala interval termasuk ukuran yang bersifat numerik, yaitu interval antara dua ukuran yang berbeda mempunyai arti. Misalnya, temperatur dalam Celcius; interval dari 0 sampai 20 derajat sama dengan interval dari 10 sampai 30 derajat, tetapi 30 derajat Celcius (300C) panasnya tidak sama dengan tiga kali 100C, karena 00C tidak berarti tidak ada panas sama sekali. Dalam hal ini, titik nol tidak merupakan titik mutlak. Contoh lain, Ahmad memperoleh nilai 50 dalam mata pelajaran matematika, sedangkan Tuti mendapat nilai 10, maka tidak dapat dikatakan bahwa pengetahuan Ahmad lima kali pengetahuan Tuti dalam mata pelajaran matematika. Namun demikian, kita dapat mengatakan bahwa Ahmad mendapat skor 40 lebihnya dari skor Tuti. Jadi, pada skala interval tidak terdapat titik nol mutlak, tetapi operasi jumlah dan kurang dapat dilakukan dan mempunyai makna. 4. Skala Rasio Skala rasio sedikit berbeda dengan skala interval, yakni skala rasio mempunyai titik nol mutlak. Sebagai contoh, peubah umur dalam bulan, tinggi badan dalam meter, luas wilayah dalam kilometer persegi, dan penghasilan dalam rupiah. Jika Adi mem-punyai uang Rp 500,00, dan Rini mempunyai uang Rp100,00, maka uang Adi sama dengan lima kali uang Rini. Sifat ini tidak berlaku pada skala interval, tetapi semua sifat-sifat skala interval juga berlaku untuk skala rasio. Dari pengetahuan kita tentang skala pengukuran, peubah dapat pula dibedakan atau dikelompokkan menjadi peubah nominal, peubah ordinal, peubah interval, dan peubah rasio menurut skala pengukurannya.

B. Pengembangan Alat Ukur


Dalam pengembangan sebuah alat ukur, pertama-tama yang menjadi pertanyaan: Apa yang akan diukur? Obyek yang akan diukur ada yang berupa benda fisik, seperti meja, pohon, dan ada pula yang bersifat abstrak seperti kecerdasan, dan status ekonomi. Obyek jenis ini pertama dapat langsung diukur, misalnya sebuah meja dapat diukur tingginya dalam cm (sentimeter), atau beratnya dapat ditimbang dalam kg (kilogram. Tetapi, kecerdasan merupakan konsep yang abstrak, sehingga pengukurannya dapat dilakukan setelah konsep itu diuraikan menjadi sejumlah indikator yang terukur. Ini yang disebut pengoperasionalan peubah. 1. Definisi Operasional Peubah Peubah dapat didefinisikan dengan memberi arti atau kekhususan sehingga peubah tersebut dapat diukur. Dengan kata lain, definisi operasional sebuah peubah

Pendahuluan

Statistika Dasar memberikan gambaran bagaimana peubah tersebut diukur. Sebagai contoh, peubah kecerdasan diukur dengan tes baku (standard test). Definisi operasional terhadap sebuah peubah dapat dibedakan ke dalam tiga pola, yaitu: a. Definisi yang disusun atas dasar kegiatan lain yang terjadi dan harus dilakukan atau tidak dilakukan untuk memperoleh peubah yang didefinisikan. b. Definisi yang disusun berdasarkan bagaimana sifat serta cara beroperasinya halhal yang didefinisikan. c. Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu muncul atau terjadi. Definisi pola pertama dapat dijelaskan dengan contoh kenyang adalah suatu keadaan yang timbul dalam diri seseorang setelah makan secukupnya dalam interval waktu empat jam. Frustrasi adalah suatu hal yang timbul akibat tidak tercapainya hal yang sangat diinginkan, sedangkan hal tersebut sudah hampir dicapai. Definisi pola kedua dapat diberikan contoh bodoh yang merupakan sifat seseorang yang kemampuannya rendah, baik dalam memecahkan masalah, mau pun dalam menggunakan bilangan dan bahasa. Subur adalah seorang ibu yang melahirkan anak tidak kurang dari empat dalam waktu lima tahun. Definisi pola ketiga, misalnya kemampuan berhitung yang merupakan kompetensi dalam menambah, mengurang, mengali, membagi, menarik akar, menggunakan pecahan dan bilangan desimal. Harga gabah adalah harga rata-rata dari gabah kualitas menengah tingkat pedesaan di Sulawesi Tengah. Setelah peneliti memberikan definisi operasional kepada peubah yang dipilih dan digunakan dalam penelitiannya, peneliti harus dapat mengukur peubah itu. 2. Teknik Pengukuran Peubah Pengukuran adalah penetapan (pemberian) angka terhadap objek atau gejala yang dipelajari menurut aturan tertentu. Jadi, ada tiga kata kunci dalam proses pengukuran, yaitu angka, penetapan, dan aturan. Angka adalah simbol dalam bentuk 1, 2, 3, atau I, II, III, , atau 2,56 dan sebagainya yang tidak mempunyai arti. Jika angka itu dikaitkan dengan nilai kuantitatif, maka angka tersebut berubah menjadi bilangan. Penetapan adalah suatu pemetaan atau pengaitan antara objek dan angka, sedangkan aturan merupakan acuan atau perintah untuk melakukan pemetaan itu. Misalnya, subjek yang setuju terhadap sesuatu diberi angka 1, dan jika tidak setuju diberi angka 0, Skala pengukuran ini dapat dibuat lebih terperinci lagi dengan memberi angka 5 bagi yang sangat setuju, 4 untuk yang setuju, 3 untuk yang tidak acuh, 2 untuk yang tidak setuju, dan 1 bagi yang sangat tidak setuju. Jika kita mengukur suatu objek, yang diukur sebenarnya adalah indikator pada sifat objek yang akan dipelajari. Indikator berarti sesuatu yang menunjukkan pada sesuatu yang lain. Misalnya, sifat alim diukur dengan frekuensi seseorang melakukan ibadah, apakah ke masjid bagi umat Islam, atau ke gereja bagi umat Kristen. Jadi, kalau sifat alim yang akan dipelajari kepada seseorang, peubah perilaku alim dapat diukur dengan sejumlah indikator seperti frekuensi melakukan ibadah, menolong

Pengukuran Peubah

Statistika Dasar orang lain, dan sifat-sifat terpuji lainnya. Di sinilah perlunya definisi operasional peubah sebelum diadakan pengukuran. Definisi operasional akan mengarahkan peneliti untuk menetapkan sejumlah indikator yang dapat diukur. Setelah indikator itu ditetapkan, pemetaan angka dengan sifat indikator dengan suatu aturan tertentu dapat dilakukan. Misalnya, ukuran kealiman seseorang ditentukan 3 bagi yang ke masjid rata-rata lima kali sehari, 2 bagi yang rata-rata sekali sehari, 1 bagi yang sekali seminggu, dan 0 bagi yang paling banyak tiga kali setahun. Skor 3, 2, 1, dan 0 ini dapat dikategorikan sebagai skala ordinal, sehingga tidak bisa dilakukan operasi aljabar terhadapnya. Kalau beberapa indikator yang diukur dengan skala ordinal seperti di atas, dijumlahkan atau dihitung rata-ratanya untuk menyatakan skor sifat alim tersebut, maka skala skor terakhir ini menjadi skala interval. Hal ini dapat dilakukan karena sifat alim itu pada dasarnya mempunyai skala interval, hanya saja mengukurnya melalui bebrapa indikator yang diukur secara ordinal. Tetapi tidak semua skala ordinal dapat berubah menjadi skala interval. Misalnya, tingkatan rumah yang diberi skor 1, 2, 3, sesuai banyaknya lantai yang bersusun tidak akan berubah menjadi skala interval.

C. Jenis-jenis Data
Keterangan atau informasi mengenai suatu hal bisa berbentuk kategori, misalnya rusak, baik, senang, puas, berhasil, gagal, dan sebagainya, atau bisa juga berbentuk bilangan. Dua bentuk informasi ini dinamakan data atau lengkapnya data statistik. Data jenis pertama disebut data kualitatif, yaitu data yang dikategorikan menurut gambaran kualitas objek yang diperhatikan. Golongan data ini diidentifikasi menurut sifat atau atribut, seperti sembuh, baik, gagal, dan sebagainya. Data yang berbentuk bilangan disebut data kuantitatif, dan nilainya berubahubah, atau disebut peubah. Dari nilainya, data kuantitatif dapat dibedakan atas data diskrit (peubah diskrit) dan data kontinu (peubah kontinu). Hasil yang diperoleh dengan cara membilang atau mencacah merupakan data diskrit, sedangkan hasil mengukur disebut data diskrit. Misalnya, keluarga A mempunyai lima anak laki-laki dan tiga anak perempuan, merupakan data diskrit. Luas daerah B sebesar 425,7 km2, dan kecepatan suatu mobil 60 km/jam merupakan contoh data kontinu. Menurut sumbernya, kita dapat membedakan dua macam data, yaitu data intern dan data ekstern. Sebuah kantor mencatat segala macam kegiatan pegawai, pengeluaran biaya, keadaan inventaris, dan lain-lain yang terjadi dalam kantor itu, maka hasil pencatatan itu merupakan data intern. Dalam berbagai situasi, sebuah kantor juga memerlukan data dari kantor lain atau instansi luar untuk digunakan sebagai data pembanding, dan data ini disebut data ekstern. Dilihat dari siapa yang mengumpulkan data itu, data dapat dibedakan atas dua macam pula, yaitu data primer dan data sekunder. Jika peneliti atau pengguna data mengumpulkan data secara langsung dari responden di lapangan, data itu disebut data primer. Tetapi, kalau peneliti mengambil data yang sudah dikumpulkan oleh orang

10

Pendahuluan

Statistika Dasar lain, seperti data dari kantor Biro Pusat Statistik (BPS), atau dari laporan penelitian orang lain, data tersebut dinamakan data sekunder. Perlu diperhatikan bahwa bagaimana pun dan dari mana pun diperolehnya, data harus sahih dan kebenarannya harus dapat diandalkan. Dengan perkataan lain, kesahihan dan keandalan data merupakan keharusan untuk mendapatkan informasi yang benar dan bermanfaat. Kesahihan dan keandalan ini sangat bergantung kepada alat ukur, sampel, dan prosedur pengumpulan data.

D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, karena data dapat digunakan pada penelitian eksploratif, mau pun untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Metode pengumpulan data ditentukan pula oleh masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Secara umum, metode pengumpulan data dapat dikelompokkan ke dalam metode pengamatan langsung dan metode pengamatan tidak langsung dengan penggunaan angket, dan beberapa metode khusus. 1. Pengamatan Langsung Secara umum, pengamatan langsung dapat dibedakan atas dua macam, yaitu pengamatan tidak berstruktur dan pengamatan berstruktur. Untuk menentukan apakah suatu pengamatan yang dilakukan tidak berstruktur atau berstruktur, ada empat pertanyaan yang harus dijawab oleh peneliti. a. b. c. d. Apa yang akan diamati? Bagaimana pengamatan tersebut dicatat? Prosedur apa yang digunakan untuk memperoleh pengamatan yang akurat? Bagaimana hubungan antara pengamat dengan yang diamati dan bagaimana hubungan tersebut dibina?

a) Pengamatan Tidak Berstruktur Pada pengamatan tidak berstruktur, peneliti (pengamat) tidak mengetahui aspek-aspek apa dari kegiatan yang ingin diamatinya relevan dengan tujuan penelitian. Peneliti tidak mempunyai rencana tentang cara pencatatan dari pengamatannya sebelum ia memulai mengumpulkan data. Pengamatan tidak berstruktur sering digunakan dalam penelitian antropologi ataupun penelitian yang sifatnya eksploratif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengamatan tidak berstruktur adalah antara lain, (1) isi pengamatan, (2) catatan pengamatan, (3) ketepatan pengamatan, dan (4) hubungan antara pengamat dan yang diamati. Isi pengamatan menyangkut persiapan, yaitu siapa yang terlibat dalam pengamatan itu, lokasi atau latar belakang pengamatan, tujuan terjadinya suatu gejala, perilaku sosial, frekuensi dan lamanya kejadian. Waktu pencatatan dan bagaimana kejadian itu dicatat merupakan dua hal yang perlu diperhatikan. Ketepatan pengamatan dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat bantu seperti kamera, tape recorder, atau pengamat terdiri dari dua orang atau lebih. Dalam hubungan antara pengamat

Pengukuran Peubah

11

Statistika Dasar dan yang diamati, pengamat harus dapat meyakinkan responden atau harus dapat memberikan alasan yang tepat mengapa ia harus melakukan pengamatan itu. b) Pengamatan Berstruktur Pada pengamatan berstruktur, peneliti telah mengetahui aspek apa dari keaktifan yang diamati dan relevan dengan masalah atau tujuan penelitian, dengan pengungkapan sistematis untuk menguji hipotesis. Pengamatan dapat berlangsung di lapangan atau di laboratorium, dan bisa terhadap manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan, atau pun benda-benda lain. Dalam hal penelitian bukan eksperimen, peneliti tidak mengintervensi peubah, tetapi dalam pengamatan berstruktur, penelti dapat lebih awal menentukan secara umum, perilaku yang ingin diamati agar masalah yang dipilih dapat dipecahkan, sedangkan dalam penelitian eksperimen, peneliti dapat mengadakan perlakuan untuk mengatur dan mengintervensi, serta mengontrol peubah sesuai keperluan pengujian hipotesis dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian. Untuk meningkatkan keandalan pengamatan, beberapa hal perlu diperhatikan sebagai berikut: 1) Merumuskan definisi yang tepat tentang kategori atau kelompok atau aspek yang akan diamati. 2) Menghindarkan persepsi untuk kepentingan pribadi atau nilai sendiri dalam pengamatan. 3) Menjelaskan kepada pengamat tentang prosedur pengamatan, tujuan penelitian, teori, dan aturan-aturan. 4) Mengujicoba pengamatan pada kelompok kecil yang serupa dengan kelompok yang sebenarnya akan diamati. 5) Menggunakan lebih dari satu pengamat. 2. Wawancara Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data, terutama digunakan dalam meneliti masalah-masalah sosial. Dalam hal ini, informasi atau keterangan diperoleh langsung dari informan dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap. Wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, tetapi berbeda dengan percakapan sehari-hari, di mana wawancara dapat ditandai dengan ciri berikut: a. Pewawancara dan informan biasanya belum saling kenal. b. Informan selalu menjawab pertanyaan, karena pewawancara selalu bertanya. c. Pewawancara tidak mengarahkan jawaban, tetapi harus selalu bersifat netral. d. Pertanyaan yang diberikan sesuai pedoman wawancara (interview guide) yang telah ditetapkan. Pada umumnya, pewawancara memegang peranan penting dalam memulai wawancara. Pewawancara harus dapat menggali keterangan dari informan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Membuat informan merasa bahwa dengan memberikan informasi, ia telah membantu dalam pencapaian tujuan penelitian.

12

Pendahuluan

Statistika Dasar b. Menghilangkan pembatas antara pewawancara dan informan sehingga wawancara dapat berjalan lancar. c. Membuat situasi wawancara menyenangkan, baik bagi pewawancara, mau pun bagi informan. Kesemuanya ini dapat dicapai apabila pewawancara mengikuti urutan prosedur dalam memulai wawancara sebagai berikut: a. Menerangkan kegunaan dan tujuan penelitian. b. Menjelaskan alasan mengapa informan tersebut terpilih untuk diwawancarai. c. Menjelaskan institusi atau lembaga yang melaksanakan penelitian. d. Menerangkan bahwa wawancara tersebut dilakukan dengan jaminan keamanan dan kerahasiaan informan. 3. Penggunaan Angket Alat lain untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan, yang biasa juga disebut angket atau kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada angket tersebut cukup terperinci dan lengkap. Ini yang membedakan angket dengan pedoman wawancara. Isi pertanyaan dalam sebuah angket dapat berupa pertanyaan tentang fakta, pendapat (opini), atau persepsi diri. Jenis pertanyaan pun bisa terbuka dan bisa tertutup. Pertanyaan terbuka dibuat sedemikian rupa sehingga jawabannya bisa bermacam-macam. Misalnya: berapa pendapat Anda sebulan? Pertanyaan tertutup dibuat sedemikan rupa sehingga informan dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternatif dan memilih satu jawaban saja. Misalnya: Dalam kategori manakah pendapatan Anda sebulan? a. di bawah Rp 50.000,00 b. antara Rp 50.000,00 dan Rp 100.000,00 c. antara Rp 100.000,00 dan Rp 200.000,00 d. antara Rp 200.000,00 dan Rp 500.000,00 e. di atas RP 500.000,00 4. Penggunaan Tes Tes dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian atau evaluasi, antara lain dalam setiap macam ulangan, ujian akhir semester, dan lainnya. Tes merupakan alat ukur yang penting, karena beberapa alasan sebagai berikut: a. Tes dapat menilai hasil pengajaran yang telah dilakukan, dan hasilnya disebut nilai hasil. b. Tes dapat juga menilai jalannya proses belajar, dan hasilnya disebut nilai proses. c. Tes dapat berfungsi memberi keputusan lembaga pendidikan untuk menentukan kelulusan. Ketiga fungsi penilaian tersebut tidak dapat dipisahkan, namun perlu diketahui bahwa ketiganya berbeda satu sama lain. Di samping fungsi penilaian tersebut, beberapa kemungkinan penggunaan tes dapat dikemukakan sebagai berikut:

Pengukuran Peubah

13

Statistika Dasar a. Penggunaan prediktif. Tes digunakan dengan maksud untuk mengukur, apakah di kemudian hari dapat diharapkan suatu hasil. Dengan penggunaan prediktif, orang mencoba memperhitungkan, apakah seseorang di kemudian hari akan dapat belajar dan berhasil dengan baik. b. Penggunaan selektif. Tes digunakan untuk meneliti, sejauh mana siswa (anak didik) dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. c. Penggunaan diagnosis. Tes dimanfaatkan untuk memeriksa titik kuat dan titik lemah siswa, atau letak kekurangan pembelajaran. d. Penggunaan komparatif. Tes digunakan untuk mengetahui apakah kelompok yang satu sama kemampuannya atau sama rajinnya dengan kelompok yang lain. Melihat fungsi dan penggunaan tes, pembuatannya harus dilakukan dengan teknikteknik khusus untuk mendapatkan tes yang baik. Ada beberapa kriteria atau syarat yang harus dipenuhi sebuah tes yang baik. Persyaratan yang dimaksud adalah kerelevanan, keseimbangan, keefisienan (berdaya guna), keobjektifan, kekhususan, tingkat kesulitan dan daya pembeda. Selanjutnya, tes dapat dibedakan atas tes terbuka dan tes tertutup. Tes terbuka dapat berbentuk ujian lisan, bentuk uraian (esei), dan bentuk isian, sedangkan tes tertutup dapat berbentuk soal benar-salah, pilihan ganda, atau menjodohkan (memasangkan). Persyaratan dan bentuk tes tidak dibicarakan secara rinci di sini. Hal ini dapat dilihat pada pada buku yang ada membahas tentang hal tersebut. Dengan penilaian, guru dapat memperoleh berbagai keuntungan antara lain: ia dapat melihat distribusi prestasi siswa dalam mengerjakan setiap soal. Guru dapat melihat dengan jelas siswa yang berprestasi, dan siswa yang berprestasi kurang secara tegas dan jelas. Hal ini akan sangat membantu proses untuk mengambil keputusan siapa yang lulus dan siapa yang tidak lulus.

E. Pembulatan Angka
Dalam perhitungan, terutama bilangan desimal, kita sering mendapatkan angka yang berderet panjang, seperti lambang bilangan = 3.141592654. Angka seperti ini tidak mungkin dituliskan secara lengkap pada sebuah laporan. Sekalipun angka yang terbatas panjangnya, seperti 5,24721 sering tidak praktis ditulis lengkap, dan angka tersebut dapat disederhanakan menjadi 5,25. Penyederhanaan atau pembulatan ini mempunyai aturan sebagai berikut: 1. Jika angka terkiri dari yang harus dihilangkan adalah 4 atau kurang, maka terkanan yang mendahuluinya tidak berubah (pembulatan ke bawah) 2. Jika angka terkiri dari yang harus dihilangkan lebih dari 5 atau 5 diikuti oleh angka bukan nol, maka angka terkanan yang mendahuluinya bertambah satu (pembulatan ke atas). 3. Jika angka terkiri dari yang harus dihilangkan hanya angka 5 atau 5 yang diikuti oleh angka-angka nol belaka, maka angka terkanan yang mendahuluinya bisa tetap atau bertambah satu, tergantung dari aturan yang digunakan. Kita harus memilih satu di antara dua aturan berikut: a. Aturan genap terdekat. Angka terkanan yang mendahului 5 yang akan dihilangkan tetap jika ia genap, bertambah satu jika ia ganjil. 14 Pendahuluan

Statistika Dasar b. Aturan ganjil terdekat. Angka terkanan yang mendahului 5 yang akan dihilangkan tetap jika ia ganjil, bertambah satu jika ia genap. Jadi, aturan ini harus dipilih satu di antranya dan digunakan secara konsisten dalam semua perhitungan. Aturan ini dibuat untuk menjaga keseimbangan pembulatan ke atas dan ke bawah, jika yang harus dihilangkan itu terdiri dari angka 5 saja atau 5 diikuti oleh angka-angka nol. Aturan ini dibuat berdasarkan asumsi bahwa peluang munculnya angka ganjil sama dengan peluang munculnya angka genap pada setiap posisi. Dengan demikian, pembulatan ke atas dan ke bawah akan seimbang jika pembulatan dilakukan berulang banyak kali. Hasil penjumlahan dan pengurangan tidak akan terpengaruh banyak dari pembulatan-pembulatan tersebut karena saling meniadakan. Sebagai contoh, beberapa pembulatan angka diberikan sebagai berikut: 1. Rp 65.293.764,69 dibulatkan hingga jutaan rupiah menjadi Rp 65 juta. Angka yang harus dihilangkan mulai dari 2 (kurang dari 4) ke kanan dan ini merupakan angka terkiri. Angka terkanan yang mendahului 2 adalah 5, harus tetap (aturan 1, atau pembulatan ke bawah). 2. Bilangan 265,52 kg dibulatkan hingga satuan kg menjadi 266 kg. Angka yang harus dihilangkan adalah 52 dengan angka terkiri 5 yang diikuti angka bukan nol (aturan 2, atau pembulatan ke atas). 3. Seandainya kita gunakan aturan genap terdekat, bilangan 4,5 dan 4,5000 menjadi 4 jika dibulatkan hingga satuan. Angka yang harus dihilangkan masing-masing 5 dan 5000, sedangkan yang mendahuluinya angka genap, yaitu 4, jadi tetap 4. Tetapi kalau kita menggunakan aturan ganjil terdekat, bilangan tersebut dibulatkan menjadi 5. 4. Angka 17,5 dan 17,50 dibulatkan menjadi 18 jika kita menggunakan aturan genap terdekat dan 17 jika kita gunakan aturan ganjil terdekat.

F. Pemeriksaan Data
Sebelum data diolah lebih lanjut, pemeriksaan kembali terhadap data perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kekeliruan dan ketidakbenaran data. Tidak sesuainya/tepatnya alat ukur, tidak telitinya orang membaca hasil pengukuran, dan tidak teraturnya pada waktu mengadakan pencatatan akan menghasilkan data yang tidak dapat dipercaya kebenarannya. Untuk menghindari hal seperti ini, peneliti harus memeriksa apakah ada data yang meragukan; jika ada ia harus melacak sumbernya sampai data itu diyakini kebenarannya. Ia harus pula memeriksa apakah semua pertanyaan dalam angket sudah diisi semua oleh responden. Jika masih ada yang belum diisi, ia harus mengupayakan untuk melengkapinya. Jika ada data yang harus ditaksir, hendaknya ia menggunakan teknik penaksiran yang baik. Kesimpulannya, peneliti harus mendapatkan data yang baik dan objektif, atau dalam ungkapan lain, sahih dan benar, sehingga dapat dipercaya.

Soal Latihan
Pengukuran Peubah 15

Statistika Dasar 1. Jelaskan dengan singkat dan tepat pengertian istilah berikut! a. peubah, dan atribut. b. data kualitatif, dan data kuantitatif c. skala nominal, dan skala ordinal d. skala interval, dan skala rasio e. data mentah 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan definisi operasional sebuah peubah! Apa kegunaannya dan berikan contoh! 3. Jika kita mengukur status ekonomi penduduk, indikator apa yang menurut Anda dapat digunakan sehingga peubah tersebut menjadi operasional. 4. Apa yang dimaksud suatu alat ukur: a. stabil, b. mempunyai ketepatan, c. mempunyai kecermatan? 5. Selain pengamatan langsung dan penggunaan angket, sebutkan teknik pengumpulan data lainnya yang biasa digunakan dalam penelitian! 6. Jelaskan perbedaan antara a. pengamatan berstruktur dan tidak berstruktur! b. pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup! c. wawancara dan percakapan sehari-hari! 7. Bulatkan bilangan-bilangan berikut hingga ribuan terdekat! a. Rp 1.832.632,45 b. 321,975 ton c. 2.012,3 ton 8. Bulatkanlah bilangan-bilangan berikut dengan menggunkan aturan genap terdekat a. 10,45 hingga satuan desimal b. 27.500 hingga ribuan 9. Gunakan aturan ganjil terdekat untuk membulatkan bilangan pada soal nomor 8 10. Jelaskan kegunaan tes sebagai alat ukur dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi.

16

Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai