Selayang Pandang Riskesdas 2013 Provinsi Sumatera Barat
Selayang Pandang Riskesdas 2013 Provinsi Sumatera Barat
Selayang Pandang Riskesdas 2013 Provinsi Sumatera Barat
Editor Lestari Handayani Kontributor Lestari Handayani Shinta Karina Yuniati Uswatun Khasanah Nur Lailatul Fadhilah Andry Hartanto Zahroh Elvikri Diaz Adi Pradana M. Reza Fathoni Miftah Fawzy Sarengat Arie Tri Sandy A Adi Wasis P Nadia Ayu Nirmala Muslimatul Rahma FX. Sri Sadewo Astri Paramarthaputri Fransiska Sri Hartatik, Andra Syahputra Gumilar Galih Nur Ismiyati Riswati Forma Yoza
Health Advocacy
Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Bekerja sama dengan PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
i
@2013 Healthy Advocacy Cetakan Pertama Agustus 2013 Penata Letak Lestari Handayani Desain Sampul Nur Lailatul Fadhilah ISBN 9786021762622
Diterbitkan oleh: Health Advocacy Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Jl. Kalibokor 2/45 Surabaya Email: [email protected] Bekerja sama dengan: PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Jl. Indrapura 17 Surabaya Email: [email protected]
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Pemegang Hak Cipta. ii
KATA PENGANTAR
Riskesdas 2013 merupakan gawe besar Badanlitbang kesehatan yang pelaksanaannya didistribusikan kepada 5 korwil dengan masingmasing bertanggung jawab terhadap 5-7 provinsi. Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ditunjuk sebagai Korwil 3 dan membawahi 7 provinsi yaitu Provinsi Sumatera Barat, Jawa Timur, Maluku Utara, Papua, Sulawesi Utara, NTB, dan Bali. Pelaksanaan yang hampir serentak, telah menggerakkan seluruh tenaga yang ada di satuan kerja Badanlitbangkes, mulai dari pejabat struktural, pejabat peneliti dan seluruh staf yang ada. Riskesdas juga melibatkan sumberdaya manusia kesehatan dari luar Badanlitbang Kesehatan sebagai Penanggung Jawab Tehnis (PJT), Penanggung Jawab Operasional (PJO) dan Penanggung Jawab Administrasi Logistik (PJAL) kabupaten/kota. Enumerator sebagai tenaga lapangan yang bertugas mengumpulkan data direkrut dari tenaga lokal di kabupaten/kota masing-masing. Seluruh tim Riskesdas menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia untuk melaksanakan pelatihan enumerator (TC) dan melakukan pengumpulan data (Puldat). Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data sangat bervariasi sesuai dengan kondisi geografi, kependudukan, pemukiman, budaya, sosial ekonomi setempat. Keadaan tersebut memberikan tantangan bagi enumerator dan PJT kabupaten/kota dan telah memicu adrenalin para enumerator yang rata-rata masih berusia muda (duapuluhan tahun). Permasalahan yang berbeda-beda menyebabkan penyelesaian puldat yang juga bervariasi bahkan dalam satu provinsi terjadi perbedaan waktu penyelesaian. Dengan telah usai dan pulang seluruh tim Riskesdas di provinsi Sumatera Barat, maka berarti telah selesai tahap pengumpulan data. Tahap ini belum selesai karena masih banyak tahap yang akan dilalui sehingga nantinya tersusun hasil Riskesdas 2013 di seluruh Indonesia.
iii
Buku yang berisi laporan kegiatan pengumpulan data provinsi Sumbar ini disusun untuk memberikan gambaran kegiatan puldat yang telah dilakukan seluruh tim Riskesdas. Diharapkan tulisan ini dapat menjadi bahan rujukan untuk kegiatan Riskesdas berikutnya ataupun rujukan bagi kegiatan penelitian lainnya. Temuan, kendala dan kemudahan menjadi bagian dari penulisan buku ini karena pada kenyataannya, pelaksanaan Riskesdas ini tidaklah mudah. Dibutuhkan biaya besar, komitmen tinggi, kerja keras dan cerdas, kemampuan intelektual yang baik dan kemampuan manajerial untuk mengelolanya dari tingkat Badanlitbangkes sampai dengan tingkat lapangan di rumah tangga yang didatangi. Tidak lupa tantangan alam yang bervariasi, menuntut kesiapan fisik yang prima dan kehati-hatian. Tantangan alam menjadi bagian yang harus dihadapi khususnya enumerator dan para PJT kabupaten/kota. Kecelakaan telah mewarnai kegiatan puldat ini, dan menjadi bagian yang tidak terlupakan bagi yang mengalaminya. Semoga ada manfaat yang bisa dipetik dari kegiatan Riskesdas di Provinsi Sumatera Barat, dan tulisan ini menjadi bagian dari pengungkapan dan penyampaian informasi lapangan.
Editor
iv
Tersusunnya buku ini adalah karena keterlibatan penulis sebagai Penanggung Jawab Tehnis Provinsi di Sumatera Barat. Pengalaman berharga penulis peroleh setelah mengikuti kegiatan Riskesdas 2013 sebagai PJT provinsi. Keikut sertaan sebagai PJT sebenarnya terjadi secara tidak diduga mengingat di awal kegiatan penulis masih diposisikan sebagi wakil ketua Korwil 4 (Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat atau PHKKPM). Hal ini sesuai kebijakan kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, yang menetapkan ketua PPI sebagai wakil ketua Korwil. Posisi penulis sebagai wakil PPI (Panitia Pembina Ilmiah) karena Prof. Herman Sudiman selaku Ketua PPI yang telah pensiun, maka penulis menjadi wakil ketua Korwil 4. Di awal tahun, dilakukan pemilihan ketua PPI baru dan ternyata terpilih DR. Betty R. sebagai PPI PHKKPM. Dengan kondisi ini, maka otomatis dr. Betty yang semula ditempatkan sebagai PJT provinsi Sumatera Barat harus beralih tanggung jawab sebagai wakil ketua Korwil 4, dan penulis bertukar posisi dengan DR. Betty R. Kesempatan berharga ini telah memungkinkan kami mendapat pengalaman mengelola Survei Kesehatan Nasional di tingkat provinsi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada drg. Agus Suprapto, M.Kes selaku Kepala PHKKPM yang telah memberi wewenang dan tanggung jawab selaku PJT provinsi. Ucapan terima kasih juga selayaknya penulis ucapkan untuk kegigihan para PJT dan enumerator dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan data yang diawali dengan training bagi PJT kabupaten kota dan training bagi enumerator. Dengan koordinasi yang baik dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, kabupaten/kota, para PJO, PJAL provinsi Sumatera Barat dan kabupaten/kota, maka kegiatan puldat dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Kendala di lapangan tentu saja ada, namun bukan hambatan yang berarti dibandingkan semangat juang dari
v
para enumerator dibawah pantauan PJT kabupaten/kota. Kerja keras yang terkoordinir baik ini telah mendukung suksesnya Riskesdas 2013 di provinsi Sumbar. Buku ini dapat tersusun karena adanya kontribusi dari PJT kabupaten/kota seluruh Sumbar yang dengan bersusah payah telah menulis laporan akhir kegiatan puldat sesuai dengan permintaan penulis selaku PJT provinsi. Tulisan disampaikan menurut versi masing-masing telah memperkaya informasi yang dapat disampaikan. Pengalaman dan kesan di lapangan telah dituangkan dalam bab hasil serta diberikan kesimpulan dan saran di masing-masing lokasi puldat. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya penulis sampaikan kepada para PJT atas tulisan laporan hasil kegiatan di kabupaten/kota masing masing yang sangat berharga. Nama-nama PJT kabupaten/kota yang berkontribusi dalam penulisan buku ini adalah: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Shinta Karina Yuniati, dr Uswatun Khasanah, dr Nur Lailatul Fadhilah, dr Andry Hartanto, dr Zahroh Elvikri, dr Diaz Adi Pradana, dr M. Reza Fathoni, dr Miftah Fawzy Sarengat, dr Arie Tri Sandy A. ,dr Adi Wasis P, dr Nadia Ayu Nirmala, S.Farm, Apt Muslimatul Rahma, SKM Drs. FX. Sri Sadewo, M.Si Astri Paramarthaputri, dr Fransiska Sri Hartatik, SKM,M.Kes Andra Syahputra Gumilar, SKM Galih Nur Ismiyati, dr Riswati, S.Sos Forma Yoza, SKM, M.Kes PJT Kabupaten Solok Selatan PJT Kota Paya Kumbuh PJT Kota Sawahlunto PJT Kota Padang PJT Kabupaten Agam PJT Kabupaten Lima Puluh Kota PJT Kabupaten Pasaman Barat PJT Kabupaten Dharmasraya PJT Kabupaten Pesisir Selatan PJT Kabupaten Tanah Datar PJT Kota Solok PJT Kabupaten Solok PJT Kabupaten Kep. Mentawai PJT Kota Bukit Tinggi PJT Kabupaten Padang Pariaman PJT Kabupaten Sijunjung PJT Kabupaten Pasaman PJT Kota Padang Panjang PJT Kota Pariaman
vi
Terakhir, ucapan terima kasih kami kepada Kepala Badan Litbangkes Dr. Trihono, dr., MSc yang telah memfasilitasi seluruh kegiatan Riskesdas tahun 2013. Melalui kepemimpinan beliau, Riskesdas ke 3 ini dapat dilaksanakan dan diselenggarakan di 33 provinsi seluruh Indonesia. Sesungguhnya keberhasilan ini tidak akan terjadi tanpa ijin dan pertolongan dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Semoga Allah memberikan keberkahan bagi semua yang terlibat dalam kegiatan Riskesdas 2013. Amin. Surabaya, 17 Agustus 2013 PJT Provinsi Sumatera Barat
vii
yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan menyerah untuk mencoba. Maka jangan katakan pada Allah aku punya masalah, tetapi katakan kepada masalah bahwa aku punya Allah Yang Maha Segalanya (Ali bin Abi Thalib)
viii
DAFTAR ISI
Judul luar Judul dalam Ucapan Terima Kasih Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN BAHAN DAN CARA GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA BARAT HASIL PENGUMPULAN DATA 1. Kep. Mentawai 2. Pesisir Selatan 3. Solok 4. Sijunjung 5. Tanah Datar 6. Padang Pariaman 7. Agam 8. Lima Puluh Kota 9. Pasaman 10. Solok Selatan 11. Dharmasraya 12. Pasaman Barat 13. Kota Padang 14. Kota Solok 15. Kota Sawahlunto 16. Kota Padang Panjang 17. Kota Bukit Tinggi 18. Kota Paya Kumbuh 19. Kota Pariaman 20. Provinsi Sumatra Barat
ix
i ii Iii v vii viii Ix 1 5 19 27 27 39 53 66 79 97 113 123 143 155 177 187 209 218 226 240 249 262 283 290
BAB V
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Foto kegiatan SK Tim Riskesdas 2013 Provinsi Sumatera Barat
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Tabel 2.2. Tabel 3.1. Tabel 4.1.1. Tabel 4.1.2. Tabel 4.2.1. Tabel 4.3.1 Tabel 4.4.1. Tabel 4.4.2. Tabel 4.5.1. Tabel 4.6.1. Tabel 4.8.1.
Jumlah BS, Jumlah Tim Enumerator menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Sumatera Barat, Riskesdas 2013 Kebutuhan kuesioner, formulir dan alat . Provinsi Sumbar, Riskesdas 2013 Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Barat. Daftar Nama Enumerator Kab. Kepulauan Mentawai, Riskesdas 2013 Lokasi BS Riskesdas 2013 di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Riskesdas 2013 Nama enumerator dan Tim, Pesisir Selatan, Riskesdas 2013 Nama Tim Enumerator Kabupaten Solok, Riskesdas 2013 Nama-nama Enumerator kabupaten Sijunjung, Riskesdas 2013 Hasil Rencana Tindak Lanjut Puldat RKD 2013 Kab. Sijunjung, Riskesdas 2013 Nama dan pendidikan enumerator Luas Wilayah Kabupaten Padang Pariaman Menurut Kecamatan, Riskesdas 2013 Rekapitulasi Hasil Pengambilan Sampel Biomedis, Kabupaten Lim Puluh Kota, Riskesdas 2013 Hasil Jumlah Individu Blok Sensus Kabupaten Solok Selatan, Riskesdas 2013. Hasil Pengumpulan Data Kesehatan Masyarakat dan Biomedis, Kota Padang, Riskesdas 2013 Jumlah Kebutuhan Bahan Pengumpulan Data, Bukit Tinggi, Riskesdas 2013 Daftar Nama Enumerator dalam Tim, Bukit Tinggi, Riskesdas 2013
17 21 31 34 42 56 70 71 85 99 141
xi
Wilayah Puskesmas dan Kelurahan tempat BS terpilih, Bukit Tinggi, Riskesdas 2013 Pembagian Lokasi BS Masing-masing Tim Enumerator, Bukit Tinggi, Riskesdas 2013 Jadwal Penyelesaian Puldat , Bukit Tinggi, Riskesdas 2013 Jumlah Rumah Tangga dan Individu yang Berhasil Dilakukan Pendataan di 19 BS, Kota Bukit Tinggi, Riskesdas 2013 Kelurahan Lokasi BS yang menjadi Sampel Penelitian, Payakumbuh, Riskesdas 2013 Hasil Pengumpulan Data di provinsi Sumbar, Riskesdas 2013 Pembiayaan puldat setiap kabupaten/kota, Sumbar. Riskesdas 2013
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5. Gambar 2.6. Gambar 2.7. Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 3.3. Gambar 3.4. Gambar 4.1.2. Gambar 4.1.3. Gambar 4.1.4. Gambar 4.2.1.
Gambar 4.2.2. Gambar 4.3.1. Gambar 4.3.2. Gambar 4.3.3. Gambar 4.4.1. Gambar 4.4.2.
Tas Survei robek akibat kualitas kurang bagus dan beban berat Temuan bahan antiseptik yang sudah kadaluwarsa Kuesioner dalam map Menggunakan tali rafia untuk menggantikan benang tali pengikat kuesioner yang kurang (foto kiri); Pembuatan nomor untuk ditempelkan di rumah responden yang akan dikunjungi (foto kanan). Beberapa seragam lapangan diadakan secara mandiri oleh enumertaor dan PJT kab/kota Tumpukan alat dan bahan biomedis (foto kiri); pengambilan darah (foto kanan) Entry data setelah selesai wawancara Peta Provinsi Sumatera Barat Masjid banyak dijumpai di Sumbar Pantai Teluk Bayur Perbukitan, sungai dan laut Pengukuran Mata oleh Tim Sikakap di Dusun Pinatetek, Sikakap Pantai Berdinding Cadas Jalan Masuk ke Dusun Kaleak, Sanggalubek Kondisi jalan yang relatif baik (Polaga-Pinatetek) Enumerator yang sudah selesai wawancara melakukan entry data (foto kiri). Wawancara responden yang berjualan minuman (Foto kanan) PJT kabupaten Pesisir Selatan mengalami patah tulang saat bertugas Siap menuju lapangan Pemeriksaan telinga Pemeriksaan gigi Menuju rumah responden melewati sawah Menyeberangi sungai menuju rumah responden
xiii
10 10 11 12
13 16 16 20 23 26 26 33 35 37 46
52 65 65 58 77 78
Gambar 4.5.1. Gambar 4.5.2. Gambar 4.6.1. Gambar 4.6.2. Gambar 4.7.1. Gambar 4.8.1. Gambar 4.9.1. Gambar 4.9.2. Gambar 4.9.3. Gambar 4.10.1. Gambar 4.10.2 Gambar 4.10.3
Gambar 4.12.1. Gambar 4.12.2. Gambar 4.13.1. Gambar 4.13.2. Gambar 4.13.3. Gambar 4.13.4. Gambar 4.15.1. Gambar 4.15.2.
Gambar 4.16.1
Pengambilan darah di BS Biomedis Jalanan rusak dan berlumpur Pemeriksaan telinga Melewati pematang sawah menuju rumah responden Kartu Izin memasuki jorong, Kabupaten Agam hanya berlaku sampai sore hari Memanfaatkan masjid sebagai laboratorium lapangan Peta Kabupaten Pasaman Enumerator dengan seragam nasional dan lokal Menuju daerah sulit Peta Kabupaten Solok Selatan Tim Riskesdas menembus persawahan luas yang terbentang di Solok Selatan Pojok sinyal hp, hanya di lemari ini (Foto kiri); Enumeator makan gadang di posko bisa menelpon (Foto kanan) Di areal kebun teh Enumerator melakukan wawancara Supervisi PJT Prov. Saat puldat di rumah responden yang berada di tengah perkebunan karet Supervisi PJT Provinsi di Pasaman Barat Pemeriksaan gigi oleh enumerator Wawancara dengan responden pembuat kuwe, Kota Padang Suasana ruang tunggu puskesmas untuk pengambilan sampel Tetap semangat diambil darah meskipun duduk di kursi roda Wilayah kota Padang termasuk persawahan Kota Sawah Lunto dilihat dari Puncak Cemara Menuju rumah responden di perbukitan yang harus ditempuh dengan jalan kaki (foto kiri) dan bekas tambang batubara (foto kanan), Kota Sawah Lunto, Riskesdas 2013 Suasana kota Padang Panjang
xiv
94 95 111 112 118 139 144 148 193 155 158 175
240
Gambar 4.17.3. Gambar 4.18.1. Gambar 4.19.1 Gambar 4.19.2. Gambar 4.19.3. Gambar 4.20.1 Gambar 4.20. 2
Kota Serambi Mekah: Transparansi penganggaran Wawancara dan pengukuran responden di warung Enumerator mengenakan baju putih-putih untuk menghindari penolakan responden Pemeriksaan tekanan darah pada responden menunjukkan hipertensi (foto kiri); Pemeriksaan mata di kandang kuda (foto kanan) Suasanan satu sudut Kota Bukit Tinggi yang sejuk Mengukur Lingkar Lengan Salah Satu Peta Bangsen, Kota Pariaman, Riskesdas 2013 Pemeriksaan Visus di kota Pariaman Pemeriksaan Lingkar Perut Wawancara bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja Peta buta dari BPS, tanpa informasi bangunan sensus (foto kiri); Peta Bangsen dengan keterangan lengkap (foto kanan) Menelusur pematang sawah di tepi persawahan dan perbukitan Medan sulit, sepeda motor harus didorong menyeberangi sungai Kelelahan setelah puldat Mengambil resiko dengan berboncengan tiga tanpa helm PJT kab/kota saling berbagi informasi dalam updating program entry data via email Kuesioner siap kirim ke Pusat Humaniora di Surabaya Sampel urin dan air serta serum yang akan dikirim
Gambar 4.20.3. Gambar 4.20.4. Gambar 4.20.5. Gambar 4.20.6. Gambar 4.20.7. Gambar 4.20.8. Gambar 4.20.9.
xv
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, melaksanakan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 di seluruh wilayah Indonesia (33 Provinsi , 497 kabupaten/kota) mencakup sekitar 300.000 rumah tangga yang tersebar dalam 12.000 blok sensus. Riskesdas merupakan riset Nasional, berbasis komunitas untuk menilai keberhasilan pelaksanaan pembangunan jangka menengah 2010-2014. Selain itu sebagai sarana untuk mengevaluasi perkembangan status kesehatan masyarakat Indonesia di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota dalam enam tahun terakhir. Termasuk masalah spesifik di setiap kabupaten/kota, perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat di setiap tingkat wilayah pemerintahan, dan perkembangan upaya pembangunan kesehatan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Kegiatan Riskesdas dimulai sejak Januari sampai dengan Desember 2013. Tahapan kegiatan dilakukan sebelum pada akhirnya dilakukan pengumpulan data di tingkat Rumah Tangga. Master of Trainer (MoT) telah dilaksanakan pada bulan Pebruari 2013 di Cisarua secara Nasional untuk melatih Master Trainers yaitu Penanggung Jawab Tehnis Provinsi. Dilanjutkan Training of Trainers (TOT) pada bulan Maret 2013 dilaksanakan di setiap Korwil. Provinsi Sumatera Barat termasuk dalam lingkup wilayah tanggung jawab Korwil 3 yang pelaksanaannya dilakukan oleh Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (PHKKPM). TOT untuk Korwil 3 telah dilaksanakan 19-28 Maret 2013 di Surabaya dan telah melatih seluruh Penanggung Jawab
1
Tehnis (PJT) kabupaten/kota dari 7 provinsi yang berada di bawah tanggung jawab PHKKPM atau korwil 3. Diantara Di PJT yang dilatih termasuk 19 orang PJT Kab/kota yang akan bertanggung jawab di Provinsi Sumatera Barat. Sebagai kelanjutan TOT adalah Training Traini Centre (TC) untuk melatih 335 orang enumerator sebagai pengumpul data di seluruh provinsi Sumatera Barat (Sumbar). . Pelatihan dilakukan oleh 19 orang PJT kabupaten/kota pada tanggal 19 sampai dengan 28 April 2013 di kota Padang. Para enumerator yang direkrut krut oleh Dinas Kesehatan masing masingmasing kabupaten/kota setelah dilatih dikembalikan ke kabupaten/kota asal bersama denga PJT kabupaten/kota untuk melakukan pengum-pulan pengum data (puldat). Data Riskesdas 2013 dikumpulkan pada awal Mei sampai dengan akhir Juni 2013 013 oleh enumerator di kabupaten/kota masingmasing. Dengan usainya kegiatan pengumpulan data di seluruh kabupaten dan kota di provinsi Sumatera Barat maka puldat Riskesdas 2013 telah selesai. Data kesehatan masyarakat maupun data biomedis telah berhasil dikumpulkan. Perjalanan alanan panjang enumerator, PJT kab/kota yang penuh dengan tetesan keringat, kenangan manis maupun duka menjadi bagian dari keberhasilan penyelesaian kegiatan ini. Tulisan ini disusun untuk mengungkap kejadian yang terjadi dibalik keberadaan data Riskesdas 2013 di Sumbar. Kejadian secara terperinci tentang pelaksanaan Riskesdas dilaporkan oleh para PJT kabupaten/kota sebagai pelaku langsung dan penanggung jawab pelaksanaan puldat secara tehnis di kabupaten/kota.
2
Diharapkan dengan adanya tulisan ini yang dirangkai berdasar laporan pengumpulan data yang disusun oleh PJT kabupaten/kota dapat menjadi bahan kajian dan telaah dari kegiatan Riskesdas khususnya pengumpulan data. Penga-laman PJT yang telah mengawal pelaksanaan puldat di seluruh kabupaten kota seluruh provinsi Sumbar merupakan pelajaran berharga bagi riset nasional ke depan. Pengalaman tersebut diharapkan juga bermanfaat bagi para PJT kabupaten/kota yang merupakan tenaga kesehatan yang masih fresh dengan memberikan wawasan kondisi kesehatan masyarakat, pengalaman sebagai manajer lapangan dan tehnis survei kesehatan, memahami sosial budaya yang berbeda dari daerah asalnya, dan tidak kalah pentingnya dapat menikmati keindahan alam Sumatera Barat.
BAB 2
Pengumpulan sampel biomedis dilaksanakan dengan pengambilan dan pemeriksaan darah oleh enumerator dibawah pengawasan dokter pendamping dan perawat yang berasal dari puskesmas setempat. Dipersiapkan Laboratorium lapangan yang lokasi dan tempatnya ditentukan di masing-masing BS dengan beberapa pertimbangan agar responden dapat mengakses dengan mudah namun pelaksanaan tetap memenuhi standar yang ditetapkan. Tempat yang dipakai sebagai laboratorium lapangan antara lain puskesmas, pustu, balai desa, masjid dan lain sebagainya sesuai pertimbangan bersama dengan kepala puskesmas setempat. Pengumpulan Data Biomedis dilakukan di rumah tangga dan di laboratorium lapangan dengan perincian kegiatan sebagai berikut: A. Di Rumah Tangga 1. Garam Pemeriksaan Cepat (seluruh RT Kesmas dan Biomedis) identifikasi garam ber yodium 2. Pengambilan Sampel garam 3. Pengambilan Sampel Urin seluruh RT terpilih Biomedis hanya 2 ART
Anak-anak 6 12 tahun Bila calon di RT hanya 1 orang langsung diambil; Bila calon > 1 orang di RT lakukan Kish Table dengan urutan nomor sbb : no. 1 anak laki-laki, mulai dari usia tertua (L atau P sama) WUS (15 49 thn) Bila calon di RT > 1 orang lakukan prioritas, sbb: Bumil, lalu ibu menyusui dan kemudian WUS lain. Jika Bumil dan Ibu Menyusui tidak ada , namun ada WUS > 1 orang Kish table. 4. Pengambilan Sampel Air Minum dari 3 sumber yang berbeda dalam 1 BS harus RT yg diperiksa urin. B. Laboratorium Lapangan Pengambilan Darah vena untuk semua ART usia 1 thn ART 15 thn a. Bila puasa 12 14 jam volume darah 10 ml Hasil tes Glukosa puasa: < 126 mg/dl beri glukosa anhidrat 75 gr 126 mg/dl beri diabetasol: 4,5 sendok
6
cek lagi
b. Lupa puasa hanya diperiksa glukosa sewaktu tetap diambil volume darah 10 ml o Bumil tidak puasa vol darah 5 ml glukosa yang diperiksa hanya glukosa sewaktu. o Anak 14 thn diambil darah vena 5 ml Tidak Periksa Glukosa Jenis pemeriksaan untuk semua responden a. Glukosa Darah(GD), kecuali Anak 14 thn GD Puasa dan 2 jam PP atau GD sewaktu b. Hb c. Malaria RDT (Rapid Diagnostic Test) Hapusan darah tebal jika ada riwayat demam dalam 2 hari terakhir
dengan selesai adalah 50 hari dengan diawali persiapan dan diakhir pengepakan kuesioner sehingga berkisar antara 49-57 hari kerja PJT. Sedangkan untuk hari kerja enumerator rata-rata berkisar antara 44-56 hari kerja. Secara terperinci pelaksanaan dan lama hari kerja PJT, enumerator serta tanggal penyelesaian puldat tertuang dalam tabel 2.1. Lama penyelesaian dipengaruhi oleh beban kerja (jumlah BS dan BS biomedis), jumlah tim dan keadaan geografi serta luas wilayah kerja.
Tabel 2.1. Jumlah BS, Jumlah Tim Enumerator menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Sumatera Barat, Riskesdas 2013
N0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Kabupaten/Kota Solok Selatan Kota Payakumbuh Kota Sawahlunto Kota Padang Agam Lima Puluh Kota Pasaman Barat Dharmasraya Pesisir Selatan Tanah Datar Kota Solok Solok Kep. Mentawai Kota Bukittinggi Padang Pariaman Sijunjung Pasaman Kota Padang Panjang Kota Pariaman TOTAL Total Jml BS BS Biomed 19 19 16 30 27 24 24 22 26 24 16 24 18 19 24 21 22 14 18 407 7 5 6 4 22 Jml Tim 3 3 3 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 2 3 64 Hari kerja Enum 51 48 46 56 50 55 56 50 52 55 44 50 50 48 48 50 48 44 44 Hari Tgl Kerja Selesai PJT 54 21/6 52 19/6 52 19/6 57 24/6 54 21/6 57 24/6 57 24/6 54 21/6 55 21/6 57 24/6 52 19/6 55 21/6 52 19/6 52 19/6 54 21/6 54 21/6 49 16/6 50 19/6 52 19/6
pernyataan persetujuan ersetujuan (PSP) untuk responden, kartu hasil pemeriksaan, kwitansi bukti penerimaan bahan kontak berupa uang, alat pemeriksaan tinggi badan, berat badan, tensi meter, alat pemeriksaan gigi, telinga dan mata. . Sedangkan tim dengan Biomedis mendapat alat bio biomedis serta beberapa jenis formulir pendukung pemeriksaan biomedis.
Gambar 2.1. Tas Survei robek akibat kualitas - Spekulum telinga kurang bagus dan beban berat 10
Handscoen/sarung tangan Masker Antiseptic descosept Kaca mulut non disposable + wadah Tissue gulung Tas pengukur tinggi badan Cairan pembersih kacamulut Tas ransel alat Cairan iodium test Baterai timbangan berat badan digital Baterai ukuran A2
2 dos 2 dos 3 buah 4buah 2 buah 1buah 1 buah 1 buah 2 buah 3 buah 12 buah
b. Kuesioner (jumlah sesuai BS yang harus diselesaikan) - Map - Informed Consent (Persetujuan setelah Penjelasan=PSP) - Kuesioner Rumah Tangga - Kuesioner Individu - Kartu Hasil - Tambahan Kuesioner Blok IV - Tambahan Lembar Kuesioner Kesehatan Reproduksi - Tali Pengikat Kuesioner
Gambar 2.3. Kuesioner dalam map
c. Bahan Kontak Bahan kontak berupa uang diberikan sebagai pengganti waktu yang diluangkan kepada responden yang bersedia diwawancara, diukur dan diperiksa (data Kesehatan masyarakat) dan bersedia diambil sampel biomedisnya. Besaran bahan kontak untuk setiap
11
rumah tangga yang diwawancarai adalah sejumlah Rp 50.000,50.000, dan untuk masing-masing masing individu yang diwawancarai diberikan bahan kontak sebesar Rp 10.000, 10.000,-.
Gambar 2.4. Menggunakan tali rafia untuk menggantikan benang tali pengikat kuesioner yang kurang (foto kiri); Pembuatan nomor untuk ditempelkan di rumah responden yang akan dikunjungi.(Foto kanan)
d.
Kuitansi Bahan Kontak Kuitansi bahan kontak adalah tanda bukti penerimaan bahan kontak baik rumah tangga maupun individu yang ditandatangani oleh kepala rumah tangga dan masing-masing masing individu yang diwawancarai
e. Seragam Lapangan Enumerator mendapat seragam berupa kaos lengan panjang warna hijau kombinasi kuning dan topi serta ransel. Mengingat pekerjaan puldat dilakukan setiap hari, maka enumerator di beberapa kab/kota membuat seragam tambahan dengan kreasi masing-masing. masing. Tas ransel dan tas peralatan dikeluhkan kurang bagus kualitasnya alitasnya sehingga sebagian sudah rusak sebelum survei selesai.
12
Gambar 2.5. Beberapa seragam lapangan diadakan secara mandiri oleh enumerator dan PJT kab/kota
Daftar Bahan dan Alat Biomedis - Form BM 01-04 (mobile) - Stiker ART (mobile) - Kartu Hasil Pemeriksaan Darah (salin dari BM 04)
13
- Lembar Administrasi Tahap Pengambilan Darah - Form BM 01 dan BM 04 - Stiker ART - Absorban Pad - Lakban - Alkohol swab - Plaster Luka - Syringe 5 cc, 10 cc - needle 24 G, 22 G dan Wing needle 25G Tahap Pemeriksaan - Form BM 01 dan BM 04 (mobile) - Absorban Ped - Lakban (untuk merekatkan absorban pads pada meja) - Stiker ART - Strip Accu check performa - Microcuvet Hemoque - Accu check (Alat Pemeriksa Gula Darah) - Hemoque (Alat pemeriksaan Hb) Tahap Pembebanan - Glukosa anhidrat (@ 75 gr/sachet) - Suplemen makanan (untuk penderita DM) - Sendok pengaduk
14
Torniquet
- Masker - Sarung tangan - Kantong limbah - Sharp safety container - Sabun antiseptic cair - Vacutainer plain 10 ml - Parafilm 5 cm x 76 m
Kit RDT malaria Timer Auto Click (termasuk dalam alat pengukur glukosa) Blood Lancet Tissue Kantong Limbah Kaca obyek berlabel (frosted slide), 2 buah. Spidol maker
- Air kemasan 330 ml - gelas plastik dan penutupnya 300 ml - Stiker waktu Tahap Pemisahan Serum dan Pewarnaan
- Giemsa Stock 50 ml - Cryotube 4,5 ml - Air Mineral 600 ml (mengencerkan Giemsa) - Tabung centrifuge 15 ml - Nampan plastik (30 cm x 40 cm) - Rak pewarnaan
- Botol semprot berisi air - Pipet Pasteur steril - Tissue ( dipakai juga untuk pengambilan dan pemeriksaan darah) - Sentrifuge Portable - Cold Box - Ice Pack (warna merah atau putih)
Tahap Pengepakan Spesimen Serum dan slide Malaria (ke BTDK) Steroform Box Storage box 4,5ml Cold box (12 lt) Ice Pack Gel Pack Termometer Kotak slide Kertas tissue gulung Lakban Form BM 01-05
- Kotak slide - Kardus coklat seukuran kotak slide bersablon alamat - Kertas tissue gulung - Lakban - Gunting
- Tahap Pengepakan Urin, Air,
- Form BM 02 dan BM 05 - Kotak kardus botol urin/air ukuran (p x l x t): 22,5 x 9 x 9 - Masker - Sarung tangan - Tissue - Stiker tanda panah dan mudah
15
pecah
Sesuai dengan perkiraan kebutuhan untuk kegiatan pengumpulan data di seluruh provinsi Sumatera Barat maka disusun perencanaan kebutuhan bahan dan alat. Pada tabel berikut ini dipaparkan kebutuhan alat gigi, kuesioner, pernyataan kesediaan berpartisipasi (PSP) dan formulir serta alat biomedis untuk seluruh Provinsi Sumbar.
Gambar 2.6. Tumpukan alat dan bahan biomedis (foto kiri); pengambilan darah (foto kanan) Gambar 2.7. Entry data setelah selesai wawancara
16
Tabel 2.2
N0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
KAB/KOTA Solok Selatan Kota Paya Kumbuh Kota Sawahlunto Kota Padang Agam Pesisir Selatan Pasaman Barat Dharmasraya Lima Puluh Kota Tanah Datar Kota Solok Solok Kep. Mentawai Kota Bukit Tinggi Padang Pariaman Sijunjung Pasaman Kota Padang Panjang Kota Pariaman TOTAL
Prosedur Kerja a. Tahap Persiapan Lapangan Tahap ini dilakukan setelah TC di masing-masing kabupaten/kota. Berupa rapat koordinasi ulang antara PJT kabupaten, PJO kabupaten, PJAL kabupaten dan enumerator, persiapan surat perijinan, surat tugas enumerator, penunjuk jalan, peta dari BPS, posko, tempat tinggal PJT dan enumerator, pembagian alat dan kuesioner, dll.
17
b.
c.
d.
Tahap Pemutakhiran Bangunan Sensus Pemutakhiran Bangunan Sensus ini dilakukan sebelum melakukan pengumpulan data di lapangan dengan menggunakan atau tanpa peta. Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dilaksanakan setelah proses pemutakhiran bangunan sensus selesai. Dilakukan pembagian tugas tim dan BS yang harus dikerjakan sesuai dengan pembicaraan saat TC ataupun saat persiapan lapangan. Tim melaksanakan pengumpulan data kesmas dan biomedis khusus di 4 kabupaten / kota biomedis, melakukan entry data dan PJT mengirim data ke tim mandat Pusat. Tahap Penyelesaian Merupakan tahap akhir setelah seluruh data selesai dikumpulkan dan dientry serta dikirim ke tim mandat Pusat. Setelah semua rangkaian puldat selesai dilaksanakan, setiap tim mengumpulkan seluruh alat dan sisa logistik di dinas kesehatan. Semua alat dan sisa logistik tersebut dihitung ulang. Seluruh kuesioner yang telah di entry, dikelompokkan berdasarkan blok sensus dan diikat menjadi satu. Kemudian semua kuesioner, alat dan sisa logistik di serah terimakan kepada PJO dan PJAL kabupaten untuk kemudian di kirim ke LitBangKes Surabaya.
Validasi Data Validasi Data dilakukan oleh tim independen yang telah ditetapkan oleh tim Riskesdas di tingkat Badanlitbangkes. Tim validator untuk provinsi Sumbar berasal dari Universitas Indonesia dan melakukan validasi data di kota Padang, kabupaten Pasaman Barat dan Lima Puluh Kota. Disamping validasi data wawancara dan biomedis, juga diterjunkan tim validator untuk data pemeriksaan mata yang dilaksanakan oleh Perdami provinsi Sumbar. Kota Padang, Kabupaten Agam dan Pesisir Selatan terpilih sebagai daerah yang dilakukan validasi. Untuk kepentingan tersebut, responden yang terdeteksi mengalami kebutaan, diperiksa ulang oleh dokter spesialis mata dan responden diundang untuk hadir pada fasilitas kesehatan (Rumah Sakit) tertentu.
18
BAB 3
Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera dengan Padang sebagai ibu kotanya. Wilayah provinsi ini menempati sepanjang pesisir barat Sumatera bagian tengah dan sejumlah pulau di lepas pantainya seperti Kepulauan Mentawai. Dari utara ke selatan, provinsi dengan wilayah seluas 42.297,30 km ini berbatasan dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu. Wilayah provinsi Sumatera Barat secara administratif berbatasan langsung dengan: 1. 2. 3. 4. Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Utara. Sebelah Selatan dengan Provinsi Bengkulu. Sebelah Timur dengan Provinsi Riau dan Jambi. Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.
Provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali kabupaten Kepulauan Mentawai) dinamakan sebagai nagari sebelumnya pada tahun 1979 diganti dengan desa, kemudian sejak 2001 dikembalikan ke nama semula yaitu nagari. Secara geografis, Provinsi Sumatera Barat terletak pada garis 00 54 Lintang Utara sampai dengan 30 30 Lintang Selatan serta 980 36 sampai dengan 1010 53 Bujur Timur dengan total luas wilayah sekitar 42.297,30 Km2 atau 4.229.730 Ha termasuk 391 pulau besar dan kecil di sekitarnya. Sumatera Barat yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan.
19
Provinsi ini terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera dengan luas daratan 42.297,30 km yang dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi hutan lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 2.420.357 km dengan luas perairan laut 186.580 km termasuk didalamnya adalah Kepulauan Mentawai. Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan gempa di Indonesia yang disebabkan letaknya berada di jalur patahan Semangko tepat di antara pertemuan dua lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan Indo-Australia. Gempa bumi besar yang terjadi akhirakhir ini di Sumatera Barat di antaranya adalah Gempa bumi 30 September 2009 dan Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010. Gempa kecil sering terjadi di Sumatera.
Iklim Sumatera Barat secara umum bersifat tropis dengan suhu udara berkisar antara antara 22,6 C sampai 31,5 C. Garis khatulistiwa tepat melalui provinsi ini di kecamatan Bonjol, kabupaten Pasaman. Di provinsi ini berhulu sejumlah sungai besar yang bermuara di pantai timur Sumatera seperti Batang Hari, Siak, Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), dan Kampar. Sementara sungai-sungai yang bermuara di provinsi ini berjarak pendek, seperti Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan. Terdapat 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera Barat dengan Gunung Talamau di kabupaten Pasaman Barat sebagai gunung tertinggi, yaitu 2.913 m. Gunung Marapi di kabupaten Agam merupakan gunung aktif yang tingginya 2.891 m, gunung aktif lainnya adalah Tandikat dan Talang. Selain gunung, Sumatera Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar, disusul Maninjau di kabupaten Agam. Dengan luas yang mencapai 130,1 km, Singkarak juga menjadi danau terluas kedua di Sumatera dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya terdapat di kabupaten Solok yaitu Danau Talang dan Danau Kembar (julukan dari Danau Diatas dan Danau Dibawah).
Penduduk Sumatera Barat berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa dengan sebagian besar beretnis Minangkabau yang seluruhnya beragama islam, sedangkan sisanya tidak semuanya memeluk Islam. Tabel 3.1. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Barat.
Jumlah Penduduk* (SP 2010) Laki-laki Perempuan Total
39 504 212 228 171 845 100 764 164 852 191 940 223 077 172 571 36 669 217 018 176 721 101 059 173 642 199 116 231 776 175 984 76 173 429 246 348 566 201 823 338 494 391 056 454 853 348 555
No 01 02 03 04 05 06 07 08
Nama Kabupaten/Kota
Kepulauan Mentawai Pesisir Selatan Solok Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Kota
Luas (Ha)**
601.135 579.495 373.800 334.620 313.080 296.113 133.600 132.879
21
No 09 10 11 12 71 72 73 74 75 76 77
Nama Kabupaten/Kota
Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat Kota Padang Kota Solok Kota Sawah Lunto Kota Padang Panjang Kota Bukittinggi Kota Payakumbuh Kota Pariaman Prov. Sumatera Barat
Luas (Ha)**
223.230 335.430 394.763 388.777 69.496 5.764 27.345 2.300 2.524 8.034 7.336 4.229.730
Suku bangsa Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak dan suku Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis Tionghoa, Tamil dan suku Nias dan di beberapa daerah transmigrasi seperti di (Sitiung, Lunang Silaut, Padang Gelugur dan lainnya) terdapat pula suku Jawa. Sebagian di antaranya adalah keturunan imigran berdarah Jawa dari Suriname yang memilih kembali ke Indonesia pada masa akhir tahun 1950-an. Oleh Presiden Soekarno saat itu diputuskan mereka ditempatkan di sekitar daerah Sitiung. Hal ini juga tidak lepas dari aspek politik pemerintah pusat pasca rekapitulasi PRRI di Provinsi Sumatera Barat yang juga baru dibentuk saat itu. Selain itu juga terdapat beragam suku nusantara lainnya yang masuk pasca kemerdekaan sebagai perantau dan pekerja di berbagai bidang.
Bahasa Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan
22
dengan Sumatera Utara, , dituturkan juga Bahasa Batak dan Bahasa Melayu dialek Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan Mentawai digunakan Bahasa Mentawai.
Agama Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 98% penduduk Sumatera Barat, yang kebanyakan pemeluknya adalah orang Minangkabau. Selain itu ada juga yang beragama Kristen, mereka terutama ada di kepulauan n Mentawai yaitu sekitar 1,6%. Selain itu ada juga yang beragama Budha sekitar 0,26%, dan Hindu sekitar 0,01%, yang dianut oleh penduduk bukan orang Minangkabau. Tempat ibadah di Sumatera Barat didominasi oleh masjid dan musala. . Masjid terbesar adalah Masjid Raya Sumatera Barat di kota Padang yang saat ini pembangunannya masih dalam tahap pengerjaan, sedangkan masjid tertua di antaranya adalah Masjid Raya Ganting di kota Padang dan Masjid Tuo Kayu Jao di kabupaten Solok. Arsitektur khas Minangkabau mendominasi baik bentuk masjid maupun musala. Masjid Raya Sumatera Barat memiliki bangunan berbentuk gonjong, dihiasi ukiran Minang sekaligus kaligrafi. . Ada juga masjid dengan atap yang terdiri dari beberapa tingkatan yang makin ke atas makin kecil dan sedikit cekung.
dan kota
Gambar 3.2. 3. Masjid banyak dijumpai di Sumbar
23
Pemerintahan Nagari Provinsi Sumatera Barat dipimpin oleh seorang gubernur yang dipilih dalam pemilihan secara langsung bersama dengan wakilnya untuk masa jabatan 5 tahun. Gubernur selain sebagai pemerintah daerah juga berperan sebagai perwakilan atau perpanjangan tangan pemerintah pusat di wilayah provinsi yang kewenangannya diatur dalam Undangundang nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2010. Sementara hubungan pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten dan kota bukan subordinat, masing-masing pemerintahan daerah tersebut mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Sampai tahun 1979 satuan pemerintahan terkecil di Sumatera Barat adalah nagari, yang sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa, status nagari dihilangkan diganti dengan desa, dan beberapa jorong ditingkatkan statusnya menjadi desa. Kedudukan wali nagari juga dihapus dan administrasi pemerintahan dijalankan oleh para kepala desa. Namun sejak bergulirnya reformasi pemerintahan dan otonomi daerah, maka sejak pada tahun 2001, istilah "Nagari" kembali digunakan di provinsi ini. Pemerintahan nagari merupakan suatu struktur pemerintahan yang otonom, punya teritorial yang jelas dan menganut adat sebagai pengatur tata kehidupan anggotanya[10], sistem ini kemudian disesuaikan dengan konstitusi yang berlaku di Indonesia, sekarang pemerintah provinsi Sumatera Barat menetapakan pemerintah nagari sebagai pengelola otonomi daerah terendah untuk daerah kabupaten mengantikan istilah pemerintah desa yang digunakan sebelumnya. Sedangkan untuk nagari yang berada pada sistem pemerintahan kota masih sebagai lembaga adat belum menjadi bagian dari struktur pemerintahan daerah. Nagari di ketuai oleh wali nagari yang dipilih oleh anak nagari (penduduk nagari) secara demokratis dalam pemilihan langsung untuk 6 tahun masa jabatan. Wali nagari dalam menjalankan pemerintahannya dibantu oleh beberapa orang kepala jorong atau wali jorong, namun sekarang dibantu oleh sekretaris nagari (setnag) dan beberapa pegawai negeri sipil (PNS) bergantung dengan kebutuhan masing-masing nagari. Dalam sebuah nagari dibentuk Kerapatan Adat Nagari, yakni lembaga yang beranggotakan Tungku Tigo Sajarangan. Tungku Tigo
24
Sajarangan merupakan perwakilan anak nagari yang terdiri dari Alim Ulama, Cadiak Pandai (kaum intelektual) dan Niniak Mamak para pemimpin suku dalam suatu nagari, sama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam sistem administrasi desa. Merekalah yang akan mengambil keputusan keputusan penting secara musyawarah.
Transportasi Transportasi udara dari dan ke Sumatera Barat saat ini melalui Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM) yang berada di kabupaten Padang Pariaman, lebih kurang 20 km dari pusat kota Padang. Transportasi darat dengan mudah dapat menggunakan angkutan umum. Terminal Bingkuang Air Pacah kota Padang berpusat, melayani kendaraan umum antar kota antar provinsi (AKAP) dan antar kota dalam provinsi (AKDP). Distribusi jalur antar kota dalam provinsi dari Terminal Bingkuang Air Pacah akan berakhir di terminal angkutan umum tiap kota atau kabupaten di Sumatera Barat. Sedangkan untuk kota Bukittinggi berpusat di Terminal Aua Kuniang, untuk kota Payakumbuh berpusat di Terminal Koto Nan Ampek, dan kota Solok berpusat di Terminal Bareh Solok. Kereta api masih digunakan untuk angkutan penumpang yaitu jalur kereta api dari kota Padang menuju kota Pariaman, sedangkan jalur dari kota Padang sampai ke kota Sawahlunto, melalui kota Padangpanjang dan kota Solok, sebagai sarana pengangkutan batubara. Selain itu dari kota Padangpanjang ini juga ada jalur kereta api menuju ke kota Payakumbuh yang melewati kota Bukittinggi, namun sudah tidak aktif lagi. Transportasi laut dari dan ke Sumatera Barat berpusat di Pelabuhan Teluk Bayur, kota Padang. Sedangkan untuk jarak dekat terutama untuk kapal ukuran sedang berpusat di Pelabuhan Muara, pelabuhan ini antara lain juga melayani transportasi menuju ke kabupaten Kepulauan Mentawai dengan menggunakan kapal feri atau speed boat. Pelabuhan ini juga menjadi tempat bersandar kapal-kapal pesiar (yacht) dan kapalkapal nelayan.
25
26
BAB 4
Pengumpulan data (puldat) dilakukan oleh enumerator di masingmasing kabupaten/kota dikawal oleh PJT kabupaten/kota berkoordinasi dengan PJO dan PJAL kabupaten/kota. Hasil puldat dilaporkan oleh masing-masing PJT di 19 kabupaten/kota diakhiri dengan hasil rangkuman provinsi Sumatera Barat, dengan hasil seperti yang tertuang berikut ini.
Alasan yang mendasar dari pola rekruitmen tersebut adalah bahwa kabupaten kepulauan Mentawai merupakan salah satu daerah sulit di Propinsi Sumatera Barat. Pemilihan ini diharapkan mewakili dari masing-masing kecamatan, sehingga pada waktu pelaksanaan tim enumerator dengan mudah dapat mencari dan juga tidak mengalami kesulitan dalam membangun pos (tempat tinggal sementara) ketika berada di lapangan. Namun demikian, PJT Kab. Kep. Mentawai telah melakukan kontak dengan PJO setempat (Sdr. Nurhadi) untuk merekrut orang-orang yang lebih berpengarahan dalam sensus atau penelitian sejenis. Kenyataannya, hal itu tidak bisa dipenuhi sepenuhnya. Dua orang dari Dinkes merupakan orang yang baru (tenaga honorer) yang tidak mengerti atau berpengalaman dalam survei. Disiplin dan Pengetahuan yang Terbatas. Perbedaan pola rekruitmen ini nampaknya menentukan juga tidak displin tenaga enumerator. Bila dibandingkan dengan lainnya, maka praktis kurang disiplin. Diketahui sebagian besar tidak datang tepat waktu pada saat awal pendaftaran. Alih-alih bahwa terhalang oleh keberangkatan kapal Ambu-ambu/Gembolo yang mengambil rute Siberut-Padang, TuapejatPadang dan/atau Sikakap-Padang. Pada saat pembukaan, hanya 8 (delapan) enumerator yang datang. Pada hari berikutnya, jumlah enumerator dari Kab. Kepulauan Mentawai bertambah menjadi 12 orang. Enumerator baru lengkap hadir pada hari kedua. Persoalan lain adalah para tim enumerator, terutama laki-laki, sering melakukan aktivitas keluar masuk ruang dengan alasan pergi ke toilet. Namun, kenyataannya mereka pergi ke lobby atau selasar untuk merokok1. Setelah diusut, karena kebiasaan di ruang terbuka dan tidak terbiasa untuk mengikuti pelatihan, mereka menjadi mengantuk. Untuk
1
Kebiasaan merokok sudah menjadi bagian masyarakat Kab. Kepulauan Mentawai. Dari diskusi dengan tim kesehatan dari Pencerah Nusantara. Riset mereka menunjukkan bahwa 90% lebih laki-laki dewasa di Kab. Kepulauan Mentawai merokok. Kebiasaan merokok juga dilakukan oleh kalangan tenaga kesehatan. Di Kantor Dinkes Kab. Kepulauan Mentawai dan Puskesmas, hampir seluruh laki-laki merokok, termasuk dokter.
28
menghilangkan suntuk, mereka memilih keluar dan merokok. Di pihak lain, karena sebagian besar berasal dari tenaga perawat, mereka merasa telah tahu hal-hal yang ditanyakan di dalam kuesioner. Begitu pula dengan pengukuran, mereka telah melakukan setiap bulan di wilayah kerjanya. Akibatnya, mereka tidak sepenuhnya menerima materi dengan baik bila dibandingkan tim enumerator dari Kabupaten lain. Strategi Pemberian Penguasaan Materi pada Tim Enumerator. Untuk mengatasi keterbatasan itu, tim fasilitator2, khususnya saya selaku PJT Kab. Kepulauan Mentawai, mengembangkan strategi. Pertama, menunjukkan kelemahan yang dimiliki, khususnya keterbatasan bahasa antara tim enumerator dan calon responden. Untuk itu, mereka diminta menterjemahkan item-item pertanyaan dalam bahasa lokal. Dari 15 enumerator, hanya separuh yang bisa berbahasa Mentawai dengan dialek tertentu saja. Perlu diketahui, ada perbedaan yang signifikan dalam sejumlah kosa kata dalam bahasa Mentawai bila dibandingkan antara penutur dari Sikakap, Sipora dan Siberut. Kedua, memberi penguatan pada tim enumerator. Penguatan ingatan dilakukan dengan menanyakan berkali-kali tentang kesimpulan dari masing-masing item pertanyaan. Caranya mengingatkan dengan mengembangkan model cooperative learning dengan lempar tongkat/bola kertas dalam pembahasan item pertanyaan. Sambil bernyanyi, bola kertas itu berpindah dari satu peserta ke peserta lain. Tim penyaji meminta berhenti, maka pemegang bola terakhir harus menjawab atau menjelaskan materi. Akibatnya, setiap peserta diminta untuk selalu siap memperhatikan, termasuk enumerator dari Kab. Kepulauan Mentawai. Ketiga, memberikan langkah taktis dan analisis kuesioner. Langkah taktis ke-1 adalah ketika sudah dilakukan persetujuan dengan responden, mereka sebaiknya meminta (a) KSK, (b) garam, (c) air, (d) obat persediaan di rumah, dan (e) kartu KIA bila ada anak berusia di bawah 5
2
Di dalam TC, tim enumerator Kab. Kepulauan Mentawai berada dalam satu ruang dengan tim enumerator dari Kab. Sawahlunto dan Kab. Sijunjung.
29
tahun. Langkah ke-2 adalah memberikan tanda umur dan jenis kelamin. Langkah ke-3, terkait dengan langkah ke-2, analisis kuesioner tentang pertanyaan mana dan untuk kelompok umur yang mana (terlampir).
Pengumpulan Data di Lapangan Pembagian Blok Sensus (BS). Jumlah BS yang menjadi tanggung jawab dari tim enumerator adalah 16 BS yang berarti 16 Dusun dari desa dan kecamatan yang berbeda. Sebaran ke-16 BS itu terinci masing-masing 4 BS di kepulauan Sikakap-Pagai Selatan, 7 BS di Pulau Sipora dan 7 BS di Pulau Siberut. Pertama, ke-16 BS tersebar hampir seluruh kecamatan di Kab. Kepulauan Mentawai, kecuali Kec. Pagai Utara dan Kec. Siberut Barat. Kedua, Jarak antar BS di masing-masing pulau berjauhan, kurang lebih 5-40 km dan tidak selalu berada dalam jalur transportasi reguler (kapal motor) atau jalan raya, terutama di Pulau Pagai Selatan (Sinaka dan Maonai) dan di Pulau Siberut. Sesuai dengan petunjuk dari Balitbang Kemenkes, bahwa setiap kelompok enumerator yang terdiri dari 5 (lima) orang bertanggung jawab untuk menyelesaikan pengumpulan data sebanyak 6 (enam) BS dalam waktu 48 (empatpuluh delapan hari). Artinya, setiap BS harus diselesaikan selambat-lambatnya 8 (delapan) hari, termasuk pengisian data (entry data) di software yang dibuat oleh tim Mandat Balitbangkes. Lama pengumpulan tersebut juga termasuk perpindahan dari satu BS ke BS lain. Namun demikian, kesepakatan ini awalnya tidak diterima oleh tim enumerator alih-alih mereka lebih mengetahui medan daripada tim yang lain. Dalih itu cukup berdasar karena mereka memang berasal dari tempat tersebut. Hal itu bisa dipahami oleh saya selaku PJT. Namun demikian, setelah mencermati beban kuesioner, mereka juga menerima untuk tim lain masuk ke pulau tersebut. Tidak saja karena pemerataan beban tim enumerator, tetapi juga mengingat keterbatasan waktu pengumpulan data.
30
Strategi lain yang sebenarnya hendak diterapkan oleh PJT adalah mengerjakan bersama dalam satu pulau, yaitu: Pulau Sipora yang menjadi pusat pemerintahan Kab. Kepulauan Mentawai terlebih dahulu. Strategi itu diharapkan dapat menyamakan kemampuan dan melakukan koreksi bila ada kesalahan di awal penelitian. Namun demikian, hal itu tidak dapat dilakukan karena (1) persoalan transportasi antar pulau yang tidak pasti dan (2) ketidakpastian cuaca di awal bulan Juni sudah memasuki musim badai. Akhirnya, menggunakan pola yang disepakati bersama antar tim enumerator, yaitu: masing-masing berangkat ke pulaunya, baru setelah saling berkomunikasi dan kunjungan dari PJT untuk melakukan validasi data dan melakukan pendampingan bila bertepatan dengan saat turun lapangan. Tabel 4.1.1. Daftar Nama Enumerator Kab. Kepulauan Mentawai, Riskesdas 2013
Nama Enumerator Kepulauan Mentawai Firdaus, AMD. Helentina Suzana, Amd. Farm. Mery Rosida Girsang, Amd.Kep. Noviyanto, Amd.Kep. Alam Sukar, SKM. Agustinus, AMK. Emi Sarita Napitu, AMG. Hendri Dunant, Amd. Fajar Noprintis, Amd.Kep. Ganda R. Putra Hannes Donisius Ridho al amin, SKM. Paulus Tuirik Sabagalet, Amd.Kep. Palmi, Amd. Meriam Sabelina, Amd.Keb.
Pelaksanaan di Lapangan. Ketika kegiatan TC berakhir (tanggal 28 April 2013), maka pada hari itu juga tim Sipora berangkat bersama dengan PJT, PJO dan PJAL dengan menggunakan kapal Ambu-ambu (Padang-Tuapeijat). Sementara itu, kedua tim lainnya baru berangkat 2 (dua) hari kemudian dengan tujuan pulau masing-masing, yaitu PadangSikakap dan Padang-Muara Siberut. Waktu tempuh kapal berlayar dari Pelabuhan Bungus (kurang lebih 30 km dari kota Padang) ke Tuapeijat
31
dengan waktu tempuh kurang lebih 10 jam. Kapal berangkat pukul 20.00 WIB dan tiba 06.00 WIB pada hari berikutnya (29 April 2013). Setelah tiba, tim Sipora memindahkan logistik ke rumah anggotanya, yaitu Helen, sementara itu PJT, PJO dan PJAL ke kantor dinas mengurus perijinan survei ke Bakesbangpol dan mengusahakan dana talangan ke Kadis Dinkes. Karena memang tidak ada persediaan kas, dana talangan tidak dapat diperoleh. Hal itu kemudian dilaporkan ke Korwil III untuk segera mengirimkan. Dana terkirim baru via transfer bank tanggal 2 Mei 2013 lewat Bank Mandiri dan langsung dikirim via Bank BRI, baik untuk tim Sikakap dan tim Siberut. Baru esok hari mereka menerima dana tersebut. Karena hari Jumat, praktis turun lapangan pada hari Sabtu. (Dengan kejadian ini, saya cukup bersyukur karena lebih menggunakan strategi mereka untuk langsung ke pulau masing-masing. Bisa dibayangkan, bila saya harus menanggung akomodasi dan konsumsi selama 4 hari, sejak tanggal 29 April 2013). Pada 2 minggu awal, tim Sipora mengerjakan BS-1 dan BS-2 di Kelurahan Tuapeijat (Dusun Jati dan Mapadegat). Tim Sikakap mengerjakan Dusun Pinatetek, Desa Sikakap dan Bulak Monga, Desa Taikako. Tim Siberut terjun di Dusun Peigu dan Puro I, Desa Muara Siberut. Menjadi catatan dalam puldat ini, Dusun Pinatetek yang sekarang ini berbeda dengan dusun yang lama. Mereka pindah sekitar 3-4 km dari lokasi lama. Kepindahan itu tidak terlepas dari himbauan Bapak Presiden (SBY) ketika meninjau gempa dan tsunami di Pagai Selatan.3 Hal yang serupa di Dusun Maonai (Bulasat), Pagai Selatan. Hal itu telah disampaikan pada waktu TC dan disetujui untuk tetap pada wilayah tersebut. Menjadi masalah adalah Dusun Sinaka yang pindah tidak seluruhnya pindah, hanya sebagian saja. Untuk dusun Sinaka, hal diputuskan pada pertengahan Mei 2013. Dua minggu awal ini sekaligus menunggu persetujuan dan pencarian dana untuk daerah sulit dengan tambahan dana sebesar Rp. 56.000.000,00.
Dalam himbauannya, seluruh dusun yang berbeda di pinggir pantai harus pindah ke daerah yang lebih tinggi untuk mengurangi kurban tsunami bila terjadi gempa.
32
Setelah kurang lebih 3 (tiga) hari kegiatan tim Sipora berlangsung, saya sendiri selaku PJT memutuskan untuk moving ke tim Sikakap dengan menggunakan kapal motor (kayu) Nade 202 dengan rincian biaya (Terlampir). Selama beberapa hari di Sikakap, saya memantaui di Pinatetek (BS-1) 1) dan Bulak Monga (BS-2). (BS Setelah itu, saya memutuskan kembali ke Tuapeijat untuk mema memantau pelaksanaan puldat Tim Sipora di BS-2 2 (Mapadegat). Pada saat yang sama, saya memperoleh informasi tentang persetujuan dana daerah sulit. Seluruh rancangan diterima, kecuali adalah dana akomodasi (penginapan). Dari Tuapeijat, saya melanjutkan dengan kapal pal motor yang sama ke Muara Siberut. Tim Siberut sudah berangkat ke Matotonan. Saya hanya bersama salah satu anggota tim (Ridho) untuk melakukan pemeriksaan entry data dan validasi di lapangan, yaitu Dusun Peigu dan Puro I. BS Dusun Peigu menjadi sampel propinsi, sehingga terdapat pemeriksaan gigi.
Gambar 4.1.2. Pengukuran Mata oleh Tim Sikakap di Dusun Pinatetek, Sikakap
Karena dana daerah sulit belum cair, maka langkah yang dilakukan oleh Tim Sipora dan Tim Sikakap adalah menyelesaikan masing-masing 2 BS di Kec. Sipora Selatan (Sioban). Untuk itu, saya juga melakukan perpindahan ke Sioban dan memeriksa meriksa kuliatas data yang dikumpulkan. Dari sisi medan lapangan bervariasi, mulai dari jarak kurang lebih 3 km hingga berjarak 30 km dengan me medan yang bervariasi. Hal itu dapat diselesaikan dengan baik.
33
Tabel 4.1.2. Lokasi BS Riskesdas 2013 di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Riskesdas 2013
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 ID DESA 1301011001 1301011002 1301012001 1301012002 1301021002 1301021004 1301021006 1301021007 1301022005 1301022006 1301022006 1301030004 1301030004 1301030008 1301031003 1301032002 1301032004 1301032009 KECAMATAN Pagai Selatan Pagai Selatan Sikakap Sikakap Sipora Selatan Sipora Selatan Sipora Selatan Sipora Selatan Sipora Utara Sipora Utara Sipora Utara Siberut Selatan Siberut Selatan Siperut Selatan Siberut Brt Daya Siberut Tengah Siberut Utara Siberut Utara DESA/ KELURAHAN Bulasat Sinaka Taikako Sikakap Nem-Nem Leleu Mara Saureinu Matobe Sido Makmur Tuapejat Tuapejat Muara Siberut Muara Siberut Matotonan Sagalubbek Sibi Samukop Muara Sikabaluan Malancan DUSUN Maonai Sinaka Bulak Monga Pinatetek N-N Leleu Utara Mara Tengah Bailo Panepuat Sinabak Mapadegat Jati Puro Peigu Ongah Kaleak Sua Nang Nang Tarekan Hulu K/D 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 NKS2013 1000305 0005203 0007202 0003501 0004703 1002903 0003303 0006701 0003001 0500104 0500502 0500203 1500403 1001804 0008002 0005504 0006305 0004904 Sampel prov kab kab kab kab prov kab kab kab kab kab kab prov prov kab kab kab kab Tim 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1
Derah sulit baru dilakukan puldat pada waktu satu minggu terakhir bulan Mei 2013. Hal itu terkait dengan pencairan dana daerah sulit. Menjadi keberuntungan karena dilakukan sebelum bulan Juni. Bulan Juni merupakan musim badai. Tim Sipora menuju ke Dusun Kaleak, Sanggalubek, sedangkan Tim Sikakap ke Dusun Sinaka dan Maonai. Keberangkatan tim Sipora diawali dari Kec. Sipora Selatan (Sioban), demikian pula dengan tim Sikakap. Untuk itu, tim Sipora terpaksa menunda untuk turun di Dusun Sinabak, Sidomakmur. Tim Sipora harus berangkat melewati selat antara Pulau Siberut dan Sipora, terus menuju ke arah Barat dengan ombak Samudera Hindia yang besar (lihat gambar
34
3). Sementara itu, untuk ke Sinaka dan Maonai, dari Sioban (Kec. Sipora Selatan) tim Sikakap berangkat ke Kec. Sikakap dengan kapal Nade 202. Dari Kec. Sikakap, tim harus mencarter boat untuk mengelilingi me Pulau Pagai Selatan dengan hempasan ombak Samudera Hindia bila berada di Bagian Barat Pulau lau tersebut (lihat gambar 4.1.3).
Gambar 4.1.3. Pantai Berdinding Cadas Jalan Masuk ke Dusun Kaleak, Sanggalubek
Supervisi Lapangan Oleh Tim Mandat Supervisi dilakukan oleh Ibu Mara Ipa dari Tim Mandat pada tanggal 26-27 27 Mei 2013. Ibu Mara berangkat dari Padang dengan kapal Gembolo pada tanggal 26 dan tiba tanggal 27 Mei 2013 jam 6.00 WIB dan kembali pada hari tersebut. Untuk itu, PJT dan PJO mempersiapkan mempersi pertemuan antara ketua tim enumerator (Sikakap dan Sipora) berikut anggotanya dan Ibu Mara Ipa. Bersamaan dengan itu, tim Sikakap juga berangkat ke Sikakap untuk puldat di Maonai dan Sinakak dengan kapal Nade pada pukul 08.00 WIB, sedangkan tim Sipora Sipor menuju ke Kaleak pukul 11.00. Pertemuan yang singkat itu memberikan arti bagi tim, terutama terkait dengan entry data dan persiapan ke daerah sulit. Informasi untuk memberikan kan kode sampel 901 (dan seterusnya) sebagai pengganti ruta yang tidak ada dengan n catatan jumlah ruta kurang dari 20 menjadi hal yang bermakna. Hal itu tidak saja dilakukan di Kaleak, Sanggalubek, tetapi juga di Sinabak, Sidomakmur. Baik di Kaleak dan Sidomakmur, bila tanpa kode sampel tersebut, jumlah ruta kurang dari 20, yaitu 18 ruta ru untuk Kaleak dan 16 ruta untuk Sinabak, SIdomakmur. Alasan penambahan ruta di luar daftar berbeda. Meski sebelumnya telah dihubungi melalui radio
35
SS, di Kaleak, penyebabnya adalah perpindahan ruta dan kebiasaan meninggalkan rumah lebih dari satu minggu pada waktu pergi ke ladang. Sementara itu, di Sinabak, Sidomakmur, sebagian besar penghuninya adalah pegawai negeri yang melakukan mutasi ke Padang atau bepergian ke wilayah lain (masih dalam Kab. Kepulauan Mentawai) baik atas permintaan sendiri maupun penugasan. Sampai lima hari terakhir, baru terkumpul 16 ruta, sementara 14 ruta lainnya (termasuk cadangan) tidak ada atau kosong. Selain itu, ada penyebab lain, yaitu: peta dari BPS yang tidak jelas, sehingga kesulitan menentukan lokasi ruta. Strategi mengandalkan nama KK juga tidak bisa karena ditemukan sejumlah nama kembar. Penduduk hanya mengetahui nama marga, tetapi tidak tahu nama depan, begitu pula dengan kepala dusun. Kendala dan Hambatan Selama di Lapangan
Persiapan dan koordinasi yang terlalu singkat. Kendala-kendala yang terjadi selama di lapangan sebenarnya terletak pada persiapan dan koordinasi yang terlalu singkat. Kurang koordinasi antara Dinkes Kab., PJO Propinsi dan Korwil berpengaruh pada kelancaran pelaksanaan puldat. Sementara itu, saya mencermati kurang sosialisasi tentang Riskesdas di Dinkes, sehingga animo dan sikap tanggap Dinkes, PJO dan PJAL sangat lamban. Bila ada koordinasi yang baik dan sikap tanggap yang memadai, maka pendanaan transport bisa disiasati dengan kegiatan yang sama dari Dinkes ke tempat tujuan yang sama. Karena waktu yang singkat, PJO dan PJAL tidak bisa mempersiapkan stok bensin untuk kapal boat dalam jumlah besar. Akibatnya, penyediaan itu mengikuti harga pasar. Di Kab. Kepulauan Mentawai, 1 liter bensin dihargai Rp. 7.000,00 s/d 10.000,00 tergantung situasi kelangkaan. Pada waktu turun ke daerah sulit, harga telah mencapai Rp. 10.000,00, padahal kebutuhannya bisa mencapai lebih dari 1 ton liter. Kondisi dan Sarana Transportasi. Sarana transportasi di Kab. Kepulauan Mentawai sebagian besar dengan boat. Hal itu terjadi karena kondisi jalan buruk. Akibat banjir bandang bulan Februari 2013 di Siberut, jembatan penghubung rusak, sementara itu hal serupa terjadi di Sipora dan Sikakap. Hujan telah merusak badan jalan.
36
Ada fasilitas kapal motor reguler yang murah, yaitu Rp. 5.000,00, namun terbatas pada jalur kecamatan besar. Selain tertentu rutenya, jadwal keberangkatan pun sebenarnya tidak bisa dipastikan karena tergantung dari cuaca dan pembiayaan Pemda setempat. Selain itu, waktu tempuh menjadi lamanya, yaitu berkisar antara 5-10 jam tergantung daerah tujuannya. Untuk menuju ke BS, tim enumerator juga tetap harus menyewa boat. Bila tidak sesuai jadwal kapal motor tersebut, sebagai konsekuensinya, mereka menyewa boat seperti yang disampaikan dalam RAB dan disetujui sebagai dana transportasi daerah sulit. Di Pulau Pagai Selatan, terdapat ojek antar desa. Namun demikian, biaya sangat besar bila menuju ke BS Sinaka dan Maonai. Untuk ke Kuribuah (Sinaka Baru), dari Lukmasua ke Perum yang dilanjutkan dengan jalan kaki selama 3 jam perjalanan. Sementara ke Sinaka lama, harus dilanjutkan dengan perahu motor.
Jaringan Internet. Pada minggu pertama, jaringan internet via Kominfo lancar, sehingga bisa melakukan download yang baik (18 MByte)
37
untuk update mandat. Namun tidak demikian sesudahnya, jaringan menjadi buruk. Tim hanya mengandalkan warnet yang kecepatan sangat lambat dan telkomflash dengan kondisi yang serupa. Pengiriman Paket. Ketika minggu-minggu pertama datang, PJT telah mencoba melakukan uji untuk pengiriman barang yang nantinya untuk kuesioner. Melalui kantor pos, PJT berhasil mengirim dan sampai ke Surabaya (Sidoarjo) dalam waktu 1 (satu) minggu dengan biaya relatif murah. Kenyataan yang menggembirakan ini menjadi berbeda ketika pada waktu pengiriman kuesioner. Ada kebijakan baru di Kantor Pos Tuapeijat. Kantor Pos tersebut merupakan cabang dari Kantor Pos di Sipora Selatan (Sioban). Pada saat pengiriman, ada pergantian pimpinan kantor cabang tersebut dan kebijakan baru. Kebijakannya adalah larangan pengiriman barang karena statusnya sebagai kantor cabang. Alternatif lain adalah dengan TIKI. Alternatif itu tidak diambil karena biaya jauh lebih besar, yaitu Rp. 22.000 per kg ditambah dengan biaya administrasi Rp. 7.000 per kg. Untuk itu, diambil alternati kedua yaitu pengiriman via Padang dengan terlebih dahulu menggunakan kapal Gembolo. Bisa dibayangkan, beban kuesioner seberat 200 kg. Biaya keseluruhan pengiriman di kantor Pos Padang hanya Rp. 1,5 juta.
Kesimpulan Terlepas dari segala kesulitan, pengalaman survei ini sangat berarti bagi tim enumerator dan PJT. Pengalaman ini tidak saja mendewasakan, tetapi memberikan pengetahuan yang baik. Segala kesulitan itu tidak terlepas dari keterbatasan waktu, baik untuk koordinasi awal, persiapan dan pembentukan kerjasama tim. Namun demikian, dengan waktu yang telah disepakati dan beberapa halangan menyulitkan, tim enumerator, PJT, PJO dan PJAL dapat menyelesaikan tugas pengumpulan data di 16 BS Kab. Kepulauan Mentawai dengan baik.
38
Geografi dan Topografi Kabupaten Pesisir Selatan merupakan kabupaten terluas di Sumatera Barat dengan luas wilayah 5.749,89 km2, terdiri dari 12 Kecamatan, 182 Nagari dan 485 kampung. Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan memiliki batas-batas sebagai berikut: Utara Selatan Barat Timur
0
: Kota Padang : Provinsi Bengkulu : Samudera Hindia : Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi
Secara geografis Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada posisi 0 59 sampai dengan 2028,6 Lintang Selatan dan 100019 sampai dengan 101018 Bujur Timur, secara umum beriklim tropis dengan temperatur 220 C hingga 320 C. Letak Kabupaten Pesisir Selatan memanjang dari utara ke selatan dengan panjang garis pantai 234 Km2 di sebelah barat Pulau Sumatera dan di sebelah timur dipagari ketat oleh Pegunungan Bukit Barisan dengan Taman Nasional Kerinci Seblat. Kabupaten Pesisir Selatan dialiri oleh 27 buah sungai (11 sungai besar dan 16 sungai kecil) yang berhulu di kawasan Bukit Barisan dan bermuara ke Samudera Indonesia. Di samping itu, wilayah Pesisir Selatan memiliki 53 pulau. Kabupaten Pesisir Selatan memiliki topografi yang tidak rata, di sebelah barat pada umumnya dataran rendah dengan permukaan datar, di bagian timur merupakan dataran tinggi dengan jajaran pegunungan Bukit Barisan, di bagian utara mempunyai areal yang terbatas, karena permukaan tanah bergelombang dan di bagian selatan mempunyai areal yang cukup luas karena permukaan tanah umumnya datar
Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Selatan,berdasarkan data BPS tahun 2012 berjumlah 433.735 jiwa dengan distribusi laki-laki 214.447
39
dan perempuan 219.288, dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Lengayang (52.163 jiwa), sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Bayang Utara (7.352 jiwa). Penyebaran penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan belum merata, pada umumnya penduduk menumpuk pada daerah-daerah tertentu. Kepadatan penduduk pada tahun 2012 sebesar rata-rata 75,43/Km2. Kecamatan yang penduduknya paling padat terdapat di kecamatan Ranah Pesisir dengan jumlah tingkat kepadatan 135,58/Km2, sedangkan yang paling jarang penduduknya adalah kecamatan Bayang Utara (29,32/Km2). Sebagian besar penduduk Kabupaten Pesisir Selatan bermata pencaharian petani dan nelayan.
Keadaan Lingkungan Untuk menggambarkan keadaan lingkungan akan disajikan indikator-indikator seperti: akses terhadap air bersih, sanitasi dasar, tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) sehat dan persentase rumah sehat. Berdasarkan data dari penyehatan lingkungan tahun 2012 sarana yang diperiksa dapat diketahui bahwa persentase tertinggi jenis sarana air bersih yang digunakan adalah sumur gali 33 %, ledeng 9 %, SPT 5,9 %, PAH 0,6 %, dan sumber lainnya 28,3 %. Kepemilikan sanitasi dasar di antaranya kepemilikan jamban, tempat sampah, pengelolaan air limbah dan persediaan air bersih. Untuk persentase penduduk yang memiliki jamban sehat yaitu 68,7 %, pemanfaatan tempat sampah sebesar 72,3 %, yang memiliki pengelolaan air limbah sebesar 75,5 % dan yang memiliki akses air bersih sebanyak 76,6 % dari yang diperiksa. Cakupan TUPM tahun 2012 dari 560 yang diperiksa jumlah yang sehat sebesar 355 (atau 63,4 %). Dari data yang diperoleh tahun 2012 rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 18.180 unit (72, 6 %).
Alat dan Bahan Pengumpulan Data Kabupaten Pesisir Selatan terdiri atas beberapa blok sensus (sejumlah 26 BS). Beberapa blok sensus ada yang termasuk sebagai sampel Provinsi, di mana selain pengumpulan data Kesmas, pemeriksaan gigi juga dilakukan, di samping yang blok sensus lain termasuk dalam sampel Kabupaten. Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data
40
Kesmas terdiri dari alat dan bahan pengukur pemeriksaan beserta tas, kuesioner, bahan kontak, dan kuitansi bahan kontak. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari (tiap tim): - Timbangan berat badan digital 1 buah - Pengukur tinggi badan 1 buah - Pengukur tekanan darah digital 1 buah - Pita pengukur lingkar perut dan lingkar lengan atas 1 buah - Tumbling E 1 buah - Pita pengukur jarak visus 6 meter 1 buah - Pinhole 1 buah - Loop 1 buah - Pen light 2 buah - Spekulum telinga 3 buah - Handscoen 2 kotak - Masker 2 kotak - Antiseptic descosept 3 buah - Kaca mulut 3 buah - Tissue gulung 2 buah - Tas pengukur tinggi badan 1 buah - Tas ransel alat 1 buah - Cairan pembersih kacamulut 1 buah - Cairan iodium test 2 buah - Baterai timbangan berat badan digital 3 buah - Baterai ukuran A2 12 buah Kuesioner - Map 150 buah - Informed Consent 150 buah - Kuesioner Rumah Tangga 150 buah - Kuesioner Individu 675 buah - Kartu Hasil 675 buah - Tambahan Kuesioner Blok IV 4 buah - Tambahan Lembar Kuesioner Kesehatan Reproduksi 20 buah - Tali Pengikat Kuesioner 150 buah Bahan Kontak Kuitansi Bahan Kontak
41
Pelaksana Kegiatan Puldat Secara langsung sebagai pelaksana Puldat adalah enumerator dikawal oleh PJT kabupaten Pesisir Selatan. Jumlah enumerator adalah 20 orang yang terbagi dalam 4 tim dengan pembagian tin sesuai dengan latar belakang pendidikan dan jenis kelamin serta mempertimbangkan daerah asal enumerator. 7 orang enumerator sberasal dari puskesmas , 3 orang berasal dari Dinkes Pesisir Selatan sedangkan 10 orang enumerator adalah tenaga lepas. Berikut adalah nama tim lengkap dengan gelarnya. Tabel 4.2.1 Nama enumerator dan Tim, Pesisir Selatan, Riskesdas 2013
Tim 1 Ardiansyah Putra, SKM Ismanelli, SKM Cici Elva Gusriyanti, Amd. Keb. Widya Okta Yudarma, Amd. Keb. Meci Safitri Yarta, Amd.Keb. Tim 2 Hendra Desnofal, SKM Yeni Susanti, S.Kep. Revi Meisandri, SKM Kiki Angraini, S.Kep. Maria Dini Putri, Amd.Keb. Tim 3 Yarsi Antoni, SKM Donna Idola, SKM Ceci Dwiga Putri, SKM Ashari, Amd.Kep. Windy Fristiwi, Amd.Keb. Tim 4 Mila Natalia, Amd.Kep. David Syahputra, Amd.Kep. Dr. Kusnedi Eliya Rosita, SKM Sri Hesti Ningsih, Amd.Keb.
42
Prosedur Kerja a. Tahap Training Tahap ini berlangsung selama 10 hari dan bertempat di Hotel Rocky,Padang. Di tahap ini, seluruh enumerator diberi pelatihan tentang tata cara pengumpulan data. Pelatihan tersebut juga meliputi simulasi pengumpulan data di rumah-rumah penduduk dan simulasi pelaksanaan lab lapangan. Pada 2 hari terakhir pelatihan, diadakan koordinasi antara PJT Kabupaten, PJO kabupaten, PJAL Kabupaten dan seluruh enumerator kabupaten Pesisir Selatan guna membahas prosedur teknis dan operasional selama pengumpulan data 2 bulan kedepan. b. Tahap Persiapan Lapangan Tahap ini dilakukan selama 2 hari. Berupa rapat koordinasi ulang antara PJT kabupaten, PJO kabupaten, PJAL kabupaten dan enumerator. Hasil rapat tersebut adalah, sebelum pengumpulan data tim enumerator akan melaksanakan pemutakhiran bangunan sensus terlebih dulu. Selain itu sebelum pengumpulan data, PJT kabupaten mencari tempat tinggal selama bertugas. Basecamp tim enumerator dibagi dua tempat dikarenakan lokasi puldat yang saling berjauhan (satu tempat untuk 5 BS pertama, lalu pindah ke tempat lain untuk 2 BS berikutnya). Selain basecamp, apabila ada sosialisasi antara PJT,PJO dan PJAL, ditetapkan kantor Dinas Kesehatan Kab Pesisir Selatan sebagai tempat berkumpul. Barang dan logistik tersebut direkapitulasi ulang sebelum digunakan untuk puldat serta diserah terimakan ke tim enumerator penanggung jawab tiap alat dan logistik tersebut. c. Tahap Pemutakhiran Bangunan Sensus Pemutakhiran Bangunan Sensus ini dilakukan sebelum melakukan pengumpulan data di lapangan. Tiap tim enumerator bergerak sendiri-sendiri mengerjakan pemutakhiran bangunan sensus pada 7 blok sensus yang telah menjadi tanggung jawab masing-masing tim. Selain melakukan pemutakhiran, tiap tim enumerator juga melakukan sosialisasi dan kontrak waktu dengan para wali nagari serta penduduk yang terpilih sebagai sampel, Sehingga saat puldat dilaksanakan, tiap sampel dapat ditemukan dengan mudah dan proses puldat dapat terlaksana dengan lancar.
43
d. Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dilaksanakan setelah proses pemutakhiran bangunan sensus selesai. Dikarenakan lokasi blok sensus yang saling berjauhan akhirnya tiap tim mengerjakan BS masing-masing. Namun, pada minggu I puldat dua tim masingmasing melakukan puldat pada satu BS. Selanjutnya, masingmasing tim bergerak sendiri di satu BS. Masing-masing tim mengerjakan 7 BS didaerah mereka masing-masing, dan saya sebagai PJT kabupaten setiap hari berpindah-pindah lokasi BS untuk mengawasi jalannya proses pengumpulan data. e. Tahap Penyelesaian Setelah semua rangkaian puldat selesai dilaksanakan, setiap tim mengumpulkan seluruh alat dan sisa logistik di dinas kesehatan. Semua alat dan sisa logistik tersebut dihitung ulang. Seluruh kuesioner yang telah di-entri, dikelompokkan berdasarkan blok sensus dan diikat menjadi satu. Kemudian semua kuesioner, alat dan sisa logistik di serah terimakan kepada PJO dan PJAL kabupaten Pesisir Selatan untuk kemudian dikirim ke LitBangKes Surabaya. Hasil Kegiatan Tempat Tinggal PJT, enumerator dan basecamp
Temuan
PJT bertempat tinggal di kontrakan di pusat administratif Kabupaten yang dicarikan oleh PJAL Kabupaten. Enumerator berkumpul di suatu basecamp (selama puldat ada 2 basecamp karena letak BS yang berjauhan). Wilayah Pesisir Selatan yang cukup luas ditambah tidak adanya bantuan transport dari dinas kesehatan sehingga mempersulit mobilitas PJT dan enumerator. Hal ini diatasi dengan menyewa kendaraan salah seorang enumerator. Para enumerator yang cukup kooperatif terutama memfasilitasi PJT saat mengikuti puldat.
Kendala
Kemudahan
Temuan
Peta yang kami dapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten berupa sketsa peta blok sensus yang lengkap
44
Kendala
Ada beberapa peta yang tidak lengkap. Selain itu ada beberapa nomor bangunan fisik yang tertera di peta tidak sama dengan nomor bangunan fisik yang tertempel di stiker rumah. Peta bangunan sensusnya dibuat secara rapi sehingga memudahkan kami dalam membaca.
Kemudahan
Temuan
Di Kabupaten Pesisir Selatan banyak dari bangunan sensus yang telah kosong ditinggal pemiliknya sehingga kami harus menaikkan cadangan. Stiker bangunan sensus yang berbeda dengan nomor bangunan sensus pada DSBS Kerjasama antara para kepala kampung yang bersedia memberikan petunjuk dalam menemukan bangunan sensus, di samping ada beberapa enumerator yang merupakan warga asli dari wilayah tempat puldat sangat membantu mencari alamat bangsen
Kendala Kemudahan
Penunjuk Jalan
Temuan
Selama puldat tidak ada penunjuk jalan khusus yang disediakan oleh BPS. Kami hanya mengandalkan kepala kampung masing-masing dan beberapa warga setempat untuk mencari bangsen yang tertera pada peta. BPS sempat memberitahukan bahwa ada penunjuk jalan khusus bagi BS yang sulit dijangkau, namun sampai puldat berakhir BPS tidak menindaklanjuti. Beberapa lokasi BS yang cukup luas sehingga kepala kampung (sebagai penunjuk jalan) tidak hafal betul dan kurang mengenal warga yang menjadi responden. sangat kooperatif
Kendala
Surat Perijinan Temuan Surat perizinan untuk pengumpulan data selesai tepat satu hari sebelum m tim enumerator hendak turun ke lapangan untuk pemutakhiran bangsen. sangat
Kendala
Kemudahan BaLitBangKespol Kabupaten Pesisir Selatan kooperatif dengan PJT, PJO dan PJAL kabupaten.
Wawancara Temuan Responden yang di wawancarai pada riskesdas 2013 di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari empat macam suku yaitu adalah penduduk asli suku Minang dan penduduk pendatang yang mayoritas suk suku Jawa. -
Kendala
Kemudahan Sebagian ebagian besar responden kooperatif dan terbuka dengan enumerator dalam melakukan wawancara bahkan untuk pertanyaan pribadi mereka juga cukup terbuka sehingga memudahkan enumerator dalam melakukan pengumpulan data.
Gambar 4.2.1. Enumerator yang sudah selesai wawancara melakukan entry data (Foto oto kiri). Wawancara responden yang 46 berjualan minuman (Foto kanan)
Pengukuran Berat Badan Temuan Kendala Lupa melepas baterai selepas penggunaan. Baterai dibiarkan sampai satu hari didalam alat timbangan Banyak rumah-rumah responden yang beralaskan semen yang tidak rata sehingga harus mencari tempat yang rata agar timbangan benar-benar menunjukkan hasil yang valid. Responden yang cukup kooperatif. Proses pembacaan pengukuran juga cepat.
Kemudahan
Pengukuran Tinggi Badan Temuan Responden lansia tidak bisa berdiri dengan tegak sehingga validasi pengukuran tinggi badan untuk kategori ini masih dipertanyakan. Pengukuran untuk bayi dan balita sering harus diulang karena bayi dan balita yang akan diukur seringkali tidak kooperatif. Bahkan ada beberapa bayi dan balita yang tdiak bisa diukur karena rewel dan terus-menerus menangis sehingga untuk kasus seperti ini kami terpaksa harus memakai meteran. Responden yang cukup kooperatif. Proses pembacaan pengukuran juga cepat.
Kendala
Kemudahan
Pengukuran Lingkar Lengan Atas Temuan Pengukuran lingkar lengan atas cukup lancar walaupun ada beberapa responden yang menolak untuk diukur tetapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan tersebut akhirnya mereka menyetujui. Beberapa enumerator lupa mengukur LiLA karena tidak memperhatian rentang umur yang memenuhi pengukuran ini. Ada beberapa responden yang kurang/melebihi usia yang disyaratkan malah diukur. Pita LiLa banyak juga yang
47
Kendala
sudah luntur. Kemudahan Beberapa responden yang cukup kooperatif dan mengerti maksud dan tujuan dilakukan pengukuran lingkar lengan atas sehingga mempermudah proses pengukuran.
Pengukuran Lingkar Perut Temuan Kendala Pengukuran lingkar perut cukup lancar walaupun ada beberapa responden yang menolak untuk diukur. Beberapa responden tetap tidak menyetujui dilakukan pemeriksaan lingkar perut dengan alasan malu walaupun sudah dijelaskan maksud dan tujuan dan dilakukan pemeriksaan dengan enumerator berjenis kelamin sama.
Kemudahan Beberapa responden yang cukup kooperatif dan dan mengerti maksud dan tujuan dilakukan pengukuran lingkar perut sehingga mempermudah proses pengukuran.
Pengukuran Tekanan Darah Temuan Kendala Pengukuran tekanan darah selama ini tidak ada hambatan berarti. alat pengukur tekanan darah kadang mengalami error. Setelah ditelusuri lebih lanjut, kesalahan teknis tersebut dikarenakan responden yang bergerak terlalu aktif saat pengukuran berlangsung serta baterai alat yang habis
Kemudahan Proses pengukuran berjalan dengan cepat karena enumerator yang bukan perawat dan bidan juga bisa menggunakan alat tersebut dengan benar. Pemeriksaan Visus Temuan Beberapa responden yang salah mengintrepretasikan penjelasan dari enumerator. Banyak responden yang meskipun penurunan visus sudah cukup parah tidak menggunakan alat bantu visus. Rujukan kasus buta dari Perdami Pusat yang tidak konsisten menyulitkan
48
enumerator. Kendala Rumah responden yang kurang penerangan dan luas sehingga pengukuran dilakuakan di pinggir jalan atau lapangan. Tutup mata untuk pemeriksaan pinhole kurang bagus sehingga merancukan hasil pemeriksaan
Kemudahan Kebanyakan responden cukup kooperatif. Ada seorang enumerator berlatar belakang seorang dokter mempermudah enumerator yang lain dalam pemeriksaan ini. Pemeriksaan Kelainan Permukaan Mata Temuan Kendala Banyak responden yang setelah pterygium dipermukaan mata. diperiksa terdapat
Tim enumerator kebanyakan tidak mempunyai jam terbang tinggi dalam pemeriksaan permukaan mata sebelumnya. Sehingga ditakutkan hasil pemeriksaan mengalami bias dari yang semestinya
Kemudahan Responden yang cukup kooperatif sehingga pemeriksaan berjalan cepat dan lancar. Pemeriksaan Xeroftalmia Temuan Kendala Dari hasil pemeriksaan di seluruh BS Pesisir Selatan tidak didapatkan responden yang mengalami xeroftalmia Tim enumerator kebanyakan tidak mempunyai jam terbang tinggi dalam pemeriksaan xeroftalmia sebelumnya. Sehingga ditakutkan hasil pemeriksaan mengalami bias dari yang semestinya. Selain itu responden anak agak sulit untuk diperiksa karena kerap kali rewel dan menangis. Beberapa responden yang cukup kooperatif.
Kemudahan
Pemeriksaan Telinga
49
Temuan
Proses pemeriksaan telinga cukup lancar walaupun ada beberapa responden yang menolak untuk diperiksa dengan alasan menggangu privasi. Beberapa responden yang menolak untuk diperiksa dengan alasan menggangu privasi. Setelah dijelaskan maksud dan tujuan ada responden yang bersedia tetapi ada yang tetap menolak. Untuk tes bisik, kadang dalam pelaksanaannya mengalami kesulitan karena tidak adanya kamar yang memenuhi syarat untuk tes bisik karena lingkungan yang terlalu bising. Beberapa responden yang cukup kooperatif. Ada seorang enumerator berlatar belakang seorang dokter mempermudah enumerator yang lain dalam pemeriksaan ini.
Kendala
Kemudahan
Pemeriksaan Gigi Temuan Kendala Proses pemeriksaan berjalan cukup lancar. Tidak ada anggota tim enumerator yang mempunyai latar belakang dokter gigi atau perawat gigi. Sehingga di takutkan akan terjadi bias yang cukup signifikan dengan keadaan yang sebenarnya. Selain itu beberapa responden juga menolak untuk diperiksa gigi karena alasan malu tetapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan banyak responden yang menyetujui. Responden yang cukup kooperatif.
Kemudahan
Entri Data Temuan Tiap tim mendapatkan tugas untuk mengentri data dari enam blok sensus yang menjadi tanggung jawab tiap tim. Untuk puldat BS pertama, tiap tim enumerator diharuskan mengentri data di basecamp tim enumerator dengan pengawasan PJT. Hal ini dikarenakan untuk memudahkan PJT melakukan supervisi para enumerator dan membantu menyelesaikan bila mereka menemui kesulitan di tengah50
tengah proses entri data. Setelah dinilai cukup lancar, PJT kemudian memperbolehkan enumerator untuk mengentri data di rumah atau markas masing-masing tim. Kendala Software yang berkali-kali di update sempat membuat bingung para enumerator, sehingga sedikit menghambat proses pengentrian data. Pada awalnya proses entri berjalan cukup lambat karena para enumerator belum terbiasa dalam menggunakan software pengentri data. Para enumerator juga sering salah memasukkan data saat mengentri. Para enumerator sebagian besar mahir mengoperasikan komputer sehingga proses mengentri berjalan cukup lancar.
Kemudahan
Pengiriman Data Temuan Menurut petunjuk teknis semula pengiriman data dilakukan segera setelah pengentrian data dalam suatu Blok sensus selesai. Tetapi karena berbagai hal, pengiriman data entrian tidak selalu setelah satu blok sensus tertentu selesai di entri, melainkan hasil entri-an dari satu blok sensus dikirim bersamaan dengan entrian blok sensus yang lain. Hambatan yang paling sering ditemui adalah sinyal internet yang kadang tidak lancar, bahkan menghilang. Selain itu email riskesdas sendiri, alamat yang digunakan untuk mengirim data, terkadang mengalami kendala teknis, sehingga tidak bisa digunakan. Bahkan terkadang email riskesdas tersebut sama sekali tidak bisa dibuka. Tim Mandat cukup kooperatif dalam membantu PJT dalam melakukan pengiriman data ke tim mandat pusat.
Kendala
Kemudahan
Kesimpulan Secara garis besar, pelaksananaan Riskesdas 2013 di kabupaten Pesisir Selatan berlangsung cukup lancar dan berjalan sesuai dengan
51
prosedur. Pengumpulan data dimulai dari tanggal 3 Mei 2013 dan berakhir pada tanggal 19 Juni 2013. Beberapa hambatan yang ditemui saat proses pengumpulan data diantaranya adalah masalah teknis (alat pemeriksaan, kultur dan masalah program entri data). Adapun hasil dari riskesdas 2013 di Kabupaten Pesisir Selatan ini adalah, telah diwawancarai 642 rumah tangga dan 2391 individu dalam 26 blok sensus.
Gambar 4.2.2. PJT Kabupaten Pesisir Selatan mengalami patah tulang saat bertugas
Saran Disarankan dari pelaksanaan riskesdas 2013 di Kabupaten Pesisir Selatan sebagai berikut: 1. Perekrutan enumerator kedepannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Agar kejadian dimana tidak adanya enumerator dengan latar belakang dokter gigi atau perawat gigi pada pemeriksaan gigi tidak terulang lagi. Hal ini penting untuk meminimalisir kemungkinan data yang didapat tidak akurat. 2. Sebaiknya update dan revisi software pengentri data tidak dilakukan saat pengumpulan data telah dilakukan, karena hal tersebut dapat membuat data yang terkumpul menjadi bias dan menyebabkan enumerator harus bekerja dua kali karena berulangkali ada software yang direvisi.
52
- Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Tanah Datar - Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Solok Selatan - Sebelah Barat berbatas dengan Kota Padang dan Kab. Pesisir Selatan - Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Sawahlunto/Solok
Kabupaten Solok terdiri dari 14 Kecamatan, 74 Nagari dan 411 Jorong. Kecamatan yang memiliki nagari terbanyak adalah kecamatan IX Koto Sungai Lasi 9 Nagari sedangkan kecamatan dengan jumlah nagari terkecil adalah kecamatan Pantai Cermin, Danau kembar dan Junjung Sirih yang masing-masingnya memiliki 2 Nagari. Topografi wilayah kabupaten Solok sangat bervariasi antara daratan, lembah dan bukit dengan ketinggian antara 329 meter s/d 1.458 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan 565-2735 mm/tahun. Secara umum keadaan morfologi Kabupaten Solok terbagi atas tiga kelompok besar yaitu: Morfologi mendatar, Morfologi perbukitan, Morfologi Perbukitan Terjal, yang terdiri dari: Pemukiman (2,05 km/Ha), Lahan Sawah (6,70 km/Ha), Tegal, Kebun, Huma (9,86 Km/Ha), Hutan lindung (38,88 Km/Ha), Hutan rakyat (15,81 Km/Ha), Kawasan
53
perkebunan (2,24 Km/Ha), Kawasan yang belum diusahakan (9,60 Km/Ha), Lainnya (14,856 Km/Ha). Di Kabupaten Solok selain memiliki banyak sungai juga memiliki banyak danau yang terkenal dengan pesona keindahannya. Diantara danau danau tersebut yang terluas adalah Danau Singkarak, dan diikuti oleh Danau Diatas, Danau Dibawah dan Danau Talang. Disamping itu Kabupaten Solok juga memiliki satu gunung berapi yaitu Gunung Talang.
Kependudukan Berdasarkan data yang ada jumlah Penduduk Kabupaten Solok pada tahun 2012 tercatat 358.600 jiwa dengan jumlah KK 79.362 yang terdiri dari 175.248 jiwa laki-laki dan 183.352 jiwa perempuan. Jumlah penduduk yang terbanyak adalah Kecamatan Lembah Gumanti wilayah kerja Puskesmas Alahan Panjang, dengan jumlah penduduk 53.114 jiwa dan yang paling sedikit adalah Kecamatan X Koto Diatas wilayah kerja Puskesmas Paninjauan dengan jumlah penduduk 6.594 jiwa. Penduduk Kabupaten Solok adalah mayoritas suku Minangkabau dan beragama islam. Rata-rata perjiwa dalam rumah tangga adalah 4 orang, untuk yang tertinggi adalah kecamatan Junjung Sirih wilayah kerja Puskesmas Paninggahan sebesar 6 jiwa/kk sedangkan yang terendah adalah kecamatan X Koto Diatas wilayah kerja Puskesmas Paninjauan dengan rata-rata 3 jiwa/kk. Masalah utama kependudukan di Kabupaten Solok pada dasarnya meliputi dua hal pokok, yaitu jumlah penduduk yang besar dan persebaran penduduk yang kurang merata. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi, tetapi dapat juga menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah. Oleh sebab itu untuk menunjang keberhasilan pembangunan Nasional dalam menangani permasalahan penduduk, pemerintah daerah Kabupaten Solok dalam menangani permasalahan penduduk, Pemda tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk tetapi juga menitik beratkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya.
Pendidikan
54
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Dikabupaten Solok pada tahun 2012 jumlah penduduk diatas 10 tahun yang minimal telah menamatkan SD adalah 78.596 jiwa. Sedangkan penduduk yang belum atau tidak menamatkan pendidikan SD atau tidak pernah sekolah adalah 65.957 jiwa dan yang sampai pada pendidikan perguruan tinggi / universitas adalah 7.551 jiwa. Pendidikan tertinggi yang masih berjalan saat ini di tahun 2012 adalah SD dan perguruan tinggi saat ini di kab solok masih sangatlah minim, dari gambar tersebut bisa dilihat perguruan tinggi sebanyak 7551. Alat Bahan Pengumpulan Data Kesmas Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data kesmas terdiri dari alat dan bahan pengukur pemeriksaan beserta tas, kuesioner, bahan kontak, dan kuitansi bahan kontak. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari (tiap tim) : - Timbangan berat badan digital 1 buah - Pengukur tinggi badan 1 buah - Pengukur tekanan darah digital 1 buah - Pita pengukur lingkar perut dan lingkar lengan atas 1 buah - Tumbling E 1 buah - Pita pengukur jarak visus 6 meter 1 buah - Pinhole 1 buah - Loop 1 buah - Pen light 2 buah - Spekulum telinga 3 buah - Handscoen 2 kotak - Masker 2 kotak - Antiseptic descosept 3 buah - Kaca mulut 3 buah - Tissue gulung 2 buah - Tas pengukur tinggi badan 1 buah - Tas ransel alat 1 buah - Cairan pembersih kacamulut 1 buah - Cairan iodium test 2 buah - Baterai timbangan berat badan digital 3 buah
55
- Baterai ukuran A2 12 buah Kuesioner - Map 150 buah - Informed Consent 150 buah - Kuesioner Rumah Tangga 150 buah - Kuesioner Individu 675 buah - Kartu Hasil 675 buah - Tambahan Kuesioner Blok IV 4 buah - Tambahan Lembar Kuesioner Kesehatan Reproduksi 20 buah - Tali Pengikat Kuesioner 150 buah Bahan Kontak Bahan kontak sejumlah KK dan individu yang diwawancara dengan besaran Rp. 50.000/KK dan untuk masing-masing individu yang diwawancarai Rp 10.000. Kuitansi Bahan Kontak
Prosedur Kerja Pelaksanaan puldat dilakukan oleh 4 tim atau 20 orang enumerator dengan pembagian kerja yang telah disepakati bersama. Berikut nama 20 enumerator kabupaten Solok. Tabel 4.3.1 Nama Tim Enumerator Kabupaten Solok, Riskesdas 2013
Nama 20 orang Enumerator Kabupaten Solok 1. Saiful Jamal, AMKL 2. Dika Maya Sari 3. Filsa Mudita, AMKL 4. Ahmad Khaidir, AMKL 5. Ade Lestari, Amd.Gz 6. Rama Warizona, Amg 7. Afrilly Pratama, S.Gz 8. Elsa Yulia Farma, S.Gz 9. Monica Rahayu Puteri, Amd.Keb 11.Poppy Mayang Sari, Amd.Keb 12.Dasrul Shani, Amd.AK 13.Ns. Hafzil Iska, S.Kep 14.Zeri Rofandila, Amd.KG 15.Ade Fitri, Amd.Kep 16.Sofia Weli, Amd.Keb 17.Septi Eka Sari, Amd.Keb 18.Tria Shinta Angelina, Amd.Keb 19.Nadya Marcelina, Amd.Keb 56
10.Afriyal, SKM
a. Persiapan pada saat Tahap Training Tahap ini berlangsung selama sepuluh hari dan bertempat di Hotel rocky. Di tahap ini, seluruh enumerator diberi pelatihan tentang tata cara pengumpulan data, baik pengumpulan data kesmas. Pelatihan tersebut juga meliputi simulasi pengumpulan data di rumah-rumah penduduk. Pada 2 hari terakhir pelatihan, diadakan koordinasi antara PJT Kabupaten, PJO kabupaten, PJAL Kabupaten dan seluruh enumerator kabupaten Solok guna membahas prosedur teknis dan operasional selama pengumpulan data 2 bulan kedepan. b. Persiapan Lapangan Tahap ini dilakukan selama 2 hari. Berupa rapat koordinasi ulang antara PJT kabupaten, PJO kabupaten, PJAL kabupaten dan enumerator. Disepakati bahwa sebelum pengumpulan data tim enumerator akan melaksanakan pemutakhiran bangunan sensus terlebih dulu Selain itu sebelum pengumpulan data, PJT kabupaten mencari tempat tinggal selama bertugas yang berlokasi di pinggiran kota. Posko dibagi empat tempat dikarenakan lokasi puldat yang saling berjauhan. Barang dan logistik tersebut direkapitulasi ulang sebelum digunakan untuk puldat serta diserah terimakan ke tim enumerator penanggung jawab tiap alat. c. Tahap Pemutakhiran Bangunan Sensus Pemutakhiran Bangunan Sensus ini dilakukan sebelum melakukan pengumpulan data di lapangan. Tiap tim enumerator bergerak sendiri-sendiri mengerjakan pemutakhiran bangunan sensus pada 4 empat blok sensus yang telah menjadi tanggung jawab masingmasing tim. Selain melakukan pemutakhiran, tiap tim enumerator juga melakukan sosialisasi dan kontrak waktu dengan para wali jorong serta penduduk yang terpilih sebagai sampel, Sehingga saat puldat dilaksanakan, tiap sampel dapat ditemukan dengan mudah dan proses puldat dapat terlaksana dengan lancar. d. Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dilaksanakan setelah proses pemutakhiran bangunan sensus selesai. Dikarenakan lokasi blok
57
sensus yang saling berjauhan akhirnya tiap tim mengerjakan BS masing-masing. Masing-masing tim mengerjakan 4 BS didaerah mereka masing-masing, dan saya sebagai PJT kabupaten setiap hari berpindah-pindah lokasi BS untuk mengawasi jalannya proses pengumpulan data. a. Tahap Penyelesaian Setelah semua rangkaian puldat selesai dilaksanakan, setiap tim mengumpulkan seluruh alat dan sisa logistik di dinas kesehatan. Semua alat dan sisa logistik tersebut dihitung ulang. Seluruh kuesioner yang telah di entry, dikelompokkan berdasarkan blok sensus dan diikat menjadi satu. Kemudian semua kuesioner, alat dan sisa logistik di serah terimakan kepada PJO dan PJAL kabupaten Solok untuk kemudian di kirim ke LitBangKes Surabaya.
Gambar 4.3.1. Siap menuju lapangan
Hasil Kegiatan Tempat Tinggal PJT, Enumerator Dan Posko PJT bertempat tinggal di homestay yang berada di tengah kota dan dijadikan sebagai posko sedangkan enumerator tinggal diposko masing-masing tim. Wilayah kabupaten solok yang cukup luas ditambah tidak adanya bantuan transport dari dinas kesehatan mempersulit mobilitas PJT dan enumerator. Hal ini diatasi dengan memakai kendaraan pribadi enumerator masing-masing ditambah lagi dengan adanya dua BS desa tertinggal, dimana dalam perjalanan ke desa tersebut hanya bisa
58
dilalui dengan berjalan kaki. Namun kemudahan juga dialami karena kondisi geografis kabupaten solok yang sebagian besar terdiri dari daerah dataran rendah sehingga perjalanan menuju lokasi puldat bisa berjalan mudah.
Peta Bangunan Sensus Peta yang kami dapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten berupa sketsa peta blok sensus yang lengkap. Peta bangunan sensusnya dibuat secara rapi sehingga memudahkan kami dalam membaca. Ada beberapa peta yang tidak jelas, karena peta yang tim dapatkan berupa hasil scan dari peta asli yang ditulis dengan pensil. Selain itu ada beberapa nomor bangunan fisik yang tertera di peta tidak sama dengan nomor bangunan fisik yang tertempel di stiker rumah dan sebagian ada lagi peta yang kosong.
Pemutakhiran Bangunan Sensus Pemutahiran yang dilakukan di kabupaten solok banyak dari bangunan sensus yang telah kosong ditinggal pemiliknya sehingga kami harus menaikkan cadangan. Selain itu peran wali nagari setempat sangat membantu dalam proses pemutakhiran bangunan sensus, karena gambaran di peta bangsen kadang berbeda dengan kondisi yang sebenarnya. Diperoleh kendala dalam pemutakhiran karena stiker bangunan sensus yang berbeda dengan nomor bangunan sensus pada DSBS. Namun peran wali nagari setempat sangat membantu dalam proses pemutakhiran bangunan sensus, karena mereka sangat paham dengan wilayahnya sehingga mampu mendeteksi gambaran di peta bangsen yang kadang berbeda dengan kondisi yang sebenarnya.
Penunjuk Jalan Penunjuk jalan pada umumnya adalah wali nagari. Masing-masing Wali Nagari sangat kooperatif dalam hal menunjukkan jalan. Beberapa lokasi BS yang cukup jauh dan luas sehingga penunjuk jalan tidak hafal betul sehingga terpaksa ketua Tim selalu bertanya kepada setiap warga. Di beberapa BS ketua Tim yang menjadi penunjuk jalan dengan alasan beliau yang paling mengerti daerah tersebut.
59
Surat Perijinan Surat perizinan untuk pengumpulan data selesai tepat satu hari sebelum tim enumerator hendak turun ke lapangan untuk pemutakhiran bangsen sehingga pelaksanaan puldat dapat dilakukan sesuai jadwal. Hal ini didukung oleh BaLitBangKespol KabupatenSolok sangat kooperatif dengan PJT, PJO dan PJAL kabupaten.
Wawancara Responden yang di wawancarai pada riskesdas 2013 di wilayah Kabupaten Solok terdiri dari empat macam suku yaitu penduduk asli suku Minang dan suku Jawa. Dikarenakan keberanekaragaman suku tersebut proses wawancara agak sedikit terhambat dalam hal bahasa karena ada beberapa responden yang tidak bisa berbahasa Indonesia dengan fasih sehingga beberapa wawancara terpaksa dilakukan dengan menggunakan perantara penerjemah termasuk untuk bahasa Jawa adalah langsung PJTnya terjun. Meskipun ada kendala bahasa, namun sebagian besar responden kooperatif dan terbuka dengan enumerator dalam melakukan wawancara bahkan untuk pertanyaan pribadi mereka juga cukup terbuka sehingga memudahkan enumerator dalam melakukan pengumpulan data.
Pengukuran Berat Badan Dalam pengukuran berat badan yang menggunakan timbangan digital, kadangkala enumerator lupa melepas baterai selepas penggunaan. Baterai dibiarkan sampai satu hari didalam alat timbangan, sehingga mempengaruhi kecepatan baterai menjadi habis sehingga harus diganti. Banyak rumah-rumah responden yang beralaskan kayu, tanah dan semen yang tidak rata sehingga harus mencari tempat yang rata agar timbangan benar-benar menunjukkan hasil yang akurat. Dukungan responden yang cukup kooperatif, sehingga proses pembacaan pengukuran juga cepat.
60
Pengukuran Tinggi Badan Kendala yang ditemui saat pengukuran tinggi badan antara lain responden lansia dan remaja tidak bisa berdiri dengan tegak dikarenakan lumpuh sehingga validasi pengukuran tinggi badan untuk kategori ini masih dipertanyakan. Ada beberapa penolakan dari responden dewasa untuk diukur tinggi badan, sedangkan pada bayi dan balita ada yang tidak bisa diukur karena rewel dan terus-menerus menangis sehingga untuk kasus seperti ini terpaksa harus memakai meteran biasa. Pengukuran Lingkar Lengan Atas Pengukuran lingkar lengan atas cukup lancar karena responden yang cukup kooperatif dan mengerti maksud dan tujuan dilakukan pengukuran lingkar lengan atas sehingga mempermudah proses pengukuran secara cepat. Ada beberapa responden yang menolak untuk diukur tetapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan tersebut akhirnya mereka menyetujui. Kendala dijumpai pada beberapa responden yang menolak untuk diukur dengan alasan mengganggu privasi dan dari adat mreka tidak membolehkan melakukan pengukuran pada Lila tetapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan tersebut akhirnya sebagian mereka ada yang menyetujui.
Pengukuran Lingkar Perut Saat pengukuran pada lingkar perut cukup lancar karena responden yang cukup mengerti maksud dan tujuan dilakukan pengukuran lingkar perut sehingga mempermudah proses pengukuran. Beberapa responden ada sebagian tidak setuju untuk dilakukan pengukuran pada perut tetapi setelah dijelaskan oleh ketua Tim dari enumerator akhirnya sebagian responden ada yang setuju.
Pengukuran Tekanan Darah Hasil yang kurang valid untuk pengukuran tekana darah dengan tekanan sistol lebih dari 200 mmHg karena alat pengukur tekanan darah kadang mengalami error. Setelah ditelusuri lebih lanjut, kesalahan teknis
61
tersebut dikarenakan responden yang bergerak terlalu aktif saat pengukuran berlangsung serta baterai alat yang habis Pemeriksaan Visus dan Kelainan Mata Kebanyakan responden sangat setuju dilakukan pemeriksaan visus. Beberapa responden yang salah mengintrepretasikan penjelasan dari enumerator. Banyak responden yang meskipun penurunan visus sudah cukup parah tidak menggunakan alat bantu (kacamata). Rumah responden yang kurang penerangan dan luas maka pengukuran dilakukan di depan rumah responden. Beberapa responden yang kurang kooperatif tidak mau dilakukan pemeriksaan dengan alasan sibuk dan lain-lain. Selain itu responden anak kecil juga tidak mau dilakukan pemeriksaan karena takut. Pada umumnya responden setuju untuk di lakukan pemeriksaan pada mata sehingga pemeriksaan berjalan cepat dan lancar. Ada sebagian Responden yang setelah diperiksa terdapat kelainan berupa pterygium dipermukaan mata. Kendala pemeriksaan adalah karena tim enumerator kebanyakan tidak mempunyai jam terbang tinggi dalam pemeriksaan permukaan mata sebelumnya. Sehingga ditakutkan hasil pemeriksaan mengalami bias dari yang semestinya. Dari hasil pemeriksaan di semua BS kabupaten Solok tidak didapatkan responden yang mengalami xeroftalmia namun karena tim enumerator kebanyakan tidak mempunyai jam terbang tinggi dalam pemeriksaan xeroftalmia sebelumnya, dikawatirkan hasil pemeriksaan mengalami bias dari yang semestinya.
Pemeriksaan Telinga Proses pemeriksaan telinga cukup lancar walaupun ada beberapa responden yang menolak untuk diperiksa dengan alasan malu takut banyak kotorannya. Beberapa responden yang menolak untuk diperiksa dengan alasan menggangu privasi. Setelah dijelaskan maksud dan tujuan ada responden yang bersedia tetapi ada yang tetap menolak. Untuk tes bisik, kadang dalam pelaksanaannya mengalami kesulitan karena tidak adanya kamar yang memenuhi syarat untuk tes bisik karena lingkungan yang terlalu bising.
62
Pemeriksaan Gigi Proses pemeriksaan berjalan cukup lancar. Beberapa dari enumerator ada perawat gigi dan di tiap Tim ada perawat gigi disamping umumnya responden yang cukup kooperatif. Sebagian responden tidak mau untuk diperiksa dan menolak untuk diperiksa gigi karena alasan malu tetapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan banyak responden yang menyetujui.
Entry Data Secara umum entri data berjalan lancar karena para enumerator semua mahir mengoperasikan komputer sehingga proses mengentry berjalan cukup lancar. Tiap tim mendapatkan tugas untuk mengentry data dari enam blok sensus yang menjadi tanggung jawab tiap tim. Untuk puldat BS pertama, tiap tim enumerator diharuskan mengentry data di posko tim enumerator dengan pengawasan PJT. Hal ini dikarenakan untuk memudahkan PJT melakukan supervisi para enumerator bila mereka menemui kesulitan di tengah-tengah proses entry data. Setelah dinilai cukup lancar, PJT kemudian memperbolehkan enumerator untuk mengentry data di rumah atau markas masing-masing tim. Kendala dijumpai saat Software yang diberikan berkali-kali di update ulang dari Pusat sehingga sempat membuat bingung para enumerator, sehingga sedikit menghambat proses pengentryan data. Pada awalnya proses entry berjalan cukup lambat karena para enumerator belum terbiasa dalam menggunakan software pengentry data. Para enumerator juga sering salah memasukkan data saat mengentry. Kesalahan paling sering adalah kesalahan memasukkan NKS dan nomor bangsen . Pengiriman Data Dalam melakukan pengiriman data menurut petunjuk teknis semula pengiriman data dilakukan segera setelah pengentryan data dalam suatu Blok sensus selesai. Tetapi karena berbagai hal, pengiriman data entryan tidak selalu setelah satu blok sensus tertentu selesai di entry, melainkan
63
hasil entryan dari satu blok sensus dikirim bersamaan dengan entrian blok sensus yang lain. Hambatan yang paling sering ditemui adalah sinyal internet yang kadang tidak lancar, bahkan menghilang sehingga pengiriman agak terlambat karena sebagian harus ke warnet untuk melakukan pengiriman. Selain itu email riskesdas sendiri, yang digunakan untuk mengemail data, terkadang mengalami kendala teknis, sehingga tidak bisa digunakan untuk mengemail data. Bahkan terkadang email riskesdas tersebut sama sekali tidak bisa dibuka. Tim Mandat yang kooperatif sangat membantu PJT dalam melakukan pengiriman data ke tim mandat pusat. Kesimpulan Secara garis besar, pelaksananaan riskesdas 2013 di kabupaten Solok berlangsung cukup lancar dan berjalan sesuai dengan prosedur. Pengumpulan data dimulai dari tanggal 1 Mei 2013 dan berakhir pada tanggal 21 Juni 2013. Beberapa hambatan yang ditemui saat proses pengumpulan data diantaranya adalah BS daerah sulit yaitu harus menggunakan perahu sewa menyeberangi pulau dan setelah itu menyewa ojek kemudian berjalan kaki sampai ke tempat tujuan, dan entri data akibat perubahan dari program entri. Untuk daerah sulit, dimintakan anggaran tambahan. PJT dan PJO bersama-sama menyusun anggaran untuk BS daerah sulit agar proses puldat berjalan lebih lancar. Adapun hasil dari riskesdas 2013 di Kabupaten Solok ini adalah, telah diwawancarai 591 rumah tangga dan 2042 individu dalam 24 Blok sensus. Disela-sela kegiatan Riset Kesehatan Dasar 2013 yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Sumatra Barat, menjumpai beberapa warga atau masyarakat setempat dengan kondisi kesehatan masih jauh dari rata-rata dari indikator kesehatan umumnya. Diketahui pada saat wawancara, masih terdapat berbagai macam responden yang mengalami kesulitan berjalan, gangguan jiwa dan hidup sendiri tanpa keluarga. Bahkan selama survei ini berlangsung Tim Enumerator juga menemukan responden yang cara hidupnya jauh dari kebersihan.
Saran 1. Sebaiknya update dan revisi software pengentry data tidak dilakukan saat pengumpulan data telah dilakukan, karena hal tersebut dapat
64
membuat data yang terkumpul menjadi bias dan menyebabkan enumerator harus bekerja dua kali karena berulangkali ada software yang direvisi. 2. Diusahakan pemerintah lebih sering melakukan pengecekan kesehatan diberbagai daerah pedesaan yang tidak terjangkau di desa tertinggal sehingga bisa terseleksi ketat untuk pengawasan lebih lanjut dalam menangani masalah kesehatan di indonesia. 3. Dalam perekrutan Enumerator setidaknya perlu disesuaikan dengan kebutuham tenaga kesehatan agar Riskesdas berikutnya berjalan dengan lancar dan di dalam tiap Tim enumerator semua sesuai kebutuhan yang ada .
65
Penduduk Berdasarkan Data Sensus Penduduk, jumlah penduduk tahun 2012 tercatat 205.542 jiwa terdiri dari 102.680 jiwa laki-laki dan 102.862 jiwa perempuan dengan ratio perbandingan antara jumlah laki-laki dengan jumlah perempuan 0,997 banding 1 yang berarti jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki dengan Kepala keluarga (KK) sebanyak 53.362 KK. Jumlah penduduk yang terbanyak adalah Kecamatan Kamang dengan jumlah penduduk 42.422 jiwa dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Kupitan dengan jumlah penduduk 12.729 jiwa.
66
Penduduk Kabupaten Sijunjung mayoritas adalah Suku Minangkabau dan juga ada suku Jawa, Batak, Sunda dan lain-lain terutama di daerah transmigrasi di Kecamatan Kamang Baru, sebagian besar penduduk beragama Islam. Rata-rata per jiwa dalam rumah tangga di Kabupaten Sijunjung adalah 4,25 orang yang tertinggi di Koto VII yaitu 4,61 dan terendah Kec.Kupitan 4,04. Berdasarkan luas daerah Kabupaten Sijunjung secara umum kepadatan penduduknya tiap km2 dihuni oleh 66 jiwa (66jiwa/km2). Kecamatan Koto VII merupakan daerah yang terpadat penduduknya yaitu 232 jiwa/km2 sedangkan kepadatan penduduk terjarang pada Kecamatan Sumpur Kudus yaitu 40,57jiwa/km2. Komposisi Kelompok Umur penduduk Tahun2012 dapat diketahui bahwa rasio beban tanggungan atau perbandingan antara banyaknya orang yang belum produktif (usia kurang dari 15 tahun) dan tidak produktif lagi (usia diatas 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (1564tahun) adalah 60,78 persen.
Pendidikan Di Kabupaten Sijunjung persentase penduduk yang dapat membaca tahun 2012 berdasarkan BPS adalah sebesar 93.46% dan yang buta huruf sebesar 6.54%. Sedangkan menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan persentase jumlah penduduk di atas 10 tahun dengan kategori tidak/belum pernah sekolah sebanyak 14.89% terdiri dari laki-laki 7.51% dan perempuan 7.38%. Persentase penduduk yang tidak memiliki ijazah/STTBSD/MI sebanyak 13.13% terdiri dari 5.65% laki-laki dan 7.48% perempuan, minimal telah menamatkan SLTP/MTs sebanyak 18.62% dengan rincian laki-laki 9.47% dan perempuan9.14%. Namun yang sampai pada pendidikan Perguruan Tinggi/ Universitas baru 2.61% laki-laki 1.14% dan perempuan1.47%.
Kondisi Lingkungan Rumah yang ada yang terdata pada seksi Penyehatan Lingkungan Bidang PMK Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung tahun 2012 tercatat berjumlah 43.639 rumah di lakukan pemeriksaan seluruh rumah (100%) dengan persentase rumah sehat sebesar 67,9% atau meningkat jika
67
dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebesar 62,6 %. Keluarga yang memiliki jamban sehat 75,5%.,keluarga yang memiliki tempat sampah sehat 63.3%, rumah atau bangunan bebas dari jentik nyamuk aedesaegypti 58,14%. Air dalah salah satu kebutuhan utama manusia, sumber air yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut sumbernya diantaranya ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, penampungan air hujan, air kemasan dan sumber lainnya. Pada tahun 2012 keluarga yang menggunakan sumber air bersih jumlahnya 43.028 (98,6%) terdiri ledeng 19.717 (45,2%), Sumurgali 13.111 (30,0%), mata air 4.408 (10,1%), penampungan air hujan 1.126 (2,6%) dan lainnya sekitar 4.636 (10,6%), sedang persentase keluarga yang menggunakan sumber air minum yang terlindung adalah 41.507 (95,1%) terdiri dari keluarga pemakai air isi ulang 17,6%, ledeng 34,5%, sumur terlindung 37,6%, mata air terlindung 5,3% selebihnya masih menggunakan sumber air minum yang belum terlindung seperti sumur tak terlindung dan mata air tidak terlindung.
Bahan Pengumpulan Data Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari alat pengukur pemeriksaan beserta tas, kuesioner, bahan kontak, dan kuitansi bahan kontak. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari : - Timbangan berat badan digital merk 3 buah - Pengukur tinggi badan 3 buah - Pengukur tekanan darah digital merk Omron IA1 3 buah - Pita pengukur lingkar perut dan lingkar lengan atas 3 buah - Tumbling E 3 buah - Pita pengukur jarak visus 3 buah - Pinhole 3 buah - Loop 3 buah - Pen light 6 buah - Spekulum telinga 9 buah - Handscoen 6 dos - Masker 6 dos - Antiseptic descosept 9 buah - Kaca mulut 9 buah
68
- Tissue gulung - Tas pengukur tinggi - Tas ransel alat Kuesioner - Map - Informed Consent - Kuesioner Rumah Tangga - Kuesioner Individu - Kartu Hasil - Tambahan Blok IV - Tambahan Kespro - Tali Pengikat Kuesioner Bahan Kontak Kuitansi Bahan Kontak
390 buah 358 buah 358 buah 2005 buah 1994 buah 16 buah 80 buah 400 buah
Prosedur Kerja Penanggungjawab Teknis Kabupaten Sijunjung mempunyai enumerator sebanyak 15 orang dan telah membaginya ke dalam 3 tim yaitu tim 1, tim 2 dan tim 3 dengan komposisi tiap tim terdiri dari 1 orang laki-laki sebagai ketua tim dan 4 orang perempuan sebagai anggotanya. Latar pendidikan hampir sama dalam setiap tim yang terdiri dari perawat, ahli gizi, bidan, dan sanitarian. Para enumerator telah dibekali pengetahuan tentang riskesdas dengan diadakannya Training Center (TC) di Hotel Rocky Plaza Padang selama 10 hari dan sudah disepakati pula Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk pembagian jadwal dan wilayah kerja untuk masing-masing tim. Terpilih 21 BS dari Kabupaten Sijunjung. Dipilih 1 BS dikerjakan secara bersama-sama oleh 3 tim untuk evaluasi awal dalam waktu 3 hari. Dan 20 BS sisanya dibagi 3 tim, sehingga ada dua tim mengerjakan 7 BS dan satu tim mengerjakan 6 BS. Tim enumerator adalah seperti terlihat dalam tabel berikut (Tabel 4.4.1)
69
Pembagian wilayah ini berdasarkan dari daerah administratifnya (pengelompokan wilayah berdasarkan kecamatan). Setiap tim dibagi rata untuk wilayah kerja di daerah yang sulit dan daerah yang mudah berdasarkan peta administrtif. Berdasarkan kesepakatan RTL, rata-rata setiap tim mendapat 2 BS daerah sulit dan sisanya BS di daerah yang mudah dijangkau (Tabel 4.4.2) Pengumpulan data dari masing-masing BS dimulai dari pemutakhiran kemudian dilanjutkan wawancara dan pengukuran responden. Pemutakhiran dilakukan dengan cara mencocokkan peta dan nomor bangunan sensus dari daftar sampel bangunan sensus (DSBS) dengan nomor bangunan sensus yang ada di stiker. Dari 30 rumah tangga terpilih di DSBS, 25 rumah tangga pertama sebagai rumah tangga utama dan 5 rumah tangga sisanya adalah cadangan, apabila rumah tangga utama ditemukan kurang dari 25 RT dapat mengambil sampel dari RT cadangan. Apabila pada saat pemutakhiran, dari 30 RT ternyata hanya ditemukan 20-25 RT maka hanya sejumlah RT tersebut yang diambil sebagai sampel dan tidak perlu menambah RT baru. Namun apabila yang ditemukan kurang dari 20 RT maka dilakukan penambahan sampel RT baru secara random dalam BS yang sama hingga jumlah seluruh sampel dalam BS itu jumlahnya 25 RT.
70
Tabel 4.4.2.
Tanggal 1-3 Mei 4- 10 Mei 11-17 Mei 18 -24Mei 25 - 31 Juni 1-7 Juni 8-14 Juni 15-19 Juni
Hasil Rencana Tindak Lanjut Puldat RKD 2013 Kab. Sijunjung, Riskesdas 2013
Tim 1 Koto Baru Lubuk Tarok Padang Sibusuak Padang Sibusuak Padang Sibusuak Pamuatan Sibakur Tanjung Gadang Tim 2 Koto Baru Muaro Sijunjung Sijunjung Pematang Panjang Muaro Silokek Tamparungo Unggan Tim 3 Koto Baru Lubuk Tarok Limo Koto Guguk Padang Laweh Selatan Kunangan Parit Rantang Air Amo Tanjung Gadang/ Unggan
Pembagian tugas masing-masing tim terdiri dari 3 orang yang melakukan wawancara, 1 orang yang melakukan pengukuran, dan 1 orang melekukan pemeriksaan. Untuk pengukuran anthropometri dilakukan enumerator dari latar belakang gizi, pemeriksaan dilakukan enumerator latar belakang perawat, dan sisanya melakukan wawancara. Tugas tambahan untuk enumerator laki-laki yaitu membawa alat pengukuran dan pemeriksaan. Hasil Kegiatan Banyak hal yang ditemui selama proses pengumpulan data Riskesdas di Sijunjung baik yang menjadi kendala maupun kemudahan. Berikut rangkuman temuan yang didapat selama proses pengumpulan data: Persiapan Lapangan Tempat Tinggal Enumerator Temuan : PJT bertempat tinggal di homestay yang berada tak jauh dari pusat kota dan dijadikan sebagai posko. Enumerator
71
Kemudahan: Medan jalan yang bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor walalupun di BS daerah sulit memudahkan PJT melakukan supervisi
Peta Bangunan Sensus Temuan : Peta dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten berupa sketsa peta blok sensus dengan detail bangunan fisiknya, namun ada beberapa BS yang petanya belum dibuat.
Kendala
: Ada beberapa nomor bangunan fisik yang tertera di peta tidak sama dengan nomor bangunan fisik yang tertempel di stiker rumah. Ada juga beberapa rumah yang tidak ditemukan di lapangan, meskipun peta bangunan fisiknya ada
Kemudahan: Peta bangunan sensus mudah dibaca dengan variasi warna, sehingga memudahkan untuk menemukan bangunan sensus.
Pemutakhiran Bangunan Sensus Temuan : Sebagian stiker nomor bangunan sensus di BS Koto Baru tidak sesuai dengan nomor yang tertera di lembar bangsen karena ada kesalahan petugas BPS saat menempelkan stiker nomor bangsen
Kendala
: Puldat terhambat karena harus konsultasi lebih lanjut dengan BPS untuk tindak lanjut pemutakhiran data bangsen
Kemudahan: Rata-rata stiker bangunan sensus kondisinya masih baik, sehingga memudahkan enumerator untuk mengidentifikasi.
72
Penunjuk Jalan Temuan : BPS Kab. Sijunjung sangat kooperatif dalam hal menunjukkan mantri statistik yang menjadi penunjuk jalan.
Kendala
: Kesulitan untuk membuat janji dengan mantri statistik karena bertepatan dengan sensus pertanian
Kemudahan: Mantri statistik sebagai penunjuk jalan yang sudah detail mengetahui kondisi lapangan, sehingga kerancuan nomor bangsen bisa diatasi. Surat Perijinan Temuan : Surat perizinan pengumpulan data dari Balitbangkespol Kab. Sijunjung baru turun 3 hari setelah pengajuan surat tersebut. Semua surat menyurat diurus PJAL Balitbangkespol Kabupaten Sijunjung sangat kooperatif dengan PJT, PJO dan PJAL.
Kendala
Kemudahan:
Pengumpulan Data Kesehatan Masyarakat Wawancara Temuan Kendala : 99% warga Sijunjung berkomunikasi dengan bahasa minang. Ada sebagian responden berbahasa Batak.
: PJT agak susah dalam mengoreksi kebenaran pertanyaan wawancara. Dibutuhkan waktu lebih banyak untuk PJT dalam mentranslate pertanyaan dalam bahasa minang.
Kemudahan: Semua enumerator adalah orang asli minang sehingga sangat memudahkan pengumpulan data dengan wawancara. Pengukuran Berat Badan Temuan : Para enumerator melakukan pengukuran berat badan sesuai dengan standard operational procedurenya.
73
Kendala
: -
Kemudahan: Karena timbangan yang digunakan adalah timbangan digital jadi tidak perlu dilakukan kalibrasi
Pengukuran Tinggi Badan Temuan Kendala : Para enumerator melakukan pengukuran tinggi badan sesuai dengan standard operational procedurenya.
: Alat pengukur tinggi badan yang terdiri dari beberapa batang besi agak memberatkan enumerator dalam hal mobilitas dari satu rumah responden ke responden lainnya
Kemudahan: Cara pengukuran yang baku oleh pusat dengan mudah dimengerti oleh para enumerator.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas Temuan : Ada beberapa enumerator yang melaksanakan pengukuran lingkar lengan atas tidak sesuai prosedur, tidak dicari titik tengahnya, tetapi langsung saja dilingkarkan di lengan atas
Kendala
: Tidak ada
Kemudahan: Semua responden sangat kooperatif dengan adanya pengukuran lingkar lengan atas ini.
Pengukuran Lingkar Perut Temuan : Ada beberapa enumerator yang melaksanakan pengukuran lingkar lengan atas tidak sesuai prosedur, artinya tidak dicari titik tengah antara tepi bawah tulang iga terakhir dengan tulang panggul bagian atas. Mereka langsung melingkarkan pita melewati pusar, bahkan ada yang langsung melingkarkan tanpa menyingkirkan pakaian responden
Kendala
: Ada beberapa responden yang masih malu-malu untuk diperiksa lingkar perutnya dengan harus membuka baju
74
Kemudahan: Pita pengukuran yang masih baik enumerator membaca hasil pengukuran.
memudahkan
Pengukuran Tekanan Darah Temuan Kendala : : Enumerator melakukan pengukuran tekanan darah sesuai prosedur Pada saat pengukuran ada sebagian responden tidak rileks, sehingga terbaca error di alat tensi tersebut meskipun tim enumerator telah memperingatkannya Semua responden sangat kooperatif dengan adanya pengukuran tekanan darah ini
Kemudahan:
Pemeriksaan Visus Temuan Kendala : Pemeriksaan visus yang dilakukan oleh enumerator telah sesuai dengan standard operational procedure.
: Tidak ada
Kemudahan: Semua responden sangat kooperatif dengan adanya pengukuran visus ini.
Pemeriksaan Kelainan Permukaan Mata Temuan : Pemeriksaan visus yang dilakukan oleh enumerator telah sesuai dengan standard operational procedure dengan bantuan buku peraga
Kendala
: Tidak ada
Kemudahan: Semua responden sangat kooperatif dengan adanya pemeriksaan kelainan permukaan mata ini.
Pemeriksaan Xeroftalmia Temuan : Eumerator telaten dalam pemeriksaan xeroftalmia dengan responden balita
75
Kendala
: Ada beberapa anak balita yang menangis dan kabur lari saat akan diperiksa matanya oleh enumerator
Kemudahan: Responden balita didampingi oleh orang tua yang kooperatif sehingga memudahkan enumerator dalam memeriksa responden.
Pemeriksaan Telinga Temuan Kendala : Pemeriksaan telinga yang dilakukan oleh enumerator telah sesuai dengan standard operational procedure.
: Tidak ada
Kemudahan: Semua responden sangat kooperatif dengan adanya pemeriksaan telinga ini.
Pemeriksaan Konversasi Temuan : Ditemukan beberapa responden yang mengalami gangguan pendengaran sehingga hasilnya berkode 4dan bisa mengulangi kata-kata dengan suara keras. Kondisi rumah beberapa responden yang ramai membuat enumerator kesulitan dan harus mencari tempat yang benar-benar sunyi disekitar rumah responden Semua responden sangat kooperatif dengan adanya pemeriksaan konversasi ini
Kendala
Kemudahan:
Pemeriksaan Gigi Temuan Kendala : : Pada responden tua usia lanjut, banyak ditemukan gigi missing. Beberapa responden yang awalnya menolak untuk dilakukan pemeriksaan gigi karena malu. Enumerator bisa membujuk warga yang menolak untuk dilakukan pemeriksaan gigi.
Kemudahan:
76
Entry Data dan Pengiriman Data Temuan : Hampir semua enumerator masih belum paham benar dengan manajemen data alias Gaptek. Banyak dari mereka yang lupa tentang cara entry data dan manajemen lainnya sehingga PJT harus berulang-ulang memberi penjelasan. Adanya beberapa updater membuat beberapa enumerator kebingungan karena harus menginstal lagi. Ada Beberapa enumerator lupa untuk menghapus file TC sehingga saat penamaan file terjadi kesalahan nama dalam zip. Masing-masing masing tim terdapat 3 laptop untuk peng-entry-an data sehingga entry data dapat dilakukan dengan cepat.
Kendala
Kemudahan:
Kesimpulan Pengumpulan data Riskesdas 2103 yang dilkasanakan kurang lebih 56 hari di Kabupaten Sijunjung berjalan lancar, responden sangat kooperatif untuk dilakukan wawancara dan pengukuran pengukuran. Sebagian besar enumerator adalah petugas honorer puskesmas yang sudah memiliki pengalaman lebih bih di masyarakat, sehingga mereka tidak kesulitan dalam
77
memnghadapi responden dengan beragam karakter dan diterima dengan baik oleh responden. Selama pengumpulan data pada 21 BS, enumerator mampu mengumpulkan data sebanyak 503 sampel rumah tangga dengan total individu yang diwawancarai sejumlah 1921 responden, dari sampel 525 rumah tangga yang direncanakan. Rata-rata 1 BS ditemukan 23 bangunan sensus dari 30 bangunan sensus yang disampling di masinng-masing BS. Beberapa kendala dan kesulitan yang dialami mampu diselesaikan dengan baik. Kendala dalam melaksanakan puldat di daerah sulit, kendala komunikasi dengan responden yang awalnya menolak untuk diperiksa, dan kesulitan dalam hal manajemen data mampu diselesaikan dengan baik. Koordinasi antara Kadinkes, PJT, PJO, PJAL, dan enumerator berjalan dengan baik, sehingga kesalahpahaman yang terjadi bisa cepat diminimalisir. Saran 1. Perlunya koordinasi yang intensif antara Litbang Pusat dan Dinkes Kab/Kota untuk meminimalisir miss comunications terkait persiapan riset-riset berskala nasional selanjutnya. 2. Waktu pelatihan enumerator diperpanjang karena mayoritas mereka belum menguasai betul saat terjun ke lapangan terutama mengenai manajemen data.
Gambar 4.4.2. Menyeberangi sungai menuju rumah responden
78
Topografi Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah perbukitan dan pergunungan . Bagian tengah wilayah Kabupaten Tanah Datar memiliki daerah perbukitan yang umumnya beriklim sedang dengan temperatur antara 20 0 - 25 0 C, dengan ketinggian antara 20 1000 m dari permukaan laut. Berdasarkan topografi dan keadaan tanahnya maka Kabupaten Tanah Datar sangat potensial untuk pengembangan agrobisnis dan agroindustri. Luas Wilayah Kabupaten Tanah Datar lebih kurang 1333,3 Km persegi atau 3,15 % dari luas Propinsi Sumatera Barat. Penduduk yang berkualitas merupakan modal dasar untuk kelangsungan pembangunan terutama pembangunan kesehatan. Penduduk yang besar dengan kualitas yang rendah merupakan beban bagi pembangunan. Oleh karena itu pembangunan kesehatan Kabupaten Tanah Datar diarahkan pada pengendalian kualitas, pengembangan kualitas serta pengarahan mobilitas sehingga mempunyai ciri kerakteristik yang menunjang pembanguan Kabupaten, dengan jumlah penduduk 338.494 Jiwa dengan 86.739 KK dengan kepadatan penduduk per Km sebanyak 255 jiwa. Bila dilihat dari rata-rata jiwa per rumah tangga maka rata-rata ditemukan 3,92 jiwa per rumah tangga. Dilihat dari rasio beban tanggungan didapatkan sebesar 63,4 berarti kelompok umur tidak produktif masih relatif. Perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 94,92. Sedangkan untuk tingkat pendidikan yang diselesaikan diketahui
79
bahwa untuk tingkat pendidikan tinggi kelompok perempuan lebih tinggi dari laki-laki karena jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada laki-laki dan adanya upaya pemberdayaan yang lebih baik lagi pada perempuan dalam memberikan kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pendidikan.
Pendidikan Pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan sumber daya manusia. Ada beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kualitas pendidikan antara lain menilai tingkat intelegensia, kreatifitas/inovasi dan kemampuan lain dari lulusannya. Ukuran-ukuran tersebut relatif sulit untuk diterapkan karena rumit, sehingga tidak cocok untuk ruang lingkup yang luas. Sehingga kualitas pendidikan jarang digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan antara lain distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan , angka partisipasi sekolah dan indikator lain. Dengan mengacu kepada 7 (tujuh) agenda pokok pembangunan Kabupaten Tanah Datar, sektor pendidikan merupakan agenda nomor 2 (dua) dari arah kebijakan tahun 2011-2015 Indikator pemeratan pendidikan dasar dan menengah diukur melalui Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK adalah jumlah siswa secara keseluruhan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tertentu dan dinyatakan dalam bentuk persentase, sedangkan APM adalah jumlah siswa pada usia tertentu pada jenjang jenis pendidikan tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk pada usia tertentu dan dinyatakan dalam bentuk persentase.
Lingkungan Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Kabupaten Tanah Datar, jumlah rumah yang ada 82.205 rumah dan diperiksa 37.669 rumah (45.8%) dan yang memenuhi syarat kesehatan
80
21,478 rumah (57%). Jika dilihat persentase rumah yang memenuhi syarat kesehatan masih sangat kecil (57%) hal ini disebabkan karena keterbatasan anggaran untuk melakukan pemantauan terhadap rumah yang ada. Pemantauan Rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat juga masih rendah (0,3%) hal ini juga karena adanya keterbatasan anggaran untuk kegiatan tersebut. Tempat tempat Umum (TTU) dan tempat Umum Pengelolaan Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi di restoran, pasar, dan lain lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pecahayaan ruang yang memadai. Data tahun 2012 yang diperoleh profil Kabupaten Tanah Datar memperlihatkan bahwa dari jumah Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan yang ada sebanyak 3.663 buah, yang diperiksa 3.663, yang diperiksa yang masuk kategori sehat sebanyak 2.081 buah (56.81%). Jika dibandingkan tahun sebelumnya terjadi penurunan persentase TUPM yang memenuhi syarat kesehatan dari 66.61% menjadi 56.81%. Jika dibandingkan dengan target Indonesia Sehat 2011 adalah 80,0%, maka Kabupaten Tanah Datar masih dibawah target Nasional. Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan, dan lainnya. Data dan Hasil kompilasi per Puskesmas pada tahun 2012, Jumlah KK yang ada sebanyak 100.168 KK yang sudah diperiksa sumber air bersihnya sebanyak 63.454 Kk (63.3%) dengan masing masing sarana antara lain ledeng 32.7%, sumur pompa tangan 0 %, sumur gali 35.9%, mata air 7.9 %, penampungan air hujan 5.4 %, dan lain lainnya 18,1%. Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi kepemilikan Jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah (PAL). Berdasarkan tabel 66 lampiran profil terlihat bahwa dari 100.168 KK yang ada, sudah seluruhnya diperiksa (100%). Untuk Jamban, jumlah KK 80.557 dan sebagian besar (80,4%) sudah diperiksa.
81
Kepemilikan tempat sampah, jumlah KK yang memiliki sebanyak 100.168 KK dan yang memilikinya tempat sampah sebanyak 63.593 KK ( 63,5% ). Sedangkan untuk PAL, Jumlah KK yang diperiksa sebanyak 100.168 KK dan yang memiliki PAL sebanyak 58.423 KK (58,3%). Berdasarkan data di atas dapat dinyatakan bahwa kepemilikan sanitasi dasar di Kabupaten Tanah Datar secara umum masih belum sesuai yang diharapkan dan membutuhkan upaya promotif yang lebih intensif dan komprehensif agar seluruh rumah tangga memiliki sanitasi dasar yang sehat.
Bahan Pengumpulan Data dan Prosedur Kerja Kabupaten Tanah Datar termasuk salah satu dari empat kabupaten di wilayah provinsi Sumatra Barat yang mendapat beberapa blok sensus yang mewakili sampel nasional. Sehingga bersama dengan kota Padang, Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Tanah Datar harus mengerjakan beberapa blok sensus biomedis. Karena itu secara garis besar alat yang digunakan untuk pengumpulan data terbagi menjadi dua yaitu Alat dan bahan puldat Kesmas dan Alat bahan puldat biomedis.
Alat Bahan Pengumpulan Data Kesmas Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data kesmas terdiri dari alat dan bahan pengukur pemeriksaan beserta tas, kuesioner, bahan kontak, dan kuitansi bahan kontak. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari (tiap tim) : - Timbangan berat badan digital 1 buah - Pengukur tinggi badan 1 buah - Pengukur tekanan darah digital 1 buah - Pita pengukur lingkar perut dan lingkar lengan atas1 buah - Tumbling E 1 buah - Pita pengukur jarak visus 6 meter 1 buah - Pinhole 1 buah - Loop 1 buah - Pen light 2 buah - Spekulum telinga 3 buah
82
- Handscoen 2 kotak - Masker 2 kotak - Antiseptic descosept 3 buah - Kaca mulut 3 buah - Tissue gulung 2 buah - Tas pengukur tinggi badan 1 buah - Tas ransel alat 1 buah - Cairan pembersih kacamulut 1 buah - Cairan iodium test 2 buah - Baterai timbangan berat badan digital 3 buah - Baterai ukuran A2 12 buah Kuesioner - Map 150 buah - Informed Consent 150 buah - Kuesioner Rumah Tangga 150 buah - Kuesioner Individu 675 buah - Kartu Hasil 675 buah - Tambahan Kuesioner Blok IV 4 buah - Tambahan Lembar Kuesioner Kesehatan Reproduksi 20 buah - Tali Pengikat Kuesioner 150 buah Prosedur Kerja Tahap Training Tahap ini berlangsung selama sepuluh hari dan bertempat di Hotel Rocky, Padang. Di tahap ini, seluruh enumerator diberi pelatihan tentang tata cara pengumpulan data, baik pengumpulan data kesmas maupun biomedis. Pelatihan tersebut juga meliputi simulasi pengumpulan data di rumah-rumah penduduk dan simulasi pelaksanaan lab lapangan. Pada 2 hari terakhir pelatihan, diadakan koordinasi antara PJT Kabupaten, PJO kabupaten, PJAL Kabupaten dan seluruh enumerator kabupaten Tanah Datar. Hal yang dibahas dalam rapat koordinasi tersebut adalah mind mapping puldat di kabupaten Tanah Datar selama dua bulan kedepan. Tahap Persiapan Lapangan Tahap ini dilakukan selama 2 hari. Berupa rapat koordinasi ulang antara PJT kabupaten, PJAL kabupaten dan enumerator. Hasil rapat tersebut adalah, sebelum pengumpulan data tim enumerator akan
83
melaksanakan pemutakhiran bangunan sensus terlebih dulu. Selain itu sebelum pengumpulan data, PJT kabupaten mencari tempat tinggal selama bertugas yang berlokasi di tengah kota. Tempat tinggal tersebut sekaligus dijadikan sebagai posko pusat dari seluruh enumerator. Semua barang dan logistik juga dipindahkan dan disimpan di posko tersebut. Barang dan logistik tersebut direkapitulasi ulang sebelum digunakan untuk puldat serta diserah terimakan ke tim enumerator penanggung jawab tiap alat dan logistik tersebut.
Tahap Pemutakhiran Bangunan Sensus Pemutakhiran Bangunan Sensus ini dilakukan selama tiga hari. Tiap tim enumerator bergerak sendiri-sendiri mengerjakan pemutakhiran bangunan sensus pada enam blok sensus yang telah menjadi tanggung jawab masing-masing tim. Selain melakukan pemutakhiran, tiap tim enumerator juga melakukan sosialisasi dan kontrak waktu dengan para wali jorong serta penduduk yang terpilih sebagai sampel, Sehingga saat puldat dilaksanakan, tiap sampel dapat ditemukan dengan mudah dan proses puldat dapat terlaksana dengan lancar.
Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dilaksanakan dalam beberapa bagian. Pada bagian pertama, keempat tim enumerator mengerjakan 4 blok sensus secara bersama. Pada bagian kedua dua tim, yaitu tim 2 dan tim 3 mengerjakan empat blok sensus secara bersama. Sedangkan tim 1 dan tim 4 berjalan sendiri-sendiri untuk mengerjakan blok sensus biomedis mereka masing-masing. Pada bagian ketiga, kondisi tersebut dibalik. Dimana Tim 1 dan tim 4 mengerjakan empat blok sensus secara bersama. Sedangkan tim 2 dan 3 berjalan sendiri-sendiri untuk mengerjakan blok sensus biomedis mereka masing-masing. Pada bagian keempat, tim enumerator dibagi menjadi dua. Tim 1 dan 4 mengerjakan empat blok sensus secara bersama. Begitu juga dengan tim 2 dan 3 melakukan yang mengerjakan empat blok sensus yang tersisa secara bersama. Sehingga blok sensus yang dikerjakan genap menjadi 24 blok sensus.
84
Tahap Penyelesaian Setelah semua rangkaian puldat selesai dilaksanakan, setiap tim mengumpulkan seluruh alat dan sisa logistik di posko pusat. Semua alat dan sisa logistik tersebut dihitung ulang. Seluruh kuesioner yang telah di entry, dikelompokkan berdasarkan blok sensus dan diikat menjadi satu. Kemudian semua kuesioner, alat dan sisa logistik diserah terimakan kepada PJO dan PJAL kabupaten Tanah Datar untuk kemudian ditindak lanjuti oleh PJO dan PJAL kabupaten. Hasil Kegiatan Tempat tinggal PJT, enumerator dan posko Temuan : PJT bertempat tinggal di rumah kontrakan yang berada di tengah-tengah wilayah kabupaten Tanah Datar. Rumah tersebut sekaligus dijadikan sebagai posko enumerator sehari-hari. Para enumerator sendiri sebagian besar tinggal di rumah sendiri, walau ada sebagian kecil enumerator menginap di dekat posko.
85
Kendala
Tidak ada Fasilitas dari dinas kesehatan Kabupaten Tanah Datar yang sangat meringankan PJT dalam melaksanakan tugas. Selain itu wilayah Kabupaten Tanah Datar yang tidak terlalu luas sangat memudahkan PJT untuk mensupervisi tiap tim enumerator di blok sensus masing-masing.
Kemudahan:
Peta Bangunan Sensus Temuan : Peta bangunan sensus didapatkan setelah PJT kabupaten langsung mendatangi Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar Ada beberapa peta yang tidak jelas, karena peta yang tim dapatkan berupa hasil scan dari peta asli yang ditulis dengan pensil. Selain itu ada beberapa nomor bangunan fisik yang tertera di peta tidak sama dengan nomor bangunan fisik yang tertempel di stiker rumah. Petugas dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar sangat kooperatif dalam pengadaan peta bangunan sensus.
Kendala
Kemudahan:
Pemutakhiran Bangunan Sensus Temuan : Banyak dari bangunan sensus yang telah kosong ditinggal pemiliknya. Selain itu peran wali jorong setempat sangat membantu dalam proses pemutakhiran bangunan sensus, karena gambaran di peta bangsen kadang berbeda dengan kondisi yang sebenarnya. Ada beberapa bangunan sensus yang tidak dijumpai stiker bangsennya Ada pula didapatkan stiker bangsen yang ternyata tidak sama dengan nomor bangsen pada lembar DSBS. Wali Jorong beserta perangkatnya rata-rata sangat kooperatif dalam membantu pelaksananaan pengumpulan data. Hal ini sangat membantu kelancaran puldat.
86
Kendala
Kemudahan:
Penunjuk Jalan Temuan : Kebanyakan penunjuk jalan di lapangan adalah wali jorong dusun itu sendiri. Walau ada beberapa blok sensus yang meminta bantuan perangkat dusun atau kader posyandu setempat. Ada sebagian kecil penunjuk jalan yang kurang mengenal warga tersebut dengan baik. Hal ini terutama ditemukan di blok sensus yang terletak wilayah tengah kabupaten. Para penunjuk jalan tersebut sangat kooperatif dalam membantu pelaksananaan pengumpulan data. Bahkan ada yang terus menemani tim enumerator hingga proses puldat di blok sensus tersebut selesai.
Kendala
Kemudahan:
Surat Perijinan Temuan : Surat perizinan untuk pengumpulan data selesai tepat pada pagi hari saat tim enumerator hendak turun ke lapangan untuk pemutakhiran bangsen. Surat perizinan sempat macet cukup lama di Balitbangkespol Kabupaten Tanah Datar karena menunggu tanda tangan sekkab. Karena hal ini, proses puldat sempat terancam untuk ditangguhkan. Atas inisiatif PJO, untuk sementara dibuatkan surat tugas sementara dari Dinas Kesahatan Kabupaten Tanah Datar, sehingga proses pengumpulan data tidak tertunda.
Kendala
Kemudahan:
Wawancara Temuan : sebagian besar responden yang di wawancarai pada riskesdas 2013 di wilayah Kabupaten Tanah Datar adalah penduduk asli suku Minang. Ada beberapa responden yang tidak bisa berbahasa Indonesia, sehingga proses wawancara harus dilangsungkan dalam bahasa minang. Selain itu banyak responden yang tidak ada di rumah saat wawancara dilakukan. Sehingga tim enumerator tak jarang melakukan
87
Kendala
wawancara pada malam hari karena menunggu responden pulang. Tak jarang pula tim enumerator kembali ke blok sensus tersebut beberapa hari kemudian untuk mewawancarai responden yang tidak dapat ditemui pada kunjungan pertama. Kemudahan: Sebagian besar responden kooperatif dan terbuka dengan enumerator dalam melakukan wawancara sehingga memudahkan enumerator dalam melakukan pengumpulan data.
Pengukuran Berat Badan Temuan : Responden sangat aktif dan antusias ketika ditimbang walaupun kadang harus dilakukan lebih dari sekali karena belum sesuai dengan prosedur penimbangan yang benar Ada beberapa timbangan yang error sehingga harus di lakukan beberapa cara dahulu agar bisa digunakan kembali. Kasalahan teknis tersebut kebanyakan karena timbangan digital tersebut tidak ditempatkan di tempat yang benar-benar rata, melainkan di atas karpet atau tikar. Sehingga hasil yang ditunjukkan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan pengukuran dengan prosedur yang benar. antusiasme dari responden tinggi sehingga memudahkan pengukuran berat badan.
Kendala
Kemudahan:
Pengukuran Tinggi Badan Temuan : Responden sangat aktif dan antusias ketika akan diukur tinggi badan walaupun kadang harus dilakukan lebih dari sekali karena belum sesuai dengan prosedur pengukuran tinggi badan yang benar pengukuran untuk bayi dan balita sering harus diulang karena bayi dan balita yang akan diukur seringkali tidak kooperatif. Bahkan ada beberapa bayi dan balita yang tdiak bisa diukur karena rewel dan terus-menerus
88
Kendala
menangis. Selain itu ada beberapa responden lanjut usia yang tidak bisa diukur tinggi badannya karena bungkuk. Kemudahan: antusiasme dari responden cukup tinggi sehingga memudahkan pengukuran tinggi badan.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas Temuan : pengukuran lingkar lengan atas cukup lancar walau pada awalnya ada beberapa responden yang menolak untuk diukur. beberapa responden awalnya menolak dilakukan pengukuran lingkar lengan atas dikarenakan merasa mengganggu privasi. Tetapi setelah dijelaskan akan manfaatnya, para responden tersebut akhirnya mau dan bersedia untuk diukur. Selain itu, ada alat pengukur lingkar lengan atas luntur pada angka skala pengukurannya, sehingga alat tersebut harus diganti dengan pita pengukur yang baru. Setelah dijelaskan akan manfaat dari pengukuran ini, para responden jadi cukup kooperatif.
Kendala
Kemudahan:
Pengukuran Lingkar Perut Temuan Kendala : : pengukuran lingkar perut cukup lancar walau ada beberapa responden yang menolak untuk diukur. Beberapa responden menolak diukur lingkar perutnya dikarenakan malu. Ada responden yang tetap menolak walaupun tim melakukan pengukuran di ruang tertutup dan dilakukan oleh petugas dengan jenis kelamin yang sama. Setelah dijelaskan akan manfaat dari pengukuran ini, ada beberapa responden menjadi cukup kooperatif.
Kemudahan:
Pengukuran Tekanan Darah Temuan : Responden sangat aktif dan antusias ketika diukur
89
tekanan darahnya walaupun kadang harus dilakukan lebih dari sekali karena belum sesuai dengan prosedur pengukuran tekanan darah yang benar Kendala : alat pengukur tekanan darah kadang mengalami error . Setelah ditelusuri lebih lanjut, kesalahan teknis tersebut dikarenakan posisi alat yang tidak setinggi jantung, responden yang bergerak terlalu aktif saat pengukuran berlangsung serta baterai alat yang habis. responden sangat antusias ketika diukur tekanan darah
Kemudahan:
PemeriksaanVisus Temuan : Responden sangat aktif dan antusias ketika akan dilakukan pemeriksaan visus, walaupun kadang harus dilakukan lebih dari sekali karena belum sesuai dengan prosedur penimbangan yang benar rumah responden yang tidak seberapa luas mengakibatkan pengukuran harus dilakukan di luar rumah, bahkan di tepi jalan. antusiasme dari responden cukup tinggi sehingga memudahkan jalannya pemeriksaan visus.
Kendala
Kemudahan:
Pemeriksaan Kelainan Permukaan Mata Temuan Kendala : : Responden sangat aktif dan antusias ketika akan dilakukan pemeriksaan permukaan mata Tim enumerator kebanyakan tidak mempunyai jam terbang tinggi dalam pemeriksaan permukaan mata sebelumnya. Sehingga ditakutkan hasil pemeriksaan mengalami bias dari yang semestinya antusiasme dari responden cukup tinggi sehingga memudahkan jalannya pemeriksaan permukaan mata.
Kemudahan:
90
Pemeriksaan Xeroftalmia Temuan Kendala : : Dari hasil pemeriksaan tidak didapatkan responden yang mengalami xeroftalmia Tim enumerator kebanyakan tidak mempunyai jam terbang tinggi dalam pemeriksaan xeroftalmia sebelumnya. Sehingga ditakutkan hasil pemeriksaan mengalami bias dari yang semestinya. Selain itu responden anak agak sulit untuk diperiksa karena kerap kali rewel dan menangis. -
Kemudahan:
PemeriksaanTelinga Temuan : pemeriksaan telinga cukup lancar walau pada awalnya ada beberapa responden yang menolak untuk diperiksa karena takut proses pemeriksaan tidak nyaman. ada tim enumerator yang tidak mempunyai jam terbang tinggi dalam pemeriksaan telinga sebelumnya. Sehingga ditakutkan hasil pemeriksaan mengalami bias dari yang semestinya. Selain itu untuk tes bisik, kadang dalam pelaksanaannya mengalami kesulitan karena tidak adanya kamar yang memenuhi syarat untuk tes bisik akibat terlalu bising. Setelah dijelaskan akan manfaat dari pemeriksaan telinga, para responden jadi cukup kooperatif.
Kendala
Kemudahan:
Pemeriksaan Gigi Temuan Kendala : : Responden sangat aktif dan atusias ketika akan diperiksa giginya. Tidak ada anggota tim enumerator yang mempunyai latar belakang dokter gigi atau perawat gigi. Sehingga di takutkan akan terjadi bias yang cukup signifikan dengan keadaan yang sebenarnya. antusiasme dari responden cukup tinggi sehingga memudahkan jalannya pemeriksaan gigi.
91
Kemudahan:
Entry Data Temuan : Tiap tim mendapatkan tugas untuk mengentry data dari enam blok sensus yang menjadi tanggung jawab tiap tim. Pada awal-awal puldat, tiap tim enumerator diharuskan mengentry data di posko tim enumerator. Hal ini dikarenakan untuk memudahkan PJT mensupervisi para enumerator bila mereka menemui kesulitan di tengahtengah proses entry data. Setelah dinilai cukup lancar, PJT kemudian memperbolehkan enumerator untuk mengentry data di rumah atau markas masing-masing tim. Pada awalnya proses entry berjalan cukup lambat karena para enumerator belum terbiasa dalam menggunakan software pengentry data. Para enumerator juga sering salah memasukkan data saat mengentry. Kesalahan paling sering adalah kesalahan memasukkan NKS dan nomor bangsen Selain itu software yang berkali-kali di update sempat membuat bingung para enumerator, sehingga sedikit menghambat proses pengentryan data. Para enumerator mau belajar dari kesalahan yang ada untuk memperbaiki hasil entrian yang kurang sempurna.
Kendala
Kemudahan:
Pengiriman Data Temuan : Menurut petunjuk teknis semula pengiriman data dilakukan segera setelah pengentrian data dalam suatu blok sensus selesai. Tetapi karena berbagai hal, pengiriman data entrian tidak selalu setelah satu blok sensus tertentu selesai di entry, melainkan hasil entrian dari satu blok sensus dikirim bersamaan dengan entrian blok sensus yang lain. Hambatan yang paling sering ditemui adalah sinyal internet yang kadang tidak lancar, bahkan menghilang. Selain itu email riskesdas sendiri, yang digunakan untuk mengemail data, terkadang mengalami kendala teknis, sehingga tidak bisa digunakan untuk mengemail data,
92
Kendala
Bahkan terkadang email riskesdas tersebut sama sekali tidak bisa dibuka. Kemudahan: Tim Mandat cukup kooperatif dalam membantu PJT dalam melakukan pengiriman data ke tim mandat pusat
Pengumpulan Data Biomedis Temuan : Pada blok sensus biomedis, ada sedikit hal yang berbeda dengan pengumpulan data biasa. Hal yang berbeda itu adalah adanya pengumpulan sampel biomedis berupa sampel urine, garam dan sampel air. Selain itu juga dilakukan pengumpulan serum dari darah yang diambil saat laboratorium lapangan. Para enumerator masih bingung untuk penentuan responden yang akan diambil sampel urine dan airnya. Sehingga sering kali sampel urine dan air di ambil dari responden yang salah. Kesalahan tersebut kebanyakan bersumber dari kekurang pahaman enumerator terhadap penggunaan Kish Table. Karena kesalahan tersebut sering mereka harus kembali ke rumah responden untuk mengambil kembali sampel urine dan air yang benar menurut Kish Table. Solusinya para enumerator kemudian di latih kembali untuk menggunakan Kish Table. Para enumerator mau untuk belajar memperbaiki kesalahan yang mereka buat saat puldat biomedis.
Kendala
Kemudahan:
Laboratorium Lapangan Temuan : Laboratorium lapangan pada awalnya dilakukan selama empat hari yaitu pada hari ke-5, ke-6, ke-11 dan ke-12. Tetapi karena berbagai alasan hanya satu blok sensus biomedis di Kabupaten Tanah Datar yang melaksanakan laboratorium lapangan selama empat hari. Sedangkan tiga blok sensus biomedis lain hanya melaksanakan lab lapangan 3 hari, yaitu pada hari ke-5, ke-6 dan ke -11 : Banyak responden yang masuk kriteria inklusi dan telah
93
Kendala
diundang, tetapi ternyata pada waktu hari lab lapangan dilaksanakan, reponden tersebut tidak hadir dengan berbagai alasan. Kemudahan: para wali jorong, dokter serta paramedis pendamping amat sangat membantu pelaksanaan laboratorium lab lapangan di masing-masing blok sensus biomedis.
Pengiriman Spesimen Biomedis Temuan: Kendala : Pengiriman specimen biomedis dilakukan dua kali dalam tiap blok sensus biomedis. Spesimen yang dikirim meliputi sampel serum, sampel urine, sampel air dan sampel garam. Pada dua pengiriman sampel serum yang pertama, ternyata sampai di Jakarta suhu serum naik. Hal ini dikarenakan pengiriman oleh kargo yang lebih dari sehari, serta petunjuk teknis pengepakan serum dari pusat yang kurang tepat sehingga begitu sampai di Jakarta suhu serum mengalami kenaikan drastis. Jalan keluarnya, PJT mengganti kargo yang digunakan untuk pengiriman sampel. Selain itu, tim biomedis provinsi Sumbar memodifikasi sendiri teknis pengepakan serum. Setelah dua langkah diatas dilakukan, pengiriman serum selanjutnya berjalan cukup lancar. Dalam proses pengiriman, PJT mengambil alih kendali karena PJO dan PJAL berhalangan karena terlalu sibuk dengan pekerjaan di dinkeskab.
94
Kemudahan:
Para enumerator amat membantu sekali dalam proses pengepakan dan pengiriman sampel biomedis.
Gambar 4.5.2. Jalanan rusak dan berlumpur
Kesimpulan Secara garis besar, pelaksananaan riskesdas 2013 di kabupaten Tanah Datar berlangsung cukup lancar dan berjalan sesuai dengan rencana. Pengumpulan data dimulai dari tanggal 1 Mei 2013 dan berakhir pada tanggal 24 Juni 2013. Memang ada banyak sekali hambatan dan kendala yang dihadapi oleh tim riskesdas Kabupaten Tanah Datar 2013. Hambatan dan kendala yang paling besar adalah dari pengumpulan data di blok sensus biomedis, dimana dua pengiriman serum pertama bisa dibilang gagal karena saat sampai di Litbang Jakarta, suhu serum meningkat amat drastis. Berkat modifikasi teknis pengepakan dan penggantian kargo hambatan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Selain biomedis, sebenarnya di jumpai permasalahan lain pada saat persiapan lapangan, pengumpulan data dan proses entry data. Tapi berkat kerjasama semua anggota tim riskesdas Kabupaten Tanah Datar, dan dukungan semua elemen yang terkait, semua permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Adapun hasil dari riskesdas 2013 ini
95
adalah, telah diwawancarai 600 rumah tangga dan 2061 individu dalam 24 blok sensus.
Saran Dari pelaksanaan riskesdas 2013 di Kabupaten Tanah Datar, penulis mengajukan saran sebagai berikut : 1. Petunjuk teknis pengepakan sampel bio-medis yang dibuat oleh tim biomedis pusat perlu dievaluasi kembali. Hal ini perlu dilakukan agar di masa depan, kejadian naiknya suhu serum saat dikirim tidak terulang kembali. Sebaiknya update dan revisi software pengentry data tidak dilakukan saat pengumpulan data telah dilakukan, karena hal tersebut dapat membuat data yang terkumpul menjadi bias. Perekrutan enumerator kedepannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Agar kejadian dimana tidak adanya enumerator dengan latar belakang dokter gigi atau perawat gigi pada pemeriksaan gigi tidak terulang lagi. Hal ini penting untuk meminimalisir kemungkinan data yang didapat tidak akurat.
2.
3.
96
Samudra Indonesia. Berikut ulasan mengenai gambaran umum Kabupaten Padang Pariaman. Secara geografis, Kabupaten Padang Pariaman memiliki luas wilayah 1.328,79 Km2 dengan panjang garis pantai 60,50 Km2 yang membentang hingga wilayah gugusan Bukit Barisan. Luas daratan daerah ini setara dengan 3,15% luas daratan wilayah Provinsi Sumatera Barat. Secara administratif pemerintahan sampai akhir tahun 2007, Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari 17 kecamatan, 46 nagari, dan 461 jorong, dengan Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam tercatat memiliki wilayah paling luas, yakni 228,70 km, sedangkan Kecamatan Sintuk Toboh Gadang memiliki luas terkecil, yakni 25,56 km. Berikut luas masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Padang Pariaman (Tabel 4.6.1). Posisi astronomis Kabupaten Padang Pariaman yang terletak antara 011'-049' Lintang Selatan dan 9836'-10028' Bujur Timur, dengan luas wilayah sekitar 1.328,79 km dan panjang garis pantai 60,50 km. Luas daratan daerah ini setara dengan 3,15 persen dari luas daratan wilayah Provinsi Sumatera Barat. Dilihat dari letak administrasi, Kabupaten Padang Pariaman berbatasan dengan: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Agam : Berbatasan dengan Kota Padang : Berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok : Berbatasan dengan Kota Pariaman dan Samudera Indonesia
Walaupun tidak berbatasan secara langsung disebelah timur, Kabupaten Padang Pariaman memiliki jarak yang dekat dengan Kota Padang Panjang yang dibatasi oleh Lembah Anai (Kabupaten Tanah Datar).
98
Tabel 4.6.1. Luas Wilayah Kabupaten Padang Pariaman Menurut Kecamatan, Riskesdas 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Kecamatan Batang Anai Lubuk Alung Sintuk Toboh Gadang Ulakan Tapakis Nan Sabaris 2 x 11 Enam Lingkung Enam Lingkung 2 x 11 Kayu Tanam VII Koto Sungai Sarik Patamuan Padang Sago V Koto Kampung Dalam V Koto Timur Sungai Limau Batang Gasan Sungai Geringging IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman Luas Daerah (Km2) 180,39 111,63 25,56 38,85 29,12 36,25 39,20 228,70 90,93 53,05 32,06 61,41 64,80 70,38 40,31 99,35 126,80 1.328,79
Topografi Keadaan Topografi Kabupaten Padang Pariaman berupa daratan seluas 714,47 km2 atau 59,57 persen dari wilayah daratan merupakan daratan rendah dengan ketinggian antara 0 - 100 meter dari permukaan air laut, sedangkan yang lainnya merupakan daerah bergelombang dan
99
berbukit yaitu dengan ketinggian 100 m sampai 1500 meter dari permukaan air laut. Topografi wilayah Kabupaten Padang Pariaman termasuk iklim tropis besar yang memiliki musim kering yang sangat pendek dan daerah lautan sangat dipengaruhi oleh angin laut. Suhu udara terpanas jatuh pada bulan Mei, sedangkan suhu terendah terdapat pada bulan September. Dilihat dari topografi wilayah, Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari wilayah daratan pada daratan Pulau Sumatera dan 6 pulaupulau kecil, dengan 40 % daratan rendah yaitu pada bagian barat yang mengarah ke pantai. Daerah dataran rendah terdapat disebelah barat yang terhampar sepanjang pantai dengan ketinggian antara 0 10 meter di atas permukaan laut, serta 60% daerah bagian timur yang merupakan daerah bergelombang sampai ke Bukit Barisan. Daerah bukit bergelombang terdapat disebelah timur dengan ketinggian 10 1000 meter di atas permukaan laut. Daerah bergelombang dan dataran tinggi terletak pada bagian timur dan sebagian bagian utara, dimana pada daerah perbatasan dengan Kabupaten Solok, Tanah Datar, dan Agam adalah merupakan daerah gugusan Bukit Barisan yang membujur sepanjang bagian barat Pulau Sumatera. Iklim Sepanjang tahun 2010, curah hujan dan hari hujan yang tercatat pada seluruh tempat pengukuran mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yaitu rata-rata 427,7 mm/bulan dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 22 hari/bulan sedangkan tahun 2010 mencapai rata-rata 321,9 mm/bulan dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 14 hari/bulan. Suhu udara berkisar antara 24,4C-25,7C, jadi untuk rata-rata suhu maksimum 31,08C dan rata-rata suhu minimum yaitu 21,34C, dengan kelembapan relatif 86,75 %.
Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Padang Pariaman tahun 2010 tercatat sebanyak 393.571 jiwa, terdiri dari 193.472 orang laki-laki dan 200,089 orang perempuan. Sedangkan tahun sebelumnya tercatat sebanyak 392.941 jiwa (188.714 laki-laki dan 204.227 perempuan). Dibanding
100
tahun 2009, penduduk Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2010 mengalami kenaikan 630 jiwa atau sebesar 0,16%. Jumlah rumah tangga Kabupaten Padang Pariaman yaitu 89.424 rumah tangga, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 296 jiwa per Km2. Penduduk terpadat terdapat di Kecamatan Nan Sabaris dengan 925 jiwa per Km2, serta diikuti Kecamatan Sintuk Toboh Gadang dengan 700 jiwa per Km2. Penduduk terjarang tedapat di Kecamatan 2x11 Kayu Tanam dengan kepadatan 112 jiwa per Km2, serta Kecamatan IV Koto Aur Malintang dengan kepadatan 155 jiwa per Km2. Dilihat per kecamatan, jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Batang Anai yaitu 44.459 jiwa dengan persebaran 11,30% dan diikuti Kecamatan Lubuk Alung sebanyak 43.020 jiwa dengan persebaran 10,93% dari keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Padang Pariaman. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terendah yaitu Kecamatan Padang Sago sebanyak 8.010 jiwa atau 2,03% dari keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Padang Pariaman. Sedangkan jumlah orang yang bekerja sebanyak 142.222 orang dengan rincian 83.836 laki-laki dan 58.386 perempuan. Dilihat dari tingkat pendidikan pekerja di Kabupaten Padang Pariaman terbanyak pada tingkat pendidikan tidak tamat SD sebanyak 45.173 orang, selanjutnya 36.760 orang pada tingkat pendidikan SD dan sebanyak 6.749 orang berpendidikan diatas sekolah menengah atas (Diploma/Universitas). Sosial Ekonomi Dilihat dari tingkat kesejahteraan keluarga berdasarkan data dari Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana sebanyak 10.118 keluarga berada pada tingkat pra sejahtera, 21.663 keluarga pada tingkat Sejahtera I, 28.297 keluarga pada tingkat Sejahtera II, 25.382 pada tingkat Sejahtera III, dan sebanyak 1.443 keluarga pada tingkat Sejahtera III Plus. Sebagai daerah yang agraris, potensi unggulan Kabupaten Padang Pariaman adalah sektor pertanian, hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomiannya. Struktur perekonomian Kabupaten Padang Pariaman masih didominasi oleh sektor pertanian, terutama pertanian tanaman pangan yang sampai tahun 2010 sebesar 23,89%. Selain sektor pertanian, Sektor lainnya yang juga cukup dominan adalah sektor angkutan dan
101
komunikasi sebesar 25,27%, sektor jasa-jasa sebesar 16,04%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 11,63%, serta sektor industri pengolahan sebesar 11,83 %. Lingkungan Kabupaten Padang Pariaman mempunyai lahan seluas 132.879 Ha. Luas keseluruhan ini meliputi daerah terbangun yang digunakan untuk berbagai kegiatan perumahan/permukiman dan daerah tidak terbangun seperti pertanian, perkebunan dan sebagainya. Penggunaan lahan terbesar adalah perkebunan rakyat yaitu 36.461 Ha atau 27,44% dari luas Kabupaten Padang Pariaman, kemudian hutan seluas 28.644 Ha atau 27,44% dan sawah seluas 27.129 Ha atau 20,42% dari luas Kabupaten Padang Pariaman. Penggunaan lahan untuk perkebunan rakyat terluas terletak di Kecamatan Sungai Geringging yaitu seluas 5.492 Ha, untuk kawasan hutan terluas berada di Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, yakni seluas 10.701 Ha. Potensi Kehutanan di Kabupaten Padang Pariaman belum ada yang dimanfaatkan untuk Hutan Produksi, melainkan hanya difungsikan antara lain sebagai Hutan Lindung, Perlindungan dan Pelestarian Alam (PPA) dan areal penggunaan lain. Sedangkan penggunaan lahan untuk budidaya pertanian terluas terletak di Kecamatan Batang Anai yaitu seluas 3.201 Ha dan diikuti Kecamatan Lubuk Alung seluas 3.095 Ha
Prosedur Kerja Pengumpulan data Riskesdas 2013 di Kabupaten Padang Pariaman dilakukan dengan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan, alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan pengumpulan data dengan prosedur kerja sebagai berikut: Persiapan untuk melakukan pengumpulan data Riskesdas 2013 yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman melakukan perekrutan sebanyak 20 orang tenaga enumerator. Jumlah tim enumerator untuk pengumpulan data Riskesdas di Kabupaten Padang Pariaman adalah sebanyak 4 tim. Dimana masing-masing tim terdiri dari 5 orang anggota, yang terdiri dari 1 orang berjenis kelamin laki-laki (sebagai ketua tim) dan 4 orang berjenis kelamin perempuan (anggota tim). Jadi
102
total keseluruhan terdapat 20 orang enumerator (4 tim x 5 orang = 20 orang). Pendidikan terakhir enumerator minimal D3. Total jumlah blok sensus (BS) untuk Kabupaten Padang Pariaman adalah 24 BS, sehingga satu tim memiliki tanggung jawab sebanyak 6 BS (24 BS : 4 Tim = 6 BS). Sebelum terjun ke lapangan, enumerator dibekali pengetahuan cara wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dalam pelatihan Training Centre selama 10 hari yang diadakan di Hotel Rocky, Padang, Sumatera Barat. Setelah selesai pelatihan, enumerator, PJT Kab, PJO dan PJAL menuju Kabupaten Padang Pariaman untuk segera mencari posko enumerator dan melakukan briefing tahap awal serta melakukan penghitungan jumlah kuesioner. Kemudian mengurus perizinan pengumpulan data di kantor Bakesbangpol. Setelah semua persiapan terselesaikan maka tahap berikutnya adalah pengumpulan data Riskesdas yang terdiri dari pemuktahiran bangsen dan pengumpulan data (wawancara, pengukuran dan pemeriksaan) yang akan diuraikan sebagai berikut:
Pemuktakhiran Bangsen Pengecekan bangunan sensus terpilih dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan bangunan sensus terpilih dengan Daftar RKD13.BANGSEN. Enumerator tidak diperbolehkan untuk mengganti blok sensus terpilih yang terdapat dalam RKD 13 BANGSEN. Bangunan sensus yang terdapat pada RKD 13 BANGSEN merupakan bangunan sensus hasil SP2010 (bulan Mei). Untuk melakukan identifikasi keberadaan bangunan sensus dengan Daftar RKD13.BANGSEN digunakan pendekatan alamat dan nama-nama kepala rumah tangga yang saat SP2010 mendiami bangunan sensus tersebut. Pemutakhiran rumah tangga di dalam bangunan sensus dilakukan untuk mengidentifikasi rumah tangga yang sekarang mendiami atau menghuni bangunan sensus terpilih yang ditemukan (tahun 2013). Daftar sampel bangunan sensus yang disiapkan sebanyak 25 bangunan sensus dan ditambah 5 bangunan sensus sebagai sampel cadangan (no sampel 26 s.d. 30). Sampel cadangan digunakan apabila sampel bangunan sensus utama tidak ditemukan, dibongkar/digusur, atau kosong. Sampel cadangan digunakan sedemikian rupa sehingga secara total sampel tetap 25 bangunan sensus. Apabila pada kasus
103
bangunan sensus ditemukan akan tetapi jumlahnya kurang dari 20 rumah tangga, maka enumerator diperkenankan untuk mencari rumah tangga lain dalam blok sensus tersebut hingga mencapai 25 rumah tangga. Instrumen yang digunakan dalam pengecekan keberadaan bangunan sensus dan rumah tangga adalah peta SP2010-WB (Wilayah Blok Sensus) hasil listing SP2010 yang sudah dilengkapi dengan muatan bangunan fisik (BF). Peta SP2010-WB digunakan sebagai pedoman untuk mengenali wilayah blok sensus yang akan dilakukan pemutakhiran bangunan sensus dan rumah tangganya. Dalam peta tersebut sudah tercantum legenda, landmark, dan posisi bangunan fisik/sensus. Satu bangunan fisik terdiri dari satu atau lebih bangunan sensus. Dengan demikian, peta blok sensus dapat digunakan oleh petugas untuk menelusuri/mengidentifikasi lokasi bangunan sensus terpilih. Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data merupakan faktor penentu dan bagian penting dari rangkaian kegiatan survei yang menentukan diperolehnya data yang akurat dan valid. Pengumpulan data Riskesdas 2013 dilakukan dengan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan, berikut penjelasannya. a. Wawancara Sebelum melakukan wawancara enumerator wajib untuk memberikan penjelasan kepada responden mengenai maksud dan tujuan dilakukannya pengumpulan data Riskesdas ini. Setelah yang bersangkutan mengerti dan setuju untuk menjadi responden maka selanjutnya responden akan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan. Kemudian enumerator melakukan wawancara terstruktur dengan panduan kuesioner RKD 13 RT dan RKD 13 IND. Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dengan cara bertanya secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang dilengkapi dengan buku pedoman pengisian kuesioner. b. Pengukuran Pengukuran dalam pengumpulan data Riskesdas ini meliputi pengukuran tinggi badan atau panjang badan untuk balita yang belum
104
dapat berdiri, pengukuran berat badan, lingkar lengan atas pada perempuan 15-49 tahun, dan lingkar perut pada semua anggota rumah tangga 15 tahun atau lebih. c. Pemeriksaan Pemeriksaan dalam pengumpulan data Riskesdas ini meliputi pemeriksaan tekanan darah pada responden usia lebih dari 15 tahun, pemeriksaan gigi dan mulut untuk responden usia lebih dari 12 tahun, pemeriksaan ketajaman penglihatan (visus) untuk responden usia lebih dari 6 tahun, dan pemeriksaan pendengaran (konversasi) untuk responden usia lebih dari 5 tahun. d. Entry Data Setelah pengumpulan data dilakukan maka tahap selanjutnya adalah melakukan entry data kuesioner di laptop dan membuat fomulir control data untuk masing-masing BS. Hasil Kegiatan Persiapan Tahap awal persiapan untuk melakukan pengumpulan data Riskesdas 2013 yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman melakukan perekrutan sebanyak 20 orang tenaga enumerator. Jumlah tim enumerator untuk pengumpulan data Riskesdas di Kabupaten Padang Pariaman adalah sebanyak 4 tim. Dimana, masing-masing tim terdiri dari 5 orang anggota, yang terdiri dari 1 orang berjenis kelamin laki-laki (sebagai ketua tim) dan 4 orang berjenis kelamin perempuan (anggota tim). Jadi total keseluruhan terdapat 20 orang enumerator (4 tim x 5 orang = 20 orang). Pendidikan terakhir enumerator minimal D3. Total jumlah blok sensus (BS) untuk Kabupaten Padang Pariaman adalah 24 BS, sehingga satu tim memiliki tanggung jawab sebanyak 6 BS (24 BS : 4 Tim = 6 BS). Sebelum terjun ke lapangan, enumerator dibekali pengetahuan cara wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dalam pelatihan Training Centre selama 10 hari yang diadakan di Hotel Rocky, Padang, Sumatera Barat. Setelah selesai pelatihan, enumerator, PJT Kab, PJO dan PJAL menuju Kabupaten Padang Pariaman. Pada hari Senin, tanggal 29 April
105
2013, PJT tiba di Kabupaten Padang Pariaman. Kegiatan awal yang dilakukan adalah mencari kontrakan yang akan dijadikan posko untuk kegiatan Riskesdas 2013, diupayakan posko dapat menampung sebanyak 20 orang enumerator (Tim 1, 2, 3, 4), sehingga jika ada evaluasi atau briefing, maka posko dapat menjadi tempat yang representatif. Pada hari ini PJT, PJO dan PJAL melakukan pengurusan izin untuk pungumpulan data di Kantor Bakesbangpol. Kendala yang ditemui yaitu pengurusan surat izin tidak bisa 1 hari langsung selesai, karena pihak Bakesbangpol meminta identitas Ibu Atmarita yang tertulis di surat izin sebagai Ketua Peneliti. Kemudian, PJT Kab melaporkan permasalahan ini kepada PJ Prov untuk segera ditindaklanjuti. Pada hari berikutnya (Selasa, 30 April 2013), PJT dan semua enumerator berkumpul di Dinkes untuk menemui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman dan menyampaikan rencana tindak lanjut pengumpulan data Riskesdas 2013 di Kabupaten Padang Pariaman. Sepulangnya dari Dinas Kesehatan PJT mendapatkan informasi bahwa KTP an.Ibu Atmarita sudah dikirimkan via email, kemudian PJT dan PJAL menuju Bakesbangpol untuk pengurusan surat izin yang kemarin tertunda. Setelah itu, melakukan briefing dengan PJO, PJAL dan semua enumerator di posko tentang rencana kegiatan puldat yang tertulis di RTL tanggal 1 Mei 2013, tetapi sepertinya puldat akan dimulai tanggal 2 Mei 2013 karena terkait dana yang belum di transfer ke PJO, sehingga besok akan dilakukan pemuktahiran bangsen dan menyerahkan surat izin kepada masing-masing wali nagari. Kegiatan dilanjutkan dengan menghitung ulang jumlah kuesioner di posko bersama seluruh enumerator. Hari selanjutnya (Rabu, 1 Mei 2013), PJT Kab mendatangi kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Padang Pariaman untuk memperoleh peta sesuai dengan blok sensus yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 24 BS. Kendala yang ditemui yaitu BPS hanya memberikan peta buta kepada PJT dan di dalam peta tersebut tidak ada bangunan sensusnya. PJT sudah meminta peta yang ada bangsennya tetapi tidak diberikan oleh pihak BPS dengan alasan perintah dari BPS Provinsi. Akhirnya PJT menghubungi BPS Provinsi dan peta dengan bangunan sensus bisa didapatkan. Kemudian PJT bersama seluruh enumerator berkumpul di posko untuk mempersiapkan kuesioner BS 1, 2, 3 dan 4. Kuesioner, PSP dan kartu hasil dimasukkan ke dalam map masing-masing.
106
Masing-masing Tim enumerator melakukan pemuktahiran bangsen dan menyerahkan surat izin kepada wali nagari. Pada siang harinya PJT dan PJO mendapatkan informasi bahwa dana sudah di transfer ke PJO, sehingga di informasikan kepada seluruh tim bahwa besok pengumpulan data akan dimulai. Wawancara, Pengukuran dan Pemeriksaan Pengumpulan dimulai pada hari Kamis tanggal 2 Mei 2013. PJT dan masing-masing ketua tim enumerator menuju ke Dinas Kesehatan untuk mengambil surat tugas dari Dinkes dan surat izin dari Bakesbangpol, masing-masing ketua tim menerima sejumlah uang untuk bahan kontak responden, uang operasional tim, uang transport beserta bukti tanda terima bahan kontak Rumah Tangga dan ART yang diwawancarai. Masing-masing tim menuju lokasi BS masing-masing. PJT mendampingi tim enumerator di BS Pilubang, Kecamatan Sungai Limau. Kendala yang ditemui yaitu responden banyak yang tidak bisa ditemui saat itu juga karena ada yang masih sekolah dan ada juga yang bekerja sebagai buruh mulai pagi sampai dengan malam hari. Solusinya yaitu membuat janji dengan keluarga yang bersangkutan, kira-kira kapan kita dapat bertemu untuk kembali wawancara dengan mereka. Pengumpulan data hari berikutnya PJT mengikuti tim enumerator ke lokasi pengumpulan data, sebelumnya PJT diantarkan enum ke wali nagari. Puldat di BS dilakukan hingga malam pukul 19.00 WIB. Kendala di lapangan, cuaca hujan terus di lokasi BS sehingga jalan licin karena jalan yang bebatuan dan banyak air yang menggenang. Pada saat PJT mendampingi Tim untuk pengumpulan data di BS Kasang, Kecamatan Batang Anai, terdapat kendala yaitu banyak bangsen yang merupakan bangunan kosong. Sebelumnya, PJT di antar oleh ketua TIM ke kantor wali nagari. Setelah di lapangan, ternyata dari 30 bangsen yang disediakan oleh BPS, sebanyak 9 bangsen adalah bangunan kosong, karena banyak rumah yang statusnya adalah rumah yang dikontrakan. Jadi total rumah tangga yang diwawancarai enumerator adalah 21 rumah tangga. Pada hari Minggu 5 Mei 2013, PJT mendownload updater dari mandat dan menginstalkannya di laptop masing-masing tim dan tim 1,2,3,4 tetap melakukan puldat seperti biasa di lapangan. Entry data rencana dilakukan hari ini tetapi tidak jadi dilakukan, karena PJT
107
mendapatkan info bahwa updater masih belum sempurna untuk ART usia 5 tahun. Kemudian pada hari Senin 6 Mei 2013 sekitar pukul 15.00 wib perwakilan dari masing-masing tim melakukan install updater terbaru dan mencoba entry data di laptop. PJT memberikan pengarahan untuk mengulang langkah-langkah entry data dan masing-masing tim mencoba mengentry data 2 rumah tangga. Pengumpulan data pada hari Selasa 7 Mei 2013, PJT mendampingi tim untuk puldat dan masing-masing tim sudah ada yang mulai mengentry data di laptop. Beberapa tim menggunakan strategi 2 orang entry data dan 3 orang tetap melakukan puldat rumah tangga dan ART yang masih belum sempat ditemui untuk diwawancarai. Pada hari Kamis, 16 Mei 2013, PJT mendampingi pemuktahiran bangsen di BS Lubuk Alung (NKS 0504401), Kecamatan Lubuk Alung. Setelah sampai di posko, PJT memeriksa hasil kuesioner dan entry data, sembari menunggu kedatangan supervisi dari PJT Provinsi Sumatera Barat (Ibu Dr. Lestari Handayani). Malam hari sekitar pukul 19.00 WIB bertemu dengan ibu Lestari di posko bersama dengan perwakilan dari tim 1, 2, 3 dan 4. Pertemuan ini membahas tentang suka duka enumerator selama puldat di lapangan, serta beberapa masukan dari enumerator, yaitu tas enumerator, tas kesmas, tas tempat pengukuran TB dan BB sudah banyak yang robek, kemudian reagen test iodium tinggal sedikit. Kendala di lapangan untuk menemukan bangsen responden memang sering kali terjadi, akan tetapi untuk mempermudah menemukan bangsen tim enumerator meminta bantuan kader posyandu sebagai penunjuk jalan yang ternyata adalah seseorang yang dulunya dimintai tolong oleh BPS setempat untuk memasang stiker bangsen pada masing-masing rumah di daerah tersebut. Kendala lainnya yaitu masyarakat di BS Batang Anai banyak penduduk transmigrasi suku Nias, sehingga anggota tim enumerator susah berkomunikasi dengan bahasa Nias. Hal ini dikarenakan penduduk setempat kurang bisa berbahasa Indonesia maupun bahasa Minang. Solusi untuk permasalahan ini yaitu dengan bantuan salah seorang kader yang dapat menggunakan bahasa Nias dan bahasa Indonesia sehingga dapat membantu tim enumerator untuk berkomunikasi dan juga sebagai penunjuk jalan ke rumah-rumah warga yang tercantum dalam daftar bangsen. Kendala dalam hal pengukuran dan pemeriksaan hampir tidak ada, semua responden bersedia untuk dilakukan pemeriksaan dan
108
pengukuran. Tetapi ada beberapa anak kecil yang tidak mau dilakukan pemeriksaan karena takut, padahal tim enumerator telah dengan rendah hati membujuk dan merayu si anak agar mau diperiksa, akan tetapi tetap saja anak tidak mau dan menangis. Hal ini hanya terjadi pada satu atau dua rumah tangga saja, selebihnya semua responden kooperatif. Tahapan dan langkah-langkah untuk pemeriksaan dan pengukuran juga telah dilakukan enumerator sesuai dengan prosedur. Hanya saja yang sangat disayangkan adalah sosialisasi mengenai adanya kegiatan RISKESDAS di masyarakat Padang Pariaman, bahkan mungkin di seluruh Kabupaten di Indonesia sangat kurang, karena berdasarkan cerita dari pengalaman-pengalaman PJT lainnya ditemukan masalah yang serupa. Sehingga responden banyak yang mengira bahwa tim enumerator adalah petugas sensus pertanian, yang kebetulan pelaksanaannya hampir bersamaan. Selain itu, proses surat menyurat dari pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengenai perizinan pengumpulan data yang belum sampai di tingkat kabupaten terutama dengan pihak Bupati, Bakesbangpol, Wali Nagari dan Wali Jorong tentang adanya kegiatan Riskesdas sebaiknya perlu dibenahi, karena pada saat pelaksanaan Riskesdas kemarin surat untuk Bakesbangpol dibagikan pada saat akhir kegiatan TC kepada PJO, lalu PJO dan PJT yang menyerahkannya ke Kantor Bakesbangpol di Kabupaten. Untung saja kita diberikan kemudahan karena PJO kenal dengan Kepala Bakesbangpol, sehingga surat menyurat mengenai perizinan dapat terselesaikan dan kegiatan pengumpulan data dapat terlaksana.
Entry Data dan Pengiriman Data Kegiatan entri data merupakan salah satu tahapan manajemen data. Penggunaan perangkat yang tepat dan program entri data yang baik serta tenaga pengentri yang cermat dan tepat, bertujuan untuk mengurangi kesalahan dalam melakukan entri data hasil wawancara dari kuesioner ke dalam bentuk file elektronik. Program entri Riskesdas 2013 dijalankan dalam Windows 7. Program ini mempunyai kemampuan untuk mengikuti alur kuesioner dengan membuat pembatasan nilai atau kode yang tidak diperlukan sehingga diharapkan dapat meminimalisasi kesalahan dalam memasukan data. Kuesioner Riskesdas 2013 yang akan dientri terdiri dari kuesioner rumah tangga (RKD13.RT) dan kuesioner individu (RKD13.IND). Tugas tim
109
enumerator adalah mengentri Kuesioner Rumah Tangga (RKD13.RT), dan Kuesioner Individu (RKD13.IND) tersebut. Sebelum mulai memasukkan data, kuesioner yang dientri harus sudah melalui proses pengecekan dan editing oleh Ketua Tim dan PJT Kabupaten. Entri data (Kuesioner Rumah Tangga dan Kuesioner Individu) harus dilakukan per rumah tangga dimulai dari ART urutan pertama, kedua, dan seterusnya (mengacu pada blok IV kuesioner RKD13.RT) sesuai urutannya. Apabila satu rumah tangga tersebut sudah selesai terentri, simpan data tersebut sebelum melanjutkan entri ke rumah tangga berikutnya. Entri data harus dilakukan per Blok Sensus (BS)/ Nomor Kode Sample (NKS) hingga selesai sebelum melanjutkan ke BS/ NKS berikutnya. Pengentri harus teliti dalam memasukkan data yang ada dikuesioner, sehingga tidak ada Blok yang terlewati, baik disengaja maupun tidak. Kendala yang ditemui pada saat entry dan pengiriman untuk data Kabupaten Padang Pariaman hampir tidak ada. Hanya saja terlalu banyak updater yang dikirimkan oleh tim mandat sehingga kesannya program entry data masih belum sempurna karena masih banyak yang harus diperbaiki. Hal ini mungkin tidak masalah bagi wilayah yang masih bisa menggunakan modem untuk mengunduh updater atau terdapat warnet di wilayah setempat, tetapi apabila tidak ada maka proses entry data akan terhambat. Untuk tim mandat juga diharapkan agar lebih teliti lagi, karena pada saat PJT kabupaten Padang Pariaman mencheck di web pengumpulan data, data untuk kabupaten Padang Pariaman telah di clean oleh tim mandat sebanyak 20 BS, padahal PJT hanya mengirimkan data sebanyak 19 BS. Setelah PJT mengkonfirmasi dengan tim mandat ternyata ada kesalahan yaitu data kabupaten lain masuk ke dalam data kabupaten Padang Pariaman.
Kesimpulan Berdasarkan uraian kegiatan Riskesdas 2013 di Kabupaten Padang Pariaman sebelumnya maka dapat ditarik beberapa simpulan yaitu: 1. Kegiatan pengumpulan data di Kabupaten Padang Pariaman berlangsung selama 54 hari terhitung mulai tanggal 29 April 2013 sampai dengan 21 Juni 2013. Kegiatan pengumpulan data berjalan lancar, masalah atau kendala di lapangan dapat teratasi dengan baik.
110
2. Beberapa kendala yang ada selama pengumpulan data Riskesdas di Kabupaten Padang Pariaman yaitu: a. Sosialisasi dari pemerintah mengenai adanya kegiata n RISKESDAS sangat kurang, baik itu di Kabupaten Padang Pariaman maupun di Kabupaten lainnya. b. Proses surat menyurat dari pemerintah Provinsi P Sumatera Barat mengenai perizinan pengumpulan data Riskesdas yang masih lamban. Hal ini dilihat dari proses permohonan izin pengumpulan data yang belum sampai di tingkat kabupaten terutama dengan Bupati, Bakesbangpol, sbangpol, Wali Nagari dan Wali Jorong. c. BPS PS Kabupaten Padang Pariaman awalnya hanya memberikan peta buta kepada PJT dan di dalam peta tersebut tidak ada bangunan sensusnya. Hal ini dikarenakan adanya salah persepsi antara petugas BPS Kabupaten dan BPS Provinsi. Akhirnya PJT menghubungi BPS Provinsi si dan peta dengan bangunan sensus bisa didapatkan.
d. Banyaknya program updater yang dikirimkan oleh tim mandat menimbulkan kesan bahwa program entry data masih belum sempurna karena masih banyak yang harus diperbaiki. Hal ini mungkin tidak masalah bagi wilayah yang masih bisa menggunakan modem untuk mengunduh updater atau terdapat warnet di wilayah setempat, tetapi apabila tidak ada maka proses entry data akan terhambat.
111
Saran Sosialisasi dari pemerintah untuk kegiatan Riskesdas yang berskala nasional ini sebaiknya lebih ditingkatkan, karena akan berpengaruh pada proses pelaksanaan kegiatan pengumpulan data di lapangan yang melibatkan peran masyarakat sebagai responden, misalnya melalui media elektronik maupun media massa. Kemudian surat menuyurat untuk proses perizinan sebaiknya dilakukan sesegera mungkin sebelum pelaksanaan pengumpulan data di Kabupaten, karena kegiatan ini melibatkan berbagai lintas sektor, tidak hanya pada bidang kesehatan saja dan membutuhkan kerja sama dan izin dari pemerintah kabupaten setempat untuk mengambil data di masyarakat. Selain itu, saran untuk kegiatan selanjutnya mungkin dapat ditambahkan pada kuesioner pertanyaan mengenai filariasis, karena di kuesioner tidak ada memuat pertanyaan yang berkaitan tentang filariasis. Padahal di Gambar 4.6.2. Kabupaten Padang Melewati pematang sawah menuju rumah responden Pariaman sendiri merupakan daerah endemis filariasis. Kemudian diperlukan adanya peningkatan kualitas tas untuk enumerator, tas kesmas dan tas pengukuran tinggi badan, karena banyak enumerator yang mengeluh karena kualitas tas kurang baik, mudah robek dan putus. Dengan adanya laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk mengevaluasi kegiatan Riskesdas dan semoga dapat menjadi bahan masukkan untuk perbaikan kegiatan lain yang serupa di waktu yang akan datang.
112
Geografi Terletak pada posisi 000 01 34 000 28 43 Lintang Selatan dan 990 46 39 1000 32 50 Bujur Timur. Kabupaten Agam sangat strategis karena dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera serta dilalui oleh Fider Road yaitu jalur yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas Tengah dan Lintas Timur Sumatera. Secara geografis Kab. Agam berbatasan dengan Batas wilayah sebagai berikut : sebelah Utara : Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat; sebelah Timur : Kabupaten Lima Puluh Kota; sebelah Selatan: Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar; sebelah Barat : Samudera Indonesia
Topografi Kondisi topografi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 sampai 2.891 meter dari permukaan laut. Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah Kabupaten Agam bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter diatas permukaan laut. Adapun pengelompokan yang didasarkan atas ketinggian adalah sebagai berikut:
113
1. ketinggian 0-500 m dpl seluas 44,55% sebagian besar berada di wilayah Barat yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Tanjung Raya. 2. ketinggian 500 -1000 m dpl seluas 43,49% berada pada wilayah Kecamatan Baso, Ampek Angkek, Canduang, Malalak, Tilatang Kamang, Palembayan, Palupuh, Banuhampu dan Sungai Pua.
3. ketinggian lebih dari 1000 m dpl seluas 11,96% meliputi sebagian Kecamatan IV Koto, Kecamatan Matur, Canduang dan Sungai Pua. Kawasan sebelah Barat merupakan daerah yang datar sampai landai (0 8 %) mencapai luas 71.956 ha, bagian tengah dan Timur merupakan daerah yang berombak dan berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal (> 45%) dengan luas kawasan 129.352 ha. Kawasan dengan kemiringan yang sangat terjal (> 45%) berada pada jajaran Bukit Barisan dengan puncak Gunung Marapi dan Gunung Singgalang yang terletak di Selatan dan Tenggara Kabupaten Agam.
Iklim Temperatur udara pada dataran rendah minimum 250C dan maksimum 330C, sedangkan di daratan tinggi temperatur minimum 200C dan maksimum 290C. Kelembaban udara rata-rata 88%, kecepatan angin antara 4-20 km/jam dan penyinaran matahari rata-rata 58%. Musim hujan terjadi antara bulan Januari sampai dengan bulan Mei dan pada bulan September sampai bulan Desember, sedangkan untuk musim kemarau berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.
Penggunaan Lahan Kondisi lahan yang terdapat pada wilayah ini merupakan perbukitan/ pegunungan dan pesisir serta kawasan lindung. Basis ekonomi adalah pertanian yang terdiri dari perkebunan, pertanian lahan kering, lahan basah, hortikultura dan peternakan dengan kondisi iklim yang mendukung sepanjang tahun, serta perikanan. Berhubungan dengan kondisi tersebut diatas Kabupaten Agam juga merupakan daerah
114
rawan bencana dengan potensi gempa bumi, bahaya abrasi, gerakan tanah/longsor, letusan gunung berapi, banjir dan tsunami.
Penduduk dan Perekonomian Jumlah penduduk Kabupaten Agam pada tahun 2002 adalah 417.324 orang, terdiri dari 199.915 orang laki-laki dan 217.409 orang perempuan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Lubuk Basung dengan 44.991 orang. Sedangkan yang terendah terdapat di Kecamatan Palupuh dengan 12.714 orang. Kecamatan yang penduduknya terpadat adalah Kecamatan Banuhampu Sungai Puar dengan kepadatan 2 penduduk sekitar 732 orang per Km . Sementara, Kecamatan Pelupuh merupakan daerah terjarang penduduknya dengan kepadatan hanya 54 2 orang per Km . Saat ini, perekonomian Kabupaten Agam dibentuk oleh sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan, perikanan, pertambangan, pariwisata, dan industri. Kontribusi sektor-sektor tersebut cukup signifikan bagi kehidupan sosial budaya masyarakat di Kabupaten Agam. Kabupaten Agam berpotensi pada sektor perkebunan, terutama dengan komoditi andalannya, yaitu kelapa sawit. Komoditi andalan lainnya adalah hasil laut. Mata pencaharian utama masyarakat kita adalah di sektor pertanian.
Bahan Pengumpulan Data Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari alat pengukur pemeriksaan beserta tas, kuesioner, bahan kontak, dan kuitansi bahan kontak. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari : - Timbangan berat badan digital merk 4 buah - Pengukur tinggi badan 4 buah - Pengukur tekanan darah digital merk Omron IA1 4 buah - Pita pengukur lingkar perut dan lingkar lengan atas 4 buah - Tumbling E 4 buah - Pita pengukur jarak visus 4 buah - Pinhole 4 buah - Loop 4 buah
115
- Pen light - Spekulum telinga - Handscoen - Masker - Antiseptic descosept - Kaca mulut - Tissue gulung - Tas pengukur tinggi - Tas ransel alat Kuesioner - Map - Informed Consent - Kuesioner Rumah Tangga - Kuesioner Individu - Kartu Hasil - Tali Pengikat Kuesioner Bahan Kontak Kuitansi Bahan Kontak
8 buah 12 buah 8 dos 8 dos 12 buah 12 buah 8 buah 4 buah 4 buah 675 buah 658 buah 640 buah 3348buah 3200 buah 675 buah
Prosedur Kerja Sebelum turun ke lapangan, Penanggungjawab Teknis Kab. Agam telah membagi enumerator sebanyak 20 orang ke dalam 4 tim dengan komposisi laki-laki dan wanita beserta latar belakang pendidikan adalah sama untuk setiap tim. Masing-masing tim terdiri dari 5 orang yakni 1 orang laki-laki sebagai ketua tim dan 4 orang perempuan sebagai anggota tim. Masing-masing telah dibekali pengetahuan tentang riskesdas dengan pelatihan di Hotel Rocky Plaza selama 10 hari dan sudah pula dilakukan pembagian wilayah kerja untuk masing-masing tim. Kab. Agam terpilih 27 Blok Sensus (BS). Berikutnya, PJT bersama PJO memilih 3 BS paling sulit berdasarkan wilayah administratif untuk dikerjakan secara bersama-sama oleh 4 tim dalam waktu 5 hari. Setelah menyelesaikan 3 BS tersebut, masing-masing tim bertanggung jawab terhadap 6 BS lainnya. Pembagian tugas masing-masing tim terdiri dari 3 orang yang melakukan wawancara, 2 orang yang melakukan pengukuran. 3 orang pewawancara tersebut terdiri dari 1 bidan yang bertugas untuk menanyakan pertanyaan kesehatan reproduksi dan kesehatan anak, 2 perawat bertugas untuk menanyakan blok lainnya.
116
Hasil Kegiatan Persiapan Lapangan Tempat Tinggal PJT, enumerator dan posko Temuan : Awalnya, enumerator tinggal di rumah dinas di kawasan Jirek Bukittinggi dan dijadikan sebagai Posko. Sedangkan PJT tinggal di kamar kosan dekat Posko.
Kendala
: -
Kemudahan: Dinkes Kab. Agam yang kooperatif yang mau menyediakan rumah dinas untuk Posko. Peta Bangunan Sensus Temuan : peta yang kami dapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten berupa sketsa peta blok sensus yang lengkap dengan detail bangunan fisiknya.
Kendala
: ada beberapa nomor bangunan fisik yang tertera di peta tidak sama dengan nomor bangunan fisik yang tertempel di stiker rumah, nomor bangunan fisik pada peta sangat kecil, sehingga menyusahkan enumerator.
Kemudahan: BPS sigap dan kooperatif dalam menyediakan peta. Kurang dari sehari permintaan tertulis, PJT bisa mendapatkan peta BS dengan mudah. Pemutakhiran Bangunan Sensus Temuan : ada beberapa nomor bangunan sensus dalam BS berbeda antara nomor yang tertulis di stiker dengan yang tertera dari BPS
Kendala
: Perbedaan tersebut memperlambat kerja tim enumerator karena harus konsul PJT Kab. Agam dan konsul PJT provinsi.
Kemudahan: Pada beberapa BS pedesaan, keterangan warga sangat membantu dalam menemukan lokasi bangunan sensus (Bangsen).
117
Penunjuk Jalan Temuan Kendala : Kantor nagari dan jorong sangat kooperatif dalam hal menunjukkan siapa yang menjadi penunjuk jalan.
: ada sebagian penunjuk jalan yang kurang paham dan kurang mengenal warga tersebut dengan baik terutama jika penunjuk jalannya adalan bidan
Kemudahan: jika penunjuk jalan ini adalah kader setempat, jadi sangat memudahkan tim enumerator dalam hal pencarian Bangsen. Surat Perijinan Temuan : Ada jorong yang mewajibkan enumerator memakai kartu tanda pengenal yang dikalungkan agar mudah dikenali warga
Kendala
: Kartu tanda pengenal dari jorong tersebut tertulis izin bertamu untuk Puldat hanya sampai jam 15.30 WIB
Kemudahan: komunikasi antar enumerator dan wali jorong yang baik sehingga diizinkan untuk Puldat lebih lama dari yang tertera di kartu.
Gambar 4.7.1. Kartu Izin memasuki jorong di Kabupaten Agam. Izin masuk hanya berlaku sampai sore hari.
Pengumpulan Data Wawancara Temuan : Beberapa responden tidak mengerti maksud dari pertanyaan enumerator karena kendala pendengaran
118
terutama responden tua yang tidak memiliki sanak saudara. Kendala : Beberapa responden berharap enumerator tidak hanya menanyai dan memeriksa tapi juga memberi obat
Kemudahan: Semangat para enumerator untuk tidak menyerah dalam mencoba bertanya dengan cara lain. Para enumerator juga dengan sabar menjelaskan tujuan Riskesdas yang bukan untuk pengobatan
Pengukuran Berat Badan Temuan Kendala : Pengukuran berat badan relatif berjalan dengan baik
: -
Kemudahan: Para responden kooperatif dalam pengukuran berat badan karena melihat timbangan digital yang tidak pernah mereka ketahui sebelumnya Pengukuran Tinggi Badan Temuan Kendala : Pengukuran tinggi badan relative tidak mengalami hambatan yang berarti
: pada kelompok I, tiang pengukur tinggi badan hilang karena jatuh di jalan
Kemudahan: kelompok I meminjam alat pengukur tinggi badan kelompok lainnya yang tidak Puldat Pengukuran Lingkar Lengan Atas (Lila) Temuan Kendala : Pengukuran Lila relatif berjalan dengan baik
: -
Kemudahan: Masyarakat yang kooperatif dalam pengukuran Lila Pengukuran Lingkar Perut Temuan : Pengukuran lingkar perut relatif berjalan dengan baik
119
Kendala
: -
Kemudahan: Masyarakat yang kooperatif dalam pengukuran lingkar perut, kerja sama para enumerator yang membagi tugas pengukuran lingkar perut responden menurut jenis kelamin enumerator agar menghindari perasaan malu masyarakat Pengukuran Tekanan Darah (TD) Temuan Kendala : Pengukuran TD relatif berjalan dengan baik
Kemudahan: kerja sama enumerator antar kelompok berjalan dengan baik sehingga bisa saling meminjam tensimeter dengan menyesuaikan Puldat antar kelompok. Enumerator dengan pendidikannya teknik medis akhirnya berhasil memperbaiki tensimeter tersebut. Pemeriksaan Visus Temuan Kendala : Beberapa responden rumahnya kecil dan sempit
: beberapa responden enggan keluar dari rumah untuk dilakukan pengukuran visus padahal rumahnya sempit dan gelap
Kemudahan: semangat enumerator untuk membujuk responden Pemeriksaan Kelainan Permukaan Mata Temuan Kendala : Ketidaksesuaian antara data responden dan fakta di lapangan
Kemudahan: komunikasi yang baik antara PJT dan enumerator sehingga enumerator mau mendiskusikan kesulitan memeriksa mata.
120
Pemeriksaan Xeroftalmia Temuan Kendala : Pemerikasaan xeroftalmia relatif berjalan dengan baik
: -
Kemudahan: semangat enumerator serta masyarakat yang kooperatif mengizinkan anaknya diperiksa matanya. Pemeriksaan Telinga Temuan Kendala : Pemerikasaan telinga relatif berjalan dengan baik
: -
Kemudahan: para enumerator konsisten dalam menggunakan standar pemeriksaan yang dipelajari saat TC, termasuk dalam menggunakan speculum saat pemeriksaan. Pemeriksaan Konversasi Temuan : Para responden sering tertawa dalam pemeriksaan konversasi karena dianggap lucu Kendala : -
Kemudahan: masyarakat kooperatif Pemeriksaan Gigi Temuan Kendala : beberapa data responden dan fakta di lapangan tidak sesuai
Kemudahan: para enumerator memeriksa gigi dengan cepat agar responden tidak berubah pikiran dan menjadi semakin malu.
Entry Data dan Pengiriman Data Temuan : jumlah ART form kontrol dan enty data tidak sesuai
121
Kendala
: BS yang jauh menghambat PJT untuk memeriksa form kontrol dan entry data kelompok enumerator sehingga enumerator lah yang membuat form kontrol
Kesimpulan Pengumpulan data, proses entry data serta pengiriman data relatif tidak menemui kendala berarti. Hal ini ditunjang dengan komunikasi yang baik antara tim provinsi, Dinkes kota/kab dan tim pengumpul data. Komunikasi ini penting. Agar masing-masing anggota tim dapat mendiskusikan masalah yang terjadi dan bagaiman solusi yang paling tepat. Oleh karena itu, data Riskesdas ini diharapkan mampu merepresentasikan fakta kesehatan masyarakat yang sebenarnya. Dari data inilah diharapkan pemerintah dapat merumuskan pembangunan masyarakat dengan tepat.
Saran - Masing-masing anggota tim Riskesdas, baik tim provinsi hingga enumerator harus menyadari pentingnya komunikasi dalam kerja sama tim. - Pemahaman mengenai tugas, pokok, dan fungsi masing-masing tim harus jelas. - Transparansi keuangan tetap harus diprioritaskan agar tidak terjadi konflik yang merusak kerja sama tim.
122
Wilayah Kabupaten Limapuluh Kota beriklim tropis dipengaruhi oleh angin muson dengan curah hujan rata rata berkisar antara 2200 sampai dengan 3750 mm /tahun, suhu rata rata berkisar antara 20C sampai dengan 25C. Adapun topografinya adalah berbukit bukit dan lembah dengan ketinggian dari permukaan laut bervariasi antara 1102.261 m, memiliki 13 buah sungai, panjang jalan 1.307,40 km dan terdapat 3 buah gunung berapi yang tidak aktif (Gunung Sago, Gunung Bungsu dan Gunung Sanggul) yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota (Bappeda Kabupaten Lima Puluh Kota, 2010). Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari 13 kecamatan, yakni Kecamatan Payakumbuah, Akabiluru, Luak, Lareh Sago Halaban, Situjuah Limo Nagari, Harau, Guguak, Mungka, Suliki, Bukik Barisan, Gunuang Omeh, Kapur IX, dan Pangkalan Koto Baru. Pada Tahun 2008 jumlah nagari di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah 76 nagari dengan 384 jorong dan kemudian dimekarkan menjadi 79 Nagari dengan 401 jorong. Penggunaan lahan di Kabupaten Lima Puluh Kota sebagian besar masih merupakan kawasan perhutanan. Hanya 40% dari luas area yang digunakan untuk hunian dan kegiatan perekonomian penduduk. Proporsi
123
penggunaan lahan di Lima Puluh Kota dapat dilihat di gambar 2.1 dibawah ini.
Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2008 tercatat sebanyak 336.067 jiwa, dengan rincian 165.616 jiwa pendudu penduduk laki-laki laki dan 170.451 jiwa penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebasar 97,16. Kalau dilihat jumlah Nagari yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu sebanyak 79 nagari, maka dengan jumlah penduduk sebesar 336.067 jiwa tersebut, rata-rata rat jumlah penduduk per nagari adalah sebesar 4.254 jiwa. Kecamatan yang paling tinggi rata-ratanya ratanya adalah Kecamatan Guguak dengan jumlah 6.765 jiwa per nagari.
Kepadatan epadatan penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2009 mencapai 100 jiwa per km2 dengan luas kabupaten sebesar 3.354,30 Km2.
124
Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Luak dengan tingkat kepadatan sebesar 386 jiwa per km2, dan kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Kapur IX dengan tingkat kepadatan sebesar 37 jiwa per km2. Jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2009 tercatat sebesar 87.160. Maka kepadatan penduduk per rumah tangga pada tahun 2009 tercatat sebesar 4 jiwa per rumah tangga. Penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Lima Puluh Kota masih di dominasi oleh penduduk yang berumur muda. Kelompok umur yang paling besar jumlahnya adalah kelompok 0 s/d 4 tahun dengan jumlah sebanyak 36.837 jiwa, sedangkan kelompok yang paling kecil jumlahnya adalah kelompok 60 s/d 64 tahun yaitu sebesar 12.469 jiwa.
Bahan Pengumpulan Data Kesmas Alat yang digunakan untuk pengumpulan data oleh 4 tim terdiri dari alat pengukur pemeriksaan beserta tas, kuesioner, bahan kontak, dan kuitansi bahan kontak.
Timbangan berat badan digital Pengukur tinggi badan Pengukur tekanan darah digital merk Omron IA1 Pita pengukur lingkar perut & lingkar lengan atas Tumbling E Pita pengukur jarak visus Pinhole Loop Pen light Spekulum telinga Handscoen Masker Antiseptic descosept Kaca mulut Tissue gulung Tas pengukur tinggi Tas ransel alat
4 buah 4 buah 4 buah 4 buah 4 buah 4 buah 4 buah 4 buah 4 buah 9 buah 8 dos 8 dos 4 buah 6 buah 8 buah 4 buah 4 buah
125
Kuesioner terdiri dari: - Map - Informed Consent - Kuesioner Rumah Tangga - Kuesioner Individu - Kartu Hasil - Tambahan Blok IV - Tambahan Kespro - Tali Pengikat Kuesioner
549 buah 529 buah 572 buah 1075 buah 1174 buah 24 buah 100 buah 370 buah
Bahan Kontak sejumlah kebutuhan yaitu sebanyak responden yang dapat diwawancara dengan besaran uang Rp. 50.000,-/KK, sedangkan untuk individu yang diwawancara menerima Rp.10.000,-/individu. Responden yang terpilih sebagai BS biomedis mendapatkan uang kontak sebesar Rp. 35.000,-/individu yang bersedia diambil darahnya. Bahan Pengumpulan Data Biomedis Bahan dan Alat untuk pemeriksaan biomedis terdiri dari 3 set Alat Laboratorium Lapangan, kuesioner BM, 5 set Bahan Pengambilan Spesimen Biomedis dan Laboratorium Lapangan
Alat Laboratorium Lapangan Kuesioner BM Bahan Pengambilan Spesimen Darah Biomedis Bahan Pembuatan Hapusan Tebal Malaria Bahan Laboratorium Lapangan Bahan Pengiriman Spesimen ke Pusat
dan Urin
Prosedur Kerja Tim Biomedis serta Alur Kegiatan 1. Tim Pendamping PKM (dokter) Memastikan responden memenuhi kriteria inklusi Menangani responden jika ada kejadian yang tidak diinginkan. Membantu kegiatan jika ada kejadian simpang. Posisi duduk pada meja 1 bersama E1.
126
2.
3.
4.
5.
Mengisi data responden terkait kriteria inklusi di form BM.02 dan BM.04 Bersama dengan PJO membantu mencari solusi penanganan limbah biomedis. Tim Pendamping PKM (paramedis) Sifatnya dinamis Mengatur alur datang dan keluar responden. Mengecek kesesuaian form dari tiap responden mencocokkan ART ke form BM. 01 ke setiap RT Membantu menangani / mendampingi saat pengambilan darah (terutama pada anak-anak) Melakukan pengambilan darah, Jika enumerator tidak ada yang mampu mengambil darah (berganti fungsi dengan E2) Memegang buku cacatan waktu pemeriksaan glukosa kedua dan memanggil pasien tsb. Memanggil responden setelah 2 jam PP untuk pemeriksaan glukosa kedua. Enumerator 1 (E1) Menempelkan atau mengecek stiker pada semua form dan semua tembusan (form BM 01, 02, 03, 04, dan 05) Menyerahkan berkas ke responden dan mengarahkan responden untuk ke bagian pemeriksaan biomedis. Enumerator 2 (E2) Melakukan pengambilan darah vena Bertanggung jawab terhadap keamanan responden Melakukan penutupan jarum syrinx (sementara) setelah pengambilan darah Menyerahkan syrinx tsb ke E3 Mengarahkan responden untuk dilakukan pembebanan (bagi yang puasa) ke meja E5. Enumerator 3 (E3) Menerima syrinx, mengencangkan tutup jarum, dan membuang jarum bersama tutupnya ke dalam tempat limbah tajam. Meneteskan 1 tetes darah ke parafilm yang letaknya diantara E3 dan E4
127
Memindahkan darah dari syrinx ke tabung venoject yang sudah diberi label Melakukan pemeriksaan HB Mencatat hasil pemeriksaan HB 6. Enumerator 4 (E4) Melakukan pemeriksaan glukosa segera setelah darah menetes di parafilm Mencatat hasil dan melaporkan hasil pemeriksaan glukosa ke E5 Melakukan pemeriksaan RDT Membuat SD tebal (jika responden mempunyai riwayat demam dalam 2 hari terakhir) Melakukan pemeriksaan glukosa PP (darah jari) 7. Enumerator 5 (E5) khusus responden yang puasa Memberikan pembebanan sesuai hasil pemeriksaan glukosa puasa Mencatat waktu pemeriksaan glukosa kedua pada stiker dan menempelkannya pada responden. Mengarahkan responden untuk lapor ke pendamping PKM (paramedis) agar waktu pemeriksaan kedua dicatat di buku catatan.
Catatan: Perlu dipikirkan yang mengurus bahan kontak pasien; pilihan ada antara E5 atau paramedis. Dan bahan kontak sudah disiapkan satu malam sebelumnya sesuai daftar yang akan diperiksa per hari.
Penempelan Stiker dan Pengisian Hasil: Form Biomedis: BM 01 BM 02 BM 03 BM 04 BM 05 kartu penghubung Hasil pemeriksaan RDT malaria rujukan (demam, RDT malaria +, sakit, diabet, anemi) Hasil pemeriksaan glukosa dan HB. rekap keseluruhan
128
Jenis Stiker : 1. Stiker Kuning : a. Kuesioner RT di halaman depan (1) b. Form BM. 01 c. Pada Sampel garam d. Pada botol air minum 2. Stiker Putih : a. Kuesioner Individu (ART) di halaman belakang b. Form BM.01 (rangkap 5) c. Form BM.02 (rangkap 5) d. Form BM.04 (rangkap 4) e. Pada sampel (botol urin, Venoject, RDT malaria, Slide malaria, cryotube serum)
Pewarnaan Sediaan Darah Malaria (Giemsa 3% atau boleh juga 5%) Contoh kasus: Jika ada 5 responden yang demam (dalam 2 hari terakhir) ada 10 SD 1 SD kira-kira 1 mL larutan buat 10 ml 0,3 ml Giemsa stock + 9,7 ml akuades, atau (jika 5 % 0,5 ml Giemsa stock + 9,5 ml akuades) Catatan : 1. Pipet Pasteur yang digunakan untuk mengambil Giemsa stock harus tersendiri. 2. Pada saat mencuci slide larutan giemsa jangan dibuang langsung alirkan air perlahan.
Pemisahan serum 1. Sentrifuge perhatikan posisi tabung, volume darah harus balans/dibuat seimbang. 2. Pisahkan serum dengan pipet pasteur masukan dalam tabung NUNC putih (cryotube serum 4,5 ml yang sudah diberi label). 3. Simpan dalam box beri termometer didalamnya. 4. Jika setelah disentrifuge ternyata serum tidak terpisah buka tabung, pisahkan darah/bekuan darah dari dinding tabung
129
(gunakan pipet) tapi tidak diaduk sentrifuge kembali dengan kecepatan & waktu yang sama seperti semula
Packing
1. Sampel darah a. Paket A Serum (dingin dalam steroform), berkas atau formulir, dan Slide malaria ke Pusat BTDK Jln Percetakan Negara 23 Jakarta. b. Paket B Slide malaria ke Loka Litbang Aceh atau Baturaja atau Ciamis atau Banjarnegara atau Tanah Bumbu atau Donggala atau Waikabubak atau Papua. 2. Botol air minum dan urin dimasukan dalam box putih di kotak yang berbeda. Kotak putih kembali dimasukan ke dalam kardus coklat kecil berisi 3 kotak putih. c. Paket C Sampel urin dan air alamat yang dituju GAKI Magelang Berikan segera kepada PJO Kab/kota PJO yang akan kirim bersamaan dengan sampel biomedis. 3. Garam dimasukan dalam kotak putih, dikumpulkan sampai 1 BS dan dikirimkan ke kab/kota. PJO menampung semua sampel garam dari seluruh BS Biomedis se kabupaten dan mengirimkannya sekaligus ke GAKI Magelang. d. Paket D Sampel garam
Prosedur Kerja Kesmas Prosedur kerja yang dilakukan untuk mengumpulkan data di lapangan terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut : Penanggungjawab Teknis Kabupaten Lima Puluh Kota mempunyai enumerator sebanyak 20 orang dan telah membaginya ke dalam 4 tim yang masing-masing telah dibekali pengetahuan tentang riskesdas dengan pelatihan di Hotel Rocky Plaza selama 10 hari dan sudah pula dilakukan pembagian wilayah kerja untuk masing-masing tim. Terpilih 24 BS dari Kabupaten Lima Puluh Kota. Dipilih 4 BS yang paling berdekatan berdasarkan wilayah administratif untuk dikerjakan secara bersama-sama
130
oleh 2 tim dalam waktu 8 hari. Dan 20 BS sisanya dibagi 3 tim, sehingga masing-masing tim mengerjakan 6 BS. Pembagian wilayah ini berdasarkan dari daerah asal enumerator dan jarak antar BS dikarenakan kondisi geografis Kabupaten Lima Puluh Kota yang sulit sehingga membutuhkan koordinasi yang baik antara PJT, PJO dan Enumerator dalam mengatur BS tempat pengumpulan data. Pengumpulan data dari masing-masing BS dimulai dari pemutakhiran kemudian dilanjutkan wawancara dan pengukuran responden. Pemutakhiran dilakukan dengan cara mencocokkan peta dan nomor bangunan sensus dari daftar sampel bangunan sensus (DSBS) dengan nomor bangunan sensus yang ada di stiker. Dari 30 rumah tangga terpilih di DSBS, 25 rumah tangga pertama sebagai rumah tangga utama dan 5 rumah tangga sisanya adalah cadangan, apabila rumah tangga utama ditemukan kurang dari 25 RT dapat mengambil sampel dari RT cadangan. Apabila pada saat pemutakhiran, dari 30 RT ternyata hanya ditemukan 20-25 RT maka hanya sejumlah RT tersebut yang diambil sebagai sampel dan tidak perlu menambah RT baru. Namun apabila yang ditemukan kurang dari 20 RT maka dilakukan penambahan sampel RT baru secara random dalam BS yang sama hingga jumlah seluruh sampel dalam BS itu jumlahnya 25 RT. Pembagian tugas masing-masing tim diserahkan sepenuhnya kepada masing masing tim dengan melihat kondisi BS yang dituju.
Hasil Kegiatan Banyak hal yang ditemui selama proses pengumpulan data Riskesdas di Kabupaten Lima Puluh Kota baik yang menjadi kendala maupun kemudahan. Berikut rangkuman temuan yang didapat selama proses pengumpulan data: a. Persiapan
Tempat Tinggal PJT, enumerator dan posko Temuan : PJT bertempat tinggal di rumah keluarga yang bertempat di Kota Payakumbuh, sekitar 15 menit dari Dinkes Kabupaten : Wilayah Kabupaten 50 Kota yang sangat luas, yang tidak memungkinkan untuk dibuat menjadi satu posko
131
Kendala
Kemudahan: Mendapatkan transportasi berupa sepeda motor, mobil dan sopir yang membantu PJT mengawasi puldat Peta Bangunan Sensus Temuan Peta telah disiapkan jauh hari sebelumnya oleh pihak BPS Kabupaten 50 Kota namun belum ada koordinasi dari pihak dinkes kabupaten. Hanya mendapatkan satu kopi peta yang tidak semuanya berdasarkan survey terbaru. Beberapa masih menggunakan SP 2007 Kendala : Ada beberapa nomor bangunan fisik yang tertera di peta tidak sama dengan nomor bangunan fisik yang tertempel di stiker rumah. Ada juga beberapa rumah yang tidak ditemukan di lapangan, meskipun peta bangunan fisiknya ada. Ada 3 peta yang benar benar kosong sehingga sulit untuk menentukan bangunan yang akan di sensus Kemudahan: Peta difotokopi untuk menghindari adanya peta yang hilang Pemutakhiran Bangunan Sensus Temuan Banyak nomor bangunan sensus berbeda antara nomor yang tertulis di stiker dengan yang tertera dari BPS. Hal ini memperlambat kerja tim enumerator karena harus konsul PJT Kabupaten Lima Puluh Kota dan konsul PJT provinsi. Kendala : Tidak tersedianya mantis dalam semua nagari sehingga penunjuk jalan beberapa BS terpaksa dilakukan oleh wali jorong berdasarkan nama warganya lalu dilakukan verifikasi dengan melihat stiker BPS ataupun Peta. Masalah terjadi jika tidak ada stiker BPS ataupun Peta Kosong. Ada 1 BS yang penduduknya nomaden sehingga menyulitkan untuk pemutakhiran. Ada 5 BS yang rumahnya di tengah hutan, sehingga untuk mencari rumah dibutuhkan waktu yang lama Kemudahan: Karena sebagian besar Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari pedesaan, masyarakat yang tertera dalam daftar
132
sampel bangunan sensus sebagian besar masih sama baik rumah dan namanya. Penunjuk Jalan Temuan Nagari sangat kooperatif dalam hal menunjukkan siapa yang menjadi penunjuk jalan. Kendala : Ada sebagian penunjuk jalan yang kurang paham dan kurang mengenal warga tersebut dengan baik. Kami harus menunggu staff desa untuk mencari seseorang yang akan menjadi penunjuk jalan, karena sebagian besar para kantor desa tidak membaca dengan seksama mengenai surat tersebut, dan bahkan ada yang mengatakan belum menerima, padahal setelah dicari di tumpukan berkas, surat itu ditemukan Kemudahan: Penunjuk jalan kami terdiri dari mantis, wali jorong dan petugas puskesmas yang sangat kooperatif. Surat Perijinan Temuan : Surat perizinan pengumpulan data baru turun 2 hari setelah pengajuan surat tersebut. Sebelumnya PJO-PJAL meminta KTP PJT Kota untuk dijadikan sebagai pihak penanggungjawab penelitian di kota :
Kendala
: Tidak ada
Kemudahan: Balitbangkespol Kabupaten Lima Puluh Kota sangat kooperatif dengan PJT, PJO dan PJAL kota. Pegawai BPS, Dinkes dan Balitbangkespol sering touring bersama PJT sehingga akrab b. Wawancara, Pengukuran dan Pemeriksaan Wawancara Temuan : 95% warga Kabupaten Lima Puluh Kota menggunakan bahasa minang dalam berkomunikasi. Hanya 5% warganya yang berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia. : PJT agak susah dalam mengoreksi kebenaran pertanyaan wawancara. Dibutuhkan waktu lebih banyak untuk PJT
133
Kendala
dalam mentranslate pertanyaan dalam bahasa minang. Kemudahan: Semua enumerator adalah orang asli Kabupaten Lima Puluh Kota sehingga sangat memudahkan pengumpulan data dengan wawancara. PJT sedikit menguasai bahasa minang Pengukuran Berat Badan Temuan Para enumerator melakukan pengukuran berat badan sesuai dengan standard operational procedurenya. Kendala : 1 timbangan rusak, tapi berhasil diperbaiki Kulaitas timbangan yang jelek sehingga mempersulit pengukuran, karena membutuhkan tempat yang benar benar datar padahal banyak rumah tangga yang berada di hutan dan masih beralaskan tanah. Kemudahan: Dilakukan kalibrasi dengan botol mineral 1 liter tiap ganti BS Pengukuran Tinggi Badan Temuan Para enumerator melakukan pengukuran tinggi badan sesuai dengan standard operational procedurenya. Kendala : Alat pengukur tinggi badan yang terdiri dari beberapa batang besi agak memberatkan enumerator dalam hal mobilitas dari satu rumah responden ke responden lainnya Kemudahan: Cara pengukuran yang baku oleh pusat dengan mudah dimengerti oleh para enumerator. Dibantu puskesmas untuk membawa alat saat perpindahan BS Pengukuran Lingkar Lengan Atas Temuan Kendala : Para enumerator melakukan pengukuran tinggi badan sesuai dengan standard operational procedurenya. : Pita pengukur lingkar lengan atas mengalami kerusakan tintanya, sehingga bila digunakan tulisan yang ada di pita akan menempel pada lengan responden, sehingga kami mengganti pita tersebut dengan pita meteran biasa.
134
Kemudahan: Semua warga sangat kooperatif dengan adanya pengukuran lingkar lengan atas ini. Pengukuran Lingkar Perut Temuan Di awal, beberapa enumerator yang melaksanakan pengukuran lingkar lengan atas tidak sesuai standart, artinya tidak dicari titik tengah antara tepi bawah tulang iga terakhir dengan tulang panggul bagian atas. Mereka langsung melingkarkan pita melewati pusar. Kendala : Pita pengukur lingkar lengan atas mengalami kerusakan dalam tintanya, sehingga bila digunakan tulisan yang ada di pita akan menempel pada perut responden, sehingga kami mengganti pita tersebut dengan pita meteran biasa. Kemudahan: Semua warga sangat kooperatif dengan adanya pengukuran lingkar perut ini. Pengukuran Tekanan Darah Temuan Ada warga yang tensinya di atas 200mmHg dan di alat tersebut tertulis error, sehingga kami mengkonsulkan dengan PJT Provinsi dan akhirnya menemukan solusinya. Kendala : Pada saat pengukuran ada sebagian warga yang tetap berbicara sehingga terbaca error di alat tensi tersebut meskipun tim enumerator telah memperingatkannya Kemudahan: Semua warga sangat kooperatif dengan adanya pengukuran tekanan darah ini Pemeriksaan Visus Temuan : Pemeriksaan visus yang dilakukan oleh enumerator telah sesuai dengan standard operational procedure. : Tidak ada : :
Kendala
Kemudahan: Semua warga sangat kooperatif dengan adanya pengukuran visus ini.
135
Pemeriksaan Kelainan Permukaan Mata Temuan : Para enumerator tidak mengalami kesusahan dalam mengidentifikasi kelainan permukaan mata berkat adanya buku peraga. : Tidak ada
Kendala
Kemudahan: Semua warga sangat kooperatif dengan adanya pemeriksaan kelainan permukaan mata ini. Pemeriksaan Xeroftalmia Temuan : Tidak ada anak balita yang menderita xeroftalmia di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota Kendala : Ada beberapa anak balita yang menangis saat diperiksa oleh enumerator Kemudahan: Para balita didampingi oleh orang tua yang kooperatif sehingga memudahkan enumerator dalam memeriksa responden. Pemeriksaan Telinga Temuan : Pemeriksaan telinga yang dilakukan oleh enumerator telah sesuai dengan standard operational procedure. : Tidak ada
Kendala
Kemudahan: Semua warga sangat kooperatif dengan adanya pemeriksaan telinga ini. Pemeriksaan Konversasi Temuan : Ditemukan beberapa orang yang mengalami gangguan pendengaran sehingga hasilnya berkode (4) bisa mengulangi kata-kata dengan suara keras. : Tidak ada
Kendala
Kemudahan: Semua warga sangat kooperatif dengan adanya pemeriksaan konversasi ini. Pemeriksaan Gigi Temuan : Pada orang tua usia lanjut, banyak ditemukan gigi
136
missing. Untuk anak-anak usia 14-15 tahun ada beberapa giginya yang masih merupakan gigi susu. Kendala : Ada beberapa warga yang awalnya menolak untuk dilakukan pemeriksaan gigi karena malu Kemudahan: Para enumerator berhasil merayu warga yang menolak untuk dilakukan pemeriksaan gigi a. Manajemen Data
Entry Data dan Pengiriman Data Temuan : Para enumerator masih belum paham benar dengan manajemen data. Banyak dari mereka yang lupa tentang cara entry data dan manajemen lainnya sehingga PJT harus memberi ulang tentang pelajaran tersebut Kendala : Adanya beberapa updater membuat beberapa enumerator kebingungan karena harus menginstall lagi. Beberapa enumerator lupa untuk menghapus file TC sehingga saat penamaan file terjadi kesalahan nama dalam zip. Tim mandat yang tidak kooperatif dalam cleaning data sehingga menyulitkan PJT Kemudahan: Masing-masing tim mempunyai minimal 3 laptop untuk peng-entry-an data sehingga entry data dapat dilakukan sehari saja. Enumerator rajin walaupun beberapa kali harus entry lagi data dari awal Evaluasi Biomedis
1.
Simpang Kapuak Temuan Kendala : Tempat Laboratorium Lapangan yang jauh dari : puskesmas, akhirnya menggunakan musholla untuk laboratorium lapangan yang ternyata tidak ada kuncinya. Sehingga tidak bisa menaruh barang di sana. Masyarakat bekerja di hutan untuk memanen Gambir yang frekuensi pulangnya seminggu sekali sehingga banyak kepala keluarga yang tidak bisa hadir untuk
137
diambil darahnya Tempat BS yang jauh dari dinas sehingga menyulitkan dalam pengiriman serum dari BS ke dinas Gel pack yang dibekukan telah mencair sebelum waktunya, hanya bertahan 1 hari padahal diberitahukan bisa bertahan 3 hari. Kunci ruang vaksin puskesmas hilang waktu hari laboratorium lapangan Dana untuk pengolahan limbah terhambat, sehingga puskesmas tidak mau mengelola limbahnya Solusi : Barang Biomedis dititipkan di rumah salah satu responden Saat kegiatan, ternyata ruang vaksin yang digunakan menyimpan barang masih terkunci. PJT minta bantuan staf puskesmas untuk mencongkel kunci gembok ruang vaksin dengan obeng Evaluasi Pengiriman pertama suhu 30 derajat ketika sampai, pengiriman: pengirman kedua 9 derajat. JNE sampai Jakarta dalam waktu 12 jam
2.
Taeh Baruah
Temuan & Tempat Laboratorium Lapangan yang jauh dari Kendala : puskesmas, akhirnya menggunakan TPA untuk laboratorium lapangan Tempat BS yang jauh dari dinas sehingga menyulitkan dalam pengiriman serum dari BS ke dinas Lampu musholla pecah sehingga harus mengganti. Dana untuk pengolahan limbah terhambat, sehingga puskesmas tidak mau mengelola limbahnya Solusi : Aman PJT mengganti lampu musholla Evaluasi Pengiriman pertama suhu 10 derajat ketika sampai, Pengiriman: pengirman kedua 4 derajat. JNE sampai dalam waktu 12 jam Stiker ART hanya tertempel di lembar 1 BM01 selanjutnya tidak tertempel
138
laboratorium lapangan
3.
Taram Temuan & Tempat Laboratorium Lapangan yang jauh dari Kendala : puskesmas, akhirnya menggunakan balai jorong HP enumerator erator, validator dan PJT tercebur ketika harus menyeberangi sungai menuju BS Tempat BS yang jauh dari dinas sehingga menyulitkan dalam pengiriman serum dari BS ke dinas Dana untuk pengolahan limbah terhambat, sehingga puskesmas tidak mau mengelola limbahnya Solusi : Aman Evaluasi Pengiriman: Halaban Temuan & Tempat Laboratorium Lapangan yang jauh dari Kendala : puskesmas, akhirnya menggunakan balai tani Dokter pendamping yang datang terlambat sehingga laboratorium lapangan tertunda Tempat BS yang jauh dari dinas sehingga menyulitkan dalam pengiriman serum dari BS ke dinas Dana untuk pengolahan limbah te terhambat, sehingga puskesmas tidak mau mengelola limbahnya Kontainer Styrofoam rusak dan thermometer tidak ditemukan sehingga serum dikirim apa adanya tanpa
139
Pengiriman pertama suhu 2 derajat ketika sampai, pengirman kedua 0 derajat. JNE sampai dalam waktu 12 jam
4.
thermometer PJT menegur dokter pendamping Pengiriman pertama suhu 0 derajat ketika sampai, pengiriman kedua tidak ada termometer. JNE sampai dalam waktu 12 jam
5.
Pandam Gadang
Temuan Kondisi geografis kita mengalami kendala dimana letak & Kendala : bangsen tersebar di 2 jorong (desa) dan di atas 3 bukit. Jarak dari jalan terakhir yang bisa dilewati motor ke rumah bangsen hampir 2 jam perjalanan. Listrik sering mati lampu Logistik sulit dibawa ke lokasi BS Koordinasi sulit, karena lokasi jauh dari dinkes kab dan sinyal tidak ada Solusi : Enumerator dan dokter pendamping melakukan mobile field laboratory dengan menjemput bola ke responden yang tua yang tidak bisa turun gunung Evaluasi Pengiriman pertama suhu 0 derajat ketika sampai, Pengiriman: pengiriman kedua 2 derajat. JNE sampai dalam waktu 12 jam Catatan: 1) Surat tugas untuk dokter dan perawat belum diberikan beserta uang transport hingga laporan akhir ini ditulis; 2) Sampel garam dikirim oleh PJO di akhir puldat Pengumpulan data kesehatan masyarakat dan biomedis telah diselesaikan sesuai rencana penjadwalan yang disepakati bersama. 24 BS telah dislesesaikan dan menghasilkan data sebanyak 592 RT terdiri dari 1796 individu. Termasuk pengumpulan data biomedis juga dapat diselesaikan sesuai perencanaan meskipun terjadi pergeseran jadwal karena keterlambatan datangnya sentrifuse. Berikut ini pada tabel 4.8.1, disampaikan secara detil hasil puldat BS biomedis sejumlah 4 BS.
140
Tabel 4.8.1 Rekapitulasi Hasil Pengambilan Sampel Biomedis, Kabupaten Lima Puluh Kota, Riskesdas 2013
NO Kecamatan Nagari Kota/ Desa NKS 1500205 RT IND
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Guguak Mungka Bukik Barisan Gunuang Omeh Kapur Ix Pangkalan Koto Baru Manggilang Harau Luak Akabiluru Payakumbuh
K
D
25 25 25 25 25 25 24 22 25 25 25 25 24 25 23 24 25 25 25 25 25 25 25 25
72 90 83 65 80 78 67 67 77 79 80 85 79 86 62 84 63 77 55 61 69 85 66 86
0500206
2007302
Batu Hampa Sungai Kamuyang Tanjuang Aro Sikabu Kabu Pd. Panjang
Halaban
D D D
D
D D
D
0008101 0005001
2018601
D K K K D K D
D
D D
D
0018801 0011001
2010201
D D D
Kesimpulan Tim enumerator Kabupaten Lima Puluh Kota telah berhasil menyelesaikan pengumpulan data dari 24 BS, 592 rumah tangga, dan 1796 individu dalam waktu 56 hari mulai dari persiapan hingga
141
pengiriman kuesioner dengan kekuatan 4 tim sebanyak total 20 orang. Beberapa kendala baik yang bersifat teknis seperti jumlah kuesioner, perizinan dan lain-lain, ataupun kendala yang bersifat substansial seperti manajemen data, muncul pada saat pengumpulan data. Akan tetapi, dengan adanya koordinasi yang baik antara PJT, PJO, dan PJAL serta enumerator maka semua kendala tersebut dapat teratasi. Adanya riset kesehatan dasar berbasis nasional di Kabupaten Lima Puluh Kota berjalan lancar dan diterima baik oleh warga Kabupaten Lima Puluh Kota, Propinsi Sumatra Barat. Kami sangat beruntung 95% warganya sangat kooperatif untuk dilakukan wawancara dan pengukuran karena sebagian besar wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota adalah pedesaan maka dari itu sangat memudahkan enumerator untuk melakukan pengumpulan data.
Saran 1. Kendala yang terjadi dapat diatasi namun disarankan berikut ini: Diadakan publikasi dan sosialisasi secara besar-besaran di media massa maupun media elektronik mengingat riset ini adalah riset berbasis nasional. Banyak dari staff dinas kesehatan maupun kantor kecamatan kelurahan yang tidak mengetahui adanya riset ini, bahkan ada sebagian warga kota yang menolak untuk dilakukan pengumpulan data. Penghitungan jumlah kuesioner secara tepat terutama untuk kuesioner rumah tangga, lembar persetujuan dan map. Pembuatan lembar penolakan yang formal dari pusat agar terjadi keseragaman. Dalam hal admintrasi, hendaknya pengiriman jumlah uang tidak terlambat terutama uang bahan kontak. Sebaiknya masing-masing ketua tim diberi uang pulsa agar meningkatkan kualitas kinerja masing-masing tim. Waktu pelatihan enumerator diperpanjang karena mayoritas mereka belum menguasai betul saat terjun ke lapangan terutama mengenai manajemen data. Dalam hal proses entri data, blok kesehatan jiwa hendaknya diperbaiki, terutama untuk responden yang mengalami gangguan jiwa partial yang masih dapat diajak untuk wawancara.
142
2. 1. 2. 3. 4.
5.
4.9. Pasaman
Geografi Kabupaten Pasaman merupakan kabupaten paling utara dari provinsi Sumatera Barat dengan luas 4.011, 1 km2 atau setara dengan 9,33 % dari luas provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Pasaman terdiri atas 12 kecamatan dan 32 Nagari. Sedangkan yang diambil sampel untuk puldat Riskesdas 2013 adalah 10 kecamatan. Kabupaten Pasaman dilintasi oleh garis Khatulistiwa yakni garis lintang bumi 0o tepatnya berada di kecamatan Bonjol. Perlu diketahui bahwa di Indonesia titik lintang 0o hanya ada 2 tempat yakni di Pontianak Kalimantan Timur, dan di Pasaman Sumatera Barat.
Topografi Wilayah kabupaten Pasaman terdiri dari 3 satuan topografi yaitu dataran rendah, dataran tinggi, dan Pegunungan. Daerah terendah adalah di kecamatan Tigo Nagari, dan tertinggi adalah di kecamatan Lubuk Sikaping. Sebagian besar wilayah kabupaten Pasaman adalah kawasan hutan (48,24%), sedangkan kawasan terkecil adalah kawasan industri (0,01%).
Iklim Iklim kabupaten Pasaman adalah tropis basah dengan kisaran suhu 20o31oC.
Kependudukan dan Perekonomian Berdasarkan kondisi Geografis dan potensi SDA yang telah dimanfaatkan, terdapat 3 sektor potensi yang diunggulkan yaitu pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan. Jumlah penduduk kabupaten Pasaman tahun 2011 adalah 255.186 jiwa. Angka kepadatan penduduk setiap km2 adalah 64 jiwa. Rata-rata banyak anggota keluarga per RT adalah 4,8 jiwa.
143
Gambar 4.9.1. Peta Kabupaten Pasaman Prosedur Kerja Pembagian Tim Enumerator Keseluruhan enumerator kabupaten Pasaman berdomisili di kabupaten Pasaman, sehingga memudahkan kinerja dalam pengumpulan data. Enumerator berjumlah 20 orang yang kemudian dibagi dalam 4 tim. Pembagian tim berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, dan tempat tinggal.
144
Jenis Kelamin Dari 20 orang enumerator, terdapat 8 orang laki-laki, dan 12 orang perempuan. Dibagi dalam 4 tim. Sehingga masing-masing tim terdiri atas 2 laki-laki, dan 3 perempuan. Pendidikan Rincian pendidikan 20 orang enumerator : S1 Keperawatan : 3 orang D3 Keperawatan : 5 orang D3 Kebidanan : 3 orang S1 Kesehatan Masyarakat : 5 orang D3 Kesehatan Lingkungan : 3 orang D3 Gizi : 1 orang Sehingga komposisi masing-masing tim dikondisikan seimbang yakni ada paramedis, non paramedis, pendidikan S1, dan pendidikan D3. Tempat tinggal Pembagian berdasarkan tempat tinggal juga perlu dipertimbangkan, karena akan disesuaikan dengan pembagian BS per tim. Hal ini penting karena terkait dengan pemahaman wilayah yang akan dilakukan pengumpulan data.
Tim 2
Risqi Kurniawan, Amd. Kep Ns. Frandyka Hendry, S. Kep. Mike Armayenita, SKM. Dasmiati, Amd. Keb. Yonna Rinnesa, AMKL.
Tim 3
Hidayatullah, AMKL Freddy Leonardo, Amd. Kep. Ns. Yoeke Argitha Martha, S. Kep Purwanti Ningsih, AMG. Rini Yanti, Amd. Keb.
Tim 4
Idrus Kamal, SKM Ikhsan Adwin, AMKL Fitria Ningsih, SKM. Desni Habibah, Amd. Kep. Suci Muchtariza, SKM 145
Pembagian BS Pada Riskesdas 2013 ini, kabupaten Pasaman terbagi dalam 22 Blok Sensus yang terbagi dalam 10 kecamatan. 22 blok sensus ini dibagi 4 tim, sehingga masing-masing tim mengerjakan 5,5 blok sensus. 2 blok sensus di awal, dikerjakan oleh 4 tim. Sehingga kerja puldat awal, 1 BS dikerjakan oleh 2 tim. Kemudian untuk selanjutnya masing-masing tim mengerjakan 5 BS/tim. Pada pembahasan rencana tindak lanjut ketika TC di hotel Rocky, teridentifikasi adanya daerah sangat sulit, sehingga sejak awal PJO dan PJAL sudah merencanakan untuk penambahan anggaran dana. Sehingga puldat dapat berjalan lancar tanpa terhambat oleh anggaran dana. Dengan adanya daerah sangat sulit berjumlah 1 BS di Kec. Mapat Tunggul-Nagari Lubuk Gadang-Jorong Marapan, dengan pertimbangan kesulitan medan dan ada kepercayaan adat setempat sehingga 1 BS tersebut harus diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat. Karena pertimbangan tersebut diambil solusi yaitu, 1 BS tersebut dikerjakan oleh 4 tim. Sehingga diestimasikan puldat di lapangan membutuhkan waktu maksimal 2-3 hari. 1 BS daerah sulit ini direncanakan akan dipuldat di akhir, setelah semua BS selesai dilakukan puldat. Karena kondisi ini, puldat di Kab. Pasaman terbagi dalam 7 Ronde (rentang waktu) : Ronde 1: 1 Mei 5 Mei 2013 Ronde 2: 6 Mei 11 Mei 2013 Ronde 3: 12 Mei 18 Mei 2013 Ronde 4: 19 Mei 25 Mei 2013 Ronde 5: 26 Mei 2 Juni 2013 Ronde 6: 3 Juni 10 Juni 2013 Ronde 7: 11 Juni 15 Juni 2013
Ronde 1 tetap berjalan sesuai rencana awal yaitu 2 BS dikerjakan oleh 4 tim. Pada ronde 2 sampai dengan ronde 5 masing-masing tim mengerjakan 1 BS/ ronde. Ronde 6, tim 1-2-3 mengerjakan 1 BS per tim, dibantu oleh tim 4 yang anggotanya disebar di tim yang lain. Penyebaran anggota tim 4 ini dikarenakan 1 BS daerah sulit yang rencana awalnya hanya dikerjakan tim 4 menjadi dikerjakan bersama oleh keseluruhan tim. Ronde 7, yaitu untuk BS daerah sulit, 1 BS dikerjakan oleh 4 tim. Komposisi BS yang terbagi dalam masing-masing tim dipertimbangkan
146
sesuai wilayah tempat tinggal anggota tim, dengan harapan lebih ada pemahaman yang baik mengenai wilayah puldat.
Pengecekan Bahan dan Alat Awal sebelum berlangsungnya pengumpulan data, yaitu sekitar tanggal 29-30 Mei, dilakukan pengecekan alat dan bahan. Alat untuk pengumpulan data pada masing-masing tim, lengkap dan berfungsi baik. Bahan untuk pengumpulan data diantaranya kuesioner RT, kuesioner IND, kuesioner tambahan blok 4, kuesioner tambahan kespro, PSP, Map, tali, dan kartu hasil kami lakukan pengecekan dan penghitungan. Setelah kami lakukan pengecekan dan penghitungan, semuanya lengkap. Kemudian kami susun, sehingga per map telah lengkap berisi 1 kuesioner RT, 5 kuesioner IND, PSP, 5 kartu hasil. Pembagian Tugas di dalam Tim Ketua : - Penanggung Jawab HubLu (Survei, hubungan kepala Jorong ;pak RT, hubungan dengan penunjuk jalan. - Pengatur strategi kerja lapangan - Membantu anggota dalam pelaksanaan puldat di rumah tangga Anggota: - Salah satu anggota bertugas sebagai penanggung jawab tetap mengenai keuangan, bahan kontak, PSP - Pembagian kerja ketika puldat di rumah tangga, ada enumerator yang memiliki tugas tetap sebagai pewawancara kuesioner rumah tangga, pewawancara kuesioner individu. Sehingga ada spesialisasi dengan harapan semakin mahir, terbiasa dan lebih cepat dalam melakukan puldat di rumah tangga selanjutnya. - Semua anggota bertugas melakukan pengecekan ulang kuesioner masing-masing yang telah diisi, sehingga bila terdapat kekurangan dapat langsung dilengkapi. - Entry data
147
Tahapan Kerja Puldat di Masing-masing BS: 1. Perizinan ke perangkat desa setempat (Kepala Jorong) dan Puskesmas setempat 2. Menemui penunjuk jalan yang disarankan oleh Kepala Jorong 3. Melakukan pemutakhiran bersama penunjuk jalan 4. Puldat ke masing-masing rumah tangga 5. Entry Data 6. Pembuatan Form kontrol 7. Mengumpulkan kuesioner beserta data entri ke PJT Untuk menambah kepercayaan masyarakat, ketika hari-hari awal terjun ke BS yang dituju, dibuat kesepakatan agar semua enumerator mengenakan seragam riskesdas. Khusus untuk kabupaten Pasaman, terdapat 2 baju seragam. Yaitu seragam nasional riskesdas yang berwarna hijau (gambar kiri), dan seragam lokal riskesdas Pasaman yang berwarna biru (gambar kanan).
Hasil Kegiatan Persiapan Lapangan Pada umumnya, nama yang dikenal oleh warga adalah nama panggilan tanpa mengetahui nama aslinya yang sering kali jauh berbeda antara keduanya.
148
a. Penunjuk Jalan b. Penunjuk jalan didapatkan atas petunjuk kepala Jorong. Penunjuk jalan biasanya adalah kader setempat. c. Posko PJT berangkat menuju kabupaten Pasaman bersama dengan seluruh tim Enumerator pasca pelatihan TC di Hotel Rocky Padang. Di Kabupaten Pasaman, PJT bertempat tinggal di rumah sewa yang terletak di kecamatan Lubuk Sikaping (pusat kab. Pasaman). Tempat tinggal PJT ini kemudian digunakan sebagai posko enumerator. Posko enumerator digunakan sebagai pusat kerja seluruh tim. Tempat dimana alat dan bahan disimpan, tempat evaluasi, tempat entry data. Ada beberapa enumerator yang tinggal di Posko, terutama enumerator yang bertempat tinggal jauh dari BS yang dipuldat. d. Peta Blok Sensus Sebelum dilakukan puldat PJO dan PJAL membantu mengusahakan pengadaan peta BS dari BPS. Untuk mendapatkan peta BS sangat mudah prosedurnya, sehingga tidak ditemukan kendala. Identitas peta BS lengkap, hanya saja dalam membaca butuh keterampilan. Ada beberapa BS dengan Peta yang kurang jelas dimana posisi bangsennya dikarenakan bangsen jauh dari jalan utama, ada beberapa jalan-jalan kecil tidak tergambar di peta. e. Pemutakhiran Bangsen Secara umum pemutakhiran Bangsen dibantu oleh penunjuk jalan. Namun dalam beberapa kondisi, penunjuk jalan tidak bisa sepenuhnya mendampingi. Sehingga sisa bangsen yang belum dimutakhirkan, terpaksa dimutakhirkan sendiri dengan cara bertanya-tanya pada warga. Kesulitan utama yang pernah dihadapi adalah nama kepala rumah tangga yang tercantum dalam DSBS adalah nama asli, sedangkan masyarakat mengenal dengan nama panggilan yang berdeda sehingga kesulitan menemuinya. Sering kali penunjuk jalan tidak dapat mendampingi sepenuhnya, sehingga tim enumerator mencari informasi sendiri dari warga.
149
Pendataan Proses pendataan di kab. Pasaman, berjalan dengan lancar sesuai jadwal yang telah ditetapkan yaitu 48 hari. Terdapat tantangan yang cukup membuat tim berpikir keras, yakni tim 3 enumerator yang sempat di demo oleh warga Kec. Panti Jorong Rambah Lanai dikarenakan warga merasa diperlakukan tidak adil karena yang menjadi responden justru orang yang berada. Pada intinya warga berebut bahan kontak. Alhamdulillah dengan keterampilan lobying tim enumerator, akhirnya berhasil terhandle. Terdapat satu kekhususan dalam puldat di kab. Pasaman, yaitu terdapat satu daerah sangat sulit yang bertempat di Kec. Mapat Tunggul, Nag. Lubuk Gadang, Jorong Marapan. Pemerintah daerah setempat telah menetapkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah sangat sulit. Akses menuju kesana melalui jalanan terjal yang cukup rusak, kemudian meyusuri sungai dengan sampan/perahu untuk kemudian menyeberang sehingga sampai di daerah tersebut. Kesulitan terbesar menuju kesana adalah dalam hal transportasi, tantangan selanjutnya adalah tantangan adat dimana suasana mistis disana masih kental katanya sehingga kami ditekankan untuk tidak minum atau makan apapun dari daerah tersebut. Sehingga kami membawa bekal sendiri. Dalam hal proses wawancara tidak ada masalah, suasana masyarakatnya hampir sama dengan masyarakat di BS lainnya. Wawancara Proses wawancara selama pengumpulan data semakin hari semakin terampil dan semakin cepat. Dikarenakan dalam proses wawancara terdapat pembagian spesialisasi kuesioner. Spesialisasi kuesioner RT & spesialisasi kuesioner IND. Kuesioner IND juga masih dibagi spesialisasinya, ada yang spesialisasi wawancara WUS, anak balita, dan selain 2 kategori tersebut. Perlu keterampilan khusus dalam wawancara WUS dan balita. Kesulitan yang ditemui ketika wawancara adalah ketika mewawancara lansia, terutama untuk kuesioner IND Blok E tentang Disabilitas, dan Blok F tentang kesehatan jiwa dimana pada blok tersebut kami tidak boleh memberikan penjelasan maksud pertanyaan. Karena
150
responden lansia tersebut sama sekali tidak bisa menjawab, dengan terpaksa kami melakukan pemberian penjelasan. Pernah ditemui proses wawancara yang dapat mempengaruhi validitas data. Hal ini harus dicermati sebagai pelajaran untuk kesempatan riskesdas selanjutnya. Enumerator pernah menanyakan kuesioner individu kepada individu lain. Misalkan kuesioner ayah, ditanyakan kepada ibu. Sehingga PJT harus lebih ketat lagi dalam mengawasi kinerja enumerator. Kemudian terdapat beberapa kesalahan yang ditemukan di dalam penulisan data pada kuesioner, diantaranya: Blok I mengenai pengenalan tempat nomer 8 yaitu tentang No. Urut sampel Rumah Tangga. Pada BS awal, enumerator salah mengisikan, enumerator mengisikan nomer urut yang tercantum dalam DSBS. Padahal seharusnya adalah nomer urut sampel Rumah Tangga dalam satu bangunan sensus yang telah dimutakhirkan. Pengkategorian obat pada kuesioner RT blok VI mengenai Farmasi dan Yankestra. Obat Antibiotik ada yang masih dimasukkan jenis kode 1 = obat keras, padahal ada penggolongan sendiri antibiotik yaitu kode 3. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan enumerator, mana obat yang termasuk antibiotik dan yang bukan dan informasi tersebut tidak didapatkan pada kemasan obat.
Pengukuran Secara umum proses pengukuran tidak ada kendala. Hanya saja pernah ditemui kesulitan pengukuran pada lansia yang sudah tidak sanggup bangun dari posisi tidur. Pemeriksaan Secara umum pada proses pemeriksaan berjalan tanpa kendala. Pada kondisi tertentu ketika listrik mati, pemeriksaan visus dilakukan dengan menggunakan pencahayaan lampu sepeda motor.
151
Entry Data
Pemahaman enumerator mengenai entri data cukup baik, dikarenakan pendidikan yang mencukupi dan usia yang relatif masih muda sehingga pengajaran mengenai entry data dapat dengan mudah dipahami enumerator. Ada beberapa revisi software entry data dari pusat, dan Alhamdulillah koneksi internet di tempat kami cukup baik sehingga software entri data selalu terupdate. Entri data BS pertama, semua enumerator melakukan pengentrian di posko, sehingga jika terdapat kesulitan dapat langsung diatasi. Kesulitan yang ditemui:
Pada proses entri, di tengah-tengah proses entri pada suatu rumah tangga tiba-tiba menghilang data entrian rumah tangga tersebut yang sedang dientri. Setelah dikonsultasikan ke PJ. Mandat pusat, dan dipelajari oleh tim mandat pusat, ternyata terdapat kelemahan pada software yaitu untuk rumah tangga yang ART nya ada yang berusia tepat 5 tahun, maka sistem akan langsung menutup proses entri. Karena pengalaman ini kemudian tim mandat melakukan revisi software yang kemudian dikirim ke email masing-masing PJT. Pada RT yang terdiri atas lebih dari 1 keluarga, maka ART keluarga lain (keluarga non inti, mis. Keluarga adik kepala rumah tangga) pada kuesioner RT blok IV kolom 3 mengenai hubungan dengan kepala RT dikategorikan sebagai kode 8 = Famili lain. Pada entri kuesioner IND, ditemukan kesulitan pada blok XI mengenai keterangan individu. Akan ditemukan kesulitan di dalam memasukkan nomor urut ART ayah kandung dan ibu kandung yang termasuk dalam ART dalam ruta. Sistem entri menolak nomor urut ART yang dituliskan (mis. No urutnya 04). Sistem entri hanya mau dituliskan no. Urut 00. Padahal kode 00 hanya untuk yang bukan termasuk ART. Kondisi ini kami konsultasikan ke PJ Mandat Pusat, dan ternyata hal ini memang kelemahan software. Solusinya adalah memberi keterangan pada kolom catatan bahwa yang bernama si A termasuk ART bernomor sekian. Kuesioner RT blok VIII mengenai Kesehatan Lingkungan pertanyaan 1b mengenai jumlah pemakaian air rumah tangga dalam liter/hari. Di buku panduan disebutkan bila setelah
152
diprobing, responden tetap tidak mampu menyebutkan berapa pemakaian air perhari maka dapat dituliskan kode 8888. Ketika kami mencoba memasukkan ke dalam entrian, kode tersebut tidak dapat dientrikan. Jadi mohon tim mandat melakukan koreksi ulang.
Pengiriman Data Setiap selesai 1 BS dientri, kami lakukan pengiriman data ke tim mandat pusat. Kami kirimkan data entri sekaligus form kontrol. Pada proses pengiriman secara umum tidak didapatkan kesulitan, karena koneksi internet di Lubuk Sikaping cukup baik.
Kesimpulan 1. Prosedur kerja: Pembagian tim disesuaikan dengan jenis kelamin, tempat tinggal dan pendidikan, sedangkan pembagian BS disesuaikan dengan tempat tinggal anggota tim dengan jumlah BS yang dikerjakan 5,5 BS/tim.
153
2. Gambaran umum wilayah: Wilayah Kab. Pasaman sebagian besar adalah perhutanan, sektor perekonomian yang dimanfaatkan adalah pertanian-perkebunanperikanan. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga per rumah tangga adalah 4,8 jiwa. 3. Hasil Kegiatan: Total hari untuk proses pengumpulan data di Kab. Pasaman adalah 48 hari dengan bebearapa kesulitan seperti demo warga dan tantangan daerah sulit, dan semua itu berhasil tersolusikan.
Saran 1. Identifikasi ada tidaknya daerah sangat sulit sejak awal, sehingga pelaksanaan puldat di daerah sangat sulit dapat berjalan lancar tidak terhambat dengan ketersediaan dana 2. Lebih mengenali kemampuan enum dalam mengumpulkan data, sehingga kesalahan dalam pengumpulan data dapat diminimalisir. 3. Pengadaan penunjuk jalan ahli dari BPS 4. Software entri data penyempurnaan lagi sudah baik, hanya perlu sedikit
154
155
Wilayah Luas wilayah kabupaten solok selatan adalah 3.346,20 km per segi. Secara administratif Kabupaten Solok Selatan memiliki 7 (tujuh) Kecamatan yaitu Kecamatan Sangir, Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, Sangir Batang Hari, Sungai Pagu, Pauh Duo dan Koto Parik Gadang Diateh; 32 Nagari; 242 jorong.
Topografi Wilayah Kabupaten Solok Selatan terletak pada ketinggian 350 430 meter diatas permukaan laut, dengan topografi bervariasi antara dataran lembah bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung yang merupakan rangkaian dari Bukit Barisan yang membujur dari utara ke selatan. Secara topografis 60 % dari wilayah Solok Selatan berada pada kemiringan di atas 40 % yang tergolong sangat curam dan rawan terhadap bahaya longsor. Kabupaten Solok Selatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe wilayahnya: (1) kawasan dataran tinggi bergelombang yang menempati wilayah bagian Timur, mulai dari Lubuk Malako di Kecamatan Sangir Jujuan ke arah Utara sampai ke wilayah Kecamatan Sangir Batang Hari; (2) kawasan perbukitan, lebih dominan menutupi wilayah Kabupaten Solok Selatan, mulai dari bagian Utara sampai bagian tengahnya; (3) kawasan lembah kaki pegunungan yang menempati wilayah bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan dan bagian Selatan, yang merupakan kaki Gunung Kerinci.
Iklim dan Hidrologi Kabupaten Solok Selatan secara umum beriklim tropis dengan temperatur bervariasi antara 20C hingga 33C dengan curah hujan cukup tinggi yaitu 1.600-4.000 mm/tahun. Dengan kelembaban udara berkisar 80 %, Kabupaten Solok Selatan mempunyai iklim tropika basah. Pada umumnya musim penghujan berlangsung pada bulan Januari s/d Mei, September s/d Desember, sedangkan musim kemarau pada bulan Juni s/d Agustus. Angin pada umumnya bertiup dari arah Barat Daya Tenggara.
156
Kabupaten Solok Selatan dilalui oleh 18 aliran sungai. Lima di antaranya terdapat di Kecamatan Sangir, tiga di Sungai Pagu dan sepuluh sungai di kecamatan lainnya, masing-masing di antaranya terdapat dua sungai. Sungai-sungai besar yang mengalir pada umumnya mempunyai kedalaman yang cukup, bersifat permanen, dan memiliki arus yang cukup deras. Dengan bentangan alamnya yang berbukit-bukit dan dilalui oleh banyak sungai, menjadikan Kabupaten Solok Selatan rawan terhadap bahaya banjir dan longsor
Penggunaan Lahan Sebagian besar dari luas wilayah Kabupaten Solok Selatan yang mencapai 359.000 ha adalah kawasan hutan yang mencapai luas 261.000 Ha atau sekitar 72,70 % dari total luas wilayah Kabupaten Solok Selatan 359.000 Ha. Selanjutnya kegiatan perkebunan merupakan penggunaan lahan terbesar kedua yang mempunyai luas 79.800 Ha atau sekitar 22,23 %. Penggunaan lahan terkecil di wilayah perencanaan adalah padang rumput yang hanya memiliki luas 18,10 Ha atau sekitar 0,01 %.
Penduduk Sebagian besar penduduk Kabupaten Solok Selatan adalah beretnis Minangkabau yang wilayah adatnya terbagi dua, yaitu Alam Surambi Sungai Pagu di bagian barat dan Rantau XII Koto di bagian timur. Masyarakat adat Alam Surambi Sungai Pagu mendiami Lembah Muara Labuh sepanjang aliran Batang Suliti dan Batang Bangko, masyarakat Rantau XII koto mendiami daerah sepanjang aliran Batang Sangir. Di samping dihuni oleh etnis Minangkabau, Kabupaten Solok Selatan juga dihuni oleh etnis Jawa. Etnis Jawa datang sebagai transmigran seperti di Nagari Sungai Kunyit dan Dusun Tangah, namun ada juga yang datang bekerja di sektor perdagangan dan karyawan pabrik. Berdasarkan data BPS Tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Solok Selatan sebanyak 147.369 jiwa terdiri dari laki-laki 74.117 jiwa dan perempuan 73.252 jiwa dengan kepadatan penduduk 44,04 jiwa/kilometer persegi. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi peningkatan pertumbuhan penduduk 7,83 persen. Tingginya rata-rata pertumbuhan penduduk di Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai
157
akibat adanya pengaruh arus migrasi dari berbagai daerah l lain di luar Kabupaten Solok Selatan. Sedangkan kepadatan penduduk Kabupaten Solok Selatan pada tahun 2011 sebesar 44,04 jiwa/km2 meningkat dari tahun sebelumnya (2010) sebesar 40,19 jiwa/km2. (BPS Kabupaten Solok, 2012). Menurut data tahun 2013 dari total 4398 orang penduduk bekerja, terbanyak dilakukan penduduk adalah di bidang industri pengolahan (3370 orang), disusul jasa kemasyarakatan sosial dan perorangan (571 orang), pertanian kehutanan, perburuan dan perikanan (261 orang) dan perdagangan (196 orang).
Gambar 4.10.2 Tim Riskesdas menembus persawahan luas yang terbentang di Solok Selatan
Transportasi Jika dilihat dari jenis permukaan jalan, panjang jalan kabupaten yang sudah dilapisi aspal hanya sepanjang 8 88,53 km, kerikil 353,50 km, tanah 972,50 km, lainnya 262,18 km. U Untuk angkutan darat jalan raya, Solok Selatan hanya memiliki terminal dengan skala perdesaan. Untuk wilayah pelayanan jaringan angkutan umum untuk saat ini masih dilayani oleh angkutan perdesaan yang melayani dari suatu pasar ke pasar lainnya. Sedangkan untuk angkutan luar kabupaten dilayani oleh bus reguler dan travel tidak resmi yang melayani trayek Padang - Padang Aro, Padang - Muara Labuh, Solok Padang Aro dan Solok Muara Labuh.
158
Perumahan dan Pemukiman Kondisi topografi daerah Kabupaten Solok Selatan yang tidak rata cenderung berbukit bukit menyebabkan kurangnya areal yang dapat dijadikan pemukiman. Sehingga perumahan dan permukiman di Solok Selatan, penyebarannya cenderung tidak merata. Kawasan perumahan penduduk terletak di daerah dataran bergelombang, mulai dari Pakan Rabaa, Muara Labuh hingga terus ke bagian timur ke arah Padang Aro dan Abai. Perumahan berada sepanjang jaringan jalan dengan lebar beberapa ratus meter dari ruas jalan eksisting yang ada. Saat ini pengembangan perumahan dan permukiman terkonsentrasi pada 3 kecamatan yaitu: Kecamatan Sangir, Sungai Pagu dan Sangir Jujuan. Pada tahun 2008, kepemilikan rumah ada sekitar 25.610 unit, dan mengalami peningkatan untuk tahun 2009 menjadi 26.220 unit. Jumlah pengembang perumahan KPR/BTN di Kabupaten Solok Selatan jumlahnya masih sedikit. Pola penyediaan rumah saat ini masih dilakukan secara self help atau dilakukan sendiri, baik secara individual maupun kolektif. Hal ini menyebabkan bentuk dan luasan rumah cenderung beragam. Jika dilihat dari status persentase kepemilikan bangunan (Susenas 2009), sebagian besar bangunan di Kabupaten Solok Selatan adalah rumah milik pribadi yaitu sekitar 70,12, Kontrak/sewa sebesar 5,37 %, sisanya sebesar 24,52 merupakan bangunan milik adat dan pemerintah. Di bidang perumahan dan permukiman, perhatian berikutnya tertuju pada pengadaan air bersih. Pengadaan air bersih merupakan kebutuhan bagi masyarakat. Saat ini, pelayanan jaringan PDAM masih sangat terbatas. Sepanjang tahun 2009, Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Solok Selatan telah memasang sambungan air minum untuk rumah sebanyak, 5.218 pelanggan (meningkat dari tahun 2008, yaitu 4.645 pelanggan) dan untuk sambungan kran umum sebanyak 71 unit (turun dari tahun 2008, yaitu 53 unit). Bagian dari perumahan dan permukiman yang juga sangat mendukung kelangsungan dan kenyamanan hunian adalah drainase dan persampahan. Kondisi drainase saat ini beragam antar wilayah. Saluran drainase sering tidak berfungsi karena budaya masyarakat yang masih membuang sampah ke dalam saluran drainase, disamping relatif rendahnya pemeliharaan saluran tersebut.
159
Listrik Kebutuhan listrik Kabupaten Solok Selatan dipasok oleh PT PLN III Ranting Muaro Labuah. Layanan PLN terhadap masyarakat berupa jaringan tersambung ke rumah tangga, perkantoran, pertokoan dan lampu jalan, terutama pada tempat kawasan penduduk yang padat seperti Muara Labuh dan padang Aro, Jaringan ini baru bisa melayani 85,2 % dari total kebutuhan masyarakat. Namun demikian dengan sistem inter koneksi jaringan ini sudah mencapai sebagian besar pedesaan dan wilayah perkebunan.
Air Bersih dan Sanitasi Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Air digunakan untuk minum, mandi, mencuci, memasak dan lain-lain. Saat ini, pelayanan jaringan PDAM masih sangat terbatas. Hingga tahun 2009, terdapat sekitar 5.217 sambungan rumah yang terpasang. Kebutuhan air bersih ini dilayani dari unit instalasi Muara labuh sebanyak 2.494 sambungan, Pasir Talang sebanyak 2.063 sambungan, Sangir 913 sambungan, dan Sungai Batang Hari sebanyak 14 sambungan, sedangkan kran umum yang terpasang sebanyak 81 unit. Dari ke empat unit PDAM ini memiliki kapasitas sumber air minum sebesar 590 liter/detik.
Prosedur Kerja Puldat Dengan kondisi geografis dataran lembah bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan ketinggian antara 350-430 mdpl (meter diatas permukaan laut), sebagian besar kawasan hutan (72,7 %), terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan dengan 39 Nagari dan 242 jorong. Dalam pelaksanaan Riskesdas tahun 2013 ini, Kabupaten Solok Selatan terpilih sebagai riset kesmas tanpa biomedis dengan jumlah total sampel sebanyak 19 BS atau 475 Keluarga, atau 1733 individu. Ke-19 blok sensus tersebut memiliki karakteristik lokasi tersendiri. Mulai dari daerah perbukitan dan hutan, ataupun pedesaan dengan jarak antar rumah yang berjauhan, sampai dengan perkotaan dengan masyarakatnya yang memiliki kesibukan yang cukup tinggi. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi tim Solok Selatan.
160
Tim Solok Selatan terdiri dari 15 orang enumerator sebagai pengumpul data dan terbagi ke dalam 3 tim. Tiap tim dituntut untuk mampu menyelesaikan pengumpulan data tepat waktu dengan apapun medan dan kondisinya. Dari ke-19 blok sensus tersebut setiap tim menyelesaikan masing masing 6 blok sensus, di Kabupaten Solok Selatan terdapat 1 blok sensus yang tergolong sulit wilayah administratif dan penduduknya. Desa tersebut adalah desa Pinti Kayu Gadang dan Ladang Konsi di kecamatan Pakan Rabaa Timur yang berjarak tempuh sekitar 2,5 jam dari pusat kota. Wilayah administratifnya yang sebagian besar terdiri dari hutan. Mengingat medan di desa ini yang cukup menantang dan penduduknya yang agak primitif serta terbatasnya sarana sinyal untuk komunikasi, membuat desa ini menjadi BS pertama yang diselesaikan oleh 3 TIM pada saat pengumpulan data di Riskesdas 2103. Tahap Perekerutan Tim Terpilihnya seorang Penanggung Jawab Teknis Kabupaten Solok selatan beserta enumerator sebanyak 15 orang yang terdiri dari 3 tim yaitu tim 1, tim 2 dan tim 3. Tim 1 dan 3 dengan komposisi tim terdiri dari 2 orang laki-laki dan 3 orang perempuan; Tim 2 dengan komposisi tim terdiri dari 1 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Keunggulan Tim Kabupaten Solok Selatan adalah semua tenaga pengumpul data dengan latar belakang pendidikan kesehatan, 1 orang terpilih menjadi sebagai ketua tim dan 4 orang sebagai anggotanya. Tahap Pembekalan Materi Masing-masing telah dibekali pengetahuan tentang riskesdas dengan pelatihan di Hotel Rocky Plaza selama 10 hari. Di tahap ini, seluruh enumerator diberikan materi pelatihan dan praktek pemeriksaan kesehatan tentang tata cara pengumpulan data dilapangan. Pelatihan tersebut juga meliputi simulasi pengumpulan data meliputi kuesioner dan pemeriksaan kesehatan di rumah-rumah penduduk dan dilanjutkan pembekalan cara entry data hasil pengumpulan data yang telah didapat.
Tahap Pembuatan Rencana Tindak Lanjut Telah dilakukan pembuatan rencana tindak lanjut pembagian wilayah kerja untuk masing-masing tim berdasarkan daerah wilayah tempat kerja enumerator sebelumnya dengan tujuan agar
161
mempermudah saat pengumpulan data. Dari 19 BS Kabupaten Solok Selatan yang terpilih sebagai sampel pengumpulan data riskesdas 2013, dipilih 1 BS yang paling sulit berdasarkan wilayah administratif untuk dikerjakan secara bersama-sama oleh 3 tim dalam waktu 4 hari. Dan 18 BS sisanya dibagi 3 tim, sehingga masing-masing tim mengerjakan 6 BS. Pembagian wilayah ini berdasarkan dari daerah administratifnya (pengelompokan wilayah berdasarkan kecamatan). Wilayah administratifnya terdiri dari utara pusat kota, tengah pusat kota dan selatan pusat kota. Tim 1 mengumpulkan data dari 6 BS di sebelah utara pusat kota, 6 BS untuk tim 2 di sebelah tengah pusat kota dan tim 3 mengumpulkan 6 BS di sebelah selatan pusat kota. Dan semua tim memiliki posko utama dimasing- masing wilayah pengumpulan data. Tahap Pengumpulan Data Pengumpulan data dari masing-masing BS dimulai dari pemutakhiran bangunan sensus dengan bantuan peta yang diperoleh dari BPS setempat dan dibantu oleh penunjuk jalan (kepala jorong atau warga yang mengenal baik daerahnya), kemudian dilanjutkan wawancara dan pengukuran responden. Pemutakhiran dilakukan dengan cara mencocokkan peta dan nomor bangunan sensus dari daftar sampel bangunan sensus (DSBS) dengan nomor bangunan sensus yang ada di stiker. Dari 30 rumah tangga terpilih di DSBS, 25 rumah tangga pertama sebagai rumah tangga utama dan 5 rumah tangga sisanya adalah cadangan, apabila rumah tangga utama ditemukan kurang dari 25 RT dapat mengambil sampel dari RT cadangan. Apabila pada saat pemutakhiran, dari 30 RT ternyata hanya ditemukan 20-25 RT maka hanya sejumlah RT tersebut yang diambil sebagai sampel dan tidak perlu menambah RT baru. Namun apabila yang ditemukan kurang dari 20 RT maka dilakukan penambahan sampel RT baru secara random dalam BS yang sama hingga jumlah seluruh sampel dalam BS itu jumlahnya 25 RT. PJT ikut langsung selama pemutahiran dan pengumpulan data dilapangan dengan mendampingi dan bertanggung jawab dengan kerja semua tim selama pengumpulan data di 19 BS kabupaten Solok Selatan. Adapun pembagian tugas masing-masing tim setiap pengumpulan data di RT terdiri dari 3 orang yang melakukan wawancara, 2 orang yang melakukan pengukuran. Setelah dilakukan pengukuran di RT pertama 2 orang melanjutkan pengumpulan data di RT berikutnya, setiap 1 BS telah diselesaikan masing-masing tim dan kuesioner hasil pengumpulan data
162
dikoreksi oleh PJT dilanjutkan dengan tahap entry data kuesioner, dan ketua tim masing-masing memberikan hasil entry data pada PJT untuk dikirimkan ke tim mandat pusat, hal ini merupakan strategi yang dilakukan selama pengumpulan data dengan tujuan pertimbangan waktu dan tenaga kerja. Tahap Penyelesaian. Setelah semua rangkaian puldat selesai dilaksanakan, setiap tim mengumpulkan seluruh alat di dinas kesehatan. Semua alat tersebut dihitung ulang. Seluruh kuesioner yang telah di entry, dikelompokkan berdasarkan blok sensus dan diikat menjadi satu beserta peta bangunan sensus dan form kontrol data. Kemudian semua kuesioner dan alat di serahterimakan kepada PJO dan PJAL kabupaten Solok Selatan untuk kemudian di kirim ke LitBangKes Surabaya.
Bahan Pengumpulan Data Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari alat pengukur pemeriksaan beserta tas, kuesioner, bahan kontak, dan kuitansi bahan kontak. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari : - Timbangan berat badan digital merk 3 buah - Pengukur tinggi badan 3 buah - Pengukur tekanan darah digital merk Omron IA1 3 buah - Pita pengukur lingkar perut dan lingkar lengan atas 3 buah - Tumbling E 3 buah - Pita pengukur jarak visus 3 buah - Pinhole 3 buah - Loop 3 buah - Pen light 6 buah - Spekulum telinga 9 buah - Handscoen 6 dos - Masker 6 dos - Antiseptic descosept 9 buah - Kaca mulut 12 buah - Tissue gulung 6 buah - Tas pengukur tinggi 1 buah
163
- Tas ransel alat Kuesioner - Map - Informed Consent - Kuesioner Rumah Tangga - Kuesioner Individu - Kartu Hasil - Tambahan Blok IV - Tambahan Kespro - Tali Pengikat Kuesioner Hasil Kegiatan
1 buah 475 buah 475 buah 475 buah 2325 buah 2375 buah 40 buah 100 buah 475 buah
Membutuhkan perjuangan ekstra dalam puldat riskesdas 2013 ini karena pengambilan data tidak hanya dilakukan dengan wawancara saja, enumerator juga harus melakukan berbagai pengukuran dan pemeriksaan, seperti berat badan, tinggi/panjang badan, lingkar perut, lingkar lengan atas, tajam penglihatan, kesehatan gigi, tekanan darah, dan pemeriksaan THT. Kelengkapan alat puldat yang dibawa juga banyak. Enumerator tidak hanya mempersiapkan kuesioner saja, namun mereka juga harus membawa alat pemeriksaan dan pengukuran ke tiap-tiap rumah yang terpilih sebagai sampel. Kuesioner pengumpulan data setelah melewati tahap pengoreksian oleh PJT dan dinyatakan tidak ada koreksi maka kuesioner ini dilanjutkan dengan proses entry data. Semua tim enumerator Kabupaten Solok Selatan telah mampu menyelesaikan pengumpulan data riskesdas 2013 sesuai dengan target waktu yang sudah ditentukan dari pusat yakni mulai tanggal 30 April sampai tanggal 18 Juni 2013. Bermacam-macam karakteristik masyarakat dan kondisi geografis yang menantang mampu dilewati dengan baik oleh tim enumerator. Secara kinerja enumerator yang berjumlah 15 orang ini rata-rata cukup baik karena mayoritas dari mereka adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan sudah memiliki pengalaman yang cukup dalam terjun ke lapangan menghadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan PJT di lapangan mereka mampu berkomunikasi dengan baik dan masyarakat pun menerima mereka dengan baik. Adapun beberapa kejadian unik yang dijumpai PJT dan Enumerator selama pengumpulan data riskesdas 2013 di lapangan, yaitu di Nagari
164
Sako Utara Pasia Talang jorong Sipotu ditemukan satu keluarga yang hanya terdiri dari suami dan istri yang telah berumur diatas 80 tahun menderita TBC dan Hipertensi, serta keadaan ekonomi yang tidak ada penghasilan karena faktor usia yang sudah tidak dapat bekerja dan status gizi yang kurang karena hanya makan dari hasil pemberian tetangga yang masih peduli, sampai sekarang belum ada penanganan medis dan bantuan hidup untuk keluarga ini. Ada juga di Nagari Alam Pauh Duo jorong kampung baru ditemukan rumah tangga yang terdiri dari suami istri dan 11 anak, sehingga enumerator menghabiskan waktu berjam-jam untuk puldat di rumah tangga tersebut dan keluarga tersebut adalah salah satu keluarga yang tidak setuju dengan program KB dari pemerintah karena berdasar atas kepercayaan dan budaya setempat yang mereka yakini. Di Nagari Sako Pasia talang jorong mudrak lolo ditemukan rumah tangga yang memiliki keturunan semua ke 3 anaknya cacat dan autis. Di Nagari Kapau Alam Pauh duo jorong Bulantiak yang dikenal dengan mistis membuat beberapa enumerator yang masih memiliki kepercayaan leluhur menancapkan rating pohon ke tanah sebelum puldat untuk keselamatannya dan tidak meminum atau memakan apapun pemberian dari warga disana karena didaerah itu terkenal dengan kiriman racun yang berjalan dan mayoritas rumah belum memiliki penerangan lampu, sehingga puldat hanya bisa dilaksanakan siang hari. Selama pengumpulan data adapun kendala yang dialami Tim Kabupaten Solok Selatan ini karena mayoritas pekerjaan masyarakat di Kabupaten Solok Selatan adalah petani. Enumerator harus melaksanakan puldat sampai malam hari karena kebanyakan masyarakat tidak ada di rumah pada siang harinya. Ada juga enumerator yang rela puldat di pagi buta agar bisa bertemu dengan responden. Ada beberapa daerah sulit yang mengharuskan enumerator mengunjungi responden melewati pegunungan dengan jalan berbatu-batu ,melewati longsor di daerah perbukitan, melewati jalan setapak di tengah sawah, bahkan ada yang keluar-masuk hutan untuk mengunjungi responden. Daerah sulit tersebut diantaranya di Nagari Pakan Rabaa Timur, Talao Sungai Kunyit, Padang Limau Sundai, Emplasmen Lubuk Gadang. Selain medannya yang sulit, enumerator juga kesulitan berkomunikasi jaringan telpon dan internet untuk mengirim hasil entry data kepada PJT karena disana belum ada sinyal telpon. Begitu pula dengan sarana listrik di daerah sulit itu juga lebih sering padam sehingga
165
tim enumerator mengantarkan langsung hasil entry data kepada PJT di tempat yang telah disepakati. Namun itu semua dapat dilalui oleh mereka dengan aman dan selamat. Banyak hal yang ditemui selama proses pengumpulan data Riskesdas di Solok Selatan baik yang menjadi kendala maupun kemudahan. Total sebanyak 19 blok sensus dengan 475 rumah tangga dan 1733 anggota rumah tangga yang diambil datanya oleh tim enumerator dalam waktu 1 bulan 20 hari dengan rincian seperti pada tabel berikut dibawah ini: Tabel 4.10.1 Hasil Jumlah Individu Blok Sensus Kabupaten Solok Selatan, Riskesdas 2013
TIM I Desa/Kel Pakan Rabaa Timur Pasar Muara Labuh Sako Pasia Talang Sako Utara Pasia Sel Pasir Talang Selatan Pakan Rabaa Tengah Pakan Rabaa Utara Jml Ind 32 81 85 76 96 81 83 Desa/Kel Pakan Rabaa Timur Lubuk Gadang Lubuk Gadang Lubuk Gadang Lubuk Gadang Selatan Lubuk Gadang Selatan Pauh Duo Nan Batigo TIM II Jml Ind 29 95 89 84 99 77 96 Desa/Kel Pakan Rabaa Timur Talao Sungai Kunyit Abai Alam Pauh Duo Kapau Alam Pauh Duo Padang Air Dingin Padang Limau Sundai TIM III Jml Ind 25 83 105 123 110 78 106
Berikut rangkuman temuan yang didapat selama proses pengumpulan data: Tempat Tinggal PJT, enumerator dan posko Temuan : PJT bertempat tinggal di homestay yang berada di tengah kota dan dijadikan sebagai posko dan mengikuti tempat
166
tinggal masing-masing tim di posko enumerator setiap mendampingi pengumpulan data dilapangan. Enumerator tinggal diposko masing-masing tim. Kendala : Wilayah Solok Selatan yang cukup luas dan bervariasi antara dataran lembah bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung ditambah tidak adanya bantuan transport dari dinas kesehatan sehingga mempersulit mobile PJT dan enumerator. Hal ini diatasi dengan kendaraan pribadi
Kemudahan : Sebagian besar jalan sudah diaspal dan bisa dilalui kendaraan roda dua sehingga mempermudah menuju tempat pengumpulan data.
Peta Bangunan Sensus Temuan : Peta yang kami dapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten berupa sketsa peta blok sensus yang lengkap dengan detail bangunan fisiknya. Ada beberapa peta yang tidak jelas, karena peta yang tim dapatkan berupa hasil scan dari peta asli yang ditulis dengan pensil. Selain itu ada beberapa nomor bangunan fisik yang tertera di peta tidak sama dengan nomor bangunan fisik yang tertempel di stiker rumah. Peta bangunan sensusnya dibuat secara rapi sehingga memudahkan kami dalam membaca.
Kendala
Kemudahan :
Pemutakhiran Bangunan Sensus Temuan : Di Kabupaten Solok Selatan banyak dari bangunan sensus yang telah kosong ditinggal pemiliknya sehingga kami harus menaikkan cadangan atau bangunan sensus yang sesuai DSBS sudah dihuni oleh orang lain. Selain itu peran wali jorong setempat sangat membantu dalam proses
167
pemutakhiran bangunan sensus, karena gambaran di peta bangsen kadang berbeda dengan kondisi yang sebenarnya Kendala : Stiker bangunan sensus yang berbeda dengan nomor bangunan sensus pada DSBS
Kemudahan : Peran wali jorong setempat sangat membantu dalam proses pemutakhiran bangunan sensus, karena gambaran di peta bangsen kadang berbeda dengan kondisi yang sebenarnya.
Penunjuk Jalan Temuan : Setiap Nagari sangat kooperatif dalam hal menunjukkan siapa yang menjadi penunjuk jalan. Beberapa BS didapatkan kepala jorong yang diminta menjadi penunjuk jalan dengan alasan beliau yang paling mengerti daerah tersebut. : Beberapa lokasi BS yang cukup luas sehingga penunjuk jalan tidak hafal betul dan kurang mengenal warga yang menjadi responden.
Kendala
Kemudahan : Masing-masing Kepala Jorong sangat kooperatif dalam hal menunjukkan siapa yang menjadi penunjuk jalan.
Surat Perijinan Temuan : Surat perizinan untuk pengumpulan data selesai tepat satu hari sebelm tim enumerator hendak turun ke lapangan untuk pemutakhiran bangsen. : sangat
Kendala
Kemudahan : BaLitBangKespol Kabupaten Solok Selatan kooperatif dengan PJT, PJO dan PJAL kabupaten. Wawancara Temuan
wilayah Kabupaten Solok Selatan terdiri dari dua macam suku yaitu adalah penduduk asli suku Minang, dan suku Jawa. Kendala : -
Kemudahan : Sebagian besar responden kooperatif dan terbuka dengan enumerator dalam melakukan wawancara bahkan untuk pertanyaan pribadi mereka juga cukup terbuka sehingga memudahkan enumerator dalam melakukan pengumpulan data.
Pengukuran Berat Badan Temuan Kendala : Para enumerator melakukan pengukuran berat badan sesuai dengan standard operational procedurenya. : Banyak rumah-rumah responden yang beralaskan semen yang tidak rata sehingga harus mencari tempat yang rata agar timbangan benar-benar menunjukkan hasil yang valid.
Kemudahan : Responden yang cukup kooperatif. Proses pembacaan pengukuran juga cepat. Karena timbangan yang digunakan adalah timbangan digital jadi tidak perlu dilakukan kalibrasi.
Pengukuran Tinggi Badan Temuan Kendala : : Para enumerator melakukan pengukuran tinggi badan sesuai dengan standard operational procedurenya Pengukuran untuk responden lansia tidak bisa berdiri dengan tegak sehingga validasi pengukuran tinggi badan untuk kategori ini masih dipertanyakan serta bayi dan balita sering harus diulang karena bayi dan balita yang akan diukur seringkali tidak kooperatif. Bahkan ada beberapa bayi dan balita yang tdiak bisa diukur karena rewel dan terus-menerus menangis sehingga untuk kasus seperti ini kami terpaksa harus memakai meteran.
169
Kemudahan : Responden yang cukup kooperatif. Proses pembacaan pengukuran juga cepat.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas Temuan : Pengukuran lingkar lengan atas cukup lancar walaupun ada beberapa responden yang menolak untuk diukur tetapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan tersebut akhirnya mereka menyetujui. Beberapa responden yang menolak untuk diukur dengan alasan mengganggu privasi tetapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan tersebut akhirnya mereka menyetujui. Pita LiLa banyak juga yang sudah luntur, sehingga kami mengganti pita tersebut dengan pita meteran biasa.
Kendala
Kemudahan : Beberapa responden yang cukup kooperatif dan mengerti maksud dan tujuan dilakukan pengukuran lingkar lengan atas sehingga mempermudah proses pengukuran.
Pengukuran Lingkar Perut Temuan : Pengukuran lingkar perut cukup lancar walaupun ada beberapa responden yang menolak untuk diukur tetapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan tersebut akhirnya mereka menyetujui. : Beberapa responden tetap tidak menyetujui dilakukan pemeriksaan lingkar perut dengan alasan malu walaupun sudah dijelaskan maksud dan tujuan dan dilakukan pemeriksaan dengan enumerator berjenis kelamin sama dan di tempat yang tertutup sehingga membuat responden merasa aman dan nyaman.
Kendala
Kemudahan : -
170
Tekanan Darah Temuan Kendala : Hasil yang kurang valid untuk pengukuran tekanan darah dengan tekanan sistol lebih dari 200 mmHg. : alat pengukur tekanan darah kadang mengalami error . Setelah ditelusuri lebih lanjut, kesalahan teknis tersebut dikarenakan responden yang bergerak terlalu aktif saat pengukuran berlangsung serta baterai alat yang habis
Kemudahan : Proses pengukuran berjalan dengan cepat karena enumerator yang bukan perawat dan bidan juga bisa menggunakan alat tersebut dengan benar.
Pemeriksaan Visus Temuan : Pemeriksaan visus yang dilakukan oleh enumerator telah sesuai dengan standard operational procedure. Namun, beberapa responden yang salah mengintrepretasikan penjelasan dari enumerator. Banyak responden yang meskipun penurunan visus sudah cukup parah tidak menggunakan alat bantu visus. : Rumah responden yang kurang penerangan dan luas sehingga pengukuran dilakuakan di pinggir jalan atau lapangan agar mendapatkan hasil yang valid. sangat kooperatif dengan
Kendala
Pemeriksaan Kelainan Permukaan Mata Temuan : Banyak responden yang setelah diperiksa terdapat pterygium dipermukaan mata. Para enumerator tidak mengalami kesusahan dalam mengidentifikasi kelainan permukaan mata berkat adanya buku peraga -
Kendala
Kemudahan : Responden yang cukup kooperatif sehingga pemeriksaan berjalan cepat dan lancar.
171
Pemeriksaan Xeroftalmia Temuan Kendala : Dari hasil pemeriksaan di seluruh BS Solok Selatan tidak didapatkan responden yang mengalami xeroftalmia : Tim enumerator kebanyakan tidak mempunyai jam terbang tinggi dalam pemeriksaan xeroftalmia sebelumnya. Sehingga ditakutkan hasil pemeriksaan mengalami bias dari yang semestinya. Selain itu responden anak agak sulit untuk diperiksa karena kerap kali rewel dan menangis. Beberapa responden yang cukup kooperatif karena didampingi oleh orang tuanya.
Kemudahan:
Pemeriksaan Telinga Temuan : Proses pemeriksaan telinga cukup lancar walaupun ada beberapa responden yang menolak untuk diperiksa dengan alasan menggangu privasi terutama responden perempuan berjilbab : Beberapa responden yang menolak untuk diperiksa dengan alasan menggangu privasi. Setelah dijelaskan maksud dan tujuan ada responden yang bersedia tetapi ada yang tetap menolak. Untuk tes bisik, kadang dalam pelaksanaannya mengalami kesulitan karena tidak adanya kamar yang memenuhi syarat untuk tes bisik karena lingkungan yang terlalu bising.
Kendala
Pemeriksaan Gigi Temuan Kendala : Proses pemeriksaan berjalan cukup lancar, sesuai dengan standard operational procedure. : Tidak ada anggota tim enumerator yang mempunyai latar belakang dokter gigi atau perawat gigi. Sehingga di takutkan akan terjadi bias yang cukup signifikan dengan keadaan yang sebenarnya. Selain itu beberapa responden
172
juga menolak untuk diperiksa gigi karena alasan malu tetapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan banyak responden yang menyetujui.. Kemudahan : Responden yang cukup kooperatif.
Entry Data Temuan : Masing masing tim mendapatkan tanggung jawab untuk mengentry data dari enam blok sensus yang telah diambil pengumpulan datanya . Untuk puldat BS pertama, tiap tim enumerator diharuskan mengentry data di posko tim enumerator dengan pengawasan PJT. Para enumerator masih belum paham benar dengan manajemen data. Banyak dari mereka yang lupa tentang cara entry data dan manajemen lainnya sehingga PJT harus memberi ulang tentang pelajaran Hal ini dikarenakan untuk memudahkan PJT mensupervisi para enumerator bila mereka menemui kesulitan di tengah tengah proses entry data. Setelah dinilai cukup lancar, PJT kemudian memperbolehkan enumerator untuk mengentry data di rumah atau markas masing-masing tim. masing masing tim hanya memiliki 1 atau 2 laptop saja sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk enrty data. Software yang berkali-kali di update sempat membuat bingung para enumerator, sehingga sedikit menghambat proses pengentryan data. Pada awalnya proses entry berjalan cukup lambat karena para enumerator belum terbiasa dalam menggunakan software pengentry data. Para enumerator juga sering salah memasukkan data saat mengentry. Kesalahan paling sering adalah kesalahan memasukkan nomor bangsen. Kendala utama lainnya adalah sarana listrik yang sering mati lampu sehingga terhambatnya proses pengentryan data. Terbatasnya failitas internet dan sinyal tidak memungkinkan hasil enrty data yang telah selesai dikerjakan oleh enumerator di kirmkan pada PJT lewat email sehingga harus diberikan langsung masing masing hasil enrty data kepada PJT sesuai waktu dan tempat yang disepakati karena jarak posko masing-masing tim enumerator
173
Kendala :
yang jauh dengan posko utama PJT sehingga setelah beberapa blok sensus selesai dientry baru diberikan kepada PJT. Kemudahan : Para enumerator sebagian besar mahir mengoperasikan computer sehingga proses mengentry berjalan cukup lancar
Pengiriman Data Temuan : Menurut petunjuk teknis semula pengiriman data dilakukan segera setelah pengentryan data dalam suatu Blok sensus selesai. Tetapi karena berbagai hal, pengiriman data entryan tidak selalu setelah satu blok sensus tertentu selesai di entry, melainkan hasil entryan dari satu blok sensus dikirim bersamaan dengan entryan blok sensus yang lain. Hambatan yang paling sering ditemui adalah sinyal internet yang kadang tidak lancar, bahkan menghilang. Selain itu email riskesdas sendiri, yang digunakan untuk mengemail data, terkadang mengalami kendala teknis, sehingga tidak bisa digunakan untuk mengemail data, Bahkan terkadang email riskesdas tersebut sama sekali tidak bisa dibuka.
Kendala :
Kemudahan : Tim Mandat cukup kooperatif dalam membantu PJT dalam melakukan pengiriman data ke tim mandat pusat
Kesimpulan Adanya Riskesdas (Riset kesehatan Dasar) berbasis nasional ini diterima baik oleh warga Kabupaten Solok Selatan, Propinsi Sumatra Barat. 95% warganya sangat kooperatif untuk dilakukan wawancara dan pengukuran karena sebagian besar wilayah Solok Selatan adalah pedesaan maka dari itu sangat memudahkan enumerator untuk melakukan pengumpulan data. Semua tim enumerator Kabupaten Solok Selatan telah mampu menyelesaikan pengumpulan data riskesdas 2013 sesuai dengan target waktu yang sudah ditentukan dari pusat yakni mulai tanggal 30 April sampai tanggal 18 Juni 2013. Bermacam-macam karakteristik masyarakat dan kondisi geografis yang menantang mampu
174
dilewati dengan baik oleh tim enumerator. Total sebanyak 19 blok sensus dengan 475 rumah tangga dan 1 1733 anggota rumah tangga yang diambil mbil datanya oleh tim enumerator dalam waktu 1 bulan 20 hari.
4.10.3 4.10.3. Pojok sinyal hp, hanya di lemari ini bisa menelpon (Foto kiri); Enumerator makan gadang di posko (Foto kanan)
Saran 1. Waktu pelatihan enumerator sebaiknya diperpanjang karena agar mereka menguasai betul saat terjun ke lapangan dan memiliki bekal pelatihan yang matang saat berhadapan langsung dengan responden. Selain itu pembekalan mengenai manajemen data diberikan lebih sederhana agar para enumerator enumerat bisa lebih mudah memahami serta sebaiknya ebaiknya update dan revisi software pengentry data tidak dilakukan saat pengumpulan data telah dilakukan, karena hal tersebut dapat membuat data yang terkumpul menjadi bias dan menyebabkan enumerator harus bekerja dua ka kali karena berulangkali ada software yang direvisi. 2. Perekrutan enumerator kedepannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Agar kejadian dimana tidak adanya enumerator dengan latar belakang dokter gigi atau perawat gigi pada pemeriksaan gigi tidak terulang lagi. Hal ini penting untuk meminimalisir kemungkinan data yang didapat tidak akurat.
175
3. Diadakan publikasi dan sosialisasi secara besar-besaran besar di media massa maupun media elektronik mengingat riset ini adalah riset berbasis nasional. Banyak dari staff dinas kesehatan maupun kantor kecamatan kelurahan yang tidak mengetahui adanya riset ini, bahkan ada sebagian warga kota yang menolak untuk dilakukan pengumpulan data sehingga dapat menghambat proses berjalannya pengumpulan data.
176
4.11. Dharmasraya
Kabupaten Dharmasraya merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung, yang dibentuk berdasarkan UU No. 38 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004. Dharmasraya merupakan kabupaten yang sedang membangun dengan masalah kependudukan yang cukup serius dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi dan persebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk bukan hanya merupakan modal bagi suatu daerah, tetapi juga akan merupakan beban dalam pembangunan. Geografi Kabupaten Dharmasraya berada pada posisi 0 47' 7 LS-141' 56 LS & 101 9' 21 BT - 101 54' 27 BT dengan luas Kabupaten Dharmasraya 2.963 Km yang berbatasan dengan : - Sebelah Utara dengan Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau - Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bungo dan Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi - Sebelah Timur dengan Kabupaten Bungo dan Tebo Provinsi Jambi - Sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Solok Selatan. Kabupaten Dharmasraya berada pada ketinggian dari permukaan laut antara 100 meter sampai 1500 meter dengan suhu berkisar antara 21-33 C, serta rata-rata hujan mencapai 7,42 hari perbulan rata-rata curah hujan mencapai 232 mm per bulan. Komposisi lahan Penduduk Penduduk Kabupaten Dharmasraya berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik berjumlah 204.848 jiwa, terdiri dari 105.870 jiwa laki-laki dan 98.978 jiwa perempuan dengan 47.873 kk. Jumlah kepadatan 69 penduduk per Km yang tersebar di 11 kecamatan, jumlah penduduk dengan usia produktif berjumlah 127.792 jiwa, usila 15.963 jiwa dan usila yang beresiko berjumlah 10.897 jiwa.
177
Rasio beban tanggungan penduduk Kabupaten Dharmasraya sebesar 55.51% dengan penyebaran jumlah penduduk di Kabupaten Dharmasraya terbesar terdapat di Kecamatan Pulau punjung dengan jumlah 39.272 jiwa diikuti kecamatan Koto baru dengan jumlah 30.422 jiwa dan Kecamatan Sitiung 24.149jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Padang Laweh dengan jumlah 6.046 jiwa. Pendidikan Jumlah sekolah di Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2012 untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) tercatat 228 unit sekolah di Kabupaten Dharmasraya. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Kabupaten Dharmasraya usia >10 tahun pada tahun 2011 berjumlah 161.402 jiwa dengan lulusan S1 berjumlah 4188 jiwa, DIII 4157 jiwa, SMA,SMP dan SD berjumlah 100.737 jiwa. Persentase Angka buta huruf umur >10 tahun di kabupaten Dharmasraya pada tahun 2011 sebesar 2.61%. Bahan dan Alat Pengumpulan Data Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari alat pengukur pemeriksaan beserta tas, kuesioner, bahan kontak, dan kuitansi bahan kontak. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari : - Timbangan berat badan digital merk 4 buah - Pengukur tinggi badan 4 buah - Pengukur tekanan darah digital merk Omron IA1 4 buah - Pita pengukur lingkar perut dan lingkar lengan atas 4 buah - Tumbling E 4 buah - Pita pengukur jarak visus 4 buah - Pinhole 4 buah - Loop 4 buah - Pen light 8 buah - Spekulum telinga 12 buah - Handscoen 8 dos - Masker 8 dos - Antiseptic descosept 12 buah - Kaca mulut 12 buah
178
- Tissue gulung - Tas pengukur tinggi - Tas ransel alat Kuesioner - Map - Informed Consent - Kuesioner Rumah Tangga - Kuesioner Individu - Kartu Hasil - Tambahan Blok IV - Tambahan Kespro - Tali Pengikat Kuesioner Prosedur Kerja
8 buah 4 buah 4 buah 515 buah 515 buah 515 buah 2425 buah 2525 buah 16 buah 80 buah 510 buah
Prosedur kerja menggambarkan uraian tahapan kerja (pemutakhiran, persiapan lapangan, puldat, dll), dalam menyelesaikan jumlah BS, penyebaran BS, oleh tim enumerator (jumlah, komposisi jenis kelamin, pendidikan), cara pembagian BS, pembagian tugas dalam tim. Prosedur kerja yang dilakukan untuk mengumpulkan data di lapangan terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut : Sebelum turun ke lapangan, Penanggungjawab Teknis Kabupaten Dharmasraya telah membagi enumerator sebanyak 20 orang ke dalam 4 tim. Masing-masing tim terdiri dari 5 orang yakni 1 orang sebagai ketua tim dan 4 orang sebagai anggota tim. Masing-masing telah dibekali pengetahuan tentang riskesdas dengan pelatihan di Hotel Rocky Plaza selama 10 hari dan sudah pula dilakukan pembagian wilayah kerja untuk masing-masing tim. KabupatenDharmasraya terrpilih 22 blok sensus (BS) sebagai sampel dari riskesdas ini. Dipilih 1 BS yang paling mudah berdasarkan wilayah geografis untuk dikerjakan secara bersama-sama oleh 3 tim dalam waktu 4 hari. Pembagian wilayah ini berdasarkan dari daerah administratif (pengelompokan wilayah berdasarkan kecamatan). Wilayah administratifnya teridiri dari wilayah barat, wilayah tengah bagian barat, tengah bagian timur, dan wilayah timur. Tim 1 mengumpulkan data dari wilayah barat, tim 2 dari tengah bagian barat, tim 3 wilayah tengah bagian timur dan tim 4wilayah timur. Pembagian tugas masing-masing tim terdiri dari 3 orang yang melakukan wawancara, 2 orang yang melakukan pengukuran.
179
Hasil Kegiatan Tempat Tinggal PJT, enumerator dan posko Temuan : PJT bertempat tinggal di kos yang berada di wilayah kabupaten bagian tengah dan dijadikan sebagai posko. Enumerator tinggal di bascamp tim atau di rumah sendiri sendiri Luas kabupaten Dharmasraya yang terlalu luas sehngga sedikit menyulitkan PJT untuk mobile dalam supervisi dari tim ke tim lain Fasilitas dari Dinas Kesehatan Dharmasraya yang membuat PJT lebih ringan dalam mengerjakan tugas
Kendala
Kemudahan:
Peta Bangunan Sensus Temuan : peta yang kami dapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten berupa sketsa peta blok sensus yang lengkap dengan detail bangunan fisiknya.
Kendala
: ada beberapa nomor bangunan fisik yang tertera di peta tidak sama dengan nomor bangunan fisik yang tertempel di stiker rumah. peta bangunan sensusnya dibuat secara rapi sehingga memudahkan kami dalam membaca
Kemudahan:
Pemutakhiran Bangunan Sensus Temuan : ada beberapa perbedaan antara gambar di dalam peta dengan kondisi nyata di kelurahan IX koto pulau punjung. Di kelurahan sungai rumbai peta bangunan sensus tidak didapatkan nomer bangunan fisik. ada beberapa perbedaan antara gambar di dalam peta dengan kondisi nyata di kelurahan IX koto pulau punjung. Di kelurahan sungai rumbai peta bangunan sensus tidak didapatkan nomer bangunan fisik. Karena sebagian besar Kabupaten Dharmasraya terdiri dari pedesaan, masyarakat yang tertera dalam daftar
180
Kendala
Kemudahan:
sampel bangunan sensus sebagian besar masih sama baik rumah dan namanya. Penunjuk Jalan Temuan Kendala : : Kelurahan sangat kooperatif dalam hal menunjukkan siapa yang menjadi penunjuk jalan. ada sebagian penunjuk jalan yang kurang paham dan kurang mengenal warga tersebut dengan baik karena penunjuk jalan ini adalah kader setempat, jadi sangat memudahkan tim enumerator dalam hal pencarian bangunan sensus.
Kemudahan:
Surat Perijinan Temuan : Surat perizinan turun lapangan baru turun 2 hari setelah pengajuan dengan sebelumnya PJO-PJAL meminta KTP PJT Kabupaten untuk dijadikan sebagai pihak penanggungjawab penelitian di kabupaten response time yang kurang dari balitbangkespol sehingga harus menunggu beberapa hari balitbangkespol Kabupaten Dharmasraya kooperatif dengan PJT, PJO dan PJAL kabupaten. sangat
Kendala
Kemudahan:
Wawancara Temuan : sebagian besar masyarakat Dharmasraya adalah masyarakat transmigran dari jawa. Sehingga sebagian besar yang diwawancari adalah masyarakata transmigran dari jawa dan sebagian lainnya adalah penduduk asli minang ada beberapa responden yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Utamanya adalah responden dengan usia tua yang transmigrasi dari pulau jawa sebagian besar responden kooperatif dan terbuka dengan enumerator dalam melakukan wawancara sehingga
181
Kendala
Kemudahan:
dalam
melakukan
ada timbangan yang eror. Responden sangat aktif ketika ditimbang walaupun kadang harus dilakukan lebih dari sekali karena belum sesuai dengan prosedur penimbangan yang benar ada timbangan yang agak error sehingga harus di lakukan beberapa cara dahulu agar bisa digunakan kembali antusiasme dari responden pemeriksaan. sehingga memudahkan
Kendala
Kemudahan:
Pengukuran Tinggi Badan Temuan Kendala : : sebagian besar responden kooperatif dalam pelaksanaan pengukuran tinggi badan. pengukuran untuk bayi dan balita sering diulangi dikarenakan bayi dan balita seringkali tidak kooperatif enumerator sangat antusias pengukuran tinggi badan dalam melakukan
Kemudahan:
Pengukuran Lingkar Lengan Atas Temuan Kendala : : pengukuran lingkar lengan atas pada dasarnya cukup lancar beberapa responden awalnya menolak dilakukan pengukuran lingkar lengan atas dikarenakan merasa mengganggu privasi. alat pengukur lingkar lengan atas luntur pada angka didalam pita. enumerator sangat antusias pengukuran lingkar lengan atas dalam melakukan
Kemudahan:
182
Pengukuran Lingkar Perut Temuan Kendala : : ditemukan responden beberapa variasi ukuran lingkar perut
beberapa responden menolak diukur lingkar perutnya dikarenakan malu enumerator sangat antusias pengukuran lingkar perut dalam melakukan
Kemudahan:
Pengukuran Tekanan Darah Temuan Kendala : : sebagian responden dengan usia tua memiliki tekanan darah di atas normal alat pengukur tekanan darah kadang mengalami error responden sangat antusias ketika diukur tekanan darah
Kemudahan:
Pemeriksaan Visus Temuan Kendala : : beberapa responden mengalami kebutaan pengukuran visus, sehingga tidak bisa dievaluai dalam
rumah resonden yang tidak seberapa luas mengakibatkan pengukuran dilakukan di luar rumah, bahkan di tepi jalan enumerator sangat pengukuran visus antusias dalam melakukan
Kemudahan:
Pemeriksaan Kelainan Permukaan Mata Temuan Kendala : : beberapa responden memiliki penyakit permukaan mata yang bervariasi beberapa responden memiliki penyakit tertentu sehingga tidak dapat membuka mata responden antusias dengan pemeriksaan permukaan mata
Kemudahan
183
Pemeriksaan Xeroftalmia Temuan Kendala : : tidak ditemukan secara spesifik xeroftalmia kesulitan dalam menentukan apakah termasuk xerftalmia atau bukan responden antusias dengan pemeriksaan xerofthalmia
Kemudahan:
Pemeriksaan Telinga Temuan Kendala : : ditemukan beberapa jenis telinga dan lubang telinga secara variasi oleh responden untuk penderita yang masih balita berkoordinasi dengan enumerator responden antusias dengan pemeriksaan ini susah untuk
Kemudahan:
Pemeriksaan Konversasi Temuan Kendala : : ditemukan beberapa responden yang mendengar dikarenakan beberapa hal sulit untuk
untuk responden dengan rumah di tepi jalan harus mencari tempat yang agak jauh agar konversasi lancar responden antusias dengan pemeriksaan ini
Kemudahan:
Pemeriksaan Gigi Temuan Kendala : beberapa jenis penyakit gigi ditemukan pada saaat pemeriksaan
: responden awalnya menolak diperiksa karena malu sehingga butuh wawancara ulang agar responden setuju enumerator semangat dalam bekerja
Kemudahan:
Entry Data dan Pengiriman Data Temuan : beberapa enumerator masih kesulitan dalam masalah manajemen data sehingga dilakukan briefing ulang untuk manajemen data.
184
Kendala
adanya beberapa updater dan patch baru sehingga harus memperbarui file di laptop masing masing anggota kelompok. adanya minimal 3 laptop dari masing masing tim mempermudah kinerja dari masing masing tim.
Kemudahan:
Kesimpulan Secara keseluruhan pelaksanaan riskesdas 2013 di kabupaten dharmasraya berjalan lancar. Hal ini bisa dibuktikan dengan diwawancarainya 549 rumah tangga dari total 550 rumah tangga dan 22 blok sensus yang dijadikan sampel dari BPS. Adapun beberapa hambatan yang dialami dalam pelaksanaan riskesdas kali ini seperti contoh manajemen data yang sering ada perubahan baik tentang updater maupun patchselain itu permasalahan lain yaitudaerah geografis yang sulit dan budaya masyarakat setempat yang sebagian kurang welcome. Akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan adanya koordinasi dari seluruh tim riskesdas.
185
Gambar 4.11.2. Supervisi PJT Prov. Saat puldat di rumah responden yang berada di tengah perkebunan karet
Saran Berdasarkan pengalaman dari riskesdas 2013 kabupaten Dharmasraya, ada beberapa saran untuk riskesdas selanjutnya, diantaranya : 1. Perekrutan enumerator kedepannya perlu lebih diperhatikan untuk menunjang kegiatan di lapangan karena ada beberapa informasi yang diambil yang membutuhkan keahlian khusus, sebagai contoh pemeriksaan gigi dan pemeriksaan mata agar tidak memperoleh hasil yang bias. 2. Sebaiknya update dan revisi software pengentry data tidak dilakukan saat pengumpulan data telah dilakukan, karena hal tersebut dapat membuat data yang terkumpul menjadi bias. 3. Konsep riskesdas sebaiknya dimatangkan sejak awal. Sehingga tidak ada perubahan informasi yang menyangkut isi kuesioner dimana saat TOT, TC dan bahkan pengumpulan data terjadi beberapa perbedaan informasi masalah isi kuesioner.
186
Penduduk Penduduk Pasaman Barat tahun 2012 berjumlah 373.842 yang terdiri dari 188.497 jiwa laki-laki dan 185.345 jiwa perempuan yang tersebar di 11 kecamatan, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 64.813 jiwa mendiami Kecamatan Pasaman. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Kecamatan Pasaman dimungkinkan karena
187
terjadinya arus urbanisasi dari daerah lainnya di Pasaman Barat sebagai kecamatan yang berada di Ibukota Kabupaten Pasaman Barat, terutama untuk melanjutkan pendidikan, disamping daerah ini merupakan pusat pemerintahan dan konsentrasi kegiatan ekonomi tingkat kabupaten. Sedangkan jumlah rumah tangga pada tahun 2012 di Kabupaten Pasaman Barat adalah sebanyak 88.270 rumah tangga.
Perekonomian Penduduk PDRB Pasaman Barat atas dasar harga berlaku pada saat ini adalah 7.220.297,73 juta rupiah. Dari seluruh sektor yang memberikan sumbangan dalam pembentukan PDRB Pasaman Barat atas dasar berlaku, sektor pertanian merupakan andil terbesar yaitu: 2.295.544,01 juta rupiah atau sekitar 31,79 %. Selain dari itu, keadaan perekonomian suatu wilayah dapat diukur dari banyaknya penduduk miskin. Kemiskinan menjadi isu yang cukup menjadi perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Pada tahun 2012 tercatat 133.386 jiwa yang tergolong miskin. Untuk pemerataan pelayanan kesehatan, seluruh masyarakat miskin mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan melalui progam Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Lingkungan Di Pasaman Barat, berdasarkan laporan Seksi penyehatan Lingkungan Dinkes Kabupaten Pasaman Barat tahun 2011 persentase rumah sehat 54,5 % atau sebanyak 39.606 dari 67.048 rumah yang dipantau. Sedangkan pada tahun 2012 naik menjadi 67,1 % atau sebanyak 46.939 dari 72.948 rumah yang dipantau. Dengan demikian telah ada peningkatan tetapi masih terus dibutuhkan upaya-upaya yang mengarah kepada peningkatan pencapaian rumah sehat. Adapun pencapaian persentase rumah sehat untuk masing-masing kecamatan, yang tertinggi di Kecamatan Pasaman 91,2% dan kecamatan terendah adalah Kecamatan Aia Bangih dan Sasak yaitu 57,7 %. Hal ini tergantung
188
dengan jumlah rumah yang diperiksa. Data terinci pada lampiran tabel 62. Berdasarkan data yang diperoleh dari Seksi Penyehatan Lingkungan Dinkes Pasaman Barat tahun 2011, nampak bahwa persentase meliputi Hotel sehat sebesar 81,25%, Restoran/R-Makan sehat 76,64%, Pasar sehat 65%, Tempat Umum & Pengelolaan Makanan Lainnya (TUPM = 60,25%). Dibandingkan dengan tahun 2012 terjadi peningkatan yaitu persentase meliputi Hotel sehat sebesar 81,25%, Restoran/R-Makan sehat 78,83 %, Pasar sehat sebesar 72,50%, Tempat Umum & Pengelolaan Makanan Lainnya (TUPM = 66,06%), dimana TUPM ini terdiri dari jasa boga, makanan jajanan, industri makanan minuman, desa pengrajin makanan, rumah ibadah, RS, industri kecil RT. Air merupakan kebutuhan essensial bagi mahluk hidup. Tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi ini. Sekitar 71% komposisi bumi terdiri dari air. Rumus kimia air adalah H2O (tersusun atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen). Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah. Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan dan lainnya. Data Seksi penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Pasaman Barat menunjukkan bahwa rumah tangga di Pasaman Barat yang menggunakan air minum dari air ledeng sebesar 16,6%, sumur pompa tangan 1,9%, sumur galian 53,3%, penampungan air hujan 2,5%. Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Menurut hasil pendataan Seksi penyehatan Lingkungan, persentase rumah tangga yang menggunakan tangki sebagai penampungan akhir tinja, tercatat sekitar 98,6%, pada tahun 2011,
189
sedangkan pada tahun 2012 91,4% terjadi penurunan 7,2% dari tahun sebelumnya.
Alat dan Bahan Pengumpulan Data Kabupaten Pasaman Barat termasuk salah satu dari empat kabupaten di wilayah provinsi Sumatra Barat yang mendapat beberapa blok sensus yang mewakili sampel nasional. Sehingga bersama dengan kota Padang, Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasaman Barat memperoleh beberapa blok sensus biomedis. Karena itu secara garis besar alat yang digunakan untuk pengumpulan data terbagi menjadi dua yaitu alat dan bahan puldat Kesmas dan alat bahan puldat biomedis.
Alat Bahan Pengumpulan Data Kesmas Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data kesmas terdiri dari alat dan bahan pengukur pemeriksaan beserta tas, kuesioner, bahan kontak, dan kuitansi bahan kontak. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari (tiap tim) : Timbangan berat badan digital Pengukur tinggi badan Pengukur tekanan darah digital Pita pengukur lingkar perut dan lingkar lengan atas Tumbling E Pita pengukur jarak visus 6 meter Pinhole Loop Pen light Spekulum telinga Handscoen Masker Antiseptic descosept Kaca mulut Tissue gulung Tas pengukur tinggi badan Tas ransel alat
190
1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 3 buah 2 kotak 2 kotak 3 buah 3 buah 2 buah 1 buah 1 buah
Cairan pembersih kacamulut Cairan iodium test Baterai timbangan berat badan digital Baterai ukuran A2
Kuesioner - Map 150 buah - Informed Consent 150 buah - Kuesioner Rumah Tangga 150 buah - Kuesioner Individu 675 buah - Kartu Hasil 675 buah - Tambahan Kuesioner Blok IV 4 buah - Tambahan Lembar Kuesioner Kesehatan Reproduksi 20 buah - Tali Pengikat Kuesioner 150 buah Alat Bahan Pengumpulan Data Biomedis Alat dan Bahan pengumpulan data biomedis dibagi menjadi dua yaitu Paket BS Biomedis dan Paket Tim Biomedis sebagai berikut :
NO 1. NAMA ALAT DAN BAHAN PAKET BS JUMLAH Bahan Pengambilan Darah dan Pemisahan Serum Masker 1 pack Alkohol swab 3 pack Torniquet 1 pcs Plester luka 124 pcs Sarung tangan 1 box Syringe 10 cc 82 pcs Syringe 5 cc 41 pcs Wing needle 25G 13 pcs nedle 24 G 27 pcs nedle 22 G 82 pcs Blood Lancet 82 pcs Vacutainer plain 10 ml , 157 pcs Pipet Pasteur 125 pcs Cryotube4,5 ml 125 pcs Parafilm 5 cm x 76 m 1 bundel (1,5 m) Absorban pad 1 pack
191
Lokasi
Tas 2 Tas 2 Tas 2 Tas 1 Tas 1 Tas 2 Tas 1 Tas 1 Tas 1 Tas 1 Tas 1 Tas 1 Tas 2 Tas 1 Tas 2 Tas 1
2. 3. 4. 5. 6.
Bahan Pemeriksaan Glukosa Stiker tom jerry (penentuan waktu pengambilan darah 2 jam PP) Bahan Penanganan Limbah Kantong biohazard besar Kantong biohazard kecil Sharp safety container (7,6 liter) Bahan Pembebanan Glukosa anhidrat (75 gr ) Suplemen makanan (untuk penderita DM)
75 pcs
Tas 2
7. -
Sendok pengaduk 75 pcs Tas 2 Air 330 ml 75 pcs Gelas plastik 300 ml (16 oz) dengan tutupnya 75 pcs Tas 2 Bahan RDT dan Pembuatan Slide Malaria Giemsa Stock 1 botol Tas 2 Botol kaca coklat 50 ml 1 botol Tas 2 Tissue paper 1 box Tas 1 Air Mineral 600 ml (Aqua) 1 botol Tas 1 Kaca obyek berlabel (frosted slide), 2 buah. 1 box Tas 1 Kit RDT malaria kaset 6 box Dus Str2 Tabung centrifuge 15 ml 1 pcs Tas 2 Bahan Pengiriman Spesimen Serum dan slide Malaria (ke BTDK) Steroform Box (1 dan 2) 2 box Dus Strfm Storage box 4,5 ml 2 box Dus Str1 Gel Pack 12 pcs Dus Str1 Termometer Dial 2 pcs Dus Str2 Kardus coklat bersablon alamat 2 box Dus Strfm Kotak slide dan plastik pembungkusnya 1 pcs Tas 2 Kertas tissue gulung 2 Roll Tas 2 Lakban bening/cokelat 90 yard 1 buah Dus Str1 Busa pengganjal 2 pcs Dus Str1 Kertas bekas pengganjal 2 paket Dus Str Bahan Pengiriman Slide Malaria (ke UPT) Kotak slide dan plastik pembungkusnya 1 pcs Tas 2 Kardus coklat seukuran kotak slide bersablon 1 pcs Tas 1 alamat Kertas tissue gulung 1 pcs Dus Str Kantong plastik ukuran folio 5 pcs Dus Str1 192
8. 9. -
10. -
11. -
Alat Strip Accu check performa 4 botol (@ isi 25) Microcuvet Homoque 3 botol (@ isi 50) Pengumpulan urin dan ai Botol urin dan air ukuran (LxT)= 4,5 x 9 cm 80 botol Plastik bening pelapis gelas plastik ukuran 1 pack 2kg @100 lbr Selotif bening ukuran 2,5 cm 1 pcs Selotif kertas ukuran 2,5 cm 1 pcs Masker 0,25 box Sarung tangan 0,25 box Tissue gulung 1 pcs Stiker tanda panah untuk paket urin 2 pcs Stiker tanda mudah pecah untuk paket urin 2 pcs Stiker tanda panah untuk paket air 2 pcs Stiker tanda mudah pecah untuk paket air 2 pcs Box sampel urin = 22,5 x 9 x 9 cm 7 box Box sampel urin= 13,5 x 9 x 9 cm 1 box Box sampel air= 9 X 9 X 9 cm 1 box Kotak kardus = 30 X 25 X 20 cm utk box 1 box sampel garam Kantong plastik ukuran besar pembungkus 6 1 pcs box sampel urin/air Pengumpulan garam Plastik sealed/zip ukuran 10x15 cm 1 pack Box sampel garam utk 25 sampel garam= 1 box 22,5 x 9 x 9 cm Stiker "jangan dibalik" (besar) untuk di kotak 1 pcs kardus Stiker "mudah pecah" (besar) untuk di kotak 1 pcs kardus Formulir Form BM.01 26 ply Form BM.02 118 ply Form BM.03 118 ply Form BM.04 118 ply Form BM.05 2 ply Stiker RT 138 nomer Stiker ART 26 nomer Kartu hasil 118 pcs
193
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
NAMA ALAT DAN BAHAN PAKET TIM Batu batere cadangan A2 Cold box (12 lt) Ice Pack Baki/nampan plastic timer mekanik rack pewarnaan +nampan botol semprot plastik untuk alcohol botol semprot plastik untuk air sabun antiseptic Alkohol 70% Lakban bening/coklat 90 yard untuk packaging Accu check performa Sentrifuge portable Hemoque (Alat pemeriksaan Hb) Wadah plastik urin
Kotak kardus ukuran : PXLXT= 30 X 25 X 20 cm. Satu kab = 1 kotak kardus, berisi 6 box sampel 1 pc garam Kantong plastik ukuran besar (dapat membungkus 1pc enam box sampel garam). Satu kab = 1 bh 194
17
Prosedur Kerja Tahap Training. Tahap ini berlangsung selama sepuluh hari dan bertempat di Hotel rocky. Di tahap ini, seluruh enumerator diberi pelatihan tentang tata cara pengumpulan data, baik pengumpulan data kesmas maupun biomedis. Pelatihan tersebut juga meliputi simulasi pengumpulan data di rumahrumah penduduk dan simulasi pelaksanaan lab lapangan. Pada 2 hari terakhir pelatihan, diadakan koordinasi antara PJT Kabupaten, PJO kabupaten, PJAL Kabupaten dan seluruh enumerator kabupaten Pasaman Barat guna embahas prosedur teknis dan operasional selama pengumpulan data 2 bulan kedepan.
Tahap Persiapan Lapangan Tahap ini dilakukan selama 2 hari. Berupa rapat koordinasi ulang antara PJT kabupaten, PJO kabupaten, PJAL kabupaten dan enumerator. Hasil rapat tersebut adalah, sebelum pengumpulan data tim enumerator akan melaksanakan pemutakhiran bangunan sensus terlebih dulu Selain itu sebelum pengumpulan data, PJT kabupaten mencari tempat tinggal selama bertugas yang berlokasi di tengah kota. Posko dibagi tiga tempat dikarenakan lokasi puldat yang saling berjauhan. Barang dan logistik tersebut direkapitulasi ulang sebelum digunakan untuk puldat serta diserah terimakan ke tim enumerator penanggung jawab tiap alat dan logistik tersebut.
Tahap Pemutakhiran Bangunan Sensus Pemutakhiran Bangunan Sensus ini dilakukan sebelum melakukan pengumpulan data di lapangan. Tiap tim enumerator bergerak sendirisendiri mengerjakan pemutakhiran bangunan sensus pada 6 enam blok sensus yang telah menjadi tanggung jawab masing-masing tim. Selain melakukan pemutakhiran, tiap tim enumerator juga melakukan sosialisasi dan kontrak waktu dengan para wali jorong serta penduduk yang terpilih sebagai sampel, Sehingga saat puldat dilaksanakan, tiap sampel dapat ditemukan dengan mudah dan proses puldat dapat terlaksana dengan lancar.
195
Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dilaksanakan setelah proses pemutakhiran bangunan sensus selesai. Dikarenakan lokasi blok sensus yang saling berjauhan akhirnya tiap tim mengerjakan BS masingmasing.Masing-masing tim mengerjakan 6 BS didaerah mereka masingmasing, dan saya sebagai PJT kabupaten setiap hari berpindah-pindah lokasi BS untuk mengawasi jalannya proses pengumpulan data.
Tahap Penyelesaian Setelah semua rangkaian puldat selesai dilaksanakan, setiap tim mengumpulkan seluruh alat dan sisa logistik di dinas kesehatan. Semua alat dan sisa logistik tersebut dihitung ulang. Seluruh kuesioner yang telah di entry, dikelompokkan berdasarkan blok sensus dan diikat menjadi satu. Kemudian semua kuesioner, alat dan sisa logistik di serahterimakan kepada PJO dan PJAL kabupaten Pasaman Barat untuk kemudian di kirim ke LitBangKes Surabaya.
Hasil Kegiatan Tempat Tinggal PJT, enumerator dan posko Temuan : PJT bertempat tinggal di homestay yang berada di tengah kota dan dijadikan sebagai posko. Enumerator tinggal diposko masingmasing tim. Kendala : Wilayah Pasaman Barat yang cukup luas ditambah tidak adanya bantuan transport dari dinas kesehatan sehingga mempersulit mobile PJT dan enumerator. Hal ini diatasi dengan meminjam kendaraan keluarga enumerator. Kemudahan : Kondisi geografis Pasaman Barat yang sebagian besar terdiri dari daerah dataran rendah sehingga perjalanan menuju lokasi puldat bisa berjalan mudah.
196
Peta Bangunan Sensus Temuan : Peta yang kami dapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten berupa sketsa peta blok sensus yang lengkap dengan detail bangunan fisiknya. Kendala : Ada beberapa peta yang tidak jelas, karena peta yang tim dapatkan berupa hasil scan dari peta asli yang ditulis dengan pensil. Selain itu ada beberapa nomor bangunan fisik yang tertera di peta tidak sama dengan nomor bangunan fisik yang tertempel di stiker rumah. Kemudahan : Peta bangunan sensusnya dibuat secara rapi sehingga memudahkan kami dalam membaca.
Pemutakhiran Bangunan Sensus Temuan : Di Kabupaten Pasaman Barat banyak dari bangunan sensus yang telah kosong ditinggal pemiliknya sehingga kami harus menaikkan cadangan . Selain itu peran wali jorong setempat sangat membantu dalam proses pemutakhiran bangunan sensus, karena gambaran di peta bangsen kadang berbeda dengan kondisi yang sebenarnya. Kendala : Stiker bangunan sensus yang berbeda dengan nomor bangunan sensus pada DSBS. Kemudahan : Peran wali jorong setempat sangat membantu dalam proses pemutakhiran bangunan sensus, karena gambaran di peta bangsen kadang berbeda dengan kondisi yang sebenarnya.
meminta agar beliau yang menjadi penunjuk jalan dengan alas an beliau yang paling mengerti daerah tersebut. Kendala : Beberapa lokasi BS yang cukup luas sehingga penunjuk jalan tidak hafal betul dan kurang mengenal warga yang menjadi responden. Masing-masing Kepala Jorong sangat kooperatif dalam hal menunjukkan siapa yang menjadi penunjuk jalan.
Kemudahan:
Surat Perijinan Temuan : Surat perizinan untuk pengumpulan data selesai tepat satu hari sebelm tim enumerator hendak turun ke lapangan untuk pemutakhiran bangsen. BaLitBangKespol Kabupaten Pasaman Barat sangat kooperatif dengan PJT, PJO dan PJAL kabupaten.
Kendala
Kemudahan:
Wawancara Temuan : Responden yang di wawancarai pada riskesdas 2013 di wilayah Kabupaten Pasaman Barat terdiri dari empat macam suku yaitu adalah penduduk asli suku Minang, suku Batak Mandailing, suku Jawa dan suku Batak Toba . Dikarenakan keberanekaragaman suku tersebut proses wawancara agak sedikit terhambat dalam hal bahasa karena ada beberapa responden yang tidak bisa berbahasa Indonesia dengan fasih sehingga beberapa wawancara terpaksa dilakukan dengan menggunakan perantara penerjemah. Hal ini juga diantisipasi sebelumnya dengan perekrutan enumerator yang bisa berbahasa batak.
198
Kendala
Kemudahan:
Sebagian besar responden kooperatif dan terbuka dengan enumerator dalam melakukan wawancara bahkan untuk pertanyaan pribadi mereka juga cukup terbuka sehingga memudahkan enumerator dalam melakukan pengumpulan data.
Pengukuran Berat Badan Temuan Kendala : : Lupa melepas baterai selepas penggunaan. Baterai dibiarkan sampai satu hari didalam alat timbangan Banyak rumah-rumah responden yang beralaskan semen yang tidak rata sehingga harus mencari tempat yang rata agar timbangan benar-benar menunjukkan hasil yang valid. Responden yang cukup kooperatif. pembacaan pengukuran juga cepat. Proses
Kemudahan:
Pengukuran Tinggi Badan Temuan : Responden lansia tidak bisa berdiri dengan tegak sehingga validasi pengukuran tinggi badan untuk kategori ini masih dipertanyakan. Pengukuran untuk bayi dan balita sering harus diulang karena bayi dan balita yang akan diukur seringkali tidak kooperatif. Bahkan ada beberapa bayi dan balita yang tdiak bisa diukur karena rewel dan terus-menerus menangis sehingga untuk kasus seperti ini kami terpaksa harus memakai meteran. Responden yang cukup kooperatif. pembacaan pengukuran juga cepat. Proses
Kendala
Kemudahan:
Pengukuran Lingkar Lengan Atas Temuan : Pengukuran lingkar lengan atas cukup lancar walaupun ada beberapa responden yang menolak untuk diukur tetapi setelah dijelaskan maksud dan
199
tujuan tersebut akhirnya mereka menyetujui. Kendala : Beberapa responden yang menolak untuk diukur dengan alasan mengganggu privasi tetapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan tersebut akhirnya mereka menyetujui. Pita LiLa banyak juga yang sudah luntur. Beberapa responden yang cukup kooperatif dan mengerti maksud dan tujuan dilakukan pengukuran lingkar lengan atas sehingga mempermudah proses pengukuran.
Kemudahan:
Pengukuran Lingkar Perut Temuan : Pengukuran lingkar perut cukup lancar walaupun ada beberapa responden yang menolak untuk diukur tetapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan tersebut akhirnya mereka menyetujui. Beberapa responden tetap tidak menyetujui dilakukan pemeriksaan lingkar perut dengan alas an malu walaupun sudah dijelaskan maksud dan tujuan dan dilakukan pemeriksaan dengan enumerator berjenis kelamin sama. Beberapa responden yang cukup kooperatif dan dan mengerti maksud dan tujuan dilakukan pengukuran lingkar perut sehingga mempermudah proses pengukuran.
Kendala
Kemudahan:
Pengukuran Tekanan Darah Temuan Kendala : : Hasil yang kurang valid untuk pengukuran tekana darah dengan tekanan sistol lebih dari 200 mmHg. alat pengukur tekanan darah kadang mengalami error . Setelah ditelusuri lebih lanjut, kesalahan teknis tersebut dikarenakan responden yang bergerak terlalu aktif saat pengukuran berlangsung
200
serta baterai alat yang habis Kemudahan: Proses pengukuran berjalan dengan cepat karena enumerator yang bukan perawat dan bidan juga bisa menggunakan alat tersebut dengan benar.
Pemeriksaan Visus Temuan : Beberapa responden yang salah mengintrepretasikan penjelasan dari enumerator. Banyak responden yang meskipun penurunan visus sudah cukup parah tidak menggunakan alat bantu visus.
Kendala
: Rumah responden yang kurang penerangan dan luas sehingga pengukuran dilakuakan di pinggir jalan atau lapangan. Beberapa responden yang kurang kooperatif tidak mau dilakukan pemeriksaan dengan alasan sibuk dan lain-lain. Selain itu responden anak kecil juga tidak mau dilakukan pemeriksaan karena takut. Kebanyakan responden cukup kooperatif.
Kemudahan:
Pemeriksaan Kelainan Permukaan Mata Temuan Kendala : : Banyak responden yang setelah diperiksa terdapat pterygium dipermukaan mata. Tim enumerator kebanyakan tidak mempunyai jam terbang tinggi dalam pemeriksaan permukaan mata sebelumnya. Sehingga ditakutkan hasil pemeriksaan mengalami bias dari yang semestinya Responden yang cukup kooperatif pemeriksaan berjalan cepat dan lancar. sehingga
Kemudahan:
Barat tidak didapatkan responden yang mengalami xeroftalmia Kendala : Tim enumerator kebanyakan tidak mempunyai jam terbang tinggi dalam pemeriksaan xeroftalmia sebelumnya. Sehingga ditakutkan hasil pemeriksaan mengalami bias dari yang semestinya. Selain itu responden anak agak sulit untuk diperiksa karena kerap kali rewel dan menangis Beberapa responden yang cukup kooperatif.
Kemudahan:
Pemeriksaan Telinga Temuan : Proses pemeriksaan telinga cukup lancar walaupun ada beberapa responden yang menolak untuk diperiksa dengan alasan menggangu privasi. Beberapa responden yang menolak untuk diperiksa dengan alasan menggangu privasi. Setelah dijelaskan maksud dan tujuan ada responden yang bersedia tetapi ada yang tetap menolak. Untuk tes bisik, kadang dalam pelaksanaannya mengalami kesulitan karena tidak adanya kamar yang memenuhi syarat untuk tes bisik karena lingkungan yang terlalu bising. Beberapa responden yang cukup kooperatif.
Kendala
Kemudahan:
Pemeriksaan Gigi Temuan Kendala : : Proses pemeriksaan berjalan cukup lancar. Tidak ada anggota tim enumerator yang mempunyai latar belakang dokter gigi atau perawat gigi. Sehingga di takutkan akan terjadi bias yang cukup signifikan dengan keadaan yang sebenarnya. Selain itu beberapa responden juga menolak untuk diperiksa gigi karena alasan malu tetapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan
202
Entry Data dan Pengiriman Data Entry Data Temuan : Tiap tim mendapatkan tugas untuk mengentry data dari enam blok sensus yang menjadi tanggung jawab tiap tim. Untuk puldat BS pertama, tiap tim enumerator diharuskan mengentry data di posko tim enumerator dengan pengawasan PJT. Hal ini dikarenakan untuk memudahkan PJT mensupervisi para enumerator bila mereka menemui kesulitan di tengah-tengah proses entry data. Setelah dinilai cukup lancar, PJT kemudian memperbolehkan enumerator untuk mengentry data di rumah atau markas masing-masing tim. Software yang berkali-kali di update sempat membuat bingung para enumerator, sehingga sedikit menghambat proses pengentryan data. Pada awalnya proses entry berjalan cukup lambat karena para enumerator belum terbiasa dalam menggunakan software pengentry data. Para enumerator juga sering salah memasukkan data saat mengentry. Kesalahan paling sering adalah kesalahan memasukkan NKS dan nomor bangsen . Para enumerator sebagian besar mengoperasikan computer sehingga mengentry berjalan cukup lancar. mahir proses
Kendala
Kemudahan:
Pengiriman Data Temuan : Menurut petunjuk teknis semula pengiriman data dilakukan segera setelah pengentryan data dalam suatu Blok sensus selesai. Tetapi karena berbagai
203
hal, pengiriman data entryan tidak selalu satu blok sensus tertentu selesai di melainkan hasil entryan dari satu blok dikirim bersamaan dengan entrian blok yang lain. Kendala :
Hambatan yang paling sering ditemui adalah sinyal internet yang kadang tidak lancar, bahkan menghilang. Selain itu email riskesdas sendiri, yang digunakan untuk mengemail data, terkadang mengalami kendala teknis, sehingga tidak bisa digunakan untuk mengemail data, Bahkan terkadang email riskesdas tersebut sama sekali tidak bisa dibuka. Tim Mandat cukup kooperatif dalam membantu PJT dalam melakukan pengiriman data ke tim mandat pusat
Kemudahan:
Pengumpulan Data Biomedis Temuan : Pada BS biomedis, terdapat sejumlah pemeriksaan yang berbeda dengan BS non biomedis yaitu adanya pengumpulan sampel biomedis berupa sampel urine, garam dan sampel air. Selain itu juga dilakukan pengumpulan serum dari darah yang diambil saat laboratorium lapangan. Proses puldat biomedis di Pasaman Barat juga tidak semua dilakukan pada hari ke 1-4 dan 7-10 dikarenakan waktu yang cukup mepet sehingga ada beberapa BS yang dimampatkan langsung pengumpulan data selama 6 hari dan biomedis 3 hari serta persiapan lapangan satu hari. Jadi dari ketentuan semula 12 hari menjadi 10 hari (untuk 2 BS di jorong Kinali dan Paraman Ampalu) Para enumerator masih bingung untuk penentuan responden yang akan diambil sampel urine dan airnya. Sehingga sering kali sampel urine dan air di ambil dari responden yang salah. Kesalahan
204
Kendala
tersebut kebanyakan bersumber dari kekurang pahaman enumerator terhadap penggunaan Kish Table. Karena kesalahan tersebut sering mereka harus kembali ke rumah responden untuk mengambil kembali sampel urine dan air yang benar menurut Kish Table. Kemudahan: Para enumerator mau untuk belajar memperbaiki kesalahan yang mereka lakukan saat puldat biomedis.
Laboratorium Lapangan Temuan : Dilakukan pemberitahuan sebelumnya lewat undangan resmi lewat surat dengan menyertakan tanda tangan Kepala Jorong, tanda tangan ketua tim enumerator dan menyertakan kop surat dari kementrian kesehatan sehingga terkesan seperti undangan resmi. Laboratorium lapangan pada awalnya dilakukan selama empat hari yaitu pada hari ke-5dan 6, serta hari ke-11 dan 12. Tetapi karena berbagai alasan hanya empat blok sensus biomedis di Kabupaten Pasaman Barat yang melaksanakan laboratorium lapangan selam empat hari. Sedangkan dua blok sensus biomedis lain hanya melaksanakan lab lapangan 3 hari. Banyak responden yang masuk kriteria inklusi dan telah diuundang, tetapi ternyata pada waktu hari lab lapangan tidak hadir dengan berbagai alasan. Apabial responden tidak datang tetap dihubungi lewat SMS dan telepon sampai batas waktu yang ditentukan. Wali jorong, Kepala Puskesmas, dokter serta paramedik dan staf puskesmas amat sangat membantu pelaksanaan laboratorium lab lapangan di masing-masing blok sensus biomedis
205
Kendala
Kemudahan:
Pengiriman Spesimen Biomedis Temuan : Pengiriman spesimen biomedis dilakukan dua kali dalam tiap blok sensus biomedis. Dalam prakteknya ada beberapa BS yang dikirimkan dua kali ada yang satu kali karena alasan waktu. Spesimen yang dikirim meliputi sampel serum (dua kali dalam 1BS), sampel urine (dua kali), sampel air (satu kali) dan sampel garam (dikumpulkan setelah sampel garam satu kabupaten terkumpul). : Pada dua pengiriman sampel serum yang pertama, ternyata sampai di Jakarta suhu serum naik. Hal ini dikarenakan pengiriman oleh kargo yang lebih dari sehari, serta petunjuk teknis pengepakan serum dari pusat yang kurang tepat sehingga begitu sampai di Jakarta suhu serum mengalami kenaikan (dua sampel serum pertama sampai ke Jakarta dengan suhu 20c dan 14c). Jalan keluarnya, PJT mengganti kargo yang digunakan untuk pengiriman sampel.Selain itu, tim biomedis provinsi Sumbar memodifikasi sendiri teknis pengepakan serum yaitu dengan menambah jumlah icepack atau memberi tambahan batu es. Setelah dua langkah diatas dilakukan, pengiriman serum selanjutnya berjalan cukup lancar.
Kendala
Kemudahan: Para enumerator amat membantu sekali dalam proses pengepakan dan pengiriman sampel biomedis.
Kesimpulan Secara garis besar, pelaksananaan riskesdas 2013 di kabupaten Pasaman Barat berlangsung cukup lancar dan berjalan sesuai dengan prosedur. Pengumpulan data dimulai dari tanggal 1 Mei 2013 dan berakhir pada tanggal 24 Juni 2013. Beberapa hambatan yang ditemui saat proses pengumpulan data diantaranya adalah BS daerah sulit yaitu harus menggunakan perahu sewa menyebrangi pulau dan setelah itu menyewa ojek kemudian berjalan kaki sampai ke tempat tujuan oleh
206
karena itu PJT dan PJO bersama-sama bersama menyusun anggaran untuk BS daerah sulit agar proses puldat berjalan lebih lancar. Hambatan lain yang ditemui adalah dari pengumpulan data di blok sensus biomedis, dimana dua pengiriman serum pertama bisa dibilang gagal karena saat sampai di Litbang Jakarta, suhu serum meningkat amat drastis. Berkat modifikasi teknis pengepakan dan penggantian kargo hambatan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Selain biomedis, sebenarnya di jumpai permasalahan lain pada saat persiapan lapangan, pengumpulan data dan proses entry data. Tapi berkat kerjasama semua anggota tim riskesdas Kabupaten Pasaman Barat, dan dukungan semua elemen yang terkait, semua permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Adapun hasil dari riskesdas 2013 di Kabupaten Pasaman Barat ini adalah, telah diwawancarai 595 rumah tangga dan 2567 individu dalam 24 blok sensus.
207
Saran Dari pelaksanaan riskesdas 2013 di Kabupaten Pasaman Barat, penulis mengajukan saran sebagai berikut : 1. Petunjuk teknis pengepakan sampel biomedis yang dibuat oleh tim biomedis pusat perlu dievaluasi kembali. Hal ini perlu dilakukan agar dalam riskesdas 2016 mendatang, kejadian naiknya suhu serum saat dikirim tidak terulang kembali. 2. Sebaiknya update dan revisi software pengentry data tidak dilakukan saat pengumpulan data telah dilakukan, karena hal tersebut dapat membuat data yang terkumpul menjadi bias dan menyebabkan enumerator harus bekerja dua kali karena berulangkali ada software yang direvisi. 3. Perekrutan enumerator kedepannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Agar kejadian dimana tidak adanya enumerator dengan latar belakang dokter gigi atau perawat gigi pada pemeriksaan gigi tidak terulang lagi. Hal ini penting untuk meminimalisir kemungkinan data yang didapat tidak akurat.
208
Demografi Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Padang tahun 2008, tercatat jumlah penduduk Kota Padang sebanyak 856.815 jiwa yang terdiri dari 423.039 jiwa laki-laki dan 433.776 jiwa perempuan dengan ratio 97,52 dimana laju pertumbuhan penduduk 2,31 % per tahun. Kecamatan yang paling tinggi laju pertumbuhan penduduknya adalah Kecamatan Koto Tangah (4,27 %). Kecamatan Padang Timur adalah daerah yang paling tinggi kepadatan penduduknya yaitu 10.696/km2 dan daerah terendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Bungus Teluk Kabung yaitu 239/km2. Komposisi penduduk Kota Padang menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 28 %, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 68 %, dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 4 %. Dengan demikian penduduk Kota
209
Padang yang terbanyak berada pada usia produktif dan yang paling sedikit adalah yang berusia tua. Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta bahwa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut, dan beriberi. Kota Padang tahun 2010 mempunyai 29.661 Rumah Tangga Miskin (RTM) dengan jumlah jiwa 185.001 jiwa. Adapun kecamatan yang banyak keluarga miskinnya adalah Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, dan Lubuk Begalung (BAPPEDA Kota Padang, 2010). Derajat kesehatan juga sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan karena pendidikan bisa berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang yang berpendidikan mempengaruhi keputusan seseorang untuk berprilaku sehat. Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan. Di Kota Padang berdasarkan tingkat pendidikan jumlah terbanyak adalah pada tingkat SMU yaitu 12.847 jiwa (BPS Kota Padang, 2008). Dari segi sosial ekonomi dapat dilihat perkembangan yang sangat bervariasi dari tahun ke tahun. Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental, dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan
210
menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. Menurut Badan Pusat Statistik, presentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang termasuk dalam angkatan kerja sebanyak 44,28 %. Penduduk Kota Padang yang termasuk angkatan kerja terdiri atas penduduk yang bekerja sebesar 42,35 % dan yang mencari pekerjaan sebesar 1,93 %. Sementara yang bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain) sebesar 55,71 %. Angka diatas menunjukkan bahwa di Kota Padang penduduk bekerja di sektor jasa-jasa yaitu 29,29 % dan disusul bidang perdagangan, hotel dan restoran sebanyak 27,23 % (BPS Kota Padang, 2008). Bahan Pengumpulan Data Bahan-bahan yang digunakan pada saat pemutakhiran adalah sebagai berikut : Daftar BANGSEN. Peta bermuatan dari BPS. Pensil dan penghapus untuk mengisi pada daftar BANGSEN. Bahan-bahan yang digunakan pada saat pengumpulan data kesehatan masyarakat jumlahnya disesuaikan dengan jumlah tim (5 tim): Lembar PSP. Kuesioner individu. Kuesioner rumah tangga. Map Riskesdas 2013. Dan alat kesmas yang lain Undangan PERDAMI. Bahan-bahan yang digunakan pada saat pengumpulan data biomedis : Formulir BM. 01-05. Stiker rumah tangga dan individu. Tas bahan biomedis lengkap dengan isinya sesuai jumlah BS Biomedis di kota Padang yaitu 7 BS, termasuk wadah dan dos untuk pengiriman sampel biomedis Alat biomedis: centrifuse, alat pemeriksaan glukosa darah, RDT malaria, alat pengukur Hb darah, alat untuk membuat apusan darah tebal malaria.
211
Bahan-bahan yang digunakan pada saat pengumpulan data biomedis : Komputer/lap top. Flash disc dan alat tulis Prosedur Kerja Sebelum memulai pengumpulan data, team melaksanakan pemutakhiran dulu. Pertama-tama melapor ke Lurah atau Sekretaris Lurah setempat untuk meminta ijin melakukan kegiatan Riskesdas 2013 di kelurahan tersebut. Setelah itu, melapor kepada ketua RT / RW setempat sesuai daftar BANGSEN. Kemudian meminta tolong menunjukkan kira-kira rumah yang sesuai dengan nama pemilik di daftar BANGSEN berlokasi di mana. Setelah itu menuju lokasi yang ditentukan dan menyamakan nomor bangunan sensus. Bila tidak sesuai, mencari rumah yang nomor bangunan sensus sesuai dengan BANGSEN. Apabila masih menemui kesulitan di lapangan, menghubungi KSK yang sudah ditentukan oleh BPS Kota Padang. Setelah pemutakhiran selesai, dilanjutkan dengan mengunjungi rumah tangga yang bangunan sensusnya ditemukan. Tiap team yang terdiri dari 5 orang membagi tugas sebagai berikut : 2 orang yang bertugas wawancara, 1 orang yang bertugas menyiapkan alat dan mengukur tinggi dan berat badan, 1 orang menyiapkan tensimeter dan penlight serta mengukur tekanan darah, keadaan kornea dan lensa mata, keadaan telinga, dan tes bisik, 1 orang menyiapkan meteran, tali 6 meter, tumbling E, dan pinhole untuk mengukur lingkar lengan, lingkar perut, dan visus. Hal ini dilakukan secara rolling dan bergantian dari setiap 5 rumah tangga. Untuk blok sensus yang biomedis, saat di rumah tangga responden, sehabis selesai wawancara, enumerator yang bertugas wawancara, selesai wawancara mengambil sampel urine, air, dan garam. Saat pelaksanaan biomedis, 2 hari sebelum pelaksanaan sudah mengunjungi Puskesmas menemui Kepala Puskesmas dan dokter pendamping untuk melapor dan survei tempat yang akan digunakan untuk tempat pelaksanaan. Sehari sebelum pelaksanaan, semua alat sudah dipindahkan ke Puskesmas. Team yang terdiri dari 5 orang membagi tugas sebagai berikut, 1 orang di bagian pendaftaran, 1 orang yang bertugas mengambil darah, 1 orang yang bertugas melakukan
212
pemeriksaan berupa glukosa darah, RDT malaria, dan hemoglobin, 1 orang yang bertugas pada pembebanan, dan 1 orang yang bagian melengkapi dan menuliskan kartu hasil pemeriksaan biomedis. Setelah pelaksanaan biomedis selesai, alat-alat dibawa kembali ke posko. Saat di posko, dilakukan pengecekkan kembali formulir BM. 01-05 terutama alasan tidak didapatkan sampel urine dan serum. Setelah itu, dilakukan pengepakkan sesuai POB. Setelah pengepakkan selesai, menghubungi PJO untuk mengambil paket yang sudah siap dikirim melalui TIKI. Kuesioner yang sudah dicleaning, kemudian diperiksa oleh PJT apabila sudah diperiksa oleh PJT, kuesioner diperbaiki terlebih dahulu bila masih kurang atau bermasalah. Selesai diperbaiki, barulah team mengentri data menggunakan program yang telah ditentukan. Setelah mengentri data, team membuat formulir kontrol data sesuai format yang telah ditentukan. Kemudian, PJT memeriksa hasil entrian data dan formulir kontrol data. Apabila sudah beres dan lengkap, PJT mengezip data entrian tersebut. Kemudian, mengirimkan hasil zip dan formulir kontrol data ke team Mandat melalui email Riskesdas 2013. Setelah itu, PJT mengisi formulir rekapan yang telah dibuat berupa jumlah kuesioner rumah tangga, kuesioner individu, sampel urine dan air, dan dana responden sebagai laporan kepada PJO. Pada akhir pengumpulan data seluruhnya, semua alat dan bahan yang tersisa beserta kuesioner yang tersisa, dikumpulkan, ditata, dan dipak yang nantinya diserahkan semuanya kepada Dinkes melalui PJO.
Hasil Kegiatan Persiapan Lapangan Dalam persiapan lapangan didapatkan beberapa kendala sebagai berikut: ketidak cocokan antara nomor bangunan sensus, alamat, dan nama kepala keluarga, sehingga membingunggkan para enumerator saat melakukan pemutakhiran. Selain itu, ada beberapa blok sensus yang peta bermuatannya tidak ada di BPS sehingga harus mensurvei semua rumah yang ada di blok sensus tersebut. Selain itu, adablok sensus yang juga banyak bangunan tidak ditemukan atau bangunan kosong sehingga harus mencari rumah tangga sendiri yang juga ditentukan bersama dengan ketua RT atau RW.
213
Wawancara, Pengukuran, dan Pemeriksaan Dalam melakukan wawancara responden yang sibuk bekerja sering menjawab dengan terburu-buru tanpa memperhatikan pertanyaan yang diajukan oleh para enumerator dan juga kadang kala meminta enumerator untuk cepat. Hal ini mengakibatkan pengisian kuesioner ada yang salah atau terlewat, dan pengukuran tidak akurat. Selain itu, juga ada anggota rumah tangga yang tidak mau diwawancarai dengan berbagai alasan. Ada juga anggota rumah tangga yang mau diwawancarai tapi menolak beberapa item pengukuran sehingga pengukuran tidak dapat dilakukan.
Pelaksanaan Biomedis Untuk pemeriksaan biomedis respon rate responden sangat kurang. Hal ini diakibatkan karena kesibukkan kerja dan kegiatan sehari-hari, gosip dari tetangga menggenai sakitnya saat diambil darah, dan rasa takut responden melihat jarum suntik. Selain itu, juga banyak responden yang beralasan tidak adanya transportasi untuk menuju Puskesmas tempat pelaksanaan biomedis.
214
Entry Data dan Pengiriman Data Pada awal-awal awal pengentrian data, dibingungkan oleh updaterupdater terbaru dari team Mandat sehingga team menunda sementara untuk mengentri data. Selain itu, website dan email kadang kala susah dibuka pada saat ingin mengirimkan data ke team Mandat. Hasil rekapan dan jumlah rumah tangga maupun individu, serta sampel urine, air, maupun darah yang berhasil diambil dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Total rumah tangga yang berhasil diwawancarai ada 712 dengan jumlah individu u yang diwawancarai 2.608 orang
Gambar 4.13.2. Suasana ruang tunggu puskesmas untuk pengambilan ngambilan sampel biomedis, Kota Padang.
Gambar 4.13.3. Tetap semangat diambil darah meskipun duduk di kursi roda
215
Tabel 4.13. 1.
Hasil Pengumpulan Data Kesehatan Masyarakat dan Biomedis, Kota Padang, Riskesdas 2013
JUMLAH
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Blok Sensus RT Lubuk Buaya Ulak Karang Selatan Koto Luar Anduring (1) Bandar Buat Kubu Marapalam Gunung Pangilun Korong Gadang Sawahan Timur Bungus Barat (1) Padang Sarai Kapala Koto Sebarang Palinggam Belakang Tangsi Surau Gadang Air Pacah Tarantang Bungus Selatan Olo Pasa Gadang Kampung Lapai Baru Bungo Pasang Parak Laweh Pulau Air Nan XX Bungus Timur Parak Gadang Timur Alai Parak Kopi Anduring (2) Parupuk Tabing Bungus Barat (2) Gates Nan XX 25 22 22 20 25 21 24 25 23 25 25 25 25 20 25 25 25 25 25 25 24 20 21 25 20 25 25 25 25 25 IND 68 76 71 62 97 65 88 99 69 121 83 93 111 59 99 117 91 104 104 86 81 62 68 110 76 78 79 106 104 110 URINE 12 18 22 26 28 21 29 AIR 3 3 3 3 3 3 3 -
Pemeriksaan Darah 25 48 25 32 25 31 35 -
216
Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan dalam pelaksanaan Riskesdas : 1. Perlunya persiapan yang matang dan berkoordinasi dengan berbagai sektor membuat pengumpulan data berjalan dengan lancar dan hambatan yang ada dapat diselesaikan dengan baik. 2. Dalam pelaksanaan Riskesdas yang merupakan kegiatan besar ini, masih banyak kekurangan terutama dalam hal-hal program, BANGSEN, dan koordinasi di lapangan, serta sepengetahuan masyarakat mengenai kegiatan Riskesdas. 3. Hasil yang dicapai dalam pengumpulan data Kota Padang ini masih kurang dari target. Didapatkan 712 rumah tangga yang berhasil diwawancarai dari target sebesar 750 rumah tangga. Sampel individu yang berhasil diwawancarai berjumlah 2.608 orang dari 3.750 yang ditargetkan. 4. Kendala yang dihadapi dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam perencanaan kegiatan Riskesdas selanjutnya. 5. Dari kegiatan ini juga didapatkan bahwa kepedulian masyarakat untuk mengikuti serangkaian kegiatan kesehatan masih dirasa kurang. Riskesdas dianggap bukan sebagai sesuatu yang penting. Terbukti dari ketidakmauan responden untuk dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel darah maupun urine. Saran Saran yang dapat diberikan sebagai berikut : 1. Sebaiknya dari pusat menjalin kerjasama yang sudah benar-benar disepakati sehingga di lapangan tidak terjadi hambatan, terutama dengan BPS, Dinkes setempat, dan Kepala Daerah setempat. 2. Sebaiknya diadakan iklan yang menyatakan akan dilaksanakan kegiatan Riskesdas agar masyarakat tahu dan menyambut baik kegiatan tersebut. 3. Adanya keterbukaan mengenai hak yang diperoleh agar ada keikhlasan dan rasa tanggung jawab dalam menunaikan pekerjaan yang sudah diberikan. 4. Program dan kuesioner sebaiknya difixkan sebelum acara pengumpulan data agar tidak membingungkan berbagai pihak. 5. Alat-alat sebaiknya dilengkapi sebelum terjun ke lapangan untuk pengumpulan data.
217
218
Kelurahan Tanah Garam. Kelurahan VI Suku. Kelurahan Sinapa Piliang. Kelurahan IX Korong. Kelurahan Aro IV Korong. Kelurahan Kampai Tabu Karambie. Kelurahan Simpang Rumbio.
Kelurahan Koto Panjang. Kelurahan Pasar Pandan Airmati. Kelurahan Tanjung Paku. Kelurahan Nan Balimo. Kelurahan Kampung Jawa. Kelurahan Laing.
Prosedur Kerja pengumpulan Data Dalam pelaksanaan Riskesdas digunakan bahan pendukung untuk pengisian kuesioner. Kuesioner,merupakan bahan yang sangat penting karena kuesioner ini digunakan untuk mencatat data-data responden. Selain kuesioner sebagai alat pemandu wawancara, dilakukan pula pemeriksaan dan pengukuran menggunakan alat-alat yang sudah disediakan dalam pengumpulan data.
219
Enumerator kota solok terdiri dari 3 tim dan menyelesaikan 16 BS yang tiap BS terdiri dari 25 Rumah tangga, caranya yaitu : 1. 2. 3. Enumerator melihat daftar bangsen pada BS yang terpilih Enumerator dan PJT mendatangi bangsen yang terdapat pada daftar bangsen Perkenalan dan menjelaskan maksud dan tujuan enumerator datang ke rumah responden demikian juga kepada angota rumah tangga lainnya pada rumah tersebut Setelah responden mengetahui maksud dan tujuannya,responden menandatangani inform concent Enumerator menanyakan berapa orang yang tinggal dalam rumah tersebut dan tinggal atau akan tinggal > 5 tahun di dalam rumah tersebut Enumerator mewawancarai seluruh anggota rumah tangga yang tinggal dalam rumah tersebut dan tinggal atau akan tinggal > 5 tahun di dalam rumah tersebut Enumerator melakukan pengukuran sesuai data yang diminta dalam kuesioner Setelah wawancara dan pengukuran selesai dilakukan, orang yang tinggal dalam rumah tersebut dan tinggal atau akan tinggal > 5 tahun di dalam rumah tersebut menandatangani dan menerima uang kontak sebagai tanda terima kasih telah dilakukan wawancara dan pengukuran PJT mengawasi yang dilakukan enumerator sudah benar sesuai dengan prosedur yang ada 10. Enumerator dan PJT minta ijin undur diri 11. Melakukan tugas lainnya
4. 5.
6.
7. 8.
9.
Dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran dilakukan dengan menggunaka alat yang disediakan sebagai berikut: 1. Tensimeter digital 2. Alat ukur tinggi badan, 3. Meteran, digunakan untuk mengukur lingkar lengan atas wanita umur 15 tahun 49 tahun dan digunakan untuk mengukur lingkar perut dilakukan semua responden berumur diatas 14 tahun keculali wanita hamil. 4. Pin hole, digunakan untuk menfokuskan pengelihatan responden melihat tumbling E.
220
5. Tumbling E, digunakan untuk mengetahui masih berfungsinya penglihatan responden, caranya responden menebak kemana arah kaki E pada jarak yang telah ditentukan. 6. Tali 6 meter dan 3 meter, digunakan untuk memberi jarak 6 meter dari tumbling E ke responden, jika responden masih tidak dapat melihat tumbling E maka jaraknya didekatkan lagi menjadi 3 meter. 7. Pen light, digunakan untuk membantu memberi penerangan saat memeriksa mata responden apakah ada kelainan pada mata responden dan telinga responden, serta mulut responden. 8. Timbangan yang digunakan merek camry, semua responden diukur berat badannya. Responden harus berdiri tegak lurus diatas timbangan tersebut, timbangan ditaruh diatas alas yang padat dan rata. 9. Spekulum, digunakan untuk membantu melihat kelainan pada liang telinga responden, untuk bantuan melihat liang telinga digunakan pen light. 10. Kaca mulut, digunakan untuk melihat kondisi gigi dan rongga mulut responden, untuk bantuan melihat rongga mulut maka digunakan pen light. 11. Antiseptic, digunakan untuk mensterilkan kaca mulut dan mensterilkan tangan enumerator. 12. Masker, digunakan saat pemeriksaan kepada responden berlangsung, untuk menghidari menularnya penyakit enumerator ke responden ataupu sebaliknya. 13. Sarung tangan, digunakan saat pemeriksaan kepada responden berlangsung, untuk menghidari menularnya penyakit enumerator ke responden ataupun sebaliknya. Hasil Kegiatan Persiapan Lapangan Kegiatan Puldat diawali dengan TOT yang dilangsungkan di Surabaya. Di akhir TOT, PJO kota Solok diharapkan segera melakukan rekrutmen enumerator untuk dilatih saat TC di kota Padang. Setelah TOT berakhir, PJT kota Solok tetap berkoordinasi dengan PJO kota Solok, PJT kota Solok juga mengirimkan Kriteria enumerator, beserta hak yang didapatkan enumerator. Setelah PJT kota Solok mengirimkan kriteria dan hak enumerator, PJT kota Solok meminta feedback atau laporan daftar
221
enumerator. Beberapa hari sebelum TC dimulai, PJT kota Solok ke sumatera barat mengontak enumerator kota Solok untuk melakukan koordinasi. Akibat PJT menghubungi enumerator tanpa melalui PJO, terjadi ketegangan. Terjadi kesalahpahaman antara PJT dengan PJO dan PJAL sehingga sempat menimbulkan kemarahan PJO kepada PJT. PJO kota Solok dan PJAL kota Solok yang merasa telah mengadakan seleksi, tidak berkenan PJT mengumumkan dan menghubungi langsung enumerator yang telah diseleksi. Dalam hal ini tujuan PJT kota Solok untuk memperlancar kegiatan ternyata ditanggapi keliru oleh PJO dan PJAL. Pada tanggal 19 april 2013 pagi, PJT dan enumerator bertemu dalam kegiatan TC pada tanggal 19-28 april 2013 di hotel Rocky kota Padan. Usai TC, pada tanggal 29 april 2013, masing-masing PJT berangkat ke kota/ kabupaten yang telah menjadi tugasnya. Pada hari pertama di kota solok PJT dan enumerator berkunjung ke kantor dinkes untuk berkenalan kadinkes, PJO dan PJAL kota Solok. Harapan bahwa usai TC dapat segera dilaksanakan puldat, tidak terlaksana di kota Solok. Hal ini dikarenakan ketatnya peraturan yang diterapkan di kota Solok. Belum ada surat ijin ke walikota, menyebabkan Kepala Dinas Kesehatan tidak berkenan puldat dilaksanakan, disamping belum berkenan membuatkan surat tugas untuk enumerator. Selain itu Kadinkes minta dibuatkan permintaan surat ijin dari Pusat Humaniora ke walikota untuk penelitian riskesdas ini dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Kota Solok dan bukan surat ijin penelitian atas nama Ketua pelaksana Riskesdas 2013 yaitu ibu Atmarita. Sehingga untuk keperluan tersebut dibutkan surat ijin baru untuk merijinan bagi PJT kota Solok dan enumerator yang berjumlah 15 orang. Selama waktu penantian menunggu terbitnya surat ijin , selama satu minggu, PJT dan enumerator belum dapat turun lapangan bahkan tidak diijinkan untuk melakukan penghitungan kuesioner. Waktu menunggu tersebut dimanfaatkan PJT kota untuk meninjau lapangan sebagai pengenalan medan. Dibantu oleh enumerator, dan setelah berkoordinasi dengan berkoordinasi dengan PJO dan PJAL dilakukan penjajagan BS yang akan didatangi.
222
Pengumpulan Data Pada tanggal 7 Mei, surat ijin turun lapangan telah turun. Pada hari itu juga, tiga tim turun lapangan untuk pemutakhiran data di Pasar Pandan Air Mati(PPA) 013B, PJT kota solok dan enumerator mendatangi kantor kelurahan PPA, selanjutannya diadakan pengumpulan data. Pada BS pertama diadakan penyerbuan bersama dimana tiga tim mengerjakan 1 BS. Selanjutnya, pada tanggal 10 Mei diadakan pemutakhiran data di Kampung Jawa 008B dan pengumpulan data. Pada BS kedua dan selanjutnya satu tim melakukan pengumpulan data pada satu BS tersebut sampai BS terakhir. Tanggal 11 Mei melakukan pemutakhiran di Sinapa Piliang 005B dan diadakan pengumpulan data. Tanggal 12 Mei dilakukan pemutakhiran data dan pengumpulan data di Tanah Garam 018B, tanggal 15 Mei diadakan pemutakhiran data dan pengumpulan data di Tanah Garam 012B, tanggal 17 Mei diadakan pemutakhiran data dan pengumpulan data di 6 suku 001B, tanggal 18 Mei diadakan pemutakhiran data dan pengumpulan data di Simpang Rumbio 005B, tanggal 21 Mei diadakan pemutakhiran data dan pengumpulan data di Simpang Rumbio 010B, tanggal 22 Mei diadakan pemutakhiran data dan pengumpulan data di Kampai Tabu Karambil 001B, tanggal 23 Mei diadakan pemutakhiran data dan pengumpulan data di Tanjung Paku 001B, tanggal 27 Mei diadakan pemutakhiran data dan pengumpulan data di Tanjung Paku 006B, tanggal 28 Mei diadakan pemutakhiran data dan pengumpulan data di Nan Balimo 002 B, tanggal 29 Mei diadakan pemutakhiran data dan pengumpulan data di Nan Balimo 008B. Pada tanggal 3 Juni diadakan pemutakhiran data dan pengumpulan data di Nan Balimo 020B, dilanjutkan tanggal 4 Juni diadakan pemutakhiran data dan pengumpulan data di 9 Korong dan pada tanggal 5 juni diadakan pemutakhiran data dan pengumpulan data di Kampung Jawa 016B. Tanggal selanjutnya, PJT dan enumerator melakukan entry data. Seharusnya jadwal Riskesdas kota Solok berakhir tanggal 19 Juni, akan tetapi dikarenakan ada kecelakaan PJT Pessel, maka PJT kota Solok diperbantukan untuk membantu PJT pessel dari Padang. Oleh karena itu tanggal 18 Juni PJT kota Solok pamitan danberangkat ke Padang untuk membantu PJT Pessel. Tanggal 19- 21 juni PJT kota Solok membantu PJT
223
Pessel yang mengalami kecelakaan dengan mengoreksi data melalui email dan membantu PJT Padang mengkoreksi kuesioner . Pemasalahan dari pemutakhiran data dan pengumpulan data yaitu adanya penolakan dari responden. Pada awalnya, enumerator harus membujuk responden agar bersedia diwawancarai. Beberapa responden bersedia diwawancarai, namun ada yang tetap menolak sehingga enumerator harus meminta surat pernyataan penolakan wawancara. Bila responden tetap tidak mau diwawancarai maka pernyataan penolakan di tanda tangani oleh ketua RT atau bisa juga ditandatangani oleh kelurahan. Kendala lain adalah bangunan tidak ditemukan. Selain itu ditemukan adanya ketidakcocokan antara daftar bangsen dan kenyataan, sebagian besar nama tidak sama persis dengan daftar dan ada alamat yang tidak ada di kenyataan. Permasalahan lain yang dijumpai yaitu jumlah total bangsen kurang dari 25 bangsen sehingga akhirnya diambil acak dari BS tersebut. Pengambilan acak dilakukan bila bangsen kurang dari 20 bangsen, tetapi beberapa RT sudah terlanjur diwawancara maka hal tersebut dilaporkan kepada PJT provins, Kuitansi uang kontak merupakan bukti pelaksanaan wawancara, sehingga jelas kemana uang kontak itu keluar. Selama PJT kota solok ada di kota Solok melakukan pengumpulan data Kadinkes dan PJO tidak melakukan supervise, tetapi pada tanggal 17 juni PJT kota Solok mendapatkan info bahwa PJO dan kadinkes tetap mengadakan supervisi padahal pengumpulan data dan pengiriman entry data sudah selesai, jadi tidak jelas apa yang disupervisi. Karena pada tanggal tersebut puldat dan entry sudah selesai maka PJT kota Solok pada tanggal 18 juni PJT kota Solok berangkat ke Padang untuk membantu PJT Pessel yang mengalami kecelakaan.
Kesimpulan Riskesdas di kota Solok, berjalan lancar, meski ada beberapa masalah terutama di awal kegiatan karena belum adanya ijin dari Walikota. Masalah itu dapat di selesaikan dengan baik dan lancer meskipun menimbulkan ketegangan bagi PJT maupun enumerator. Permasalahan pengumpulan data di daerah perkotaan umumnya terjadi
224
pada responden yang sosial ekonomi termasuk kelas menengah dan kelas atas. Mereka kurang merespon kunjungan enumerator bahkan menolak dan butuh dilakukan pendekatan khusus> Pemeriksaan yang dilakukan enumerator dianggap kurang berbobot karena mereka punya uang dan sudah rutin cek kesehatan. Selain itu mereka merasa merasa tidak perlu karena mempunyai saudara atau kerabat yang berprofesi dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang dapat melakukan pemeriksaan seperti yang dilakukan dalam Riskesdas ini.
Saran Saran untuk Riskesdas selanjutnya sebisa mungkin surat perijinan diurus sampai ke pihak pihak yang kemungkinan ada hubungannya, seperti di kota Solok, harus ada surat ijin atau pemberitahuan kepada walikota. Selain itu adanya petunjuk atau peta yang lebih jelas lagi karena di kota Solok tidak diberikan penunjuk jalan. Enumerator hanya hanya bermodalkan peta yang kurang jelas pula sehingga menyebabkan kesulitan tersendiri dalam menemukan rumah responden. Perlu ada promosi pelaksanaan Riskesdas baik sepanduk atau lewat media cetak atau media tulis atau diberikan surat undangan atau pemberitahuan kepada responden> Hal ini perlu mengingat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya survei kesehatan masih rendah akibat kurangnya informasi tentang hal tersebut.
225
Gambar 4.15.1 Kota Sawah Lunto dilihat dari Puncak Cemara (Sumber Sumber : dokumentasi pribadi) pribadi
Geografi dan Topografi Secara geografis Kota Sawahlunto berada pada 0.34 0.46LS dan 100.41 100.49BT, berbatas sebelah utara dengan Kabupaten Tanah Datar, sebelah Timur dengan Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan sebelah Selatan dan barat dengan Kabupaten Solok. Bentang alam Kota
226
Sawhalunto terbentuk oleh perbukitan terjal, landai dan pendataran dengan elevasi 250 650 m diatas permukaan laut. Perbukitan terjal merupakan bentang alam yang terjal menjadi faktor pembatas dalam pengembangan wilayah kota, sedang pusat kota lama sawahlunto terletak pada bentang alam landai sempit dan memanjang dengan luas 5,8 km2. Pendataran yang relatif lebar terdapat diwilayah Kecamatan Talawi, wilayah ini terbentang dari Utara ke Selatan, bagian Timur dan Selatan, bagian Timur dan Selatan, bagian Timur dan Selatan mempunyai topografi yang relatif curam (kemiringan lebih dari 40%), sedangkan di bagian utara bergelombang yang relative datar. Luas wilayah Kota Sawahlunto paling banyak terletak pada ketinggian 100 500 m. Secara garis besar Kota Sawahlunto terdiri dari Kawasan Lindung (26,5%) dan Kawasan Budidaya (73,5). Penggunaan tanah yang dominant merupakan perkebunan campuran (34,1%) hutan lebat dan belukar (19,5%). Sedangkan danau (0,2%) danau ini merupakan bekas galian penambangan batu bara.
Iklim dan Penggunaan Lahan Seperti daerah lainnya di Propinsi Sumatera Barat, Kota Sawahlunto mempunyai iklim tropis dengan suhu berkisar antara 22 - 33 C. Sepanjang tahun terdapat dua musim yaitu musim hujan pada bulan November sampai Juni dan musim kemarau pada bulan Juli sampai bulan Oktober. Curah hujan rata-rata lebih kurang sebesar 1.071,6 milimeter per tahun dan curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Desember. Karena wilayah topografi Kota yang berbukit dan relatif curam, maka pemanfaatan lahan yang ada cukup beragam dan bercampur anatar meliputi daerah yang terbangun yang digunakan untuk berbagai kegiatan perumahan/permukiman dan daerah tidak terbangun seperti lahan pertanian, perkebunan dan sebagainya.Penggunaan lahan yang dominan adalah digunakan untuk kawasan hutan dan yang paling terkecil untuk tambak/kolam.
227
Penduduk Jumlah penduduk Kota Sawahlunto akhir tahun 2008 adalah sebanyak 54.913 jiwa terdiri dari 27.045 jiwa pria dan 27.868 jiwa wanita, dengan kepadatan penduduk 200,82 jiwa/km2. Mata pencarian penduduk sangat beraneka ragam seperti bekerja di bidang pertanian, sektor pertambangan dan bidang jasa.Struktur ekonomi masyarakat Kota Sawahlunto sebagian besar ditopang oleh sektor pertambangan.Subsektor pertanian tanaman pangan, indusrti kecil/kerajinan rumah tangga dan sektor peternakan. Dengan adanya perluasan wilayah berdasarkan peraturan pemerintah No.44 tahun 1990, Kota Sawahlunto tidak hanya dikenal sebagaidaerah sentral industri kerajinan, makanan kecil, peternakan, buah-buahan dan merupakan salah satu daerah tujuan wisata. Pembangunan ekonomi daerah yang tangguh dan berkeadilan merupakan agenda Pembangunan Pemerintah Daerah sebagai komitmen dalam memajukan perekonomian Kota Sawahlunto yang difokuskan kepada pengembangan Industri Wisata, revitalisasi pertanian, pengembangan industri kecil dan menengah, pengembangan kelembagaan ekonomi dan peningkatan investasi.
Gambar4.15.2 Menuju rumah responden di perbukitan yang harus ditempuh dengan jalan kaki (foto kiri) dan bekas tambang batubara (foto kanan), Kota Sawah Lunto, Riskesdas 2013
228
Transportasi Sarana perhubungan berupa jaringan jalan raya untuk menunjang kelancaran usaha investasi di Kota sawahlunto. Infrastruktur jaringan transportasi yang tersedia di Kota Sawahlunto tahun 2009 meliputi berbagai akses perhubungan yang menghubungkan Kota Sawahlunto ke Kota/Kabupaten dan kemudahan akses perhubungan antara kecamatan, antar desa/kelurahan bahkan ke sentra-sentar produksi. Kota Sawahlunto dilalui oleh Jalan Nasional Trans Sumatera sepanjang 8,15 Km dan dilalui jalur Kereta Api. Di Kota Sawahlunto untuk kemudahan akses transportasi dari dan ke Sawahlunto tersedia Bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) sebanyak 37 unit dan travel ke berbagai kota termasuk antar propinsi sebanyak 25 unit dan Bus Pariwisata 3 unit, sedangkan untuk kemudahan akses transportasi dalam Kota Sawahlunto tersedia 61 unit angkot dan sekitar 650 unit ojek sepeda motor di berbagai pangkalan persimpangan jalan Sebagai daerah pedalaman yang dilingkari bukit, Kota sawahlunto tidak mempunyai daerah pantai. Perhubungan laut hanya dapat melalui pelabuhan Teluk Bayur Padang dengan jarak 95 km dari Kota Sawahlunto dengan kondisi permukaan jalan baik dan diasapal. Perhubungan darat di Kota Sawahlunto ada beberapa sungai antara lain Batang Ombilin, abtang Malakutan, Batang Lunto, ABtang Lasi dan Batang Sumpahan. Kesemua laur sungai ini mengalir pada lembah pebukitan melalui suatu daerah aliran sungai yaitu Batang Ombilin namun bukan digunakan untuk angkuta sungai.
Jaringan Listrik dan Telekomunikasi Jaringan Listrik Kota Sawahlunto dikelola oleh PLN dengan 3 unit pelayanan meliputi area pelayanan Kota, Pelayanan Silungkang dan area pelayanan Talawi. Jaringan listrik di Kota Sawahlunto telah menjangkau hampir semua Desa/Kelurahan yang ditopang dari Jaringan Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan yang salah satu pembangkit nya yaitu PLTU Ombilin dengan daya 2x100 MW, disamping pembangkit swadaya masyarakat berupa diesel. Kota Sawahlunto telah memiliki sarana telepon otomatis, HP, telegraf, jasa pelayanan kantor pos dan jasa pelayanan swasta TIKI. Untuk
229
prasarana telekomunikasi ini terdapat 1 (satu) unit sentral local (STO). Jumlah sambungan telepon terpasang sebanyak 2894 unit.Prasarana telekomunikasi ini sudah semakin lengkap dengan sudah dibangunnya menara pemancar untuk telepon seluler (HP) dengan berbagai Operator dan beberapa Tower atau BTS dan telah menjangkau ke seluruh pelosok Kota Sawahlunto. Dengan cepat nya berkembang teknologi dan telekomunikasi di Kota Sawahlunto maka usaha ke Warung Internet cepat berkembang, sehingga bukan tidak mungkin suatu saat Sawahlunto menjadi Cyber City yang mana tempat layanan free hotspot semakin memberikan kemudahan mengakses Internet.
Sarana Air Bersih Sampai sat ini daerah Sawahlunto masih sering mengalami kekurangan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut, baik di Kota Sawahlunto maupun di desa/kelurahan, pemerintah kota telah melakukan berbagai upaya di antaranya secara bertahap membangun sarana air bersih salah satunya dengan membangun instalasi pengolahan air bersih di Kayu Gadang yang sumber air nya berasa dari Sungai Ombilin. Pada saat ini di Kota sawahlunto telah tersedia fasilitas air minum yang dikelola oleh PDAM dan fasilitas air minum tersedia pada 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Talawi, Kecamatan Barangin, dan kecamatan Lembah Segar. Sumber-sumber air minum di Kota sawahlunto diperoleh dari Batang Ombilin, Batang Lunto, Batang Sumpahan dan sumber mata air (mata air Kajai dan Batang Lumindai)
Bahan Pengumpulan Data dan Prosedur Kerja Bahan Pengumpulan Data Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari alat pengukur pemeriksaan beserta tas, kuesioner, bahan kontak, dan kuitansi bahan kontak. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data di Sawahlunto untuk 3 tim terdiri dari : - Timbangan berat badan digital merk 3 buah - Pengukur tinggi badan 3 buah
230
- Pengukur tekanan darah digital merk Omron IA1 3 buah - Pita pengukur lingkar perut dan lingkar lengan atas 3 buah - Tumbling E 3 buah - Pita pengukur jarak visus 3 buah - Pinhole 3 buah - Loop 3 buah - Pen light 6 buah - Spekulum telinga 9 buah - Handscoen 6 dos - Masker 6 dos - Antiseptic descosept 9 buah - Kaca mulut 9 buah - Tissue gulung 6 buah - Tas pengukur tinggi 1 buah - Tas ransel alat 1 buah Kuesioner - Map 390 buah - Informed Consent 358 buah - Kuesioner Rumah Tangga 358 buah - Kuesioner Individu 2005 buah - Kartu Hasil 1994 buah - Tambahan Blok IV 16 buah - Tambahan Kespro 80 buah - Tali Pengikat Kuesioner 400 buah Bahan Kontak (uang) Prosedur Kerja Penanggungjawab Teknis Kota Sawah Lunto mempunyai enumerator sebanyak 15 orang dan telah membaginya ke dalam 3 timyaitu tim 1, tim 2 dan tim 3 dengan komposisi tiap tim terdiridari 1 orang laki-laki dan 4 orang perempuan beserta latar belakang pendidikan adalah sama untuk setiap tim. 1 orang laki-laki sebagai ketua tim dan 4 orang perempuan sebagai anggotanya. 3 orang tersebut adalah perawat, 1 orang bidan dan 1 orang sanitarian. Masing-masing telah dibekali pengetahuan tentang riskesdas dengan pelatihan di Hotel Rocky Plaza selama 10 hari dan sudah pula dilakukan pembagian wilayah kerja untuk masing-masing tim.
231
Terpilih 16 BS dari Kota Sawah Lunto. Dipilih 1 BS yang paling sulit berdasarkan wilayah administratif untuk dikerjakan secara bersama-sama oleh 3 tim dalam waktu 4 hari. Dan 15 BS sisanya dibagi 3 tim, sehingga masing-masing tim mengerjakan 5 BS. Pembagian wilayah ini berdasarkan dari daerah administratifnya (pengelompokan wilayah berdasarkan kecamatan). Wilayah administratifnya teridiri dari utara kota, tengah kota dan selatan kota. Tim 1 mengumpulkan data dari 5 BS di sebelah utara kota, 5 BS untuk tim 2 di sebelah tengah kota dan 5 BS untuk tim 3 di sebelah selatan kota. Pengumpulan data dari masing-masing BS dimulai dari pemutakhiran kemudian dilanjutkan wawancara dan pengukuran responden. Pemutakhiran dilakukan dengan cara mencocokkan peta dan nomor bangunan sensus dari daftar sampel bangunan sensus (DSBS) dengan nomor bangunan sensus yang ada di stiker. Dari 30 rumah tangga terpilih di DSBS, 25 rumah tangga pertama sebagai rumah tangga utama dan 5 rumah tangga sisanya adalah cadangan, apabila rumah tangga utama ditemukan kurang dari 25 RT dapat mengambil sampel dari RT cadangan. Apabila pada saat pemutakhiran, dari 30 RT ternyata hanya ditemukan 20-25 RT maka hanya sejumlah RT tersebut yang diambil sebagai sampel dan tidak perlu menambah RT baru. Namun apabila yang ditemukan kurang dari 20 RT maka dilakukan penambahan sampel RT baru secara random dalam BS yang sama hingga jumlah seluruh sampel dalam BS itu jumlahnya 25 RT. Pembagian tugas masing-masing tim terdiri dari 3 orang yang melakukan wawancara, 2 orang yang melakukan pengukuran. 3 orang pewawancara tersebut terdiri dari 1 bidan yang bertugas untuk menanyakan pertanyaan kesehatan reproduksi dan kesehatan anak, 2 perawat bertugas untuk menanyakan blok lainnya.
Hasil Kegiatan Banyak hal yang ditemui selama proses pengumpulan data Riskesdas di Sawah Lunto baik yang menjadi kendala maupun kemudahan. Berikut rangkuman temuan yang didapat selama proses pengumpulan data:
232
Tempat Tinggal PJT, enumerator dan posko Temuan : PJT bertempat tinggal di homestay yang berada di tengah kota dan dijadikan sebagai posko. Enumerator tinggal di rumah penduduk atau bidan setempat sesuai dengan BS masing-masing. : -
Kendala
Kemudahan : Luas wilayah Kota Sawah Lunto yang tidak terlalu luas memudahkan PJT untuk mobile dalam supervisi dari tim ke tim lain.
Peta Bangunan Sensus Temuan : Peta yang kami dapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten berupa sketsa peta blok sensus yang lengkap dengan detail bangunan fisiknya. Kendala : Ada beberapa nomor bangunan fisik yang tertera di peta tidak sama dengan nomor bangunan fisik yang tertempel di stiker rumah. Ada juga beberapa rumah yang tidak ditemukan di lapangan, meskipun peta bangunan fisiknya ada. Kemudahan : Peta bangunan sensusnya dibuat secara rapi sehingga memudahkan kami dalam membaca.
Pemutakhiran Bangunan Sensus Temuan : Ada beberapa nomor bangunan sensus dalam 1 BS (hampir 25 RT di Kelurahan Kubang Sirakuk Utara) berbeda antara nomor yang tertulis di stiker dengan yang tertera dari BPS. Hal ini memperlambat kerja tim enumerator karena harus konsul PJT Kota Sawah Lunto dan konsul PJT provinsi. : Ada beberapa nomor bangunan sensus dalam 1 BS (hampir 25 RT di Kelurahan Kubang Sirakuk Utara) berbeda antara nomor yang tertulis di stiker dengan yang tertera dari BPS. Hal ini memperlambat kerja tim enumerator karena harus konsul PJT Kota Sawah Lunto dan konsul PJT provinsi.
233
Kendala
Kemudahan : Karena sebagian besar Kota Sawah Lunto terdiri dari pedesaan, masyarakat yang tertera dalam daftar sampel bangunan sensus sebagian besar masih sama baik rumah dan namanya.
Penunjuk Jalan Temuan : Kelurahan sangat kooperatif dalam hal menunjukkan siapa yang menjadi penunjuk jalan. Kendala : Ada sebagian penunjuk jalan yang kurang paham dan kurang mengenal warga tersebut dengan baik. Kami harus menunggu staff desa untuk mencari seseorang yang akan menjadi penunjuk jalan, karena sebagian besar para kantor desa tidak membaca dengan seksama mengenai surat tersebut, dan bahkan ada yang mengatakan belum menerima, padahal setelah dicari di tumpukan berkas, surat itu ditemukan Kemudahan : Karena penunjuk jalan ini adalah kader setempat, jadi sangat memudahkan tim enumerator dalam hal pencarian bangunan sensus.
Surat Perijinan Temuan : Surat perizinan pengumpulan data baru turun 2 hari setelah pengajuan surat tersebut. Sebelumnya PJO-PJAL meminta KTP PJT Kota untuk dijadikan sebagai pihak penanggungjawab penelitian di kota : -
Kendala
Kemudahan : Balitbangkespol Kota Sawah Lunto sangat kooperatif dengan PJT, PJO dan PJAL kota.
Wawancara Temuan : 95% warga Sawah Lunto menggunakan bahasa minang dalam berkomunikasi. Hanya 5% warganya yang berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
234
Kendala
PJT agak susah dalam mengoreksi kebenaran pertanyaan wawancara. Dibutuhkan waktu lebih banyak untuk PJT dalam mentranslate pertanyaan dalam bahasa minang. Kemudahan : Semua enumerator adalah orang asli Sawah Lunto sehingga sangat memudahkan pengumpulan data dengan wawancara.
Pengukuran Berat Badan Temuan Kendala : Para enumerator melakukan pengukuran berat badan sesuai dengan standard operational procedurenya. : -
Kemudahan : Karena timbangan yang digunakan adalah timbangan digital jadi tidak perlu dilakukan kalibrasi
Pengukuran Tinggi Badan Temuan : Para enumerator melakukan pengukuran tinggi badan sesuai dengan standard operational procedurenya. Kendala : Alat pengukur tinggi badan yang terdiri dari beberapa batang besi agak memberatkan enumerator dalam hal mobilitas dari satu rumah responden ke responden lainnya Kemudahan : Cara pengukuran yang baku oleh pusat dengan mudah dimengerti oleh para enumerator.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas Temuan : Ada beberapa enumerator yang melaksanakan pengukuran lingkar lengan atas tidak sesuai standart, artinya tidak dicari titik tengahnya, tetapi langsung saja dilingkarkan di lengan atas. Kendala : Pita pengukur lingkar lengan atas mengalami kerusakan dalam tintanya, sehingga bila digunakan tulisan yang ada di pita akan menempel pada lengan responden, sehingga kami mengganti pita tersebut dengan pita meteran biasa. Kemudahan : Semua warga sangat kooperatif dengan adanya
235
Pengukuran Lingkar Perut Temuan : Ada beberapa enumerator yang melaksanakan pengukuran lingkar lengan atas tidak sesuai standart, artinya tidak dicari titik tengah antara tepi bawah tulang iga terakhir dengan tulang panggul bagian atas. Mereka langsung melingkarkan pita melewati pusar. Kendala : Pita pengukur lingkar lengan atas mengalami kerusakan dalam tintanya, sehingga bila digunakan tulisan yang ada di pita akan menempel pada perut responden, sehingga kami mengganti pita tersebut dengan pita meteran biasa. Kemudahan : Semua warga sangat kooperatif dengan adanya pengukuran lingkar perut ini.
Pengukuran Tekanan Darah Temuan : Ada warga yang tensinya di atas 200mmHg dan di alat tersebut tertulis error, sehingga kami mengkonsulkan dengan PJT Provinsi dan akhirnya menemukan solusinya. Kendala : Pada saat pengukuran ada sebagian warga yang tetap berbicara sehingga terbaca error di alat tensi tersebut meskipun tim enumerator telah memperingatkannya Kemudahan : Semua warga sangat kooperatif dengan adanya pengukuran tekanan darah ini
Pemeriksaan Visus Temuan Kendala : Pemeriksaan visus yang dilakukan oleh enumerator telah sesuai dengan standard operational procedure. : kooperatif dengan adanya
236
Pemeriksaan Kelainan Permukaan Mata Temuan : Para enumerator tidak mengalami kesusahan dalam mengidentifikasi kelainan permukaan mata berkat adanya buku peraga. : adanya
Kendala
Kemudahan : Semua warga sangat kooperatif dengan pemeriksaan kelainan permukaan mata ini.
Pemeriksaan Xeroftalmia Temuan : Tidak ada anak balita yang menderita xeroftalmia di wilayah Sawah Lunto Kendala : Ada beberapa anak balita yang menangis saat diperiksa oleh enumerator Kemudahan : Para balita didampingi oleh orang tua yang kooperatif sehingga memudahkan enumerator dalam memeriksa responden.
Pemeriksaan Telinga Temuan Kendala : Pemeriksaan telinga yang dilakukan oleh enumerator telah sesuai dengan standard operational procedure. : kooperatif dengan adanya
Kemudahan : Semua warga sangat pemeriksaan telinga ini. Pemeriksaan Konversasi Temuan
Kendala
: Ditemukan beberapa orang yang mengalami gangguan pendengaran sehingga hasilnya berkode (4) bisa mengulangi kata-kata dengan suara keras. : dengan adanya
237
Pemeriksaan Gigi Temuan : Pada orang tua usia lanjut, banyak ditemukan gigi missing. Untuk anak-anak usia 14-15 tahun ada beberapa giginya yang masih merupakan gigi susu. Kendala : Ada beberapa warga yang awalnya menolak untuk dilakukan pemeriksaan gigi karena malu. Kemudahan : Para enumerator berhasil merayu warga yang menolak untuk dilakukan pemeriksaan gigi.
Entry Data dan Pengiriman Data Temuan : Para enumerator masih belum paham benar dengan manajemen data. Banyak dari mereka yang lupa tentang cara entry data dan manajemen lainnya sehingga PJT harus memberi ulang tentang pelajaran Kendala : Adanya beberapa updater membuat beberapa enumerator kebingungan karena harus menginstall lagi. Beberapa enumerator lupauntuk menghapus file TC sehingga saat penamaan file terjadi kesalahan nama dalam zip. Kemudahan : Masing-masing tim mempunyai minimal 3 laptop untuk peng-entry-an data sehingga entry data dapat dilakukan sehari saja.
Kesimpulan Tim enumerator Kota Sawah Lunto telah berhasil menyelesaikan pengumpulan data dari 16 BS, 400 rumah tangga, dan 1436 individu dalam waktu 52 hari mulai dari persiapan hingga pengiriman kuesioner dengan kekuatan 3 tim sebanyak total 15 orang. Beberapa kendala baik yang bersifat teknis seperti jumlah kuesioner, perizinan dan lain-lain, ataupun kendala yang bersifat substansial seperti manajemen data, muncul pada saat pengumpulan data. Akan tetapi, dengan adanya koordinasi yang baik antara PJT, PJO, dan PJAL serta enumerator maka semua kendala tersebut dapat teratasi. Adanya riset kesehatan dasar berbasis nasional di Sawah Lunto berjalan lancar dan diterima baik oleh warga Kota Sawah Lunto, Propinsi
238
Sumatra Barat. Kami sangat beruntung 95% warganya sangat kooperatif untuk dilakukan wawancara dan pengukuran karena sebagian besar wilayah Sawah Lunto adalah pedesaan maka dari itu sangat memudahkan enumerator untuk melakukan pengumpulan data.
Saran 1. Dilakukan sosialisasi tentang Riskesdas secara besar-besaran di media massa maupun media elektronik mengingat riset ini adalah riset berbasis nasional. Banyak dari staff dinas kesehatan maupun kantor kecamatan kelurahan yang tidak mengetahui adanya riset ini, bahkan ada sebagian warga kota yang menolak untuk dilakukan pengumpulan data Penghitungan jumlah kuesioner secara tepat terutama untuk kuesioner rumah tangga, lembar persetujuan dan map. Pembuatan lembar penolakan yang formal dari pusat agar terjadi keseragaman. Dalam hal admintrasi, hendaknya pengiriman jumlah uang tidak terlambat terutama uang bahan kontak. Sebaiknya masing-masing ketua tim diberi uang pulsa agar meningkatkan kualitas kinerja masing-masing tim. Waktu pelatihan enumerator diperpanjang karena mayoritas mereka belum menguasai betul saat terjun ke lapangan terutama mengenai manajemen data. Dalam hal proses pengentryan data, blok kesehatan jiwa hendaknya diperbaiki, terutama untuk responden yang mengalami gangguan jiwa partial yang masih dapat diajak untuk wawancara
2. 3. 4. 5. 6.
7.
239
Kota Padang Panjang memiliki luas 23,00 km setara dengan 2.300 Ha yang mencakup 2 kecamatan yaitu kecamatan Padang Panjang Barat dan Padang Panjang Timur yang masing-masing terdiri dari 8 (delapan) kelurahan. Secara administrasi Kota Padang Panjang mempunyai batas sebagai berikut : - Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan X Koto Tanah Datar) - Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batipuh Tanah Datar) - Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan X Koto Tanah Datar) - Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan X Koto Tanah Datar)
240
Secara geografis terletak antara 1000 20 - 1000 27 Bujur Timur serta 00 27 - 00 30 Lintang Selatan, merupakan dataran tinggi (daerah pegunungan) dengan ketinggian 550-900 meter di atas permukaan laut dengan lebih dari 40 % lahannya berada pada kemiringan > 40 %. Sedangkan suhu udara rata-rata adalah 21,880C dengan kelembaban udara adalah 88,03 %. Kondisi ini menyebabkan banyak ditemukan kasus penyakit yang dipengaruhi oleh udara dingin diantaranya: Bronkitis, Sinusitis, Asma Bronchial dan lain-lain. Hasil Kajian Penilaian Resiko Bencana Gempa Bumi dan Bahaya Gunung Berapi di Kota Padang Panjang tahun 2006 (Pusat Survei Geologi dan Bappeda Kota Padang Panjang), maka secara umum formasi Geologi Kota Padang Panjang terdiri dari batuan malihan, batuan tufaan aliran piroklastik, batuan tufaan dan lahar II. Kemudian dari struktur geologinya terdapat satu sesar aktif yang melewati Kota Padang Panjang yaitu sesar Bukit Jalat dan satu lagi berdekatan dengan Kota Padang Panjang (pada bagian timur) yaitu sesar Sumatera.
Penduduk Jumlah penduduk Kota Padang Panjang menurut Badan Pusat Statistik Kota Padang Panjang pada tahun 2012 sebanyak 48.187 jiwa yang tersebar di 16 kelurahan yang ada dan terdiri dari 23.946 penduduk laki-laki dan 24.241 penduduk perempuan, dengan jumlah rumah tangga 11.153 dan rata-rata jiwa per rumah tangga sebesar 4,32 dan kepadatan penduduk 2.366/km2. Dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di kecamatan Padang Panjang Barat 3.242/km2 sedangkan di Kecamatan Padang Panjang timur 1.722/ km2, ini menunjukkan penyebaran penduduk di Kota Padang Panjang tidak merata. Mobilisasi penduduk Kota Padang Panjang cukup tinggi, hal ini dikarenakan Padang Panjang merupakan daerah strategis yang terletak di persimpangan antara Kota Bukittinggi, Batusangkar, Solok dan Padang. Keadaan Ekonomi Kondisi perekonomian merupakan salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Mata pencaharian penduduk Kota Padang Panjang adalah berdagang, pegawai negeri sipil, bertani, wiraswasta dan lainnya. Pada tahun 2012 Kota Padang Panjang
241
memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakatnya dengan pelayanan kesehatan masyarakat yang dicakup Jamkesmas sebanyak 4.336 jiwa dan sisanya jaminan kesehatan masyarakat ditanggung JPKM-PP . Pemerintahan Kota Padang Panjang punya kebijakan bahwa setiap uang yang diterima pegawai berupa gaji dilingkungan Pemkot akan langsung dipotong 2,5% untuk diserahkan kepada Badan Amil Zakat dan kegunaanya untuk mengkover biaya kesehatan yang tidak bisa ditanggung oleh Pemkot, untuk usaha bagi masyarakat yang ingin buka usaha dalam bentuk toko atau usaha lainya yang terpenting kegunaanya jelas maka akan diberika modal secara Cuma Cuma oleh BAZ ini, peraturan ini mungkin juga diberlakukan sesuai dengan slogan kota padang panjang yaitu Serambi Mekah. Pendidikan Data Dinas Catatan Sipil tahun 2012, tercatat tingkat pendidikan masyarakat di kota Padang Panjang cukup baik dengan jumlah terbanyak berpendidikan tingkat SMU dengan jumlah 15.362 orang. Sedangkan yang merupakan lulusan akademi sampai dengan universitas terdapat 6563 orang.
Lingkungan Berdasarkan data yang diperoleh dari Seksi Penyehatan Lingkungan pada tahun 2012 rumah yang diperiksa sebanyak 9.102 rumah, didapatkan sebanyak 5.639 (62 %) rumah yang dinyatakan sehat. Presentase rumah sehat belum mencapai 100 % disebabkan berbagai faktor diantaranya adalah pengetahuan masyarakat yang masih kurang tentang indikator rumah sehat dan adanya masyarakat yang masih memiliki perekonomian rendah. Dari 10.876 rumah yang diperiksa jentik nyamuknya, ditemukan rumah yang bebas jentik nyamuk 96,6% (10.453 rumah). Air dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Air merupakan kebutuhan essensial bagi kebutuhan manusia, sumber air bersih yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut sumbernya diantaranya air kemasan, air ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, mata air, penampungan air hujan (PAH), dan sumber lainnya. Untuk kualitas fisik air minum dengan
242
kategori baik adalah: tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Dari 11.033 KK yang ada 9141 KK yang diperiksa sarana air bersihnya. Dari yang diperiksa 8109 KK(88,7%) yang memiliki sarana air bersih. Sarana sanitasi dasar merupakan satu indikator penting untuk diperhatikan dan salah satu indikator kemajuan pembangunan kesehatan suatu daerah. Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi persediaan air bersih (PAB), kepemilikan jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah (PAL). Jumlah KK di Kota Padang Panjang adalah 11.033, dan tidak semua KK yang dapat diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang ada. Dan dari KK yang diperiksa didapat hasil sebagai berikut : yang memiliki jamban sehat sebanyak 6.545 KK (72,8%), yang memiliki tempat sampah yang masuk kategori sehat hanya 8.265 KK (92,7%) yang memiliki PAL sehat hanya 6.376 KK (70,2%). Tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan merupakan sarana yang penting diperhatikan karena berhubungan dengan kepentingan banyak orang dan berpotensi sebagai media penyebaran penyakit. Di Kota Padang Panjang pada tahun 2012 dari 51 restoran/rumah makan yang diperiksa 74,5% sudah memenuhi kreteria persyaratan sehat, dari 11 hotel yang diperiksa 90,9% memenuhi syarat kesehatan,dari 2 buah pasar yang diperiksa,belum ada yang memenuhi syarat kesehatan, dan dari 582 TUPM lain yang diperiksa, 66,8% dari TUPM lainnya memenuhi syarat kesehatan. Sumber air minum yang digunakan masyarakat terdiri dari beberapa diantaranya adalah air kemasan, air isi ulang, ledeng meteran, ledeng enceran, pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, air hujan, sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai dan lain-lain. Dari sumber air minum diatas yang terbanyak digunakan masyarakat adalah leding meteran sebanyak 72,2%.
Hasil Kegiatan Pengumpulan Data Cara Kerja Sample Riskesdas 2013 yang terpilih hanya 14 blok sensus yang terletak di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Pandang Panjang Timur dan
243
Kecamatan Padang Panjang barat. Dengan BS tersebut kami hanya disediakan 2 tim yaitu tim 1 dan tim 2, untuk alat alat kesmas kitaa juga hanya disediakan 2 paket yang terdiri dari alat ukur tinggi badan, alat ukur berat badan, alat pemeriksaan gigi, pemeriksaan telinga, pemeriksaan mata, test iodium, tissue dan lain lain, semua ditaruh dalam 1 buah tas yang akan dibawa oleh masing-masing tim. BS kami ada 14, kami bagi jadi 2 dan masing masing tim akan mengerjakan 7 BS yang mana lokasi BS tersebut kami laaksanakan secara bersebelahan sehingga mempermudah koordinasi dengan PJT. Pembagian tanggung jawab dalam setiap tim sama karena kebetulan tim padang panjang sebagian besar perempuan, hari pertama semua tim akan melakukan pemutahiran data, hari kedua sudah melakukan puldat apabila bertemu dengan ruta yang jumlah artnya sedikit akan dikerjakan oleh 2 orang saja yang 3 mendata responden berikutnya. Setiap hari ketua Tim akan menyetor kuesioner yang sudah selesai dari lapangan untuk di koreksi apabila ada yang dirasa kurang maka akan dikembalikan lagi untuk cross check data.
Persiapan Pengumpulan Data di Kota Padang Panjang kami menemukan ternyata untuk prekrutan tenaga enumerator tidak dilakukan secara transparan, pihak dinas kesehatan langsung menetapkan orang orang yang akan terlibat dalam riskesdas 2013 ini, kebetulan dari 10 enumerator 6 diantaranya PNS pada Dinkes dan puskesmas jadi 4 orang tenaga baru lulus dari akademi kebidanan dan akademi keperawatan. Sempat juga kami tanyakan langsung ke orang dalam (PJAL) mengapa kegiatan Riskesdas ini langsung turun ke Instalasi Farmasi karena terus terang kami bingung ternyata lewat info orang tersebut Kadinkes langsung disposisi ke Kepala Instalasi dalam hal ini PJO riskesdas, menurut sumber yang lain PJO dan PJAL sudah pengalaman dengan riset yang diadakan oleh Litbang Kesehatan. Maka dari itu Posko Riskesdas di sepakati di Gudang Farmasi Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang. PJO dan PJAL yang dipilih adalah orang yang sangat cepat dan berpengalaman jadi sebelum turun ke lapangan untuk Puldata PJT yang berasal dari Jakarta diantar berkeliling kota padang Panjang untuk mengenal BS atau desa desa terpilih sebagai sample. PJT kota dipertemukan dengan Kepala Dinas Kesehatan kota Padang Panjang yang
244
dijabat oleh Dr. Dasril sebagai Plh karena Kepala Dinas Kesehatan maju sebagai calon wakil walikota. Dr.Dasril yang menjabat sebagai Sekretaris, otomatis beliau yang diangkat sebagai Pelaksana Harian. Dukungan kepala Dinas sangat baik dan memberikan pesan kepada kepada PJO agar membantu kelancaran Puldat Riskesdas. Masukan dari kepala Dinas terkait kegiatan Riskesdas antara lain, agar PJT dan PJAL diberikan Tas Riskesdas serta uang penginapan untuk PJT dan enumerator kalau bisa jangan disamakan karena untuk Kota Padang Panjang karena penginapan di kota Padang Panjang rata-rata mahal. Makanan di kota Padang Panjang tidak berbeda jauh dengan di tempat-tempat lain di Sumbar namun makanan yang sangat populer dan khas dari kota Padang Panjang adalah Sate Mak Syukur. Lokasi wisata karena merupakan perkotaan dikenal tempat wisata Mifan yang ramai dikunjungi wisatawan lokal dari kotakota lain di Sumbar. Kebudayaan yang khas yang berkaitan dengan Kesehatan ibu dan anak beliau berbeda dengan orang jawa karena di Padang Panjang tidak mengenal ritual. Persiapan Lapangan semua berjalan lancar karena pihak dinkes dan PJO sudah sangat terbiasa melaksanakan kegiatan seperti ini tanpa surat dari walikota setempat enumerator sudah bisa turun ke lapangan, ini juga karena hubungan personal antar PJO dengan beberapa petinggi pemerintahan di Padang Panjang, PJO nya pemain sepak bola. Tempat tinggal atau Kost2an di Padang Panjang sangatlah sulit makanya jadi inget apa kata dr.dasril makanya beliau bilang untuk penginapan kalau bisa dibedakan, jadi tahu apa maksud pembicaraan beliau ternyata di Padang Panjang harga tanah sangat mahal dan ada keterbatasan jumlah bangunan dari Pemerintah karena Padang panjang termasuk daerah rawan gempa sehingga bangunan disini tidak boleh bertingkat lebih dari 2, berdasarkan informasi yang kami denger bahwa tanah di Padang Panjang ini sangat produkti untuk cocok tanam jadi masyarakat lebih senang tanah2 tersebut untuk sawah ataupun ladang. Dengan bantuan PJAL akhirnya kami dapat rumah yang sangat besar dan posisnya benar benar ditengah kota yaitu daerah Pasar Usang disitulah kami tinggal bersama enum dan digunakan sekalian buat posko. Peta BS kami tidak ambil karena PJO menjamin tanpa peta pun untuk padang panjang ini tidak akan mengalami kesulitan dalam pencarian alamat.
245
Pelaksanaan Puldat Pemutakhiran Bangsen kami lakukan setiap awal kita mau memasuki BS baru 1 hari sengaja kita lakukan hanya untuk pemutahiran data saja, penunjuk jalan kami tidak menggunakan karena pada tiap tim ada tenaga bidan yang bertugas dalam wilayah tersebut. surat perijinan. Dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Padang Panjang Barat dan Kecamatan Padang Panjang Timur terpilih 14 desa yaitu Desa Ekor Lubuk, Desa Guguk malintang 2 BS, Desa Pasar Usang 2 BS, Desa Gantiang, Desa Pasar Baru, Desa Kampung Manggis 2 BS, Desa Tanah Hitam, Desa Silaing Atas, Desa Busur. Semua desa tersebut masuk dalam wilayah perkotaan, Desa ekor lubuk yang ada di pedesaan karena memang lokasinya ada di lereng bukit dan kaki gunung Singgalang jadi Pemandangan sangat indah dan hawanya sangat sejuk. Wawancara dilakukan sesuai dengan apa yang diperoleh waktu TC namun bahasa pengantar diganti dengan bahasa setempat dan ini kekurangan PJT untuk bahasa local kurang memahami, namun enumerator mau menerima masukan seandainya PJT minta bahasa pengantarnya bahasa Indonesia mereka mengikuti, proses wawancara dilakukan oleh 3 enumerator, 1 enumerator melakukan pengukuran, 1 enumerator melakukan pemeriksaan. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan pada umumnya sesuai dengan pelatihan saat TC namun pengukuran Lila dan Lingkar perut sudah tidak sesuai karena enumerator canggung apabila harus membuka lengan baju atau kaos dan baju responden, jika respondenya wanita tidak masalah namun kalau bapak bapak atau pria dewasa mereka mengaku malu, selaku pjt kami sudah ingatkan berkali kali namun diulang ulang kembali kesalahan tersebut akhirnya mereka mau juga mengikuti dengan catatan PJT ikut mendampingi dan menjelaskan kepada responden. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan apa yang didapat saat TC namun saat PJT mendampingi ada beberapa kesalahan saat pemeriksaan mata enumerator waktu memeriksa mata tidak dilakukan dibawah cahaya, waktu memeriksa telinga juga mereka jarang menggunakan alat yg dimasukkan dalam telinga, untuk pemeriksaan gigi sudah dilakukan sesuai dengan pedoman. Entri data untuk Kota Padang Panjang dikerjakan oleh PJAL karena pertama PJAL tidak dapat uang perjalanan, kedua karena untuk meringankan beban enumerator karena mereka dilapangan saja sudah
246
capek untuk puldata, ketiga agar tidak menimbulkan perselisihan antara enumerator karena yang entri khan tidak kelapangan. Yang kami lakukan setelah dari lapangan kuesioner di kirim ke PJT untuk di edit apabila sudah lengkap dan betul akan diserahkan ke PJAL untuk entri data dalam 1 BS bisa diselesaikan 2hari jadi hari ke 3 PJT akan Zipfile lalu mengirim ke Mandat Pusat dan ini dilakukan selalu oleh PJT kemudian PJT memberitahu mandate pusat lewat sms atau BBM. Kemudahan dalam pelaksanaan RISKESDAS di Kota Padang Panjang adalah Akses dan Luas kota yang sangat kecil sehingga mempermudah perpindahan PJT dengan enumerator. Masyarakat setempat sangat kooperatif dan mau atau mudah diwawancarai bahkan saat mereka bekerja diladang kemudian kami datang untuk wawancara salah satu anaknya akan memanggil ayahnya yang sedang mencangkul. Dukungan PJO dan PJAL dalam persiapan maupun penyelesaian administrasi sangat membantu kelancaran puldat. Kendala dalam pelaksanaan Riskesdas yang dirasakan PJT adalah Tim Enumerator susah sekali merespon apa yang disampaikan , mereka jarang sekali mau terima telpon ataupun membalas sms yang dikirim. Kurangnya keterbukaan PJO tentang masalah dana dengan enumerator, meskipun sebenarnya masalah dana sudah dibicarakan di awal apa saja yang menjadi hak hak enumerator selama menjalankan pengumpulan data. Namun seiring berjalanya waktu PJO hanya menyampaikan bukan keseluruhannya tapi hanya uang transport selama Puldat, untuk uang penginapan, uang transport antar kues ke PJT, uang pindah BS untuk masing masing tim itu tidak disampaikan. Bahkan PJT membantu sebagai mediator antara enumerator dan PJO terkait keterbukaan maslaha keuangan dengan menjelaskan hak enumerator. Pada akhirnya, ditemukan kesepakatan bahwa enumerator tidak mau dibayar dimuka tetapi dibayarkan setelah Puldat selesai. Sosialisasi tentang Riskesdas dirasakan sangat kurang bahkan pegawai Dinas Kesehatan sendiri mempertanyakan ...apa itu Riskesdas kok kami tidak tahu.... Informasi ini diketahui secara kebetulan saat wawancara dengan responden yang bekerja sebagai PNS Dinkes. Dapat dibayangkan kondisi di masyarakat tentunya semakin parah dalam mengenal tentang Riskesdas. Mengantisipasi hal tersebut, pada saat pemutahiran bangunan sensus, diberikan penjelasan kepada masyarakat/sasaran responden tentang Riskesdas. Dijelaskan pula
247
tentang pemberian kompensasi berupa uang sebesar 50.000 untuk kepala rumah tangga dan 10.000,- untuk anggota rumah tangga, khususnya bila dijumpai kesulitan dalam pencarian alamat.
Gambar 4.16.3. Wawancara dan Pengukuran Responden di Warung
Kesimpulan 1. Pengumpulan data berjalan lancar tanpa hambatan berarti 2. Sosialisasi tentang Riskesdas sangat kurang 3. Data BPS menyulitkan tim enumerator karena tidak sesuai kondisi dilapangan 4. Prosedur Pengukuran dibuat lebih flexible karena jika yang dikur berlainan jenis akan sungkan melakukanya
Saran 1. Riskesdas agar disosialisasikan sampai tingkat kelurahan atau RT setempat 2. Perekrutan enumerator ada baiknya ada campur tangan orang pusat karena kalau diserahkan ke Dinkes yang direkrut orangnya mereka. 3. PJO dan PJAL agar diberi kelengkapan berupa tas dan kaos karena mereka juga membantu turun ke lapangan yang akan mempengaruhi sukses tidaknya Riskesdas.
248
51,27. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 (59.3). Apabila dibandingkan antar jenis kelamin, maka angka beban tanggungan laki-laki sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan angka beban tanggungan perempuan, yaitu 52,94% untuk laki-laki dan 49,74% untuk perempuan.
Ekonomi Kondisi perekonomian Kota Bukittinggi pada tiga tahun terakhir relatif stabil dan menunjukan perkembangan yang cukup memuaskan. Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin (berdasarkan Bidang Promosi dan Sumber Daya Kesehatan) tercatat sebesar 20.626 jiwa atau 18.2% dari penduduk, dimana sebesar 1000 jiwa pelayanan kesehatannya di fasilitasi oleh Pemerintah Kota Bukittinggi melalui Jamkesda dan selebihnya melalui Jamkesmas. Peningkatan produktifitas ekonomi Kota Bukittinggi didominasi dari sektor perdagangan dan wisata. Peningkatan ekonomi telah mendorong berkembangnya taraf kehidupan masyarakat secara makro. Meningkatnya aktifitas ekonomi menyebabkan peningkatan usaha kecil dan menengah disektor kerajinan dan industri kecil serta mengalami kemudahan dalam pengadaan bahan baku dan pemasaran hasil-hasilnya.
Pendidikan Keadaan pendidikan di Kota Bukittinggi dapat dilihat dari kemampuan baca tulis penduduk yang tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2011 persentase penduduk yang dapat membaca huruf latin sebesar 100% baikpada laki-lakimaupun pada perempuan. Persentase penduduk yang dapat membaca huruf latin dari tahun 2008 2011. Dibandingkan dengan tahun 2009 maka persentase penduduk yang dapat membaca huruf latin mengalami peningkatan pada laki-laki yaitudari 99,79% . Pada tahun 2011, jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas sebesar 80.370 jiwa. Jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas yang tidak/belum pernah bersekolah sebesar 14.16%. Sedangkan 18.78%
250
bersekolah di SD/MI, sebesar 19.19% di SLTP/MTs, sebesar 35.66% di SMU/SMK dan 12.20% di Akademi/Universitas. Menurut jenis kelamin persentase jumlah penduduk perempuan yang tidak/belum pernah bersekolah lebih kecil dari pada jumlah penduduk laki-laki, begitu juga dengan jumlah penduduk yang menamatkan Akademi/universitas. Prosedur Kerja Pengumpulan Data Dalam pelaksanaan riskesdas 2013, PJT maupun enumerator telah mendapat pelatihan atau training untuk proses pengambilan data wawancara dan pengukuran. Pelatihan atau Training centre telah diadakan selama 10 hari di hotel Rocky Padang pada tanggal 19-29 April 2013. Selesai pelaksanaan pelatihan, PJT kab/kota, enumerator, PJO dan PJAL kembali ke Kabupaten/kota masing-masing untuk melakukan persiapan seperti penghitungan kuesioner, penyerahan surat bakesbangpol kepada pihak-pihak terkait dan penghitungan uang untuk responden, yang kesemuanya dilakukan bersama-sama dengan PJO dan PJAL. Setelah pelatihan selesai, kami langsung menuju posko / base camp tim yang telah ditentukan sebelumnya saat pelatihan. Tempat posko kami yang terpilih yaitu di rumah salah satu enumerator yang terletak di dekat pusat kota sehingga mudah untuk menjangkau ke berbagai daerah sensus yang akan di tuju. Terdapat total 3 kecamatan di daerah Bukittinggi dan 24 kelurahan. Namun yang terpilih untuk daerah sensus hanya 19 kelurahan di kota Bukittinggi. Dengan 19 kelurahan tersebut dibutuhkan 25 rumah tangga untuk diwawancara di setiap kelurahannya. Sehingga dilakukan penghitungan kuesioner yang dibutuhkan, sebelum pengumpulan data dimulai. Penghitungan di lakukan hari pertama sebelum pengumpulan data di posko tim. Bahan-bahan yang dibawakan untuk kebutuhan pengumpulan data antara lain kuesioner RT (rumah tangga), kuesioner IND (individu), map, tali pengikat, kartu hasil, PSP (informed consent) dan kuesioner tambahan untuk blok IV dan blok Kespro. Dalam 1 map terdiri dari 1 PSP, 1 Kues RT, 5 kues ind untuk tiap 1 rumah tangga. Setelah di lakukan penghitungan bersama di posko tim, didapatkan hasil sebagai berikut:
251
Tabel 4.17.1. Jumlah Kebutuhan Bahan Pengumpulan Data, Bukit Tinggi, Riskesdas 2013
Jenis Bahan PSP Kuesioner RT Kuesioner IND Map Kartu hasil Blok IV (tambahan) Kespro Ic (tambahan) Jumlah dibutuhkan 475 475 2375 475 2375 0 0 Jumlah diterima 464 473 2367 473 2363 19 94 Jumlah Kekurangan 11 2 8 2 12 0 0
Hasil penerimaan bahan kesmas tersebut kemudian dilaporkan ke PJT provinsi supaya segera dapat ditindaklanjuti. Kemudian kuesioner dan map di tata sesuai urutan yang telah ditentukan dan di bagi menjadi 19 BS. Tiap BS mengambil 1 ikatyang berisi 25 map. Selanjutnya sebelum pengumpulan data di mulai, berkoordinasi dengan PJO dan PJAL yang berasal dari dinas kesehatan setempat, menyerahkan surat bakesbangpol ke kelurahan yang dituju. Selain itu juga diberikan surat tugas dan surat permintaan penunjuk jalan oleh Dinkes kota Bukittinggi. Surat permintaan penunjuk jalan diserahkan ke puskesmas yang menaungi kelurahan yang di tuju. Terdapat 6 puskesmas yang dimintai tolong untuk memberikan kader sebagai penunjuk jalan. Dalam hal ini, tidak menggunakan peta dan mantri statistik dari BPS terlebih dahulu karena dirasa kader yang lebih mengenal lingkungan daerah setempat. Selain itu juga peta yang didapatkan kurang bisa membantu dalam menentukan rumah karena peta yang kurang lengkap. Namun jika nantinya terjadi kesulitan dalam pencarian rumah, dilakukan opsi menggunakan bantuan mantra statistik BPS. Pelaksana pengumpulan data Riskesdas 2013 di kota Bukittinggi terdiri dari 15 orang enumerator yang dibagi dalam 3 tim. Pembagian tim telah dilakukan oleh PJO sesaat sebelum pelatihan dan dilakukan kesepakatan ulang dengan PJT kota serta enumerator. Nama-nama
252
enumerator dalam 3 tim secara terperinci bisa dilihat pada tabel 4.17.2 berikut ini. Tabel 4.17. 2.
Tim 1 Dasrimon, S.Kep Lisa Febria N, A.Md.Keb Septy Chairina W,A.Md.Gz Widya Basri, SKM Ariestia Freddy, A.Md.Keb
Pembagian tim didasarkan atas penyamarataan latar belakang pendidikan enumerator di masing-masing tim. Tiap tim terdapat enumerator yang berprofesi sebagai bidan, perawat dan gizi. Selain itu juga terdapat 1 perawat gigi di tim 2, 1 kesehatan masyarakat di tim 1 dan 1 kesling di tim 3. Ketua tim yang terpilih adalah dua laki-laki dan satu perempuan yang berasal dari kesehatan lingkungan. Tugas ketua tim adalah membagi tugas pada saat pengumpulan data dan mengoreksi kuesiner yang telah diisi. Wilayah BS yang terkena sampel ada di 6 Puskesmas dengan jumlah BS yang bervariasi. Secara terperinci BS dengan wilayah puskesmas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
253
Tabel 4.17. 3. Wilayah Puskesmas dan Kelurahan tempat BS terpilih, Bukit Tinggi, Riskesdas 2013
Puskesmas Guguk panjang Daerah BS Tarok dipo 1 Tarok dipo 2 Tarok dipo 3 Pakan kurai 1 Pakan kurai 2 Bukit cangang kayu ramang Bukit apit puhun Campago ipuh 1 Campago ipuh 2 Campago guguk bulek 1 Campago guguk bulek 2 Puhun tembok Puhun pintu kabun 1 Puhun pintu kabun 2 Birugo Aur kuning Kubu tanjung Ladang cakiah Kubu gulai bancah
Perkotaan Mandiangin
Plus Mandiangin
Tigo Baleh
Gulai Bancah
19 BS yang dituju oleh 3 tim dibagi menjadi 6 BS tiap tim dan 1 BS dikerjakan bersama-sama saat awal pendataan. Pendataan dimulai tepat tanggal 1 Mei 2013. Pendataan pertama kali dilakukan di Kubu Gulai Bancah yang dikerjakan oleh 3 tim. 25 ruta (rumah tangga) di bagi untuk 3 tim. Tim 1 dan 2 mendapat 8 ruta dan tim 3 mendapat 9 ruta. Target pengerjaan selama 4 hari karena dilakukan bersama-sama. Pertama kali saat menuju Kubu Gulai Bancah, kami menghubungi kader terlebih dahulu untuk janjian bertemu. Setelah bertemu dengan kader kami melakukan pemutakhiran bangsen (bangunan sensus). Pemutakhiran dilakukan dengan cara mendatangi bangunan sensus yang terpilih oleh kader dan anggota tim. Dicocokkan melalui stiker BPS yang tertera di
254
rumah tersebut. Jika tidak ada, maka pencarian bangsen berpatokan pada nama kepala rumah tangga. Satu DSBS diberikan 30 data bangsen, apabila 25 data pertama ada yang tidak ditemukan maka dapat menggunakan 5 data terakhir sebagai cadangan. Jika mendapat data kurang dari 20 bangsen maka harus meminta tanda tangan dan stempel ketua RT sebagai bukti bahwa hanya dapat menemukan 20 bangsen atau kurang. Untuk BS kedua dan selanjutnya dikerjakan oleh masing-masing tim yang telah di bagi berdasarkan kedekatan wilayah antar BS. Pembagian Lokasi BS untuk setiap tim dapat dilihat pada tabel 4.17.4 dibawah ini. Tabel 4.17.4. Pembagian Lokasi BS Masing-masing Tim Enumerator, Bukit Tinggi, Riskesdas 2013
Tim 1 Tarok dipo 1 Tarok dipo 2 Pakan kurai 1 Pakan kurai 2 Bukit apit puhun Puhun tembok Tim 2 Campago ipuh 1 Campago ipuh 2 Campago guguk bulek 1 Campago guguk bulek 2 Puhun pintu kabun 1 Puhun pintu kabun 2 Tim 3 Tarok dipo 3 Bukit cangang kayu ramang Birugo Aur kuning Kubu tanjung Ladang cakiah
Masing-masing tim memiliki cara kerja yang berbeda untuk pembagian tugas dalam pengumpulan data. Pada tim 1 dengan ketua tim Dasrimon, mereka melihat terlebih dahulu berapa jumlah responden yang akan diwawancara, jika jumlah responden sedikit atau kurang dari 3 maka cukup dua anggota tim yang melakukan wawancara. Sedangkan tiga anggota tim lainnya menuju ke rumah responden berikutnya. Dan ada satu anggota tim yang bertugas untuk mengambil alat-alat pemeriksaan. Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh tim 3. Mereka membagi jumlah tim menjadi dua jika jumlah responden yang didata hanya sedikit. Namun jika jumlah responden lebih dari tiga maka mereka akan mengerjakan bersama-sama. Lain halnya dengan tim 2 yang diketuai oleh Budi Lesmana. Tim 2 lebih suka bekerja bersama-sama. Tiap rumah responden selalu dikerjakan berlima. Meskipun jumlah responden banyak ataupun sedikit mereka tetap mengerjakannya bersama-sama.
255
Masing-masing cara tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Cara yang dipakai tim 1 dan 3 memiliki kelebihan yaitu banyak ruta yang bisa didapat dalam satu waktu. Namun dalam pengerjaan satu ruta membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan cara yang dipakai tim 2 bisa cepat dalam mengerjakan satu ruta namun agak lama dan sedikit yang didapat dalam satu waktu. Akan tetapi kedua cara tersebut tidak menghalangi pengumpulan data selesai sesuai target waktu yang telah ditentukan yaitu 8 hari untuk 1 BS. Dalam proses koreksi dan peng-entry-an data pun mereka punya cara yang berbeda. Untuk tim 1 dan 3 melakukan koreksi setelah selesai pengumpulan data 25 rumah tangga terpilih. Setelah kuesioner diperiksa oleh ketua tim, kemudian dibawa ke PJT kab/kota untuk diperiksa. Kemudian jika salah maka akan dikembalikan lagi untuk diperbaiki. Perbaikan ditunjukkan kembali ke PJT kab/kota, kemudian jika data telah lengkap baru dapat dientry ke laptop. Sedangkan untuk tim 2, koreksi dilakukan setelah selesai mengerjakan beberapa rumah tangga dalam satu hari. Namun entry data tetap dilakukan terakhir saat selesai mengerjakan 25 ruta dalam 1 BS. Hasil entry data kemudian dibawa ke PJT kab/kota untuk diperiksa dan dicocokkan terlebih dahulu dengan DSBS. Jika sudah sesuai, PJT kab/kota melakukan proses zip dan menyimpan data zip untuk dikirim. Hasil zip yang telah terkumpul dari 3 tim, tiap minggu nya akan dikirim PJT kab/kota ke mandat pusat melalui internet. Karena koneksi modem yang kurang bagus, sehingga PJT kab/kota melakukan proses pengiriman di warnet yang kebetulan berada tepat di sebelah posko tim. Kuesioner-kuesioner yang telah terisi oleh data dikelompokkan sesuai BS yang dikerjakan oleh masing-masing tim, diikat menjadi satu dengan tali rafia. Setelah proses pengumpulan data berakhir semua, sudah mengumpulkan data dari 19 BS, kuesioner siap untuk di kirim ke Surabaya. Melalui PJO dan PJAL, kuesioner yang telah terbungkus rapi di dalam kardus, dikirim dengan menggunakan jasa pos Indonesia Bukittinggi dengan total berat 143 kg yang membutuhkan biaya 1.451.000 rupiah. Bahan dan alat tertentu yaitu alat pengukur tinggi badan, timbangan, tensimeter digital yang digunakan selama puldat Riskesdas setelah selesai, selanjutnya diserahkan ke dinas kesehatan setempat sebagai hibah dari Kementerian Kesehatan.
256
Hasil Kegiatan Hasil Kegiatan puldat 1 BS diselesaikan rata rata dalam waktu 7 hari termasuk entry data, kecuali 1 BS awal yang dikerjakan bersama-sama oleh 3 tim sebagai pembelajaran. Jadwal penyelesaian puldat oleh 3 tim dapat dilihat pada table 4.17.5 berikut ini. Tabel 4.17.5. Jadwal Penyelesaian Puldat , Bukit Tinggi, Riskesdas 2013
Tanggal pelaksanaan 1 5 Mei 2013 6-12 Mei 2013 13-19 Mei 2013 20-25 Mei 2013 26 Mei-1 juni 2013 2-8 Juni 2013 9-14 Juni 2013 Kelurahan Lokasi BS Kubu Gulai Bancah Tarok Dipo 1; Puhun Pintu Kabun 1; Ladang Cakiah Tarok dipo 2; Puhun Pintu Kabun 2; Kubu Tanjung Pakan Kurai 1; Campago Guguk Bulek 1; Aur Kuning Pakan Kurai 2; Campago Ipuh 2; Bukit Cangang Kayu Ramang Bukit Apit Puhun; Campago Guguk Bulek 2; Birugo Kabun Pulasan; Campago Ipuh 1; Tarok dipo 3 Gambar 4.17.1. Enumerator mengenakan baju putih-putih untuk menghindari penolakan responden
Dalam Riskesdas 2013, ditetapkan bahwa 1 BS terdiri dari 25 rumah tangga (RT) namun pengumpulan data tidak selalu dapat menjangkau keseluruhan target bangsen yang ditetapkan karena berbagai kendala. Beberapa hal yang diijinkan oleh metode puldat bahwa keluarga dianggap tidak termasuk dalam sampel apabila rumah kosong, rumah
257
tangga termasuk RT khusus, berganti peruntukan, rumah roboh, ART pergi dalam waktu lebih 6 bulan, tidak dapat ditemui selama masa puldat. Cakupan jumlah BS yang mampu didata seluruhnya yaitu 19 BS namun jumlah RT tidak seluruhnya 25 yang dapat didata. Secara lengkap, hasil puldat dapat dilihat pada tabel 4.17.6. berikut ini. Tabel 4.17. 6. Jumlah Rumah Tangga dan Individu yang Berhasil Dilakukan Pendataan di 19 BS, Kota Bukit Tinggi, Riskesdas 2013
Jumlah RT 25 25 25 24 24 25 23 25 24 23 25 25 24 25 25 22 25 24 25 Jumlah Individu 77 98 81 89 92 77 69 89 83 72 91 102 86 97 78 84 86 88 90
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Lokasi Kelurahan Tarok dipo 1 Tarok dipo 2 Tarok dipo 3 Pakan kurai 1 Pakan kurai 2 Bukit cangang kayu ramang Bukit apit puhun Campago ipuh 1 Campago ipuh 2 Campago guguk bulek 1 Campago guguk bulek 2 Puhun tembok Puhun pintu kabun 1 Puhun pintu kabun 2 Birugo Aur kuning Kubu tanjung Ladang cakiah Kubu gulai bancah
Kendala Puldat Selama Riskesdas, baik persiapan maupun pengumpulan data, terdapat beberapa kendala yang terjadi di lapangan namun masih dapat diatasi. Kendala tersebut antara lain:
258
Adanya bangsen yang tidak memiliki stiker maupun tidak sesuai dengan stiker BPS yang tertempel di rumah-rumah. Sehingga dalam menyelesaikan masalah ini tim enumerator menggunakan nama kepala keluarga yang terdapat dalam DSBS sebagai acuan pencarian rumah. Namun terdapat satu daerah yang agak susah dalam pencarian nama kepala keluarga tersebut karena warga tidak mengenal nama aslinya.Daerah tersebut adalah daerah Kubu Tanjung. Nama yang dikenal oleh masyarakatpada umumnya adalah nama gala/gelar yang telah diberikan tertua di daerah tersebut, sehingga tim enumerator harus bertanya ke setiap rumah yang berdekatan dengan rumah responden lainnya yang telah ditemukan. Beberapa penolakan oleh responden. Penolakan terjadi terutama pada responden yang bekerja sebagai pedagang, petani dan anggota DPRD. Bukittinggi sebagai kota wisata menyebabkan banyak sekali penduduknya yang berprofesi sebagai pedagang. Para pedagang hanya memiliki sedikit waktu untuk ditemui karena mereka bekerja selama 7 hari non stop. Dan akan lebih sibuk pada hari-hari libur. Sedangkan untuk petani pun sangat susah untuk ditemui karena kesibukannya bertani di wilayah yang jauh dari rumahnya. Penolakan pengambilan data oleh responden diselesaikan dengan melakukan pendekatan melalui kader kesehatan setempat. Jika kader gagal melakukan pendekatan, PJT kota mencoba untuk mendatangi rumah responden untuk memberikan penjelasan lebih lanjut. Jika tetap menolak, maka responden tersebut dianggap gagal didata dan dibutuhkan tandatangan penolakan wawancara dari responden. Adanya respon yang kurang positif dari salah satu ketua RT sebagai penunjuk jalan yang menggantikan kader. Ketua RT tersebut kurang kooperatif karena tidak mau mengantar dan menunjukkan rumah responden yang terpilih di wilayah beliau. Hal ini dikarenakan adanya kesalahpahaman dari bapak ketua RT yang beranggapan bahwa kami berkunjung ke rumah responden dalam rangka pemberian bantuan kesehatan. Ketua RT beranggapan bahwa beberapa orang yang terpilih di wilayahnya dianggap tidak berhak untuk menerima bantuan karena termasuk orang mampu. Dalam penyelesaian hal ini, tim enumerator telah memberi penjelasan mengenai tujuan dan pentingnya riset ini.
259
Namun ketua RT masih belum mengerti juga. Kemudian PJT kota pun turun untuk mencoba memberikan penjelasan kembali kepada beliau namun masih dengan respon yang sama. Sehingga akhirnya PJT dan tim bersepakat untuk melaporkan ke dinas kesehatan. Belum ada tindak lanjut dari dinas kesehatan kota sehingga tim dan PJT memutuskan untuk terjun langsung tanpa bantuan petunjuk jalan dari ketua RT. Akan tetapi, karena seringnya tim enumerator berkunjung ke rumah ketua RT akhirnya beliaupun luluh juga dan mau menunjukkan rumahrumah responden yang terpilih di wilayah tersebut. Bahan dan alat pun juga menjadi sedikit kendala untuk kami pada masa puldat. Beberapa bahan mengalami kehabisan sebelum puldat selesai. Salah satunya adalah tetes iodium yang tidak dapat kami temukan di kota Bukittinggi. Sehingga untuk mendapatkannya kami harus menunggu kiriman dari Surabaya.
Kesimpulan Riskesdas 2013 kota Bukittinggi Sumatera Barat berjalan lancar, lebih awal dari target waktu yang telah ditentukan. Selesai dalam waktu 50 hari dalam menyelesaikan 19 BS yang telah terpilih. Jumlah rumah tangga yang didapat sebesar 463 ruta. Jumlah anggota keluarga yang diwawancarai sebesar 1629 individu. Meskipun dalam pelaksanaan puldat terdapat beberapa kendala, namun pada intinya semua kendala dapat diatasi dengan melakukan pendekatan kepada perangkat pemerintahan setempat dengan melakukan koordinasi bersama PJO dan PJAL serta pengarahan dan pelaksanaan langsung oleh enumerator yang merupakan warga setempat. Saran Riskesdas sebagai salah satu survey kesehatan terbesar di Indonesia bukan kali pertama ini diadakan. Akan tetapi masih banyak masyarakat khususnya tenaga kesehatan yang belum mengetahui mengenai survey kesehatan Riskesdas. Hal ini yang membuat sedikit kesulitan dalam menjelaskan ke masyarakat. Lain halnya dengan survey pertanian yang sudah sangat dikenal di masyarakat. Hal ini dikarenakan banyaknya iklan mengenai survey pertanian di televisi maupun media cetak. Kami sarankan adanya iklan atau pemberitahuan yang gencar mengenai
260
Riskesdas ini, dapat mempermudah proses perijinan pengambilan data di masyarakat. Sehingga tidak banyak data yang hilang. Selain itu masih banyaknya perbaikan pada buku pedoman sebagai acuan dalam menentukan sampel membua membuat sedikit kewalahan dan kesulitan pada tim teknis lapangan. Sebaiknya di berikan pedoman yang jelas sebelum puldat dimulai agar tidak timbul keragu-raguan keragu dan kemunduran waktu dalam pengambilan data. Kesiapan dan kecukupan kuesioner, alat dan bahan pemeriksaan pemerik dan pengukuran perlu dilakukan lebih baik lagi.
Gambar 4.17.2. Pemeriksaan tekanan darah pada responden menunjukkan hipertensi (foto kiri); Pemeriksaan mata di kandang kuda (foto kanan)
Gambar 4.17.3. Suasanan satu sudut Kota Bukit Tinggi yang sejuk 261
Nan duo, Parik Rantang. Sedangkan Batang lampasi melalui kelurahan Koto Panjang, sungai Durian, Payonibung, Talawi, balai Betung dan tanjung Anau. Ditinjau dari segi penggunaanya sebagian besar lahan di kota Payakumbuh digunakan untuk area persawahan, luasnya mencapai 2.771 Ha.atau 34.45% dari luas tanah di kota Payakumbuh. Penggunaan lahan untuk bangunan dan sekitarnya menempati no 2 terbesar yaitu seluas 1.931 Ha atau 24,01%. Digunakan untuk kebun/ladang seluas 1.184 Ha atau 14,72% yang pada umumnya di Tanami jagung dan coklat. Hanya sebagian kecil luas lahan di kota Payakumbuh yang di gunakan untik kolam/ tebat, hutan rakyat dan padang rumput yaitu masing-masing 200 ha (2,49%), 361Ha (4,49%), dan 47 Ha (0,58%). Sedangkan tanah yang dipergunakan selain diatas seluas 1.549 Ha atau 19,26%. Banyaknya curah hujan tertinggi di kota Payakumbuh pada tahun 2011 terjadi pada bulan Desember yakni sebesar 439mm. sedangkan curah hujan paling sedikit terjadi pada bulan juli 2011 yakni sekitar 17mm. sementara itu jumlah hari hujan paling banyak selama tahun 2011 terjadi pada bulan November yaitu selama 16 hari.
Penduduk Penduduk mempunyai peran penting dalam proses pembangunan. Karena penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Jumlah penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi oleh factor kelahiran, kematiandan migrasi atau perpindahan penduduk. Jumlah penduduk kota Payakumbuh mencapai 120.051 tahun 2011. Selama periode 2009-2011, terlihat kepadatan penduduk Kota Payakumbuh selalu meningkat dari 1.329 jiwa/km2. Tahun 2011, artinya dengan luas wilayah sekitar 80,43 km2 , setiap km2 di tempati sebanyak 1.493 jiwa tahun 2011. Dari 5 kecamatan yang ada di Payakumbuh, kecamatan payakumbuh barat yang terpadat penduduknya yaitu 2.359 jiwa/km2 pada tahun 2011. Sedangkan kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah kecamatan payakumbuh selatan yaitu 684 jiwa/km2. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antar jumlah penduduk pria dengan jumlah penduduk wanita pada suatu daerah dan pada waktu tertentu. Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki, hal ini akan terlihat dari rasio jenis
263
kelamin (sex ratio) yang kurang dari 100. Pada tahun 2009 sex ratio penduduk kota payakumbuh adalah 97,97 persen tahun 2010 dan 98,24 persen pada tahun 2011. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa setiap 100 orang perempuan berbanding lakilaki sebanyak 98 orang. Jumlah rumah tangga di payakumbuh diperkirakan 28.807 rumah tangga. Pada tahun 2011, meningkat dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah 28.163 rumah tangga selama kurun waktu 2009-2011. Jumlah rata-rata anggota rumah tangga berkisar 4 orang. Hal ini merupakan salah satu indicator yang menunjukkan keberhasilan dari program pemerintah dalam upaya mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui program keluarga berencana (KB).
Pendidikan Berdasarkan hasil survey social ekonomi nasional 2011, diperoleh persentase penduduk yang berumur 10 tahun keatas yang tidak tamat SD/tidak punya ijazah sebanyak 19,5%, dimana penduduk perempuan lebih besar daripada laki-laki yaitu 20,18% perempuan dan 18,71 % lakilaki. Selanjutnya penduduk kota payakumbuh yang menamatkan pendidikan SD, SLTP, SLTA, Akademi/universitas masing masing tercatat 22,63%, 19,22%, 28,60%, dan 10,10%. Secara umum penduduk kota Payakumbuh mempunyai kemampuan baca tulis yang cukup baik terlihat dengan angka buta huruf yang semakin kecil yakni sebesar 1,0% pada tahun 2010. Namun bila diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin terlihat masih ada ketimpangan gender dimana penduduk perempuan umumnya memiliki kemampuan baca tulis yang jauh tertinggal disbanding penduduk lakilaki. Angka buta huruf penduduk perempuan sebesar 1,4%, sedangkan angka buta huruf penduduk laki-laki hanya 0,6%.
Kesehatan Kota Payakumbuh menyediakan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat umum dalam hal ini mewujudkan melalui pengobatan gratis bagi warga kota Payakumbuh jika berobat di puskesmas dan RSU Adnan WD. Secara umum jumlah tenaga kesehatan
264
meningkat pada tahun 2011, terutama pada jumlah tenaga dokter dan perawat. Dokter bertambah 14 orangmenjadi 57 dokter tahun 2011, perawat bertambah 20 orang menjadi 190 perawat. Menariknya dari seluruh tenaga kesehatan diatas, hampir 20% merupakan tenaga lainnya, yang melengkapi tenaga kesehatan. Upaya kesehatan berupa usaha preventif dan kuratif banyak dipengaruhi oleh sarana dan prasarana kesehatan. Pada tahun 2011, sarana kesehatan tidak berubah, perubahan hanya terjadi pada jumlah toko obat dan apotik, masing-masing 10 unit dan 1 unit. Sarana lain seperti rumah sakit tetap tiga unit, puskesmas 8 unit. Pada akhirnya angka kesehatan berujung pada Angka Harapan Hidup (AHH). Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, AHH terlihat stabil pada angka 70 tahun. Angka Harapan Hidup tersebut lebih tinggi sedikit dari rata-rata Sumbar yang mencapai 69 tahun lebih.
Komunikasi dan Transportasi Pembangunan transportasi di Kota Payakumbuh sampai saat ini hanya ter-gantung pada transportasi angkutan darat. Pada Tahun 2011 kondisi jalan di Kota Payakumbuh yang baik tercatat 137,46 km. Pada umumnya permukaan jalan di Kota Payakumbuh adalah aspal yakni 96,16 persen. Sedangkan sisanya kerikil, tanah dan tidak dirinci masing-masing se-besar 1,06 persen, 1,96 persen dan 0,82 persen.
Metode Kegiatan Kegiatan pengumpulan data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 di Kota Payakumbuh di laksanakan selama 52 hari pada tanggal 29 April 2013- 19 Juni 2013. Kegiatan puldat dilakukan di 19 Kelurahan kota Payakumbuh provinsi Sumatera Barat yang telah terpilih sesuai random. 19 kelurahan tersebut adalah:
265
Tabel 4.18.1.
Payakumbuh Selatan
Payakumbuh Utara
8. Napar 9. Kubu Gadang 10. Balai Cacang 11. Kaniang Bukik 12. Tambago
Payakumbuh Barat
15. Tanjuang Pauah 16. Ibuah 17. Parak Batuang 18. Balai Nan Duo 19. Tanjung Gadang
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan dilaksanakan oleh PJT, PJO, PJAL kota dan enumerator yang direkrut dari SDM setempat kecuali PJT yang berasal dari Surabaya. Enumerator terdiri dari 3 tim masing-masing beranggotakan 5 orang sehingga total enumerator adalah 15 orang.
266
TIM 1 Roza Silfia, SKM Irna Liza Pebriani, SKM Risa Susanti, SKM Dayu Wahyuni, Amd. Keb Ihsan Satya Putera, AMKL
TIM 2 Herlina, Amd. Keb Fauzan Azhar, SKM Detty Ervita, SKM Gita Rakhmawati, SKM Widya Delwanda, Amd. Keb
TIM 3 Nini Widyastuti, A.Md Wulan Denura, Amd. Keb Seveni Ovanina, Amd Petir Rahma Rino, AMKL Gusmanelli, SKM
Bahan dan Instrumen Penelitian Bahan dan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 terdiri dari kuesioner. Bahan kontak, alat pengukuran dan pemeriksaan beserta Alat pengumpul specimen untuk Blok Sensus Biomedis. Untuk Kota payakumbuh tidak termasuk Blok Sensus Biomedis. Alat pengukuran dan pemeriksaan untuk 3 tim enumerator (15 orang) yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari : Alat
Tensimeter digital Baterai Cadangan (AA) Baterai Cadangan (AAA) Baterai cadangan pipih Senter gigi / medical pen light Pinhole Tumbling E Tali 6 meter Kaca mulut non disposable Lup Spekulum pemeriksaan telinga Tas alat Sarung tangan Masker Pita lila dan pinggang Gel antiseptic
267
3 buah 24 buah 18 buah 18 buah 6 buah 3 buah 3 buah 3 buah 12 buah 3 buah 3 buah 3 buah 6 buah 3 buah 3 buah 15 buah
- Cairan antiseptic untuk gigi 6 buah - Tempat kaca mulut 2 buah - Iodine test 9 buah - Gunting 3 buah - Sarung tangan 6 buah - Jas hujan 15 buah - Tisu gulung besar 6 buah - Timbangan berat badan 3 buah - Alat ukur panjang badan 3 buah Kuesioner - Kuesioner Rumah Tangga 462 buah - Kuesioner Individu 2317 buah - Map kuesioner 474 buah - Informed Consent / PSP 474 buah - Kartu Hasil 2375 buah - Tambahan Blok IV 50 buah - Tambahan Kespro 50 buah - Tali Pengikat Kuesioner 410 buah Bahan Kontak Kuitansi Bahan Kontak Daftar sampel bangunan sensus Peta Bangunan sensus Laptop / computer yang memenuhi spesifikasi ( Windows 7) Alat / bahan ATK( pensil 2B, penghapus, pulpen, alas tulis dll)
Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Pengumpulan data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 merupakat riset nasional yang berbasis komunitas sehingga dalam pelaksanaan riset ini memerlukan persiapan yang matang. Hal ini terbukti bahwa agenda persiapan Riskesdas telah dilakukan sejak awal tahun 2013 dari kegiatan MoT, ToT dan TC. TC merupakan kegiatan pelatihan kepada enumerator sebagai pengumpul data Riskesdas 2013 yang dilakukan oleh PJT Kota Payakumbuh sehingga enumerator mampu melakukan pengumpulan data dengan sasaran sampel adalah Rumah Tangga (RT) dan Anggota Rumah Tangga (ART) yang terpilih. Enumerator dilatih sehingga mampu
268
melakukan wawancara dan melakukan pengukuran fisik (tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar perut, lingkar lengan atas) serta melakukan pemeriksaan (gigi, indera mata, telinga). Serta melakukan pemeriksaan kandungan yodium dalam garam rumah tangga. Data Riskesdas 2013 kota Payakumbuh diharapkan segera terkumpul pada awal bulan mei sampai akhir juni yang dilaksanakan oleh 15 orang enumerator yang telah direkrut Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh. Mekanisme kegiatan Riskesdas 2013 Kota Payakumbuh telah dipersiapkan oleh penanggung jawab teknis yang bekerja sama dengan penanggung jawab operasional kota Payakumbuh sebelum turun ke lapangan. Salah satunya yakni kerjasama dalam perekrutan enumerator sehingga telah terpilih 15 orang dan sesuai dengan criteria yang telah ditentukan oleh tim pusat Riskesdas 2013. Selain itu juga PJT kota saling mengingatkan dengan PJO untuk menyiapkan surat-surat yang dibutuhkan dalam pengumpulan data, persiapan operasional untuk pelatihan TC, kontrak kerja dan sebagainya. Setelah mendapat daftar 3 tim enumerator dengan rincian 12 orang perempuan dan tiga orang laki-laki, sehingga pembagian masing-masing tim 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki, dan salah satu enumerator telah di sepakati sebagai ketua tim. Selain itu PJT mengirim materi untuk pembekalan TC selama 10 hari, di upayakan dalam pelatihan tersebut enumerator sudah mendapat bayangan dalam melakukan pengumpulan data sehingga materi pelatihan bias di terima dengan baik. Selain itu tiap tim enumerator juga mendapatkan pembagian wilayah kerja. Kota Payakumbuh mendapatkan 19 Blok sensus atau kelurahan yang tersebar di Lima kecamatan kota Payakumbuh. Dari 19 blok sensus terdapat 5 kelurahan yang termasuk blok sensus dengan NKS yang berkode 1 (satu) yakni terdapat pemeriksaan gigi yaitu kelurahan Limbukan, Napar, Koto Panjang Padang, Tanjuang Pauah, Tanjung Gadang. PJT dalam membagi pembagian wilayah kerja berdasarkan kondisi geografis dan jumlah kelurahan tiap kecamatan, sehingga PJT dapat memantau enumerator dengan mudah karena masih dalam satu kawasan kecamatan bila terdapat masalah atau kendala. 1 BS kelurahan padang tangah payobada dikerjakan bersama sama oleh ketiga tim dalam waktu 4 hari, dengan alasan tiap tim sdh mendapat bagian 6 BS serta agar adil terbagi rata, selain itu PJT agar mudah memantau dalam pelaksanaan pengumpulan
269
data pertama kali dan untuk mengantisipasi bila ada masalah dilapangan supaya cepat ditemui karena tempat lokasi tidak terlalu jauh. Untuk lebih jelasnya pembagian wilayah kerja kota Payakumbuh bisa dilihat pada jadwal dan mapping pengumpulan data Riskesdas 2013 kota Payakumbuh yang ada di lampiran. Namun mapping tersebut tidak sesuai karena setelah melihat proses pengumpulan data dilapangan dapat dilakukan lebih cepat dari yang diperkirakan sehingga waktu pengumpulan data di kota Payakumbuh dimampatkan selama 52 hari. Menyiapkan peta bangunan sensus yang telah ada gambar bangunan rumah dan bisa di dapatkan di Badan Pusat Statistik (BPS) kota Payakumbuh, sebelumnya untuk memperolehnya kita harus melalui prosedur yaitu meminta izin dan menunjukkan surat tugas kepada kepala BPS bahwa peta tersebut akan di gunakan sebagai pengumpulan data Riskesdas 2013. Selain Peta Bangunan sensus kita juga menghubungi petugas wilayah/kader untuk membantu saat tim enumerator melakukan pemutakhiran. Serta memastikan dan berkolaborasi dengan PJO bahwa surat perizinan akan dilakukan Riskesdas di kelurahan tersebut sudah disampaikan/di kirim. Tahap Pengumpulan data Pengumpulan data dilaksanakan setelah persiapan siap dengan baik, salah satunya adalah persiapan kelengkapan surat perizinan, surat tugas, bahan kontak, kuesioner dan alat-alat pemeriksaan. Sebelum turun kelapangan semua tim pergi ke kelurahan setempat untuk meminta izin akan di lakukan riset pada masyarakat kelurahan tersebut. Setelah mendapat izin dari lurah setempat, tim melakukan suatu pemutakhiran yang berkolaborasi bersama petugas wilayah dan dibantu dengan peta. Pemutakhiran merupakan fase yang harus dilakukan sebelum wawancara dan pemeriksaan, karena fase ini sangatlah penting dan yang menentukan siapa saja dan berapa orang yang berhak di jadikan responden. Kemudian, tim enumerator dan petugas wilayah setempat melakukan pemutahiran sesuai daftar data sampel bangunan sensus yang telah di tentukan dari BPS pusat. Enumerator berhasil menemukan rumah responden yang sesuai dengan nomer bangunan sensus dan sesuai dengan nama KK serta peta bangunan sensus.. Bila, dalam bangunan sensus tersebut nama tidak sesuai dengan data DSBS maka kita probing kepada penghuni rumah tersebut, karena data ini merupakan
270
data sensus tahun 2010 yang telah banyak mengalami perubahan atau ketidaksamaan antara nama KK, bangunan tidak di temukan baik karena kosong dan di robohkan ataupun di gusur. Beberapa ditemukan bahwa satu rumah tersebut terdapat lebih dari 1 KK maka KK tersebut kita data atau probing ulang dan diurutkan sesuai lamanya tinggal di rumah tersebut, kemudian di random dengan angka sesuai yang ada di data DSBS. Pemutahiran selesai, tim enumerator melakukan wawanncara di rumah responden. Adapun tahapan kerja saat melakukan pengumpulan dataadalah: 1. Tim enumerator meminta izin kepada kepala rumah tangga atau salah satu responden serta menjelaskan tujuan akan diadakan riset ini. Bila pesetujuan/informed consent di dapatkan dan mengerti oleh responden bawhwa akan dilakukan wawancara serta pemeriksaan dan pengukuran fisik maka semua responden menandatangani lembar PSP yang telah disediakan. Tiap tim enumerator mempunyai cara yang berbeda dalam melaksanakan pengumpulan data, namun perbedaan tersebut tidak jauh berbeda dan tidak menyalahi prosedur yang telah di tentukan. Diantaranya, dalam satu tim terdapat pembagian tugas dan saling bergantian, 2 orang melakukan wawancara, 2 orang melakukan pengukuran dan 1 orang menyiapkan alat dan administrasi. Bila pengukuran responden selesai, enumerator tersebut pindah ke responden lain untuk menjelaskan dan menyiapkan akan dilakukan pengumpulan data. Selain itu bila melihat kondisi lapangan dalam 1 KK anggota rumah tangga sedikit, sehingga tim terbagi menjadi 2 dan alat pengukuran saling bergantian. Pelaksanaan wawancara dan pengukuran saat di lapangan sesuai dengan teori yang telah di dapatkan pada saat pelatihan. Setelah selesai melakukan pengumpulan data responden diberikan uang kontak sebagai pengganti waktu yang telah habis dan sebagai ucapan terima kasih. Adapun uang kontak yang diberikan sebesar 50.000 untuk kepala rumah tangga dan 10.000 untuk anggota rumah tangga. Dalam pemberian uang kontak tim enumerator tidak lupa meminta tanda tangan kepada responden sebagai bukti uang telah di berikan.
271
2.
3.
4.
Estimasi waktu pengumpulan data tiap tim dan tiab blok sensus di harapkan selesai dalam waktu 7-8 hari termasuk pengentryan data dan pengiriman data ke mandat pusat.
Tahap Manajemen Data Data yang terkumpul dari hasil penelitian di masyarakat dilakukaan editing dan koding oleh enumerator. Setelah itu, sebelum di kirim ke PJT untuk di cleaning terlebih dahulu diperiksa oleh ketua tim untuk di lakukan cleaning oleh ketua tim. Setelah PJT mengcleaning dan tidak ada revisi maka data siap untuk di entry. Kegiatan entry data merupakan salah satu tahapan manajemen data. Program entry data yang tepat dijalankan oleh komputer/laptop dalam windows 7 dan mempunyai spesifikasi yang telah di tentukan oleh tim mandat pusat. Sebelumnya harus dilakukan install terlebih dahulu. Adapun saat entry data harus diperhatikan petunjuk pelaksanaanya agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan manajemen data, diantaranya adalah entry data harus dilakukan per rumah tangga dan per blok sensus. Pengentry juga di harapkan teliti dalam memasukkan data, dan kondisi laptop jangan sampai kehabisan baterai. Entry data telah selesai dan sudah tidak ada perbaikan lagi, data tersebut di simpan dalam bentuk file serta di backup dengan melakukan data ke direktori lain, ini di lakukan dengan tujuan agar jika terjadi kerusakan data ataupun kesalahan PJT masih bias mengembalikan data ke keadaan semula. Data yang sudah di entry dan disimpan kemudian di rename dan di compres dalam bentuk zip file Riskesdas 2013. Data dalam bentuk Zip file akan dikirim ke Manajemen data (Mandat) Pusat. Selain data zip file, juga dikirimkan form control data (ms. Excel). Setelah data terkirim di Mandat pusat, PJT menginformaikan kepada tim Mandat pusat bahwa data telah terkirim kemudian menunggu hasil ceaning dari mandate pusat apakah ada revisi pada data tersebut.
Hasil Kegiatan Kegiatan pengumpulan data Riskesdas 2013 yang di lakukan di kota Payakumbuh akan berbeda dengan kota/kab lain. Hal ini di karenakan karena perbedaan geografi dan topografi daerah, masyarakat kota
272
Payakumbuh, sumber daya manusia dll. Namun, perbedaan tersebut bisa dilalui karena dukungan enumerator dan SDM atau pegawai dinas kesehatan kota Payakumbuh yang sudah mengetahui kondisi lingkungan masyarakat karena sebagian besar enumerator merupakan penduduk asli kota payakumbuh. Selain perbedaan tersebut, ada suatu persamaan dalam pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas 2013 seluruh Indonesia yaitu tentang tehnik dan cara pengumpulan data dalam hal ini termasuk pengambilan dan penentuan responden yang akan diwawancara, pengukuran fisik, pemeriksaan gigi dan pengamatan langsung. Hal ini di dukung dengan adanya pelatihan dan teori serta materi yang telah dibukukan. Walaupun ada beberapa kekurangan yaitu perubahan persepsi dan pendapat tentang teori tersebut. Hal ini dapat membingungkan enumerator selaku pengambilan data dilapangan. Tujuan pelatihan tersebut yaitu agar menyamakan teori dan praktek dilapangan dan meminimalisir bias. Sehingga pengambilan data seluruh Indonesia akan sama. Hhasil kegiatan ini dari mulai tahap persiapan data, tahap pengumpulan data sampai tahap manajemen data, dilakukan selama 52 hari sejak tanggal 29 april sampai tanggal 19 juni 2013, setelah selesai kegiatan TC di Hotel Rocky Padang.
Tahap Persiapan a. Menentukan tempat tinggal PJT, enumerator dan basecamp riskesdas 2013. Pada saat pertemuan pertama kali bersama PJT, PJO, PJAL dan enumerator bahwa diputuskan untuk basecamp riskesdas bisa memakai fasilitas rumas dinas kepala dinas kesehatan (masih dalam satu lingkup DKK Payakumbuh), dikarenakan rumah tersebut kosong dan semua fasilitas misalnya air, listrik dan kamar tidur sudah ada dan masih berfungsi. Dengan mendapat informasi tersebut enumerator bersedia untuk menggunakan fasilitas tersebut yang sebelumnya akan mencari rumah untuk basecamp didaerah pusat kota (Jalan Sukarno-Hatta). Pada awalnya PJT juga akan menetap di rumah dinas tersebut, karena setelah melihat kondisi rumah dinas tersebut kurang privacy
273
karena rumah dinas tersebut merupakan gudang/tempat penyimpanan barang-barang dinas setempat. Akhirnya PJT memutuskan untuk mencari penginapan/kos di daerah pusat kota,ini bertujuan transportasi didaerah itu mudah, banyak dan jangkauan antara beberapa BS serta basecamp terjangkau. Untuk tempat tinggal enumerator sebagian besar tinggal di rumah masing masing, karena enumerotor merupakan anak daerah payakumbuh sendiri. Namun ada 3 orang yang tinggal di penginapan dan ikut tinggal bersama teman enumerator di karenakan mereka berasal dari luar kota. Basecamp riskesdas 2013 kota payakumbuh tetap di rumah dinas, akhirnya semua alat dan bahan pengumpulan data ada di rumah dinas tersebut. Di samping itu, jika ada pertemuan seluruh enumerator juga berkumpul di rumah dinas tersebut. Namun berjalannya waktu enumerator tinggal di basecamp hanya untuk mengambil kuesioner dan bahan pengumpulan data, hal ini karenakan enumerator malas untuk kordinasi bersama pegawai dinkes untuk mengambil kunci dan kurang privacy dikarenakan banyak pegawai yang masuk keluar di rumah tersebut serta dikhawatirkan ada barang-barang dinas yang hilang dan enumerator tidak mau mengambil resiko bila kejadian tersebut terjadi. Walaupun yang bertanggungjawab membawa kunci tersebut adalah enumerator yang merupakan pegawai dinas setempat. Terdapat 3 orang enumerator yang berasal dari pegawai dinas dan ditunjuk sebagai ketua sesuai surat tugas dengan alasan sebagai coordinator lapangan perwakilan dinas kesehatan. Enumerator akhirnya sering berkumpul di salah satu rumah enumerator yang lebih dekat dengan BS tersebut atau langsung koordinasi dan berkumpul di tempat kos PJT. Ini terjadi setelah enumerator mendapat permasalahan masalah uang penginapan, karena uang penginapan tidak akan diturunkan dan tidak ada kejelasan dari pihak PJO, PJAL. Selain itu, hubungan antara enumerator tidak kompak kembali khususnya antara enumerator dengan enumerator perwakilan dinas.
b. Peta Bangunan Sensus Kegunaan peta pada pengumpulan data sangat penting, karena mekanisme teori pengambilan sampel rumah tangga adalah sesuai
274
dengan nomer bangunan sensus, nama merupakan sarana pelengkap dalam pengambilan sampel. Data DSBS ini merupakan data sensus penduduk tahun 2010, sehingga banyak data yang tidak sama khususnya nama kepala rumah tangga, sehingga peta ini mempunyai peran yang sangat penting apalagi sticker no bangunan sensus telah hilang. Kegunaan peta ini berguna pada saat kita menemui BS yang penduduknya tidak nomaden atau daerah rumah kontrak, sehingga penghuninya sering berganti. Dan tidak kalah pentingnya pada saat menemui kasus dalam 1 kelurahan nama kepala rumah tangga sama. Perlu diketahui juga, awalnya peta bangsen tersebut mendapatkanya sangat lama sekali, hingga pengumpulan data sudah berjalan ini terjadi kemungkinn akibat miss communication antara pusat dan daerah. Di saat PJT koordinasi dengan PJO tentang peta, pihak PJO dan DKK tidak ada tanggapan, akhirnya PJT meminta izin PJO untuk mengurus di BPS kota Payakumbuh karena di lapangan tidak bisa berjalan dengan baik tanpa peta bangunan sensus. Kendala lain dalam mendapatkan peta bangunan sensus adalah saat di BPS sangat ketat sekali, padahal PJT sudah menjelaskan tujuan dan menunjukkan surat tugas PJT dari Kemenkes RI. Pihak BPS hanya bisa memberikan peta kosongan di karenakan peta bangunan sensus bersifat rahasia dan takut digunakan hal-hal yang tidak berkenan, hingga akhirnya PJT dan enumerator menghadap kepala BPS setempat, setelah menjelaskan dan kepala BPS koordinasi dengan pusat akhirnya memberikan peta bangunan sensus. Ini kemungkinan dikarenakan kurangnya koordinasi dan komunikasi antara BPS pusat dan daerah serta panitia riskesdas dan BPS. c.Pemutakhiran Bangsen Pada saat PJT dan enumerator malaksanakan pemutakhriran bangsen sebagian besar tidak ada masalah. Ini dikarenakan karena enumerator sangat mengerti teori tentang pengambilan sampel khususnya pada saat pemutakhiran, diantaranya adalah pemilihan sampel bila lebih dari 1 KK dan cara penentuan sampel dengan perkalian angka random. Ada beberapa blok sensus yang di kerjakan jauh-jauh hari sebelum dilakukan pengumpulan data, ini salah satu strategi enumerator karena BS awal pernah mendapat responden yang susah ditemui.
275
Keberhasilan pemutakhiran bangsen ini dikarenakan terdapat kerjasama antara petugas wilayah sebagai penunjuk jalan dan peta bangsen. Ada beberapa BS yang susah ditemui misalnya antara nama responden, nomer bangunan sensus dan peta yang tidak sama, terkadang yang paling sering ditemukan kendala antara ketidaksamaan antara peta dan nomer bangunan sensus. d.Petugas Wilayah/Penunjuk Jalan Penunjuk jalan kebanyakan adalah petugas wilayah setempat yang sering membantu beberapa program yang ada di kelurahan tersebut. Sehingga sebagian besar petugas wilayah tersebut mengenal secara keseluruhan masyarakat di wilayah tersebut. Di beberapa daerah petugas wilayah tersebut sering di sebut kader desa/kelurahan. Petugas wilayah (kader) tersebut sebelumnya sudah dihubungi oleh petugas kelurahan setempat sehingga pada saat enumerator dan PJT meminta izin di kantor lurah sekalian bertemu dengan kader dan langsung melanjutkan pemutakhiran bangsen. Kader wilayah merupakan salah satu pendukung keberhasilan saat pemutakhiran, khususnya pada saat peta tidak sesuai dengan nomer bangsen yang di daftar DSBS. Ada beberapa kasus yang ditemui dilapangan diantaranya pada BS pertama yaitu kelurahan Padang tangah Payobada kader mengalami kesulitan menemukan nama responden sedangkan peta pada saat itu belum didapatkan serta sticker nomer bangsen kebanyakan sudah hilang. Setelah ditelusuri kader tersebut bukan kader yang bertugas di RT setempat sehingga banyak yang tidak dikenal dan daerah tersebut merupakan daerah tempat kos/kontrak sehingga penghuni sering berganti. PJT juga pernah mendapat telepon gelap mengatasnamakan masyarakat Kaniang Bukik, setelah enumerator dan PJT melaksanakan kegiatan pemutakhiran. Penelepon tersebut tidak setuju diadakan kegiatan tersebut dan akan menolak diadakan acara tersebut. Selain itu, penelepon tersebut tidak suka dengan petugas kader yang mengantar karena kader tersebut hanyalah petugas sapu dan pernah mempunyai kasus di kelurahan. Karena enumerator dan PJT khawatir pengumpulan data tidak berjalan, akhirnya PJT menghadap ke pak lurah meminta bantuan agar masyarakat tidak terkecoh dengan tanggapan dengan penelepon gelap, karena masyarakat saat ditemui pada waktu
276
pemutakhiran sangat antusias dan terbuka. Selain itu saat penelepon tersebut dilacak, nomer telepon sudah tidak aktif kembali. e.Surat Perizinan Surat perizinan kegiatan Riskesdas 2013 di kota Payakumbuh tidak ada masalah. Karena sejak awal sebelum pelatihan TC berlangsung PJT dan PJO sudah berkoordinasi untuk mengurus dan mengajukan surat izin diantaranya surat izin kepada balitbangkespol, walikota maupun kecamatan untuk diteruskan di kelurahan. Sehingga masalah perizinan di kota Payakumbuh tidak ada masalah, karena pada saat perizinan atas nama PJO setempat. Sehari sebelum kegiatan pengumpulan data berlangsung PJT dan enumerator juga memastikan masalah surat perizinan agar saat puldat tidak ada kendala. Ada beberapa masalah pada saat di lapangan bahwa ada beberapa BS sekitar 2 BS yang belum menerima surat izin dari Dinas Kesehatan setempat, sehingga pada saat enumerator meminta izin untuk melaksanakan pengumpulan data agak terganggu dan memperlambat perizinan, namun setelah enumerator berkoordinasi dengan PJO perizinan di kelurahan setempat bisa teratasi. Permasalahan ini kemungkinan kurangnya koordinasi perizinan antara kecamatan dan kelurahan atau kemungkinan keteledoran saat pengiriman surat perizinan. Selain masalah surat perizinan, enumerator juga mempermasalahkan surat tugas yang ketua timnya tidak sama antara saat pengumpulan data dan saat pelatihan. Karena ini berhubungan dengan tugas mengcleaning kuesioner dan tanda tangan. Di dalam surat tugas tertulis bahwa ketua tim saat ini adalah enumerator pegawai dinas kesehatan, walaupun sebelumnya terjadi percecokan masalah ketua tim, akhirnya diputuskan yang menjadi ketua tim yang tertulis di surat tugas. f.Kuesioner Dan Alat Pemeriksaan Fisik. Kuesioner yang diterima di Kota Payakumbuh jumlah tidak sesuai yang dicantumkan, sehingga pada awalnya membuat gelisah karena takut kekurangan. Namun masalah ini bisaa diatasi dengan estimasi jumlah anggota rumah tangga di Kota Payakumbuh sehingga kuesioner diharapkan tidak kurang. Selain itu percetakan kuesioner tidak bagus banyak yang terbalik dan tidak jelas tulisannya.
277
Alat pemeriksaan fisik saat dilapangan tidak ada masalah, namun jumlah yang ada tidak sesuai yang di harapkan. Sehingga harus membuat alat baru yang telah di modifikasi misalnya pinhole, tumbling E, tempat alat pemeriksaan gigi kurang, serta kualitas meteran dan pengukuran lila tidak bagus.
Tahap Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data ini keberhasilannya ditentukan oleh penguasaan materi oleh enumerator pada saat mengaplikasikan teori tersebut di masyarakat. Teori tersebut menyangkut wawancara kepada masyarakat, pengukuran fisik dan pemeriksaan gigi. Wawancara merupakan proses interksi untuk mengumpulkan data, sehingga wawancara ini merupakan tongkat keberhasilan kegiatan ini. Wawancara tidak semudah yang kita lihat seperti berinteraksi saat santai dengan teman, namun enumerator harus mempuyai strategi dan cara agar memikat responden dan tidak menyinggung responden. Beberapa enumerator di kota Payakumbuh mempunyai ketrampilan wawancara yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pengalaman kerja dan karakter enumerator sendiri saat berinteraksi dengan responden. Keberhasilan wawancara enumerator saat dilapangan tidak hanya menguasai materi namun enumerator harus pandai membaca kondisi lapangan (karakteristik sosial/kultur masyarakat). Ketiga tim Payakumbuh pembagianya sangat tepat sekali, yaitu pemerataan antara enumerator yang sudah mempunyai pengalaman dan yang belum berpengalaman. Kemudahan kegitan ini adalah enumerator merupakan berasal dari daerah tersebut sehingga sangat mengerti kondisi masyarakat tersebut, sehingga dalam pengumpulan data tidak ada masalah yang berhubungan dengan masyarakat payakumbuh. Selain itu, masyarakat payakumbuh sangat welcome sekali dalam penyambutan kegiatan ini. Hanya saja saat awal kegiatan ini masyarakat kurang welcome karena tidak mengetahui tujuan kegiatan ini, sehingga persangkaan masyarakat enumerator adalah sales atau program dari sensus pertanian. Kerjasama antara enumerator juga sangat penting untuk keberhasilan kegiatan ini, di samping itu juga hubungan kerjasama antara
278
PJT, PJO, PJAL dan enumerator. Kekompakan enumerator meregang disaat ada kejadian masalah uang penginapan yang tidak jelas dan tidak akan dikeluarkan. Ini dikarenakan semua enumerator banyak yang tinggal di rumah masing masing. Kendala ini terjadi karena tidak transparansi dalam penjelasan antara PJO dan enumerator, karena komunikasi sangat penting dalam permasalahan ini. Pada saat dilapangan enumerator melakukan pengukuran barat badan dan tinggi badan tidak ada masalah sama sekali. Hanya saja ada beberapa tim pada awal pengumpulan data mekanisme cara penimbangan dan pengukuran agak berbeda atau kurang tepat. Namun setelah kejadian tersebut, PJT memberitahu kesalahan dan mengajari cara yang sesuai teori. Kendala pada saat pengukuran ini adalah alat timbang yang lama kelamaan sangat susah cara mengaktifkan, bahkan cara menginjak on nya agak di tekan keras ada juga yang minta sedikit di banting. Masyarakat tidak ada problem dalam penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi, bahkan sebagian sangat senang sekali karena dengan kegiatan ini masyarakat akhirnya mengetahui berat badannya. Dilapangan pengukuran lingkar lengan atas dan lingkar perut sebagian besar masyarakat sangat antusias dan proses pemeriksaan berjalan lancar. Kendala di lapangan pada kegiatan ini bila enumerator sudah capek dan tidak diawasi pengukuranya tidak sesuai dengan teori yaitu baju tidak di buka atau disisingkan, sehingga pengukuranya tinggal mengurangi dari sedikit ketebalan baju dari hasil pengukuran. Pengukuran tekanan darah sebagian besar hasilnya diatas rata rata dari hasil yang periksakan di rumahsakit atau puskesmas setempat. Padahal pada saat pengukuran cara nya sudah banar dan masyarakatnya juga sangat menerima. Namun, bila didapatkan responden yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi) maka alat tersebut akan mengalami eror, sehingga responden tersebut tidak terukur tensinya. Enumerator pada saat pemeriksaan mata agak kesulitan karena belum terbiasa melakukan dan menjumpai pemeriksaan tersebut. Khususnya pada pemeriksaan kelainan permukaan mata dan xeroftalmia. Pada masyarakat payakumbuh apada usia tua serng dijumpai kekeruhan kornea atau katarak, walaupun belum kronis. Untuk pemeriksaan visus tidak ada masalah yang berarti baik enumerator saat memeriksa maupun responden saat di periksa. Sebagian besar tim bisa melakukanya dengan
279
baik dan atas kerjasama dengan responden yang sangat baik dan komunikatif. Dari 19 BS di kota Payakumbuh hanya ditemukan 1 responden yang mengalami kebutaan total, namun ini terjadi sejak 20 tahun yang lalu akibat trauma kecelakaan dan keterlambatan penanganan untuk membawa ke dokter. Pemeriksaan telinga di lapangan tidak ada kendala sama sekali, hanya saja pada responden yang masih kecil agak sedikit susah untuk koordinasi apalagi responden yang usia kevil dan penakut. Ada salah satu tim 1 yang masih mengartikan bahwa tes pendengaran adalah sama dengan tes bisik. Sehingga, saat memeriksa responden bukan dengan jarak 1 meter namun di bisik dari belakang. Namun dari awal sudah di koreksi dan di beritahu cara yang benar, setelah ditanya ternyata tim tersebut lupa saat mengikuti pelatihan TC. Pemeriksaan konversasi/ pendengaran ini agak susah diaplikasikan dengan kendala mendapat ruang yang tenang, walaupun di dalam rumah tetap saja terdapat suara yang mempengaruhinya misalnya tangisan anak, suara radio tetangga dll. Di kota Payakumbbuh terdapat 2 tim yang tidak ada perawat gigi, sehingga agak mengalami kesulitan, namun lambat laun enumerator sudah terbiasa menghadapi beragam bentuk gigi serta kelainanya. Ketrampilan ini berhasil atas kooperatifnya saat enumerator dilatih dan pengalaman setelah mendapat kasus dilapangan. Beberapa responden ada yang menolak dengan alasan malu, sehingga enumerator butuh tenaga ekstra untuk menjelaskan kembali dan membujuknya. Hasil pengumpulan data di Kota Payakumbuh tidak sesuai yang di harap, tidak sesuai dengan target sampel sebesar 19 BS atau 475 RT. Dalam kegiatan penelitian ini hanya mendapatkan 443 RT dengan individu 1.519 orang. Hal ini dikarenakan ada beberapa bangunan sensus yang tidak ditemukan dan juga di robohkan. Namun, yang terbanyak dikarenakan blok sensus yang terpilih merupakan daerah perkotaan pusat yang penduduknya sering berpindah. Ada juga di daerah perumahan yang tidak ditemukan bangunan sensusnya padahal sudah di bantu dengan peta, kader dan Kepala RT setempat.
Tahap Manajemen data Tim enumerator kota Payakumbuh pada saat manajemen data tidak ada kendala yang banyak. Hal ini dikarenakan salah satu tiap tim
280
sangat menguasai teori dan praktek tentang manajemen data khususnya saat pengentryan dan permasalahan yang terjadi. Tim Payakumbuh awalnya saat pengiriman data sangat terlambat dibanding dengan kota/ kabupaten lain. Hal ini di karenakan yang bertugas entry data hanya satu orang dan satu laptop yang dikerjakan oleh enumerator yang di anggap menguasai permasalahan entry data bila nanti terjadi. Disamping itu, pengerjaan entry data dilakukan tiap malam hari setelah puldat dan bila ada waktu libur. Strategi entry data satu orang ini bertujuan dengan tidak banayk tangan hasilnya bagus, awalnya PJT mengkhawatirkan dengan strategi ini. Namun setelah dievaluasi kerjanya baik dan cepat sehingga selesai entry data sesuai dengan jadwal yang diharapkan. Terdapat satu tim yang pengerjaanya berganti orang justru hasilnya jelek dan bermasalah pada saat pengentryan. Kemungkinan ini terjadi karena kurang koordinasi tiap tim saat entry data, dan hasil kerjanya yang berbeda antara enumerator satu dengan yang lain. Kendala yang perlu dijadikan pengalaman pada saat kegiatan yang akan datang adanya perubahan updater dan patch serta perubahan kunci saat pengisian kuesioner. Selain karena kendala jaringan internet yang lambat juga membingungkan enumerator untuk mengupdate file Gambar 4.18.1. terbaru, selain itu enuMengukur Lingkar Lengan merator harus mengingat dan memahami konsep terbaru saat mengentri data. Kesimpulan Secara keseluruhan pelaksanaan riskesdas 2013 di Kota Payakumbuh berjalan lancar. Dari 19 BS yang diwawancarainya sebanyak 443 rumah tangga yang seharusnya sesuai sampel dari BPS sebanyak 475 rumah tangga meskipun dijumpai beberapa kendala baik kendala intern
281
maupun ekstern. Beberapa hambatan yang dialami dalam pelaksanaan riskesdas antara lain manajemen data yang sering ada perubahan baik tentang updater maupun patch yang membingungkan enumerator, ketidaksamaan nomer bangsen dan peta, kurangnya sosialisasi di masyarakat, masalah keuangan serta masalah perizinan. Namun, masalah tersebut hanyalah kerikil dalam melakukan penelitian sehingga masalah tersebut bisa diatasi dapat diatasi dengan adanya koordinasi dari seluruh tim riskesdas dan hasil penelitian di kota Payakumbuh sesuai target dan sangat memuaskan.
Saran Berdasar hasil kegiatan maka selanjutnya, diantaranya : beberapa saran untuk riskesdas
1. Perekrutan enumerator perlu lebih diperhatikan, misalnya tidak terkait dengan urusan dinas yang lain sehingga dalam melaksanakan penelitian dapat focus. Selain itu untuk menunjang kegiatan di lapangan seharusnya ada tenaga yang sesuai keahliannya, sebagai contoh pemeriksaan gigi dan pemeriksaan mata agar tidak memperoleh hasil yang bias. 2. Sebaiknya update dan revisi software pengentry data tidak dilakukan saat pengumpulan data telah dilakukan, karena hal tersebut dapat membuat enumerator bingung dan hasil datanya tidak maksimal. 3. Konsep riskesdas sebaiknya dimatangkan sejak awal. Sehingga tidak ada perubahan informasi yang menyangkut isi kuesioner dimana saat TOT, TC dan bahkan pengumpulan data terjadi beberapa perbedaan informasi masalah isi kuesioner. 4. Sosialisasi dari pusat sampai di jajaran masyarakat harus dilakukan sejak awal, sehingga dalam melaksanakan pengumpulan data tidak ada kendala. 5. Hubungan kerjasama antar departemen harus di sosialisasikan dari pusat sampai kedaerah dan alangkah baiknya di lampirkan surat yang menyatakan kerjasama sehingga di daerah tidak mengalami kesulitan. 6. Untuk bahan kuesioner dan peralatan pemeriksaan perlu di kaji kembali, karena hasil yang ada tidak sesuai yang diharapkan. Misalnya percetakan kuesioner banyak yang tidak jelas dan terbalik, selain itu alat-alat tulis kualitasnya tidak baik dan jumlah bahan/ alat pemeriksaan fisik tidak sesuai.
282
Kecamatan Pariaman Utara Kecamatan Pariaman Tengah Kecamatan Pariaman Selatan Kecamatan Pariaman Timur
Berdasarkan Buku Pariaman Dalam Angka tahun 2010, tercatat jumlah penduduk Kota Pariaman sebanyak 77.201 jiwa yang terdiri dari 37.138 jiwa laki-laki dan 40.063 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk rata-rata 1054 jiwa per km2. Sex ratio 94. Berdasarkan usia, Usia Muda (0-14th) berjumlah 27.071 jiwa, Usia Produktif (15-64th) berjumlah 44.832 jiwa dan Usia Tua (>64th) 5.298 jiwa. Indikator kinerja makro bidang ekonomi yang paling sering digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB ini merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Perkembangan Pembangunan bidang ekonomi Kota Pariaman cendrung mengalami peningkatan dari tahun ke
283
tahun. Sekarang sedang dibangun dermaga pelabuhan bertaraf Internasional di Ulakan sebelah barat Kota Pariaman yang akan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli rendah juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta bahwa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut, dan beriberi. Faktor pendidikan juga sangat mempengaruhi derajat kesehatan seseorang karena pendidikan bisa berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang yang berpendidikan mempengaruhi keputusan seseorang untuk berprilaku sehat. Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan. Di Kota Pariaman berdasarkan tingkat pendidikan jumlah terbanyak adalah pada tingkat SMU yaitu 5.354 jiwa (BPS Kota Pariaman, 2011). Dari segi sosial ekonomi dapat dilihat perkembangan yang sangat bervariasi dari tahun ke tahun. Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental, dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Bahan Pengumpulan Data Bahan-bahan yang digunakan untuk pengumpulan data kesemas pada saat pemutakhiran adalah sebagai berikut :
284
- Daftar Bangsen. - Peta bermuatan dari BPS. - Pensil dan penghapus untuk mengisi pada daftar BANGSEN. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada saat pengumpulan data kesehatan masyarakat seperti yang tertera dalam daftar alat dan bahan kesmas dengan jumlah sesuai kebutuhan untuk 18 BS dan dikerjakan oleh 3 tim.
Prosedur Kerja a. Tahap training Enumerator Training di lakukan di Hotel Rocky selama 10 hari . b. Sebelum memulai pengumpulan data, team melaksanakan pemutakhiran sensus. Tiap Tim enumerator bergerak masingmasing melaksanakan pemutakhiran bangsen pada 18 blok sensus. Pertama-tama melapor ke Lurah atau Sekretaris Lurah setempat untuk meminta ijin melakukan kegiatan Riskesdas 2013 di kelurahan tersebut. Setelah itu, melapor kepada ketua RT /RW setempat sesuai daftar Bangsen. Kemudian meminta tolong menunjukkan kira-kira rumah yang sesuai dengan nama pemilik di daftar Bangsen berlokasi di mana. Setelah itu menuju lokasi yang ditentukan dan menyamakan nomor bangunan sensus. Bila tidak sesuai, mencari rumah yang nomor bangunan sensus sesuai dengan Bangsen. Apabila masih menemui kesulitan di lapangan, menghubungi KSK yang sudah ditentukan oleh BPS Kota Pariaman. c. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data Setelah pemutakhiran selesai, dilanjutkan dengan mengunjungi rumah tangga yang bangunan sensusnya ditemukan. Enumerator terdiri dari 3 Tim. Tiap tim yang terdiri dari 5 orang membagi tugas sebagai berikut : 2 orang yang bertugas wawancara, 1 orang yang bertugas menyiapkan alat dan mengukur tinggi dan berat badan, 1 orang menyiapkan tensimeter dan penlight serta mengukur tekanan darah, keadaan kornea dan lensa mata, keadaan telinga, dan tes bisik, 1 orang menyiapkan meteran, tali 6 meter, tumbling E, dan pinhole untuk mengukur lingkar lengan,
285
lingkar perut, dan visus. Hal ini dilakukan secara rolling dan bergantian dari setiap 5 rumah tangga. Kuesioner yang sudah dicleaning, kemudian diperiksa oleh PJT apabila sudah diperiksa oleh PJT, kuesioner diperbaiki terlebih dahulu bila masih kurang atau bermasalah. Selesai diperbaiki, barulah team mengentri data menggunakan program yang telah ditentukan. Setelah mengentri data, team membuat formulir kontrol data sesuai format yang telah ditentukan. Kemudian, PJT memeriksa hasil entrian data dan formulir kontrol data. Apabila sudah beres dan lengkap, PJT mengezip data entrian tersebut. Kemudian, mengirimkan hasil zip dan formulir kontrol data ke team Mandat melalui email Riskesdas 2013. Setelah itu, PJT mengisi formulir rekapan yang telah dibuat berupa jumlah kuesioner rumah tangga, kuesioner individu, sampel urine dan air, dan dana responden sebagai laporan kepada PJO. d. Tahap Penyelesaian Pengumpulan Data Pada akhir pengumpulan data seluruhnya, semua alat dan bahan yang tersisa beserta kuesioner yang tersisa, dikumpulkan, ditata, dan dipak Kemudian semua kuesioner, alat dan sisa logistik diserah terimakan kepada PJO dan PJAL Kota Pariaman untuk kemudian ditindak lanjuti oleh PJO dan PJAL kabupaten.
Hasil Kegiatan a. Tempat Tinggal PJT, Enumerator dan Posko PJT Kota Pariaman ngontrak di tengah-tengah masyarakat tepatnya 100M dari RSUD Pariaman. Para enumerator sendiri sebagian besar tinggal di rumah sendiri, walau ada sebagian kecil enumerator menginap di posko. Posko ada 4 yaitu Posko PJT, dan 3 posko masing2 tim. Dalam persiapan lapangan didapatkan beberapa kendala sebagai berikut : ketidak cocokan antara nomor bangunan sensus, alamat, dan nama kepala keluarga, sehingga membingungkan para enumerator saat melakukan pemutakhiran. Selain itu, ada beberapa blok sensus yang peta bermuatannya tidak ada di BPS sehingga harus mensurvei semua rumah yang ada di blok sensus tersebut.
286
b. Peta Bangunan Sensus, Penunjuk Jalan dan Perijinan Peta bangunan sensus didapatkan setelah PJT kabupaten langsung mendatangi Badan Pusat Statistik Kota Pariaman. Petugas dari Badan Pusat Statistik sangat kooperatif dalam pengadaan dan menjelaskan peta bangunan sensus. Penunjuk jalan dilakukan oleh wali jorong dan pencarian bangsen lancer saja karena wali jorong sudah mengenal wilayah dan rumah penduduk. Yang akan menjadi sample. Surat perijinan pengumpulan data yang dilakukan oleh PJO lancar dan tidak ada kendala. c. Wawancara, Pengukuran, dan Pemeriksaan Sehubungan dengan pilkada yang akan di selenggarakan oleh Kota Pariaman penduduk merasa curiga dan mengganggap bahwa pengumpulan data ini dilakukan oleh salah satu partai untuk meraih suara di masyarakat. Dalam melakukan wawancara responden yang sibuk bekerja sering menjawab dengan terburu-buru tanpa memperhatikan pertanyaan yang diajukan oleh para enumerator dan juga kadang kala meminta enumerator untuk cepat. Hal ini mengakibatkan pengisian kuesioner ada yang salah atau terlewat, dan pengukuran tidak akurat. Rata-rata selama proses wawancara yang dilakukan oleh enumerator tidak ada kendala berarti. d. Entry Data dan Pengiriman Data Entry Data. Pada awal-awal pengumpulan data, tiap tim enumerator diharuskan mengentry data di posko PJT. Hal ini dikarenakan untuk memudahkan PJT melihat para enumerator bila mereka menemui kesulitan di tengah-tengah proses entry data. Setelah dinilai cukup lancar, PJT kemudian memperbolehkan enumerator untuk mengentry data di rumah atau posko masing-masing tim. Tentang sofwart PJT dan Enumerator dibingungkan oleh updater-updater terbaru dari team Mandat sehingga team menunda sementara untuk mengentri data. Apalagi tentang entryan data lingkar lengan responden yang tidak muncul di sofwart yang mengakibatkan PJT terlambat mengirimkan data ke pusat. e. Pengiriman Data. Menurut petunjuk teknis semula pengiriman data dilakukan segera setelah pengentrian data dalam suatu blok sensus selesai. Tetapi karena
287
berbagai hal, pengiriman data entrian tidak selalu setelah satu blok sensus tertentu selesai di entry, melainkan hasil entrian dari satu blok sensus dikirim bersamaan dengan entrian blok sensus yang lain. Hambatan yang paling sering ditemui adalah sinyal internet yang kadang tidak lancar, bahkan menghilang. Selain itu email riskesdas sendiri, yang digunakan untuk mengemail data, terkadang mengalami kendala teknis, sehingga tidak bisa digunakan untuk tuk mengemail data, Bahkan terkadang email riskesdas tersebut sama sekali tidak bisa dibuka.
Gambar 4.19.1 Salah Satu Peta Bangsen, Kota Pariaman, Riskesdas 2013
Kesimpulan Perlunya persiapan yang matang dan berkoordinasi dengan berbagai sektor membujat pengumpulan data berjalan dengan lancar dan hambatan-hambatan yang ada dapat diselesaikan dengan baik. Berkat kerjasama semua anggota tim riskesdas Kota Pariaman, dan dukungan semua elemen yang terkait, semua permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Adapun hasil dari riskesdas 2013 ini adalah, telah diwawancarai 450 rumah tangga dan 1829 individu dalam 18 blok sensus. Dalam pelaksanaan Riskesdas yang merupakan kegiatan besar ini, masih banyak kekurangan terutama dalam hal-hal program, BANGSEN, dan koordinasi di lapangan, serta sepengetahuan masyarakat mengenai kegiatan Riskesdas. Kendala-kendala yang dihadapi dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam perencanaan kegiatan Riskesdas selanjutnya. Dari kegiatan Riskesdas 2013 ini juga didapatkan bahwa kepedulian masyarakat untuk mengikuti serangkaian kegiatan kesehatan masih sudah cukup tinggi.
Saran
Sebaiknya dari pusat menjalin kerjasama yang sudah benar-benar disepakati sehingga di lapangan tidak terjadi hambatan, terutama dengan BPS, Dinkes setempat, dan Kepala Daerah setempat. Sebaiknya update dan revisi software pengentry data tidak dilakukan saat pengumpulan data telah dilakukan, karena hal tersebut dapat membuat data yang terkumpul menjadi bias Sebaiknya diadakan iklan yang menyatakan akan dilaksanakan kegiatan Riskesdas agar masyarakat tahu dan menyambut baik kegiatan tersebut. Adanya keterbukaan mengenai hak yang diperoleh agar ada keikhlasan dan rasa tanggung jawab dalam menunaikan pekerjaan yang sudah diberikan. Program dan kuesioner sebaiknya difixkan sebelum acara pengumpulan data agar tidak membingungkan berbagai pihak.
289
menjadi kelompok yang kompak dan penuh semangat untuk bekerja, dan percikan masalah intern kelompok mulai muncul menjelang akhir kegiatan puldat. Semua permasalahan tersebut dapat diselesaikan baik secara individu maupun kelompok dengan damai. Latar belakang pendidikan sebagian besar PJT (12 orang) adalah dokter, 1 orang apoteker, 4 orang sarjana kesehatan masyarakat (2 diantaranya magister kesehatan masyarakat), seorang peneliti sarjana sosial dan seorang dosen Unesa dengan latar belakang ilmu sosial. Mereka telah memperkaya dan menjadi kekuatan tim Sumbar. Banyaknya dokter dan SKM sebagai PJT membawa kemudahan khususnya saat kegiatan pelatihan karena sebagian kegiatan adalah pengukuran dan pemeriksaaan yang membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan kedokteran. Usia sebagian besar PJT masih muda yaitu berkisar 25 tahun, merupakan modal penting mengingat tantangan medan yang cukup berat sehingga mereka mampu mengimbangi semangat enumerator dalam melakukan kunjungan lapangan. Namun usia muda (seluruh dokter adalah lulusan baru yang baru selesai melaksanakan internship) membuat jarak usia yang tidak banyak berbeda dengan enumerator, sehingga membutuhkan kemampuan PJT untuk memposisikan diri selaku pimpinan yang harus mengendalikan puldat secara tehnis. Pengalaman yang masih minim dalam pekerjaan, membuat sebagian PJT merasa stress menghadapi kegiatan ini. Namun sebagian besar dapat dengan segera mengendalikan puldat baik secara tehnis maupun non tehnis/ administrastif dan sosial. Hal ini karena tidak seluruh PJO dan PJAL daerah memberikan dukungan optimal, sehingga akhirnya PJT harus turun tangan untuk menyelesaikannya. Penyesuaian PJT terhadap lingkungan sangat tergantung kemampuan mereka bersosialisasi, bahkan sebagian PJT sudah mampu berbicara bahasa Minang dengan lancar selama puldat. Kekompakan dari PJT kabupaten/kota untuk selalu berkomunikasi dan berbagi informasi memberikan kemudahan dalam menyelesaikan permasalahan. Telah dibentuk kelompok komunikasi melalui black berry, whats app dan e-mail internet serta telepon seluler merupakan sarana komunikasi yang dijalin untuk saling berhubungan. Beruntung tim Sumbar memiliki seorang dosen berpengalaman yang bersedia ditempatkan di kepulauan Mentawai mengingat kerasnya tantangan alam dan SDM enumerator yang seluruhnya PNS. Dengan pengalaman
291
mengendalikan mahasiswa maka tim kepulauan Mentawai dapat menyelesaikan puldat lebih cepat dari waktu yang diperkirakan. Sumatera Barat menyediakan cukup banyak tenaga kesehatan melalui sekolah-sekolah kesehatan yang banyak tersedia. Tenaga kesehatan yang dihasilkan oleh fasilitas pendidikan setempat telah mendukung penyediaan enumerator berkualitas. Tenaga enumerator direkrut oleh Dinas Kesehatan di kabupaten/kota mempunyai kualifikasi pendidikan sesuai harapan bahkan ada seorang dokter yang menjadi enumerator di Pesisir Selatan. Berdasar informasi dari PJO dan PJAL, peminat menjadi enumerator sangat tinggi. Bahkan sebagian besar PJO/PJAL mengakui tidak menginformasikan perekrutan secara luas karena mengkhawatirkan tingginya animo tenaga kesehatan untuk mendaftar. Perekrutan dilakukan bervariasi, meskipun dengan beberapa cara seleksi, tampaknya kedekatan antar individu masih mewarnai dalam perekrutan enumerator. Disadari hal tersebut bisa membawa dampak kurang baik tetapi sebaliknya juga bisa menguntungkan.Dengan memahami karakter dan perilaku orang yang akan diajak bekerja, akan lebih memberi keyakinan PJO/PJAL tentang kemampuan enumerator dalam bekerja. Tidak adanya biaya perekrutan merupakan permasalahan tersendiri yang menyebabkan kurang terbukanya kegiatan perekrutan. Enumerator yang seluruhnya berasal dari tenaga kesehatan lokal memberikan kemudahan tersendiri. Mereka mampu memahami karakter masyarakat, kebiasaan, budaya dan bahasa sehingga memudahkan pelaksanaan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan. Sebagai orang lokal, mereka cukup mudah untuk mengenali lokasi BS sehingga hambatan dalam menemukan rumah tangga terpilih sebagai sampel pada saat melakukan kunjungan lapangan banyak terkurangi. Dari pantauan PJT kabupaten/kota, tampaknya ada sedikit perbedaan kinerja enumerator yang freelance dan yang dari PNS. Semangat kerja tinggi lebih ditunjukkan oleh enumerator berasal dari tenaga lepas dibanding PNS meskipun tidak seluruhnya demikian. Enumerator tampaknya sangat menikmati kegiatan ini meskipun beban cukup berat karena mereka harus melaksanakan kegiatan hampir tanpa hari istirahat dan dilaksanakan dari pagi hingga petang. Pantauan saat supervisi juga menunjukkan semangat yang luar biasa dari enumerator.
292
Gambar 4.20.1 Wawancara bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja
Kendala dan Tantangan Persiapan yang matang merupakan salah satu kunci kesuksesan. Persiapan mulai dari SDM, bahan dan alat, perijinan, dana, serta kesiapan masyarakat menjadi sangat penting diperhatikan. Bahan berupa kuesioner telah disediakan dengan cukup, namun dalam pembagian per kab/kota kurang terdistribusi dengan baik sehingga di tengah tengah proses puldat dibutuhkan perpindahan kuesioner dari satu kab/kota ke tempat lainnya. Peralatan kesmas terutama alat ukur lingkar perut disediakan dengan kualitas yang kurang baik sehingga memerlukann penggantian dengan meteran biasa. Demikian pula dengan timbangan berat badan cukup banyak keluhan karena cara operasionalnya yang agak rumit. Untuk mengantisipasi kendala lapangan akibat timbangan rusak, dilakukan upaya membeli timbangan digital meski dengan merek berbeda. Demikian pula dengan tensimeter yang rusak dilakukan peminjaman ke puskesmas, meskipun kemudian ada upaya mendatangkan pengganti tensimeter dan timbangan badan dari Jakarta. Kendala utama dari keterlambatan pelaksanaan puldat adalah ketidak siapan daerah dalam menerima tim Riskesdas untuk melaksanakan kegiatan. Perijinan di berbagai kabupaten dan kota sangat ketat baik perijinan langsung dari kepala daerah maupun perijinan melalui Badan Kebangsaan dan Sosial Politik. Kurang tersosialisasinya
293
kegiatan Riskesdas merupakan upakan salah satu penyebab, sehingga cukup banyak aparat pemerintahan yang tidak memahami pentingnya data Riskesdas bagi bidang kesehatan. Surat y yang diterbitkan oleh Kemkes tentang Riskesdas, tidak menyebutkan alamat pengiriman Bupati dan Walikota tetapi langsung kepada Kepala Dinkes. Hal ini menyebabkan rasa tersinggung beberapa pihak dari kepala daerah sehingga tidak segera memberikan ijin pelaksanaan anaan puldat. Pencarian rumah tangga menjadi kendala khususnya untuk daerah yang tidak memiliki penunjuk jalan yang paham lingkungan. Kantor BPS kabupaten/kota sebagian kurang informasi yang benar tentang kegiatan Riskesdas sehingga ada sebagian yang tidak tid bersedia memberikan peta bangsen. Namun setelah dilakukan koordinasi di tingkat provinsi, penyediaan peta menjadi lancar. Penyediaan peta wilayah dan bangunan sensus dari BPS tidak selalu dalam kondisi baik sehingga peta tersebut tidak bisa membantu menemukan rumah tangga sampel. Bahkan cukup banyak peta Gambar 4.20.2. yang menyesatkan karena Peta buta dari BPS, tanpa informasi tidak sesuai lapangan atau bangunan sensus peta buta karena tidak memberikan informasi sama sekali tentang keberadaan rumah tangga atau bangunan sensus. Sebagian PJT dan enumerator bahkan tidak menggunakan peta BPS sebagai petunjuk untuk menemukan responden seperti misalnya Bukit Tinggi dan Padang Panjang. Mengingat BPS sedang melaksanakan sensus pertanian nasional pada waktu bersamaan, maka BPS tidak sanggup menghadirkan mantri statistik sebagai i pemandu ke rumah tangga sasaran survei. Akibatnya, , PJT dan enumerator lebih mengandalkan penunjuk jalan yang pada umumnya kepala jorong setempat. Wilayah Sumatera yang luas dan berbukit menyebabkan adanya daerah sulit yang harus didatangi enumerator. Wilayah Wi sulit tersebut
294
cukup banyak seperti di Pasaman Barat, Tanah Datar, Lima Puluh Kota, Dharmas Raya dan Pesisir Selatan. Bahkan daerah perkotaan juga memiliki wilayah yang cukup sulit dijangkau sehingga untuk menuju ke rumah penduduk harus berjalan kaki seperti ditemukan di kota Sawah Lunto. Tempat tersulit adalah kepulauan Mentawai karena terdiri dari kepulauan yang terletak di lautan lepas. Transportasi dari kota Padang menuju Mentawai dengan kapal besar tidak dapat dilakukan setiap hari tetapi hanya pada hari hari tertentu rata-rata 2 kali seminggu. Sedangkan dengan perahu nelayan dapat dilakukan hampir setiap hari bila cuaca memungkinkan namun dengan resiko yang lebih besar. Perjalanan dengan kapal besar cukup lama, bila kita berangkat dari kota Padang malam hari maka kita baru tiba keesokan paginya. Meskipun ada penerbangan dari Padang menuju Kota Tua Pejat, ibu kota Kabupaten Kepulauan Mentawai. Penerbangan dengan Susy Air ini sangat jarang beroperasi sehingga tidak bisa diperkirakan kepastian jadwal penerbangan. Penerimaan masyarakat terhadap kehadiran enumerator sangat bervariasi meskipun pada umumnya cukup baik. Penolakan cukup banyak terjadi tepatnya di beberapa kota di daerah hunian elit karena menganggap kegiatan ini tidak penting dan mereka kurang paham tentang keberadaan Riskesdas. Pada umumnya masyarakat tidak tahu adanya kegiatan Riskesdas sehingga mereka juga tidak mengetahui maksud dan tujuan survei kesehatan. Penolakan banyak terjadi karena mengira tim enumerator adalah berasal dari perusahaan yang menawarkan dagangan. Bahkan dari kalangan kesehatan juga banyak yang tidak tahu tentang Riskesdas. Oleh karena itu dalam mengantisipasi penolakan tersebut dilakukan berbagai cara, misalnya menggunakan pakaian putih layaknya petugas kesehatan puskesmas sebagai ganti seragam kaos hijau dengan atribut Riskesdas. Membuat seragam jaket dengan tulisan Riskesdas, membuat baju kaos seragam dengan tulisan Riskesdas yang lebih mencolok. Warna juga bisa menjadi penghambat di daerah tertentu karena adanya warna yang mencerminkan partai tertentu dari partai politik yang sedang berkampanye. Bahan kontak berupa uang menjadi penyebab kemudahan ataupun kesulitan dalam menemui responden. Daerah tertentu yang semula menolak kehadiran enumerator, menjadi berubah menerima dengan senang hati setelah tahu bahwa mereka akan menerima uang. Bahkan
295
sebagian masyarakat meminta untuk diwawancara meskipun sebenarnya tidak termasuk daftar sampel. Dalam hal ini, enumerator menjelaskan prosedur Riskesdas, tetapi di wilayah tertentu masyarakat tetap tidak mau mengerti sehingga PJT harus turun tangan memberi penjelasan secara khusus. Sebaliknya, ada masyarakat yang menolak menerima uang bahan kontak dan mengembalikan kepada enumerator karena merasa tidak memerlukan. Ada pula wilayah yang melakukan kesepakatan agar semua responden tidak menerima uang agar tidak terjadi kericuhan akibat saling iri terhadap RT yang terpilih sebagai sampel. Pada daerah (jorong) di kabupaten tertentu ada pembatasan waktu berkunjung ke masyarakat menyebabkan hambatan menemui warga yang dibatasi dari pagi hingga sore. Padahal, pada umumnya masyarakat sulit menemui warga pada pagi sampai dengan siang/sore karena masih bekerja di ladang/sawah/kantor/tempat usaha. Dengan meminta ijin khusus kepada kepala jorong maka kegiatan puldat bisa dilaksanakan sampai dengan malam hari. Puldat untuk daerah perkotaan maupun pedesaan tidak jauh berbeda. Selain dilakukan kunjungan pada pagi sampai sore hari, tetap harus dilakukan kunjungan pada malam hari untuk menjaring responden yang bekerja pada pagi sampai dengan siang hari. Meskipun bahasa dan budaya tidak terlalu menjadi hambatan, namun di beberapa daerah transmigrasi yang dihuni oleh beberapa suku dari Jawa (Jawa, Sunda) ada sedikit hambatan dalam bahasa. Meskipun umumnya para transmigran sudah lama menetap di Sumatera, tidak semuanya menguasai bahasa Minang. Ada beberapa lokasi yang masih menggunakan bahasa asalnya di Jawa, sebaliknya enumerator tidak banyak yang menguasai bahasa Jawa dan Sunda serta beberapa bahasaMinang dialek lokal yang cukup banyak perbedaan. Kepercayaan masyarakat juga mewarnai kegiatan puldat. Adanya kepercayaan terhadap mistik menyebabkan enumerator di Dharmas Raya tidak bersedia menginap di suatu desa tertentu. Perjalanan 3 jam dari penginapan di desa lain menuju lokasi desa puldat harus ditempuh sehingga pelaksanaan puldat dilaksanakan dengan selang satu hari. Sumbar merupakan provinsi dengan wilayah perbukitan dengan cukup banyak sungai serta hutan. Kondisi alam tersebut menyebabkan kendala dalam mencapai sasaran yaitu rumah responden. Meskipun daerah perkotaan, wilayah berupa persawahan, ladang, perbukitan masih
296
dijumpai. Bahkan di kota Padang, enumerator harus melewati ladang dan sawah untuk menuju rumah responden. Di kota Sawahlunto, kabupaten Limapuluh Kota, masih ditemui rumah penduduk yang harus ditempuh dengan jalan kaki dan berada di perbukitan. Alat transportasi yang dipergunakan adalah sepeda motor, tetapi karena wilayahnya, sehingga sebagian harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Gambar 4.20.3. Menelusur pematang sawah di tepi persawahan dan perbukitan
Gambar 4.20.4. Medan sulit, sepeda motor harus didorong menyeberangi sungai
Hambatan lain yang dikeluhkan PJT dan enumerator adalah biaya. Pelaksanaan puldat di kepulauan Mentawai juga sempat terhenti untuk dapat menjangkau perpindahan pulau karena keterlambatan turunnya dana. Untuk kepulauan Mentawai, diberikan dana transportasi tambahan daerah sulit yang cukup besar jumlahnya. Hal ini karena untuk berpindah BS berarti berpindah pulau dan membutuhkan biaya untuk sewa perahu motor. Beberapa daerah lain yang mengajukan tambahan transportasi daerah sulit adalah kabupaten Solok, Pasaman. Sedangkan Pesisir
297
Selatan, Pasaman Barat dan Lima Puluh Kota sebenarnya juga menjumpai daerah sulit, tetapi karena keterlambatan pengajuan dana maka tidak bisa terpenuhi. Keterlambatan distribusi biaya khususnya untuk bahan kontak menyebabkan pelaksanaan puldat sedikit terhambat. Pemberian uang bahan kontak tidak dapat ditunda bila responden sudah diwawancarai sehingga dana harus sudah tersedia sebelum enumerator turun ke RT. PJO dan PJAL dalam melakukan koordinasi dan pengelolaan keuangan tidak sama, ada yang sangat lancar dalam membantu pendistribusian keuangan namun ada yang terkesan sangat berbelit dalam mendistribusikan uang operasional lapangan bagi enumerator. Ada keluhan beberapa daerah tentang uang operasional enumerator yang hanya diberikan sedikit sekali, bahkan di akhir kegiatan puldat ada penundaan pemberian uang yang menjadi hak enumerator dengan berbagai alasan. Beberapa PJT kab/kota mendapat fasilitas dari Dinas Kesehatan berupa kendaraan sepeda motor atau mobil, rumah dinas dll. Seperti yang terjadi di Limapuluh Kota dan Dharmasraya. Sebaliknya, di beberapa tempat, keterbatasan sarana transportasi menjadi kendala tersendiri. Tindakan beresiko kadang dilakukan baik oleh PJT maupun enumerator dalam mencapai rumah responden. Beberapa kecelakaan dialami oleh PJT dan enumerator. Dalam hal kecelakaan, enumerator maupun PJT (non PNS) belum dilindungi oleh asuransi secara formal, sehingga untuk menangani kecelakaan yang terjadi dikeluarkan biaya baik dari dana yang dikelola PJO maupun langsung dari Pusat Humaniora.
Gambar 4.20.5. Kelelahan setelah puldat
298
Biomedis Pelaksanaan Biomedis pada umumnya berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Kesediaan responden untuk diambil sampel darah cukup baik tetapi pada umumnya menolak untuk pengambilan darah pada bayi. Koordinasi dengan puskesmas umumnya berjalan lancar. Penetapan lokasi laboratorium lapangan pada umumnya di puskesmas dan jaringannya, tetapi ada pula yang memanfaatkan masjid/mushala, kantor desa, sebagai tempat pengambilan sampel biomedis. Peralatan yang belum lengkap (centrifuse) menjadi penghambat, sehingga jadwal pelaksanaan harus diubah. Lokasi sulit menjadi kendala dalam pelaksanaan pengambilan sampel biomedis. Di Lima Puluh Kota, salah satu BS biomedis, harus jemput bola mendatangi ke rumah responden usia lanjut untuk diambil sampel biomedis karena kesulitan transportasi. Pengiriman sampel darah di awal puldat biomedis kurang sesuai standar. Akibat kurang bagusnya kualitas gel pack dan ice pack, menyebabkan suhu dalam kotak sampel pengiriman menjadi tinggi. Dengan modifikasi penambahan ice pack dan es batu serta mencari ekspedisi yang dapat mengirim dengan cepat telah mengatasi permasalahhan pengiriman sampel darah.
Gambar 4.20.6. Mengambil resiko dengan berboncengan tiga tanpa helm
Capaian Pengumpulan Data Sumbar Pengumpulan data di seluruh Sumbar terselesaikan secara bertahap sesuai dengan beban kerja dan mulai pelaksanaan. Kabupaten dan kota dengan BS Biomedis menyelesaikan puldat pada tanggal 24 Juni sedangkan yang paling cepat diselesaikan oleh kabupaten Pasaman yaitu
299
tanggal 16 Juni 2013. Perkembangan pengumpulan data dapat dipantau melalui website Badanlitbangkes yaitu puldata.litbang.depkes.go.id. PJT memiliki kewajiban untuk selalu melapor kepada tim manajemen data provinsi yang telah ditetapkan. PJT harus melaporkan perkembangan lapangan mulai dari responden yang diwawancara, data dari ART yang telah dientri, jumlah data terkirim, dan selanjutnya tim Mandat akan melaporkan pula jumlah data yang diterima dan dilakukan cleaning. Meskipun penyelesaian puldat secara tuntas di Sumbar adalah 24 Juni, namun data yang diterima oleh tim mandat belum keseluruhannya. Masih ada beberapa permasalahan dalam cleaning sehingga tim mandat harus selalu kontak dengan PJT kabupaten/kota. Dari target 407 BS yang menjadi sasaran puldat di Sumbar, terkumpul 11.494RT yang berhasil didatangi dan diwawancara dan data yang bisa diterima serta dibersihkan oleh tim mandat sejumlah Gambar 4.20.7. 10.024 RT terdiri dari 36.847 PJT kab/kota saling berbagi informasi individu. Dari data tersebut, dalam updating program entry data via berarti ada 151 rumah tangga email yang tidak dapat diwawancara dari seharusnya sejumlah 10.175 RT di 407 BS. Data juga menunjukkan bahwa dalam satu rumah tangga rata-rata terdiri dari 3,6 individu. Kecepatan proses data hasil puldat selain dipengaruhi enumerator dan PJT kabupaten/kota juga sangat dipengaruhi oleh keberadaan mandat. Mandat Sumbar cukup responsif dengan selalu memantau dan mengontak langsung PJT yang mendapat masalah dalam entri data dan pengirimannya. Program entri yang sempat di update beberapa kali menyebabkan keterlambatan enumerator melakukan entri data.
300
Kemampuan memahami program dan perubahannya baik oleh PJT ataupun enumerator pada akhirnya dapat terselesaikan dengan koordinasi yang baik antara mandat, PJT dan enumerator. Ketiadaan atau kurang bagusnya sinyal telepon seluler menghambat pengiriman data. PJT di kepulauan Mentawai mendapat kesulitan memperoleh sinyal sehingga hanya bisa mengirim data di tempat-tempat tertentu dan waktu tertentu. Demikian pula dengan PJT lain seperti di Solok Selatan dan beberapa tempat lain khususnya yang lokasinya perbukitan. Pengiriman Kuesioner dilakukan melalui jasa pengiriman yang dilakukan PJAL. Kuesioner yang telah terisi di kemas oleh enumerator & siap dikirim ke Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat di Surabaya. Pengiriman dilakukan dalam posisi PJT kab/kota telah meninggalkan kab/kota, sehingga pemantauan berikutnya dilakukan oleh tim administrasi yang melakukan supervisi akhir.
Gambar 4.20.8. Kuesioner siap kirim ke Pusat Humaniora di Surabaya
Gambar 4.20.9. Sampel urin dan air serta serum yang akan dikirim
Hasil secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.20.1 tentang hasil puldat di Sumatera Barat yang di update pada tanggal 19 Juli 2013.
301
Tabel 4.20.1. Hasil Pengumpulan Data di provinsi Sumbar, Riskesdas 2013 (Update : 19 July 2013, 14:27:35). Sumber: http://labmandat.litbang.depkes.go.id/progresspuldata-rkd-2013
Jumlah Yang Diwawancarai RT 1 2 3 4 5 AGAM DHARMASRAYA KEP. MENTAWAI LIMA PULUH KOTA PADANG PARIAMAN PASAMAN PASAMAN BARAT PESISIR SELATAN SIJUNJUNG KAB. SOLOK KAB. SOLOK SEL. TANAH DATAR BUKITTINGGI PADANG PADANG PANJANG PARIAMAN PAYAKUMBUH SAWAH LUNTO KOTA SOLOK TOTAL SUMBAR 675 550 450 600 600 27 22 18 24 24 667 549 449 593 596 BS 27 22 18 24 24 Jumlah Data Yang Terkirim RT 667 549 449 593 596 BS 27 22 18 24 24 IND 2290 2007 1769 1796 2315 Jumlah Data Yg Diterima & Clean Sementara RT 667 549 449 592 596 BS 27 22 18 24 24 IND 2286 2007 1712 1796 2316
No
Kabupaten/ Kota
Total Total RT BS
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
550 600 650 525 600 475 600 475 750 350 450 475 400 400 10175
22 24 26 21 24 19 24 19 30 14 18 19 16 16 407
2244 595 642 503 591 475 600 463 712 347 225 443 400 400 11494
22 24 26 21 24 19 24 19 30 14 18 19 16 16 407
550 595 642 503 591 475 600 463 712 347 175 443 400 400 9750
22 24 26 21 24 19 24 19 30 14 18 19 16 16 407
2244 2567 2391 1922 2042 1733 2061 1620 2608 1193 728 1519 1436 1533 35774
550 595 642 503 591 475 600 463 712 347 450 443 400 400 10024
22 24 26 21 24 19 24 19 30 14 18 19 16 16 407
2244 2567 2391 1921 2042 1733 2061 1629 2608 1218 1829 1519 1435 1533 36847
302
Dianggarkan sebesar Rp. 3.977.066.000,- atau sekitar 4 milyar rupiah dan ternyata digunakan sebesar Rp. 3.799.425.515,-. Biaya tersebut terbanyak digunakan antara lain untuk membayar biaya operasional enumerator dan PJT kabupaten/kota di lapangan untuk mengumpulkan data kesehatan masyarakat dan data biomedis, serta membayar biaya kontak kepada responden. Keterlambatan turunnya dana terutama bahan kontak menjadi penghambat enumerator saat wawancara. Keterlambatan ini juga menghambat enumerator mencapai daerah sulit karena membutuhkan biaya tambahan untuk transportasi. Tabel 4.20.2 . Pembiayaan puldat setiap kabupaten/kota, Sumbar, Riskesdas 2013
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kabupaten/Kota
Kep. Mentawai Kab. Pesisir Selatan Kab. Solok Kab. Sijunjung Kab. Tanah Datar Kab. Padang Pariaman Kab. Agam Kab. Lima Puluh Kota Kab. Pasaman Kab. Solok Selatan Kab. Dharmasraya Kab. Pasaman Barat Kota Padang Kota Solok Kota Sawah Lunto Kota Padang Panjang Kota Bukit Tinggi Kota Paya Kumbuh Kota Pariaman JUMLAH
PAGU
221.025.000 234.700.000 222.850.000 189.175.000 258.240.000 217.450.000 243.325.000 266.937.500 204.690.000 173.325.000 204.400.000 271.135.000 337.682.500 147.750.000 147.450.000 127.000.000 173.326.000 172.425.000 164.200.000 3.977.086.000
SPJ
214.071.000 227.910.000 214.354.000 181.709.000 245.717.000 212.172.000 232.957.340 242.397.000 201.746.000 168.221.000 198.438.500 257.069.975 306.945.000 142.712.000 140.720.000 121.550.700 163.938.000 164.707.000 162.090.000 3.799.425.515
303
304
BAB 5
Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Riskesdas mulai dari TC sampai dengan pengumpulan data di provinsi Sumbar berlangsung dengan lancar sesuai dengan rencana meskipun tidak lepas dari berbagai kendala. Telah berhasil dikumpulkan data dari 407 BS tersebar di 19 kabupaten kota sejumlah 10.024 RT terdiri dari 36.874 individu dalam kurun waktu 1 Mei sampai dengan 24 Juni 2013. Kegiatan pengumpulan data diawali dengan persiapan lapangan mulai dari perijinan, pengambilan peta bangunan sensus, persiapan penginapan dan posko serta persiapan bahan dan alat. Tahap ini sangat mempengaruhi tahap pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan sesuai perencanaan yang telah disusun pada saat TC dan dikembangkan mengikuti kondisi lapangan. Kegiatan puldat disertai dengan kegiatan entri data dan pengiriman data. Kegiatan entri data terhambat oleh adanya update program entri yang mengalami penyempurnaan beberapa kali. Wawancara pada umumnya berjalan lancar karena enumerator menguasai budaya, kebiasaan dan bahasa setempat meski ada sedikit hambatan di beberapa daerah karena penggunaan bahasa lokal yang berbeda serta adanya kepercayaan terkait mistik. Keberadaan enumerator yang memiliki semangat tinggi dan ditambah semangat dan kekompakan dengan PJT kabupaten kota merupakan kunci kesuksesan puldat di lapangan. Dukungan PJO, PJAL dalam koordinasi keuangan dan bahan alat juga sangat mendukung keberhasilan puldat. Hambatan adalah penerimaan masyarakat terhadap kegiatan Riskesdas khususnya di daerah perkotaan yang banyak menolak. Namun dengan penjelasan dan pemberian pengertian, maka pelaksanaan puldat dapat diterima masyarakat. Adanya
305
bahan kontak yang cukup besar menjadi salah satu sebab penerimaan masyarakat untuk diwawancara, diukur dan diperiksa. Pengukuran dan pemeriksaan pada umumnya berjalan lancar karena enumerator adalah tenaga kesehatan yang rata-rata setiap tim memiliki tenaga perawat kesehatan dan bidan serta sarjana kesehatan masyarakat. Disamping itu PJT yang sebagian besar berlatar belakang dokter umum memudahkan penyelesaian bila terjadi kendala pemeriksaan dan pengukuran dan diharapka akan lebih menjaga kualitas pemeriksaan dan pengukuran. Kendala timbul dari kualitas dan kuantitas alat pengukuran serta pemeriksaan yang kurang baik. Pelaksanaan puldat biomedis dapat berjalan lancar meskipun pengambilan darah untuk bayi sangat sulit dilakukan karena orangtua tidak mengijinkan. Hambatan pengiriman sampel darah akibat gelpack dan icepack kurang telah tertangani dengan modifikasi dan penambahan es batu. Ketersediaan centrifue yang terlambat datang menyebabkan jadwal puldat harus berubah. Hambatan terjadi pada pemanfaatan peta bangsen, ditemukan rumah tangga dengan lokasi medan yang sulit, serta distribusi dana khususnya bahan kontak yang tidak selalu turun dengan lancar. Kemudahan puldat karena penunjuk jalan yang merupakan kepala jorong dan warga setempat serta respon masyarakat yang baik terhadap kegiatan ini. Penolakan terjadi akibat kurangnya sosialisasi sehingga masyarakat tidak memahami adanya kegiatan Riskesdas sebagai survei kesehatan nasional. Bahan kontak disatu sisi menjadi sarana mempermudah penerimaan terhadap kegiatan puldat tetapi disisi lain dapat menjadi permasalahan karena saling iri bagi yang tidak menerima uang.
Saran Hasil temuan dalam kegiatan puldat ini mengusulkan: 1. Persiapan yang lebih baik khususnya sosialisasi terhadap pelaksanaan Riskesdas baik kepada pemerintah daerah, Dinkes, BPS maupun masyarakat luas. 2. Pemutakhiran data sebaiknya dilakukan oleh BPS dan dilakukan sebelum pelaksanaan puldat. Dengan demikian terjamin kesiapan peta bangsen
306
yang dapat digunakan sebagai patokan dan petunjuk dalam menemukan bangsen. 3. Kesiapan dana khususnya untuk bahan kontak serta biaya operasional lapangan agar tidak menghambat pelaksanaan puldat. Perlu koordinasi yang baik PJO, PJAL dan PJT terkait operasional lapangan. 4. Kesiapan Pusat/Badanlitbang terhadap perijinan daerah serta memahami peraturan daerah yang diterapkan sehingga apa yang dilakukan sejalan dan tidak bertentangan dengan peraturan daerah yang berlaku. Dalam perijinan perlu menyebutkan secara tertulis kepala daerah (gubernur, bupati, walikota) tidak langsung kepada kepala Dinas Kesehatan. 5. Kesiapan bahan dan alat dari sisi jumlah serta perbaikan kualitas alat dan bahan sehingga tidak menghambat pelaksanaan wawancara, pemeriksaan dan pengukuran. 6. Program entry data sebaiknya sudah final sebelum turun puldat sehingga tidak dilakukan lagi update program pada saat telah turun ke masyarakat.
307
DAFTAR PUSTAKA
BPS. Sensus Penduduk 2010. http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=264&wid=1300000000 Dinas KesehatanProvinsi Sumatera Barat. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012. Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan. Profil Kesehatan Kabupaten Solok Selatan Tahun 2012. Dinas Kesehatan Kota Paya Kumbuh. Profil Kesehatan Kota Paya Kumbuh Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto. Profil Kesehatan Kota Sawahlunto Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Agam. Profil Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota Profil Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat. Profil Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya. Dharmasraya Tahun 2012 Profil Kesehatan Kabupaten
Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan. Profil Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar. Profil Kesehatan Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kota Solok. Profil Kesehatan Kota Solok Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Profil Kesehatan Kabupaten Solok Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Kep. Mentawairofil Kesehatan Kabupaten Kep. Mentawai Tahun 2012
Dinas Kesehatan Kota Bukit Tinggi Profil Kesehatan Kota Bukit Tinggi Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman Profil Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung Profil Kesehatan Kabupaten Sijunjung Tahun 2012 308
Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Profil Kesehatan Kabupaten Pasaman Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Profil.esehatan Kota Padang Panjang Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kota Pariaman. Profil Kesehatan Kota PariamanTahun 2012 Wikipedia. Provinsi Sumatera Barat. http://id.Wikipedia.org/wiki/Sumatera_ Barat Badan Litbang Kesehatan. Progress Pengumpulan Data Riskesdas 2013. http://labmandat.litbang.depkes.go.id/progress-puldata-rkd-2013
309
310
311
312
313