Paper Makalah Alk

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 45

TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. GAJAH TUNGGAL Tbk.

Untuk Periode Tahun 2007-2011


Oleh: AK-Q Asti Mariana 1054003 Hotmaria 1051363 Lidia NB 1051345 Carolina Sibarani 1051346 Rafisa Delila 0951206 Karina Chandra 0954030 Sanfrina Situmorang 0751048 Ogi Riyana 0851074

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2013

Profil Perusahaan

Pendirian Perusahaan Didirikan pada tahun 1951, PT Gajah Tunggal Tbk. Memulai produksi bannya

dengan ban sepeda. Sejak itu Perusahaan tumbuh menjadi produsen ban terintegrasi terbesar di Asia Tenggara. Perusahaan memperluas produksi dengan membuat variasi produk melalui produksi ban sepeda motor tahun 1971, diikuti oleh ban bias untuk mobil penumpang dan niaga di tahun 1981. Awal tahun 90-an, Perusahaan mulai memproduksi ban radial untuk mobil penumpang dan truk. Fasilitas Pabrik Pada saat ini Perusahaan mengoperasikan 5 pabrik ban dan ban dalam yang telah dimutakhirkan untuk memproduksi berbagai tipe dan ukuran ban radial, ban bias dan ban sepeda motor, serta 2 pabrik yang memproduksi kain ban dan SBR (Styrene Butadiene Rubber) yang terkait dengan fasilitas produksi ban. Kelima pabrik ban dan pabrik kain ban ini berlokasi di Tangerang, sekitar 30 kilometer disebelah barat Jakarta, Indonesia. Sedangkan pabrik SBR milik Perusahaan berlokasi di komplek Industri Kimia di Merak, Banten, sekitar 90 km disebelah barat Jakarta. Pada tahun 2005, Perusahaan memulai suatu program ekspansi yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitan ban radial dan sepedamotor yang terpasang serta ban dalam sepedamotor di lokasi yang berdekatan dengan pabrik ban yang ada sekarang. Di bawah program ini, kapasitas instalasi ban radial telah meningkat menjadi 45.000 ban/hari menjelang akhir tahun 2011, yang merupakan target pertama program ekspansi tersebut. Kapasitas instalasi ban sepedamotor akan meningkat secara bertahap dari 37.000 ban/hari

pada tahun 2005 menjadi 105.000 ban/hari. Menjelang akhir tahun 2011 kapasitan instalasi untuk ban sepedamotor adalah sekitar 90.000 ban/hari. Integrasi Vertikal Perusahaan terus berusaha mengurangi biaya produksi serta menjamin kelancaran pasokan bahan baku untuk produksinya melalui strategi integrasi vertikal yang dilakukan dengan cara mengakuisisi aset-aset yang memproduksi bahan baku utama yang dibutuhkan Perusahaan dalam proses produksinya. Pada tahun 2004 Perusahaan mengintegrasikan asset produksi kain ban dan karet sintetis. Semenjak tahun 2011, sekitar 60% hasil produksi Kain Ban dan produksi SBR Perusahaan digunakan untuk produksi ban, sedangkan sisanya dijual kepada pihak ketiga.

Sejarah Perusahaan

1951 PT Gajah Tunggal didirikan untuk memproduksi dan mendistribusikan ban luar dan ban dalam sepeda. 1973 Persetujuan bantuan teknik ditandatangani dengan Inoue Rubber Company, Jepang untuk memproduksi ban sepedamotor. 1981 Perusahaan mulai memproduksi ban bias untuk kendaraan penumpang dan niaga dengan bantuan teknik dari Yokohama Rubber Company, Jepang. 1990 PT Gajah Tunggal Tbk terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. 1991 PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi GT Petrochem Industries, sebuah produsen kain ban (TC) dan benang nilon. 1993 Perusahaan mulai memproduksi secara komersial ban radial untuk mobil penumpang dan truk ringan. 1995 PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi Langgeng Baja Pratama (LBP), produsen kawat baja. 1996 PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi Meshindo Alloy Wheel Corporation, produsen velg aluminium terbesar kedua di Indonesia.PT GT Petrochem Industries,

anak perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk, memperluas lingkup operasinya denganmemproduksi karet sintetis, etilena glikol, benang poliester dan serat poliester. 2001 Perusahaan membuat perjanjian produksi dengan Nokian Tyres Group, sebuah perusahaan manufaktur ban terkemuka yang berbasis di Finlandia, untuk memproduksi beberapa jenis ban mobil penumpang, termasuk ban untuk musim dingin (salju), untuk pasar di luar Indonesia. 2002 PT Gajah Tunggal Tbk menyelesaikan restrukturisasinya karena timbulnya krisis keuangan Asia, yang memungkinkan Perusahaan untuk menurunkan beban hutangnya lebih dari US$ 200 juta dan mengkonversi hutang ke FRN. 2004 Selesainya restrukturisasi Perusahaan dengan terlaksananya dekonsolidasi laporan keuangan Perusahaan dengan PT GT Petrochem Industries dan pada saat bersamaan mengakuisisi aset TC and SBR. Divestasi saham Langgeng Bajapratama yang merupakan produsen kawat baja. Dimulainya perjanjian off-take dengan Michelin yang mana Gajah Tunggal akan memproduksi 5 juta ban per tahun untuk Michelin untuk pasar eksporhingga tahun 2010. Peluncuran gerai-gerai TireZone. 2005 Perusahaan menerbitkan Obligasi Global senilai US$ 325 juta. Dana hasil dari obligasi tersebut digunakan untuk membeli kembali sejumlah wesel bayar dan untuk membiayai ekspansi perusahaan. Divestasi saham Meshindo Alloy Wheel yang merupakan produsen velg aluminium. Dimulainya produksi ban untuk Michelin melalui program off-take. 2006 PT Gajah Tunggal Tbk menerima penghargaan "Best Managed Company in Indonesia" dari Euromoney Magazine. 2007 Tambahan dana sebesar US$ 95 juta berasal dari penawaran tambahan obligasi global untuk membiayai ekspansi yang sedang berjalan dan untuk pengeluaran modal guna membiayai riset dan pengembangan produk baru.Perusahaan juga kembali memasuki pasar modal dengan melakukan emisi saham dengan perbandingan 10:1 dengan nilai emisi sebesar Rp 158,4 milyar (sekitar US$ 17 juta) untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. 2008 Perusahaan menerima penghargaan Primaniyarta dari Presiden Republik Indonesia. Michelin off-take mencapai 2,8 juta ban 2009 Perusahaan berhasil menyelesaikan penawaran pertukaran terhadap obligasi yang belum dibayarkan. Gajah Tunggal juga merupakan penerima beberapa penghargaan, sebagian besar penghargaan Anugerah Produk Asli Indonesia tahun 2009 dari Bisnis Indonesia. Perusahaan juga menerima sertifikasi ISO 14001 untuk sistem manajemennya.

2010 Peluncuran Champiro Eco, ban Indonesia pertama yang ramah lingkungan, oleh Menteri Perdagangan ibu Mari Pangestu. Penjualan konsolidasi Perusahaan melampaui US $ 1 miliar 2011 Gajah Tunggal mengekspor lebih dari 10 juta ban radial, dan melampaui Rp 10 triliun dalam penjualan bersih. Dan mendapatkan penghargaan sebagai "Top 10 - best management companies" oleh FinanceAsia dan "Top 10 - best big companies" oleh Forbes Indonesia.

Visi dan Misi Perusahaan

Pengembangan operasional Gajah Tunggal selalu berpedoman pada visi dan misi yang membantu Perusahaan tetap fokus dalam meraih pencapaian keberhasilan. Visi dan misi ini membantu Gajah Tunggal untuk selalu berupaya mencapai idealisme dengan mengingatkan manajemen serta karyawan bahwa mereka bekerja sama demi tujuan-tujuan yang sama, yang akan menjadi sumbangan dalam keberhasilan jangka panjang Perusahaan. Visi Menjadi Good Corporate Citizen dengan posisi keuangan yang kuat, pemimpin pasar di Indonesia, dan menjadi perusahaan produsen ban yang berkualitas dengan reputasi global. Misi Menjadi produsen yang memimpin dan terpercaya sebuah portfolio produk ban yang optimal, dengan harga yang kompetitif dan kualitas yang unggul di saat yang sama terus meningkatkan ekuitas merek produk kami, melaksanakan tanggung jawab sosial kami, dan memberikan profitabilitas/hasil investasi kepada para pemegang saham serta nilai tambah untuk semua stakeholder perusahaan. Struktur Organisasi

Struktur Perusahaan

LAPORAN AUDIT PT. GAJAH TUNGGAL Tbk. PT. Gajah Tunggal Tbk tahun 2007-2011 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Rekan, anggota dari Deloitte Touche Tohmatsu. Adapun Laporan Audit pada

tahun-tahun tersebut dinyatakan Wajar tanpa Pengecualian. Berikut adalah Laporan Audit PT. Gajah Tunggal Tbk untuk tahun 2007.

IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT. GAJAH TUNGGAL Tbk. TAHUN 2007-2011

Laporan Keuangan Konsolidasi untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Rekan (anggota dari Deloitte Touche Tohmatsu Limited) dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.

TINJAUAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Untuk membantu dalam menganalisis laporan keuangan,beragam alat dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik. Adapun analisis yang kelompok kami lakukan antara lain: 1. Analisis laporan keuangan komparatif Analisis laporan keuangan komparatif (comparative financial statement analysis) dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus kas yang berurutan dari satu period ke periode berikutnya. Analisis ini meliputi penelaahan perubahan saldo tiap-tiap akun dari tahun ke tahun atau selama beberapa tahun. Informasi terpenting yang didapat dari analisis laporan keuangan komparatif adalah nilai kecenderungan atau tren. Adapun fungsi dan kegunaan analisis ini, antara lain: a. Untuk mengetahui perubahan masing-masing unsur laporan keuangan dalam beberapa periode. b. Sebagai dasar pembuatan perencanaan, kebijaksanaan, keputusan serta tindakan operasional manajemen perusahaan pada periode yang akan dating. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan bagaimana setiap pos laporan keuangan berubah, mengapa pos-pos tersebut berubah, dan apakah perubahan tersebut menguntungkan atau tidak. Adapun analisis laporan keuangan komparatif untuk PT. Gajah Tunggal Tbk. Tahun 2007-2011 terdapat pada lampiran.

1.

Analisis laporan keuangan common size Analisis ini disebut juga analisis vertical karena evaluasi pos dari atas ke bawah (atau bawah ke atas) dalam laporan common-size. Analisis laporan common size berguna dalam memahami pembentuk internal laporan keuangan. Contoh, dalam analisis neraca, analisis common size menekankan pada dua faktor: a. Sumber pendanaan-termasuk distribusi pendanaan antara kewajiban lancar,tidak lancar dan ekuitas. b. Komposisi asset- termasuk jumlah untuk masing-masing aset lancar dan tidak lancar.

Perbandingan waktu atas laporan common size perusahaan bermanfaat untuk mengungkapkan perubahan proporsional pos dalam aset, kewajiban, beban, dan kategori lainnya. Adapun analisis laporan common size PT. Gajah Tunggal Tbk. Tahun 2007-2011 terdapat pada lampiran. 2. Analisis Rasio (ratio analysis) Analisis ini merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling popular dan banyak.digunakan. Analisis rasio yang digunakan antara lain: a. Analisis kredit (risiko) 1. Likuiditas yaitu untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek. 2. Struktur modal dan solvabilitas yaitu untuk menilai kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang. b. Analisis Profitabilitas 1. Tingkat pengembalian atas investasi (ROI) untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang. 2. Kinerja operasi untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi.

Adapun analisis rasio untuk PT. Gajah Tunggal Tbk. Tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut:

ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN Aktivitas bisnis didanai dengan kewajiban atau ekuitas atau keduanya. Kewajiban merupakan utang untuk mendapatkan pendanaan yang membutuhkan pembayaran dimasa depan dalam bentuk uang, jasa, atau aset lainnya. Kewajiban ada 2,kewajiban operasi (operating liabilities) yang timbul dari aktivitas operasi perusahaan dan kewajiban pendanaan (financing liabilities) merupakan kewajiban yang timbul dari aktivitas pendanaan yang berupa seluruh bentuk pendanaan kredit seperti wesel bayar jangka panjang dan obligasi, pinjaman jangka pendek, dan sewa. Untuk PT. Gajah Tunggal Tbk. Aktivitas pendanaan yaitu didapat dari : KEWAJIBAN

Pada akhir tahun 2011, jumlah kewajiban Perseroan adalah sebesar Rp. 7.123 milyar, sedikit meningkat dari Rp 6.845 pada akhir tahun 2010. Sebagian besar dari peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan perdagangan rekening hutang dalam kegiatan usahanya, karena meningkatnya harga bahan baku dan pertumbuhan penjualan. Manajemen berkeyakinan ini cukup cair untuk membayar kewajiban jangka pendek. Pada tanggal 31 Agustus 2006, Perusahaan memperoleh fasilitas kredit gabungan dari Hongkong and Shanghai Banking CorporationLtd. (HSBC) yang telah diperpanjang dan dimodifikasi pada tanggal 12 September

2011. Fasilitas kredit tersebut terdiri dari beberapa fasilitas kredit yang berbeda dengan batas maksimum jaminan menyeluruhsebesar US $ 60 juta pada tahun 2011. Perjanjian ini tunduk pada beberapa syarat dan akad. Jumlah total kewajiban tidak lancar dari Perusahaan sebagian besar stabil pada Rp. 4.223 milyar pada tanggal 31 Desember 2011. Kewajiban utang tidak lancar dari Perusahaan saat ini hanya terdiri dari obligasi tunai dolar Amerika Serikat. Klasifikasi sebagai liabilitas atau ekuitas Liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh Perusahaan dan entitas anak diklasifikasi sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas. Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset Perusahaan dan entitas anak setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Instrumen ekuitas dicatat sebesar hasil penerimaan bersih setelah dikurangi biaya penerbitan langsung. Liabilitas keuangan Utang usaha dan utang lain-lain, obligasi serta pinjaman lainnya pada awalnya diukur pada nilai wajar, setelah dikurangi biaya transaksi, dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dengan beban bunga diakui berdasarkan metode suku bunga efektif. Selisih antara hasil emisi (setelah dikurangi biaya transaksi) dan penyelesaian atau pelunasan pinjaman diakui selama jangka waktu pinjaman. Penghentian pengakuan liabilitas keuangan Perusahaan dan entitas anak menghentikan pengakuan liabilitas keuangan, jika dan hanya jika, liabilitas Perusahaan dan entitas anak telah dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa. SEWA GUNA USAHA (LEASING) PT. Gajah Tunggal Tbk, tidak memiliki akun sewa guna usaha dalam laporan keuangannya. Jadi tidak menggunakan sistem pendanaan dengan cara metode leasing. IMBALAN MASA KERJA (PENSION)

Perusahaan dan entitas anak menghitung imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan oleh Perusahaan dan entitas anak sehubungan dengan imbalan pasca kerja ini. Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit. Akumulasi keuntungan dan kerugian actuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini kewajiban imbalan pasti diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diprakirakan dari para pekerja dalam program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut menjadi hak atau vested, dan sebaliknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi vested. Jumlah yang diakui sebagai liabilitas imbalan pasti di laporan posisi keuangan konsolidasian merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuarial yang belum diakui, dan biaya jasa lalu yang belum diakui. EKUITAS Pada 31 Desember 2011, total ekuitas Perusahaan adalah sebesar Rp. 4.331 milyar, atau naik 26% dari posisi tanggal 31 Desember 2010, yang ketika itu adalah sebesar Rp. 3.526 milyar. Peningkatan ini datang dari sokongan laba bersih tahun 2011, yang meningkatkan rasio utangekuitas Perusahaan.

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI Analisis ini membahas analisis yang berkaitan dengan penilaian aset dan alokasi biaya yang mengikutinya. Persediaan

Persediaan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang. Aset Tetap

Aset tetap yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif dicatat berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan diakui sebagai penghapusan biaya perolehan aset dikurangi nilai residu dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut: Bangunan dan prasarana 10 - 25 TAHUN Mesin dan peralatan pabrik 5 - 20 TAHUN Peralatan pengangkutan 5 TAHUN

Perabot dan peralatan kantor 5 TAHUN Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku prospektif. Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan. Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian pada saat terjadinya. Biayabiaya lain yang terjadi selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan asset dapat diukur secara andal. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutannya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi. Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan tersebut termasuk biaya pinjaman yang terjadi selama masa pembangunan yang timbul dari utang yang digunakan untuk pembangunan asset tersebut. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai dan siap digunakan. Taksiran Masa Manfaat Ekonomis Aset Tetap

Masa manfaat setiap aset tetap Perusahaan dan entitas anak ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan dari penggunaan aset tersebut. Estimasi ini ditentukan berdasarkan evaluasi teknis internal dan pengalaman atas aset sejenis. Masa manfaat setiap aset direview secara periodik dan disesuaikan apabila prakiraan berbeda dengan estimasi sebelumnya karena keausan, keusangan teknis dan komersial, hukum atau keterbatasan lainnya atas pemakaian aset. Namun terdapat kemungkinan bahwa hasil operasi dimasa mendatang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan atas jumlah serta periode pencatatan biaya yang diakibatkan karena perubahan faktor yang disebutkan di atas.

Piutang Usaha (tinggal diisi sama hotmaria dan lidia)

ANALISIS ARUS KAS Arus kas bebas Cara mencari arus kas bebas= arus kas dari operasi pengeluaran modal bersih untuk mempertahankan kapasitas produksi dividen saham preferen dan saham biasa. Definisi lain yang banyak digunakan dan konsepnya sama adalah FCF= NOPAT perubahan NOA. Definisi ini menyatakan arus kas bebas perusahaan sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi kenaikan asset operasi bersihh. Kenaikan NOA termasuk perubahan modal kerja untuk arus kas bersih dari operasi serta kenaikan asset operasi jangka panjang. Namun, fokusnya adalah perusahaan secara keseluruhan, tanpa melihat pendanaannya. Sebagai konsekuensinya, dividen menjadi tidak diperhitungkan. Arus kas beban positif mencerminkan jumlah yang tersedia bgi aktivitas usaha setelah penyisihan untuk pendanaan dan investasi yang diperlukan untuk mempertahankan kapasitas produksi pada tingkat sekarang. Pertumbuhan dan fleksibilitas keuangan bergantung pada ketersediaan arus kas bebas. Harus diakui bahwa jumlah pengeluaran modal untuk mempertahankan kapasitas produksi umumnya tidak diungkapkan. Jumlah ini disajikan sebgai bagian total pengeluaran modal yang memang diungkapkan, tetapi termasuk pengeluaran untuk ekspansi kapasitas produksi. Pemisahan dua komponen pengeluaran modal ini sulit dilakukan. Laporan arus kas

jarang memisahkan pengeluaran modal menjadi komponen untuk mempertahankan dan komponen untuk ekspansi. Rasio kecukupan arus kas Merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari operasi yang cukup untuk menutupi pengeluaran modal, investasi dalam persedian, dan dividen tunai. Untuk menghilangkan pengaruh siklus danpengaruh acak lainnya, biasanya digunakan total tahun untuk menghitung rasio ini. Rasio kecukupan arus kas dihitung dengan jumlah kas dari operasi selama tiga tahun dibagi jumlah pengeluaran mosal, penambahan persediaan, dan dividen tunai selama tiga tahun. Investasi dalam modal kerja penting lainnya seperti piutang tidak disertakan karena didana terutama oleh kredit jangka pendek (seperti pertumbuhan utang usaha). Dengan demikian, hanya penambahan persediaan yang disertakan. Perhatikan bahwa pada tahun di mana persediaan menurun, perubahan tersebut diperlakukan sebagai tidak ada perubahan (nol) dalam menghitung rasio. Rasio reinvestasi kas Merupakan ukuran atas persentase investasi dalam asset yang mencerminkan kas operasi yang ditahan dan diinvestasikan kembali dalam perusahaan untuk mengganti asset dan pertumbuhan operasi. Rasio ini dihitung dengan (arus kas operasi dividen) dibagi (asset tetap kotor+ investasi + asset lain + modal kerja). Rasio reinestasi dalam kisaran 7% sampai 11% umumnya dianggap memadai. ANALISIS ARUS KAS BERSIH Analisis menggunakan konsep FCF (Free Cash Flow) = NOPAT ( Net Operating After Tax) Perubahan NOA (Net Operating Asset) 2007 FCF 2008 = 90,841- (449,548 298,764) = -599,943

FCF 2009 FCF 2010 FCF 2011 FCF

= -624,788- (571,092- 449,548) = -746,332 = 905,330- (1,137,405- 571,092) = 339,017 = 830,624- (1,010,980- 1,137,405) = 704,199 = 683,629- (304,312- 1,010,980) = -23,039

Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa arus kas bebas negative pada tahun 2007 & 2008 berubah menjadi positif pada tahun 2009 & 2010. Akan tetapi arus kas bebas berubah menjadi negative kembali pada tahun 2011. Sebagai seorang analisis kredit, dapat dipertimbangkan tidak perlu melakukan perubahan peringkat kredit perusahaan. Mempertimbangkan perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk merupakan perusahaan besar dan pada tahun-tahun sebelumnya perusahaan dapat mengubah arus kas bebas negative menjadi positif dan juga jumlah arus kas negative terbilang kecil, sehingga dapat diperkirakan perusahaan masih dapat mengubah arus kas bebas menjadi positif. Akan tetapi apabila arus kas bebas perusahaan berikut-berikutnya negative, kreditur perlu mempertimbangkan apakah perusahaan masih memenuhi persyaratan utang atau tidak. RASIO KECUKUPAN ARUS KAS Jumlah kas dari operasi selama 2007-2009 (dalam jutaan) Jumlah pengeluaran modal dan dividen tunai (dalam jutaan) Rp. 2.158.045 Rp. 1.974.595

Maka Rasio Kecukupan Arus Kas 2007-2009 adalah (dalam jutaan) : Rp. 2.158.045 : Rp. 1.974.595 = 1,093

Rasio kecukupan arus kas sebesar 1,093 artinya PT. Gajah Tunggal Tbk dapat menutup kebutuhan kas tanpa perlu mendapatkan pendanaan eksternal, mampu menutup dividen dan pertumbuhan operasi. Jumlah kas dari operasi selama 2009-2011 (dalam jutaan) Jumlah pengeluaran modal dan dividen tunai (dalam jutaan) Rp. 2.452.697 Rp. 6.845.384

Maka Rasio Kecukupan Arus Kas 2009-2011 adalah (dalam jutaan) : Rp. 2.452.697 : Rp. 6845.384 = 0,358 Rasio kecukupan arus kas sebesar 0,358 menunjukkan bahwa sumber kas internal PT. Gajah Tunggal Tbk tidak cukup untuk mempertahankan dividend an tingkat pertumbuhan operasi. RASIO REINVESTASI KAS Rasio reinvestasi kas (cash reinvestment ratio) merupakan ukuran atas persentase investasi dalam asset yang mencerminkan kas operasi yang ditahan dan diinvestasikan kembali dalam perusahaan untuk mengganti asset dan pertumbuhan operasi. Rasio reinvestasi dalam kisaran 7-11% umumnya dianggap memadai

(Subramanyam,2008:112). 2007= 449,548 13,120 = 5.6% 5,832,645 + 1,885,345 2008= 571,092 17,332 = 12,02% 3,618,630 + 973,490 2009= 1,137,405 6,843,080 + 2,042,107 = 12,8%

2010=

1,010,980 59,079 = 9.9% 7,680,751 + 1,939,778

2011=

-506,701 44,622 = -5.1% 8,586,804 + 2,173,160

ANALISIS ARUS KAS TAHUN 2007-2011 PIE CHART

ROIC DAN ANALISIS KREDIT RNOA Pengembalian dihitung dengan RNOA= (Laba operasi bersih setelah pajak(net operating profit after tax- NOPAT)/ (Rata-rata asset operasi bersih (average net operating asset- NOA). Penyebut rumus di atas, operasi bersih (net operating asset- NOA), sama dengan asset operasi dikurangi kewajiban operasi. Asset dan kewajiban operasi adalah pos yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha perusahaan, dan meliputi kas, piutang usaha, persediaan, beban dibayaar dimuka, asset pajak tangguhan, asset tetap, dan investasi jangka panjang yang terkait dengan akuisisi strategis (seperti investasi metode ekuitas,

goodwill, dan asset tak berwujud). Yang kemudian dilawankan dengan asset operasi ini adalah kewajiban operasi bersih, seperti utang usaha dan beban yang masih harus dibayar serta kewajiban operasi jangka panjang, seperti pension dan kewajiban purnakarya lainnya (other postretirement-OPEB) serta kewajiban pajak tangguhan. Aset non-operasi meliputi investasi dalam efek yang dapat diperdagangkan, investasi ekuitas non-strategis, and investasi dalam operasi yang dihentikan sebelum dijual. Kewajiban non-operasi meliputi obligasi dan kewajiban jangka panjang lain yang dikenakan bunga, serta bagian tidak lancar sewa guna usaha modal. Kewajiban keuangan bersih sama dengan kewajiban non-operasi dikurangi asset non-operasi (kewajiban disebutkan pertama kali untuk menghasilkan angka positif karena kebanyakan jumlah kewajiban keuangan perusahaan lebih besar dari asset keuangannya). ROCE Pengembalian atas ekuuitas biasa umumnya hanya memperhitungakan ekuitas pemegang saham biasa dari seluruh investasi modal. Dapat dihitung dengan ROCE=(laba bersih dividen saham preferen)/ rata-rata ekuitas pemegang saham biasa. ROCE terdiri atas dua komponen yaitu: pengembalian operasi (RNOA) dan pengembalian non-operasi (dampak positif atau negative dari leverage keuangan). Modal kerja Modal kerja dapat dicari dengan asset lancar dikurangi kewajiban lancar. Asset lancar adalah kas dan asset lain yang secara wajar dapat direalisasi sebagai kas atau dijual atau digunakan selama satu tahun (atau dalam siklus operasi normal perusahaan jika lebih dari satu tahun). Kewajiban lancar merupakan kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu relative pendek, biasanya satu tahun. Rasio lancar Rasio lancar dapat dicari dengan aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar.

Alasannya digunakan rasio lancar yaitu: (1) kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Makin tinggi jumlah (kelipatan) asset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besaar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar; (2) penyanngga kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil risikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamananyang tersedia untuk menutup penurunan nilai asset lancar non-kas pada saat asset tersebut dilepas atau dilikuidasi. (3) cadangan dana lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keaman terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan, seperti pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidakterduga. Rasio terhadap aktiva lancar Rasio asset serupa kas terhadap asset lancar merupakan satu tingkat likuiditas asset lancar. Ukuran ini, yang dikenal dengan nama rasio kas terhadap asset lancar. Dihitung dengan (kas+ setara kas + efek yang dapat diperjualbelikan)/ aktiva lancar. Makin tinggi rasio ini, makin liquid asset lancar. Rasio kas terhadap kewajiban lancar Rasio lain yang mengukur kecukupan kas adalah rasio kas terhadap kewajiban lancar. Dapat dihitung dengan (kas + setara kas + efek yang dapat diperjualbelikan)/ aktiva lancar. Rasio ini mengukur ketersediaan kas untuk membayar kewajiban lancar. Ukuran ini merupakan uji yang paling sederhana dengan mengabaikan sifat pendanaan asset lancar dan kewajiban lancar. Rasio ini melengkapi rasio kas terhadap asset lancar untuk mengukur ketersediaan kas dari perspective yang berbeda. Terlalu sederhana untuk menganggap rasio ini sebagai pengembangan dari rasio cepat untuk menguji likuiditas jangka pendek, kecuali pada kasus ekstrim. Namun, pentingnya sebagai bentuk akhir likuiditas seharusnya tidak dipandang rendah. Catatan kegagalan usaha memberikan banyak contoh perusahaan yang tidak sanggup membayar utangnya meskipun memiliki asset non-kas yang cukup besar dan tidak mampu membayar utang atau menjalankan operasinya.

Perputaran persediaan Rasio perputaran persediaan mengukur kecepatn rata-rata persediaan bergerak keluar masuk perusahaan. Perputaran persediaan dihitung dengan harga pokok penjualan dibagi rata-rata persediaan. Agar konsisten, harga pokok penjualan digunakan sebagai pembilang karena akun ini disajikan berdasarkan harga perolehan- seperti juga persediaan. Sebaliknya penjualan mencakup margin laba di dalamnya. Persediaan ratarata dihitung dengan menambah saldo awal dan akhir persediaan, dan membaginya dengan dua. Perhitungan rata-rata ini dapat diperhalus denga rata-rata angka persediaan kuartalan atau bulanan. Jika ingin mengevaluasi tingkat persediaan pada tanggal tertentu, seperti akhir tahun, rasio perputaran persediaan dihitung dengan menggunakan saldo persediaan pada tanggal tersebut sebagai penyebut.

Jumlah hari untuk menjual persediaan Ukuran perputaran persediaan lain yang berguna menilai kebijakan pembelian dan produksi perusahan adalah jumlah hari untuk menjual persediaan. Rasio jumlah hari penjualan persediaan dihitung dengan harga pokok penjualan dibagi 360. Rasio ini menggambarkan jumlah hari yang dibutuhkan untuk menjual persediaan akhir dengan mengasumsikan tingkat penjualan tertentu.

Siklus operasi Ukuran ini menggabungkan periode penagihan piutang dengan jumlah hari untuk menjual persediaan guna memperoleh jarak waktu konversi persediaan menjadi kas.

Jumlah hari untuk membayar utang usaha Ukuran sejauh apa perusahaan menggunakan utang usaha adalah jumlah hari rat-rata utang belum dibayar. Angka ini dihitung dengan utang usaha/ (harga pokok penjualan/ 360). Jumlah hari rat-rata utang belum dibayar memberikan indikasi waktu rata-rata yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar kewajiban kepada pemasoknya. Makin lama periode pembayaran, makin besar modal pemasok yang digunakan.

Rasio cepat Uji likuiditas yang lebih ketat adalah menggunakan rasio cepat. Rasio ini menggunakan asset yang lebih cepat dikonversi menjadi kas dan dihitung dengan cara; (kas + setara kas + efek yang dapat diperjualbelikan + piutang usaha)/ kewajiban lancar. Persediaan sering kali merupakan asset lancar yang paling tidak likuid dan tidak dimasukkan ke dalam rasio cepat. Alasan lain untuk tidak memasukkan persediaan adalah nilainya sering kali melibatkan pertimbangan manajerial dibandingkan dengan nilai asset lancar lainnya. Namun, harus diingat bahwa persediaan pada beberapa perusahaan lebih likuid dibandingkan dengan piutang yang lambat tertagih. Analisis harus menilai keuntungan mengeluarkan persediaan dalam mengevaluasi likuiditas. Interpretasi rasio cepat sama dengan interpretasi rasio lancar.

Rasio arus kas Sifat statis rasio lancar dan ketidakmampuannya (sebagai pengukur likuiditas) untuk mengakuui pentingnya arus kas guna memenuhi kewajiban jatuh tempo telah memicu dicarinya ukuran likuiditas yang lebih dinamis. Karena kewajiban dilunasi dengan kas, perbandingan arus kas operasi terhadap kewajiban lancar menjadi cukup penting. Rasio yang membandingkan arus kas operasi terhadap kewajiban lancar dapat mengatasi sifat statis rasio lancar karena pembilangya mencerminkan variable yang bergerak. Rasio arus kas dapat dihtung dengan; arus kas operasi dibagi kewajiban lancar.

Solvabilitas Total debt ratio Rasio komprehensi tersedia untuk mengukur hubungan antara total utang (utang lancar + utang jangka panjang + kewajiban lainnya yang ditentukan oleh analisis seperti pajak tangguhan dan saham preferen yang dapat ditarik kembali) dengan total modal (total utang + ekuitasa pemegang saham (termasuk saham preferen)). Rasio total utang (total debt ratio) dapat dihitung dengan: total utang dibagi total modal. Total debt to equity equity ratio

Rasio total utang terhadap modal ekuitas (total debt to equity capital ratio) dapat dihitung dengan: total utang dibagi ekuitas pemegang saham. Debt to equity ratio Mengukur hubungan antara utang jangka panjang terhadap modal ekuitas. Rasio yang melebihi 1:1 menunjukkan pendanaan utang jangka panjang yang lebih besar dibandingkan modal ekuitas. Rasio ini dapat dihitung dengan: utang jangka panjang dibagi ekuitas pemegang saham. Analisis cakupan laba: Rasio laba terhadap beban tetap; hubungan antara laba dengan beban tetap bagian dari analisis cakupan lab (earning coverage analysis). Ukuran cakupan laba berfokus pada hubungan antara beban tetap yang terkait utang dengan ketersediaan laba perusahaan untuk melunasi beban ini. Ukuran ini merupakan factor penting dalam peringkat utang. Surat utang obligasi sering kali mencatumkan tingkat cakupan laba minimum untuk penambahan utang. SEC mewajibnkan rasio laba terhadap beban tetap diungkapkan pada prospectus seluruh efek utang terdaftar. Ukuran rasio laba terhadap beban dapat dihitung dengan laba yang tersedia untuk memnuhi beban tetap dibagi beban tetap. Konsep yang mendasari ukuran ini sederhana. Namun, penerapan ukuran ini dipersulit dengan apa yang dimasukkan dari laba tersedia untuk menutup beban tetap dan beban tetap

Rasio kelipatan bunga dihasilkan Ukuran cakupan laba lainnya adalah rasio periode penagihan bunga (times interest earned ratio). Rasio ini menganggap bunga sebagi satu-satunya beban tetap yang memerlukan cakupan laba: (laba + beban pajak + beban bunga)/ beban bunga. Pembilang dalam rasio ini terkadang disebut laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT sehingga rasio ini disebut EBIT/I. rasio kelipatan bunga dihasilkan merupakan ukuran sederhana. Rasio ini mengabaikan sebagian besar penyesuaian pada pembilang dan

penyebut seperti pada pembahasan rasio laba terhadap beban tetap. Meskipun perhitungannya sederhana, rasio ini memilki kemungkinan kesalahan dan tidak seefektif alat analisis seperti rasio laba terhadap beban tetap. Berikut ini adalah hasil perhitungan ROIC dan analisis kredit (Solvabilitas dan Likuiditas) RNOA ( Return on Net Operating Asset ) 2007 RNOA 1,46 % Analisis 2008 (10,36% ) : 2009 13,17 % 2010 11,37 % 2011 8,39%

PT. Gajah Tunggal Tbk, untuk tahun 2008 RNOA mengalami penurunan sampai dengan minus 10,36% hal ini dikarenakan PT. Gajah Tunggal Tbk, mengalami kerugian. Sedangkan nilai RNOA tertinggi adalah tahun 2009, nilai pengembalian asset operasi bersih 13,17% dikarenakan adanya peningkatan laba operasi bersih setelah pajak. ROCE ( Return on Common Shareholders Equity) 2007 ROCE 3,82 % Analisis 2008 (36,23% ) : 2009 29,76 % 2010 21,80 % 2011 15,35%

ROCE yang paling baik adalah pada tahun 2009 karena laba bersih pada tahun tersebut mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 29,76%. Sedangkan yang paling

buruk adalah pada tahun 2008 karena perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp. 624.788.000.000 dengan ROCE sebesar minus 36,23%.

Modal Kerja 2007 Modal Kerja 1,885,34 5 2008 1,885,34 5 2009 1,885,34 5 2010 1,885,34 5 2011 1,885,345

Analisis : Perusahaan memiliki modal kerja yang baik yaitu selalu bernilai positif. Dimana perusahaan pada tahun 2007-2011 memiliki nilai aktiva lancar lebih besar daripada aktiva lancar. Artinya perusahaan masih mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan masih memiliki aktiva lebih setelah melunaasi kewajiban jangka pendek perusahaan.

Siklus Operasi 2007 Siklus Operasi 2008 2009 2010 2011

100 hari 100 hari 100 hari 100 hari 100 hari

Analisis : Rata-rata siklus operasi pada tahun 2007-2011 adalah 96 hari. Siklus operasi tercepat adalah pada tahun 2009 yaitu selama 80 hari, sedangkan siklus operasi terlama adalah pada tahun 2011 yaitu 105 hari. Terdapat perbedaan yang lumayan jauh dikarenakan perbedaan jumlah persediaan dan piutang usaha pada tahun 2008 dan 2011. Persediaan yang ada pada tahun 2008 sebesar 1,399,407 sedangkan persediaan pada tahun 2011 sebesar 1,660,462. Piutang usaha pada tahun 2008 sebesar 541,560 sedangkan piutang usaha pada tahun 2011 sebesar 1,598,803. Sehingga pada tahun 2011 dibutuhkan lebih banyak waktu untuk melakukan produksi dan mengumpulkan kas dari penjualan.

Rasio Lancar 2007 Rasio Lancar Analisis : Berdasarkan hasil analisis current ratio diatas dapat melihat bahwa likuiditas perusahaan,apabila dilihat dari perkembangannya dari tahun 2007 2011 berfluktuasi, tetapi rata-rata current rationya berada diatas 100%. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan dalam keadaan likuid atau perusahaan dapat menjamin semua hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang ada, dengan kata lain perusahaan ini mampu melunasi kewajiban-kewajibannya yang segera jatuh tempo. 215,35 % 2008 2009 2010 176,09 % 2011 174,93%

147% 253,18 %

Rasio Kas Terhadap Aset Lancar

2007 200 8 Rasio Kas Terhadap Aset Lancar 17 % 6%

200 9 24%

201 0 19%

2011

20%

Analisis : Berdasarkan hasil analisis cash to current ratio diatas dapat melihat bahwa likuiditas perusahaan, apabila dilihat dari perkembangannya dari tahun 2007 2011 tidak menentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak dalam keadaan likuid atau perusahaan tidak dalam keadaan stabil karena perusahaan yang dalam keadaan likuid dari tahun ke tahun makin tinggi rasionya. Rasio Kas Terhadap Kewajiban lancar

2007 Rasio Kas Terhadap Kewajiban Lancar 20,43 %

2008 13,51 %

2009 20,47 %

2010 20,41 %

2011 16,51%

Analisis : Semakin tinggi rasionya maka makin likuid asset lancarnya. Pada tahun 2007 2009 dan 2010 merupakan tahun yang memiliki rasio tinggi pada perusahaan ini. Tetapi,

memiliki penurunan pada tahun 2008 dan 2011 dikarenakan kas dan setara kas nya kecil.

Perputaran Piutang Usaha 2007 Perputaran Piutang Usaha 0.786 2 2008 0.466 9 2009 0.860 6 2010 1.030 4 2011 1.2441

Analisis : Perputaran piutang usaha memiliki presentasi tinggi pada tahun 2011 karena saldo piutangnya tinggi, dan pada tahun 2008 kecil karena saldo piutangnya rendah. Periode Penagihan Piutang 2007 Periode Penagihan Piutang 5.797 1 2008 2.723 8 2009 3.937 1 2010 9.129 7 2011 5.9107

Analisis : Rasio kas pada perusahaan ini memiliki nilai presentasi paling tinggi pada tahun 2010 karena memiliki piutang usaha yang banyak, tetapi pada tahun 2008 memiliki angka presentasi yang paling kecil, dikarenakan piutang usahanya sedikit.

Jumlah Hari Untuk Menagih Piutang

2007

2008

200 9

2010

2011

Jumlah Hari untuk Menagih Piutang 19,77 hari 10,25 hari -

9,85 hari 13,69 hari

2007 2008 2009 2010 2011 Analisis :

365.062 : ( 6.647.088/360 ) = 19.77141 226,354 : (7,945,115/360 ) = 10.25629 211.900 : (7.914.709 ) = 0.009638257 269.181 : (9.834.315/360 ) = 9.853778326 449,895.00 : (11,826,525/360 ) = 13.69482583

Meskipun rasio perputaran piutang usaha mengukur kecepatan penagihan dan berguna untuk tujuan perbandingan, rasio ini tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan syarat pelunasan yang diberikan perusahaan kepada pelanggan. Perbandingan ini dibuat dengan mengubah rasio perputaran menjadi jumlah hari untuk menagih piutang.

Perputaran Persediaan

2007 Perputaran Persediaan 5,18

2008 4,88

2009 5,41

2010 8,11

2011 7,40

2007 2008 2009 2010 2011

5,484,352 / 1059611 = 5.175816408 6,828,199 / 1399407 = 4.879351754 6,114,839 / 1130779.5 = 5.407631638 7,915,176 / 975681.5 = 8.11245883 10,172,522 / 1,374,837 = 7.399077636

Jumlah Hari Penjualan Dalam Persediaan

200 7 Jumlah Hari Penjualan Dalam Persediaan 6,15

2008

2009

2010

2011

73,7 8

50,7 6

49,5 4

58,76

2007 2008 2009 2010 2011 Analisis :

93626 : (5,484,352/360) = 6.14573244 1,399,407 : (6,828,199 / 360) = 73.78029258 862,152 : (6,114,839 / 360) = 50.75762747 1,089,211 : (7,915,176 / 360) = 49.53976513 1,660,462 : (10,172,522 / 360) = 58.76284367

Rasio ini menggambarkan jumlah hari yang dibutuhkan untuk menjual persediaan akhir dengan mengasumsikan tingkat penjualan tertentu. perusahaan adalah jumlah hari untuk menjual persediaan. Rasio Arus Kas 2007 0.6437 5 2008 0.6163 5 2009 0.7496 9 2010 0.5740 1 2011 Ukuran perputaran persediaan lain yang berguna untuk menilai kebijakan pembelian dan produksi

Rasio Arus Kas

0.43577

2007 2008 2009 2010 2011

(434.525 + 1.793.900) / 3.461.617 = 0.64375 (85.128 + 1.793.900) / 3.048.651 = 0.61635 (723.113 + 1.793.900)/ 3.357.377 = 0.74969 (755.846 + 1.793.900)/ 4.442.022 = 0.57401 (390.614 + 1.793.900)/ 5.012.994 = 0.43577

Analisis : Semakin tinggi rasio pada tahun 2007-2011, maka semakin likuid asset lancar, tetapi dari tahun 2007-2011 mengalami penurunan.

Rasio Cepat 2007 Rasio Arus Kas 0.910 1 2008 0.041 2 2009 1.889 7 2010 0.590 2 2011 0.78016

2007 2008 2009 2010 2011 Analisis :

(434.525 + 1.793.900) / 1.557.144 = 0.9101 (85.128 + 1.793.900 ) / 2.064.670 = 0.0412 (723.113 + 1.793.900 ) / 1.331.948 = 1.8897 (755.846 + 1.793.900 ) / 4.320.278 = 0.59018 (390.614 + 1.793.900 ) / 2.800.098 = 0.78016

Dari tahun 2007-2011 mengalami kenaikkan dan penurunan pada utang perusahaan. Pada tahun 2009 mengalami lonjakkan utang yang besar pada PT.Gajah Tunggal. Jumlah Hari Untuk Membayar Utang Usaha

2007 Jumlah Hari Untuk Membayar Utang 35,93 Usaha hari

2008 67,48 hari

2009 42,24 hari

2010 48,31 hari

2011 44,91 hari

2007 2008 2009 2010 2011 Analisis :

547.378 : (5.484.352 : 360) = 35.9306 1.279.893 : (6.828.199 : 360) = 67.47921 717.543 : (6.114.839 : 360) = 42,24404 1.062.268 : (7.915.176 : 360) = 48.31434 1.269.163 : (10.172.522 : 360) = 44.91499

Pada tahun 2007-2011 PT. Gajah Tunggal dalam membayar kewajibannya, tahun 2009 mengalami lama periode pembayaran, sehingga pada tahun 2009 makin besar modal pemasok dalam membayar utang perusahan. TOTAL DEBT RATIO 200 7 Total Debt Ratio 0,72 200 8 0,81 200 9 0,65 201 0 0,66 0,62 2011

2007

1 .560.032 + 10.064 + 4498783 6.068.879 + 2 .385.814

= 6.068.879 = 0,72 8.454.693

Struktur modal PT. Gajah Tunggal tahun 2007 72% terdiri atas utang

2008

2.071.221 + 4.992.913 7.064.134 + 1.649.425

= 7.064.134 8.713.559 = 5.006.486 7677146 = 6.844.970 10.371.567 = 7.123.318 11.554.143

= 0,81

Struktur modal PT. Gajah Tunggal tahun 2008 81% terdiri atas utang 2009 1.333.179 + 4.873.307 5.006.486 + 2.670.660 2010 2.549.406 + 4.295.564 6.844.970 + 3.526.597 2011 2.900.317 + 3.721.745 + 501.256 7.123.318 + 4.430.825 = 0,65

Struktur modal PT. Gajah Tunggal tahun 2009 65% terdiri atas utang = 0,66

Struktur modal PT. Gajah Tunggal tahun 2010 66% terdiri atas utang = 0,62

Struktur modal PT. Gajah Tunggal tahun 2011 62% terdiri atas utang

TOTAL DEBT TO EQUITY CAPITAL RATIO 200 7 Total Debt to Equity Capital Ratio 2,54 200 8 4,28 200 9 1,87 201 0 1,94 1,61 2011

2007

6.068.879 2 .385.814

= 2,54

Total utang PT. Gajah Tunggal tahun 2007 adalah 2,54 kali lebih besar dari modal ekuitasnya 2008 7.064.134 1.649.425 = 4,28

Total utang PT. Gajah Tunggal tahun 2008 adalah 4,28 kali lebih besar dari modal ekuitasnya 2009 5.006.486 2.670.660 Total utang PT. Gajah Tunggal tahun 2009 adalah 1,84 kali lebih besar dari modal ekuitasnya 2010 6.844.970 3.526.597 Total utang PT. Gajah Tunggal tahun 2010 adalah 1,94 kali lebih besar dari modal ekuitasnya 2011 7.123.318 4.430.825 Total utang PT. Gajah Tunggal tahun 2011 adalah 1,61 kali lebih besar dari modal ekuitasnya LONG TERM DEBT TO EQUITY CAPITAL RATIO 200 7 Long Term Debt to Equity Capital Ratio 1,89 200 8 3,03 200 9 1,38 201 0 1,22 0,95 2011 = 1,61 = 1,94 = 1,87

2007 2008 2009 2010

6.068.879 - 1 .560.032 2 .385.814 7.064.134 - 2.071.221 1.649.425 5.006.486 - 1.333.179 2.670.660 6.844.970 - 2.549.406 3.526.597

= 1,89 = 3,03 = 1,38 = 1,22

2011

7.123.318 - 2.900.317 4.430.825

= 0,95

Rasio Laba Terhadap Beban Tetap dan Rasio Kelipatan Bunga TAHUN 2011 RASIO LABA TERHADAP -1.05740 BEBAN TETAP RASIO KELIPATAN BUNGA -0.4750 2010 0 -0.4253 2009 0 -0.2778 2008 5.68207 2.0267 2007 0 0.8994

Analisis : Pada tahun 2010, 2009, 2007 , terlihat rasio laba terhadap beban tetap nol , karena beban lebih besar bahkan bernilai negative , artinya hutang tidak dapat lebiih besar daripada laba yang diperoleh oleh perusahaan, dikarenakan kerugian anak perusahaan dengan kepemilikan mayoritas yang sangat rendah. Kemungkinan tingkat resiko gagal bayar pada tahun 2010, 2009, 2007 sangatlah besar korelasinya terhadap tingakat kelipatan bunga .

Anda mungkin juga menyukai