Modul Dan Bahan Ajar-1
Modul Dan Bahan Ajar-1
Modul Dan Bahan Ajar-1
UNIVERSITAS HASANUDDIN
26
1.2.
Relevansi
Relevansi atau keterkaitan bab ini dengan bab berikutnya menjadi dasar pengetahuan bagi mahasiswa untuk masuk dalam berbagai permasalahan demografi. Pemahaman ukuran dasar demografi sudah diperkenalkan dalam mata kuliah Metode Statistika Dasar tentang ukuran absolute dan relative, sehingga menjadi sangat penting untuk menambah pengetahuan mahasiswa bahwa ukuran-ukuran tersebut juga berlaku dalam masalah kependudukan, yang merupakan masalah bersama dan setiap saat terjadi di sekitar kita.
27
1.3.
Mahasiswa memahami dengan baik beberapa ukuran dasar demografi, baik untuk data sensus, data sekunder, maupun data proses demografi yang sering terjadi. Mampu menggunakan ukuran tersebut dalam menghitung data demografi yang selanjutnya diinterpretasikan untuk menganalisis data demografi berdasarkan peristiwa demografi yang terjadi.
1.4.
Uraian Materi
2) Bilangan Relatif Bialangan relative adalah bilangan yang dapat mengalami perubahan tergantung peristiwa yang terjadi, dan nilai yang dihitung berasal dari bilangan absolute. Beberapa pengukuran dengan bilangan relatif adalah sebagai berikut 1 Proporsi Adalah perbandingan dua bilangan dimana pembilang merupakan bagian dari penyebutnya,yaitu:
28
Contoh: Mahasiswa Prodi Statistika Angkatan 2010/2011 sebanyak 30 orang, jumlah mahasiswa perempuan adalah 10 sedang jumlah mahasiswa laki-laki adalah 20. Proporsi mahasiswa laki-laki adalah sebagai berikut:
Artinya proporsi mahasiswa laki-laki dalam Prodi Statistika Angkatan 2010/2011 sebesar 0,67. 2 Persentase Adalah proporsi dikalikan 100. Contoh: Mahasiswa Prodi Statistika Angkatan 2010/2011 sebanyak 30 orang, jumlah mahasiswa perempuan adalah 10 sedang jumlah mahasiswa laki-laki adalah 20. Persentase mahasiswa laki-laki sebagai berikut:
Artinya persentase mahasiswa laki-laki dalam Prodi Statistika Angkatan 2010/2011 sebesar 66,7%. Dalam analisis data demografi atau data yang lain pada umumnya angka proporsi jarang dimunculkan, yang paling banyak digunakan adalah bentuk persentase.
29
3 Perbandingan Adalah menyatakan suatu jumlah terhadap jumlah yang lainnya. Contoh: Mahasiswa Prodi Statistika Angkatan 2010/2011 sebanyak 30 orang, jumlah mahasiswa perempuan adalah 10 sedang jumlah mahasiswa laki-laki adalah 20. Perbandingan jumlah mahasiswa laki-laki dengan perempuan sebagai berikut:
Artinya perbandingan jumlah mahasiswa laki-laki dengan perempuan adalah 20 banding 10 atau 2 banding 1. Yang menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa laki-laki 2 kali lipat dari jumlah mahasiswa perempuan. 4 Rasio Adalah suatu jumlah dalam perbandingan terhadap jumlah lainnya yang dapat dinyatakan dalam persepuluh, perseratus, perseribu, dan seterusnya. Beberapa pengukuran rasio adalah sebagai berikut:
a. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio = SR) Adalah perbandingan jumlah antara jenis kelamin lakin-laki dan perempuan pada suatu wilayah pada waktu tertentu. Sebagai contoh, perbandingan jenis kelamin mahasiswa laki-laki terhadap mahasiswa perempuan adalah: 2:1 = 2, atau 2 mahasiswa laki-laki dibanding dengan seorang mahasiswa perempuan. Angka ini jika dikalikan dengan 100, maka dapat dikatakan bahwa jumlah mahasiswa tersebut mempunyai perbandingan jenis kelamin 200 laki-laki dibanding dengan 100 perempuan.
30
Kalau jumlah laki-laki dinyatakan dengan simbol M, dan jumlah mahasiswa perempuan dengan simbol F, maka rasio jenis kelamin (Sex Ratio) = SR) dapat ditulis dengan rumus:
b.
Adalah rasio jenis kelamin yang dibuat berdasarkan kelompok umur. Rasio jenis kelamin (SR) menurut kelompok umur dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: = rasio jenis kelamin pada umur atau golongan umur i tahun = jumlah penduduk laki-laki pada umur atau golongan umur i tahun = jumlah penduduk perempuan pada umur atau golongan umur i tahun K = konstatnta (umumnya nilainya 100)
Contoh:
Rasio jenis kelamin penduduk Indonesia menurut kelompok umur, hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, terlihat bahwa sampai kelompok umur tertentu (misalnya 15-19 tahun) diperoleh rasio jenis kelamin (SR) laki-laki terhadap perempuan sebesar 101, berarti rasio jenis kelamin di atas 100. Hal ini disebabkan jumlah kelahiran bayi laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan kelahiran bayi perempuan. Tetapi karena angka harapan hidup bayi laki-laki lebih rendah
31
dibandingkan dengan bayi perempuan, maka untuk kelompok umur selanjutnya (misalnya 20-24 tahun) sudah turun mencapai 89, berarti angka SR akan lebih rendah dari 100. Untuk keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki sehingga secara total SR lebih kecil dari 100.
c. Rasio Menurut Jenis Kelamin Kelahiran (Sex Ratio at Birth = SRB) Adalah rasio antara jumlah kelahiran bayi laki-laki dan kelahiran bayi perempuan apabila hanya diketahui angka kelahiran total (laki-laki + perempuan). Di awal telah disebutkan bahwa pada tahun tertentu di suatu wilayah jumlah kelahiran bayi laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan bayi perempuan. Sebagai contoh di suatu wilayah pada tahun 2010 terdapat 214 kelahiran bayi laki-laki dan 200 kelahiran bayi perempuan, maka rasio jenis kelamin kelahiran adalah:
Ini berarti tiap kelahiran 100 bayi perempuan akan terdapat 107 kelahiran bayi lakilaki. Rasio jenis kelamin kelahiran (Sex Ratio at Birth) ini dapat ditulis dengan rumus:
Keterangan: SRB = Rasio jenis kelamin kelahiran = Kelahiran bayi laki-laki = Jumlah kelahiran bayi perempuan k = Konstanta
d.
Rasio Anak Perempuan (Child Women Ratio = CWR) Adalah perbandingan antara anak, yaitu jumlah penduduk di bawah usia lima
tahun terhadap jumlah perempuan usia subur (usia melahirkan atau usia reproduksi) yaitu umur 15 tahun sampai dengan 49 tahun. Rasio anak perempuan merupakan
32
salah satu ukuran kelahiran yang sederhana dan datanya didapat dari hasil sensus penduduk. Makin besar angka rasio anak perempuan memberikan gambaran semakin tinggi tingkat kelahiran. Dalam bentuk rumus rasio anak perempuan dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan: = Rasio jenis kelamin kelahiran = Jumlah penduduk usia di bawah 5 tahun. = Jumlah penduduk perempuan usia 15-49 tahun. k = Angka konstanta, dalam rumus ini biasaya 100 Analisis dari angka-angka tersebut antara lain dapat dikaitkan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi mortalitas bayi dan anak.
e. Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio=DR) Adalah rasio yang memperhitungkan kelompok penduduk umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk yang belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok umur 65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif. Rasio beban tanggungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dimana,
33
Adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah, atau dapat ditulis dengan rumus:
Jumlah Penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah seluruh penduduk di wilayah tersebut, atau bagian-bagian penduduk yang bekerja di sector pertanian, sedangkan sebagai penyebut dapat berupa luas seluruh wilayah, luas daerah pertanian, atau luas daerah pedesaan. Kepadatan penduduk suatu wilayah dapat dibagi menjadi emapat bagian: 1) Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Density of Population) atau sering pula disebut dengan Kepadatan Penduduk Aritmatika. Adalah banyaknya penduduk per satuan luas. Sebagai contoh Kepadatan Penduduk Kasar untuk Indonesia apada tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990, masing-masing sebesar 51, 99, 77, 93 orang per km2.
2) Kepadatan Penduduk Fisiologis (Physiological Density) Adalah jumlah penduduk tiap kilometer persegi tanah pertanian. Atau dengan rumus ditulis:
Contoh: Di Indonesia Pada Tahun 1973, dari seluas 1.904.570 km2 daratan, terdapat 163.940 km2 tanah pertanian. Kalau pada tahun 1971 jumlah penduduk Indonesia besarnya 119.232.000, maka kepadatan penduduk fisiologis adalah:
34
3) Kepadatan Penduduk Agraris (Agricultural Density) Adalah jumlah penduduk petani tiap-tiap km2 tanah pertanian. Atau dengan rumus ditulis:
Contoh:
Hasil Sensus penduduk 1971, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja dalam lapangan pertanian sebesar 64,2 persen atau 76.546.949 orang. Kalau luas tanah pertanian pada tahun 1973 adalah 163.940 km2, maka kepadatan penduduk agraris adalah:
4) Kepadatan Penduduk Ekonomi (Economical Density of Population) Adalah besarnya jumlah penduduk pada suatu wilayah didasarkan atas kemampuan wilayah yang besangkutan. Simon seorang ahlidemografi bangsa Prancis mengusulkan rumus Kepadatan penduduk Agararis sebagai berikut:
35
@= indeks dari jumlah penduduk C= indeks umum dari produksi pada tahun yang sama
Salah satu konsep pengukuran yang sering digunakan adalah konsep jumlah tahun kehidupan (person years-lived) yang digunakan untuk menghitung jumlah penduduk yang mempunyai resiko terhadap suatu peristiwa demografis. Namun karena jumlahnya besar dan waktunya lama, maka untuk itu digunakan perkiraan dengan asumsi bahwa jumlah kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar, tersebar merata pada periode tahun yang dihitung, sehingga jumlah kumulatif tahun kehidupan besarnya tidak jauh berbeda dengan pertengahan tahun (30 Juni). Penduduk yang hidup pada pertengahan tahun tersebut disebut penduduk pertengahan tahun (midyear or central population). Adapun cara perhitungan penduduk pertengahan tahun adalah :
Atau [ [ ] Dimana, akhir tahun adalah penduduk pada permulaan tahun dan adalah penduduk pada ]
36
Jumlah penduduk pertengahan tahun ini berguna dalam menghitung angka kelahiran kasar, angka kematian kasar, migrasi neto dan migrasi bersih di suatu wilayah. Terdapat dua macam angka/rate, yaitu: a. Angka kasar, adalah angka yang dipakai untuk menghitung peristiwa demografis penduduk total, termasuk penduduk yang tidak menanggung resiko peristiwa demografis tersebut. Misalnya Angka Kelahiran Kasar (CBR) b. Angka spesifik, adalah angka yang dipakai untuk menghitung peristiwa demografis penduduk yang menanggung resiko peristiwa demografis tersebut. Misalnya Angka Fertilitas Menurut Umur (ASFR) Berikut uraian berbagai macam angka/rate kelahiran dan kematian.
Adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Adapun data tentang jumlah kelahiran dan jumlah penduduk dapat diperoleh dari hasil sensus penduduk atau survei-survei tentang fertilitas. Namun hasilnya masih sangat kasar karena dibagi dengan jumlah seluruh penduduk termasuk laki-laki yang berada dalam usia reproduksi yaitu 15-49 tahun. Angka Kelahiran Kasar (CBR) dirumuskan sebagai berikut:
Atau
37
Adalah angka yang menunjukkan besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda. Angka Kematian Kasar (AKK) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana: CDR =Crude Death Rate ( Angka Kematian Kasar) D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tertentu K = Bilangan konstan 1000
Contoh: Andaikan dari Susenas 2010 tercatat sebanyak 767.740 kematian, sedangkan jumlah penduduk pada tahun tersebut diperkirakan sebesar 214.37.096 jiwa. Angka Kelahiran Kasar yang terhitung adalah
Artinya, pada tahun 2010 terdapat 3 atau 4 kematian untuk tiap 1000 penduduk.
38
3) Angka Migrasi Neto (M)/Net Migration Adalah selisih jumlah migran masuk dan migran keluar pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu terhadap jumlah penduduk pertengahan tahun, dan biasanya dinyatakan dalam per 1000 penduduk. Berguna untuk mengukur mobilitas penduduk secara geografis. Migrasi merupakan perpindahan penduduk, sedangkan kelahiran dan kematian merupakan peristiwa demografi lainnya yang secara langsung mempengaruhi jumlah penduduk suatu wilayah. Angka Mirgasi Neto (M) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Contoh, andaikan hasil data perhitungan di kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan menunjukkan jumlah migran masuk sebesar 13.457 dan migran keluar 22.178 dan jumlah penduduk pertengahan tahun 2010 adalah 715.509. Maka migrasi neto nya adalah sebagai berikut :
Jadi ada 12 jiwa yang bermigrasi per 1000 penduduk untuk tahun 2010.
/Grass Migration
Adalah jumlah migran masuk dan migran keluar dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun dan biasanya dinyatakan dalam per 1000 penduduk. Berguna untuk menunjukkan jumlah kejadian perpindahan, dapat dirumuskan sebagai berikut:
39
Contoh: Andaikan hasil data perhitungan di kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan menunjukkan jumlah migran masuk sebesar 13.457 dan migran keluar 22.178 dan jumlah penduduk pertengahan tahun 2010 adalah 715.509. Maka migrasi bruto nya adalah sebagai berikut:
Jadi ada 49 atau 50 jiwa yang mengalami kejadian perpindahan per 1000 penduduk untuk tahun 2010.
40
a. b.
Dimana penduduk bertambah jika ada yang lahir dan ada yang datang, dan berkurang jika ada yang mati dan pergi. Beberapa persamaan yang digunakan adalah:
1) Persamaan Berimbang (The Balancing Equation) Berguna untuk menghitung perubahan penduduk dari tahun ke tahun, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
= banyaknya penduduk tahun awal B D IM OM = banyaknya kelahiran = banyaknya kematian = banyaknya migrasi masuk = banyaknya migrasi keluar =pertumbuhan penduduk alamiah =migrasi net
41
Contoh: Dalam bulan januari 2009 jumlah penduduk kecamatan X sebesar 214.300 orang. Jumlah kelahiran kasar 3.165 orang dan kematian sebesar 1.912 orang. Pada tahun itu jumlah migrasi masuk sebesar 400 dan migrasi keluar jumlahnya 40 orang. Maka pada bulan januari 2010 jumlah penduduk kecamatan X adalah :
Jadi pada bulan januari 2010 jumlah penduduk kecamatan X besarnya 215.913 orang.
Secara keseluruhan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia hanya dipengaruhi oleh selisih jumlah kelahiran dan jumlah kematian karena jumlahh penduduk Indonesia yang berada di luar negara hanya sedikit.
2) Laju Pertumbuhan Penduduk Geometris (LPPG) (Geometric Growth) Adalah pertumbuhan bertahap (diskret) yaitu dengan menghitung
pertumbuhan penduduk hanya pada akhir tahun dari suatu periode, biasa juga disebut pertumbuhan bunga berganda. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana = banyaknya penduduk pada tahun akhir = banyaknya penduduk pada tahun awal r t = angka pertumbuhan penduduk = jangka waktu (dalam banyaknya tahun) akan berubah tergantung
jadi nilai t ini akan berubah tergantung tahunnya. tahun yang dimaksud.
42
Contoh: 1) Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1961 sebesar 2.163.000 dan pada tahun 1971 meningkat menjadi 2.490.000 jiwa. Maka besarnya laju pertumbuhan per tahun pada periode tahun 1961-1971 adalah
Jadi laju pertumbuhan penduduk daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 1.42% pada periode 1961-1971 2) Diketahui jumlah penduduk pada tahun 1970 di Sulawesi Selatan adalah 5.181 jiwa dan angka pertumbuhan penduduk 1970-1980 adalah 1.74%, dan untuk 1980-1990 adalah 1.42%. Ditanyakan : berapakah jumlah penduduk pada tahun 1980 dan 1990? Jawab :
43
3) Laju Pertumbuhan Penduduk Eksponensial (LPPE) (Exponential Growth) Adalah pertumbuhan penduduk yang berlangsung terus-menerus
dimana Dimana
4) Angka pertumbuhan penduduk Nol (Zero Population Growth=ZPG). Adalah jumlah suatu penduduk tidaklah bertambah maupun berkurang. Suatu penduduk dikatakan seimbang jika : 1) Banyaknya kelahiran sama dengan banyaknya kematian dan migrasi neto sama dengan nol 2) Jumlah kelahiran melebihi jumlah kematian tetapi kelebihannya diimbangi dengan migrasi keluat neto 3) Jumlah kematian melebihi jumlah kelahiran, tetapi kekurangan tersebut diimbangi oleh migrasi masuk neto.
5) Laju Pertumbuhan Penduduk Di Daerah Perkotaan Laju pertumbuhan penduduk wilayah pedesaan dipengaruhi oleh :
44
dan
Sedangkan untuk laju pertumbuhan penduduk wilayah perkotaan dipengaruhi oleh reklasifikasi (perubahan status suatu wilayah dari pedesaan ke perkotaan). Contoh pada tahun 1980 banyak desa-desa di Indonesia mempunyai ciri-ciri pedesaan tetapi tahun 1990 berubah ke ciri-ciri perkotaan yakni : 1) Kepadatan penduduk tinggi 2) Sekitar 75% penduduk aktivitasnya di bidang nonpertanian 3) Tersedia fasilitas kota seperti : jalan beraspal, listrik, rumah sakit, supermarket, gedung bioskop, dll.
1.5.
1.
Latihan Soal
Jumlah penduduk Indonesia tahun 1990 adalah 179,3 juta terdiri dari 89,4 juta laki-laki dan 89,9 juta perempuan. Carilah rasio jenis kelamin penduduk Indonesia tahun 1990!
2.
Pada tahun 2010 penduduk Indonesia yang berumur (0-14) tahun besarnya 52.454.000, sedangkan yang berumur (15-64) tahun dan 65+ masing-masing besarnya 63.180.000 dan 3.576.000 orang, dari data tersebut, carilah rasio beban tanggungan (DR) kelompok penduduk produktif!
3.
Andaikan jumlah kelahiran tahun 2010 sebesar 4.931.500 sedang jumlah penduduk pertengahan tahun sebesar 140.900.000 jiwa, maka tentukan tingkat kelahiran kasar pada tahun 2010!
4.
Penduduk Indonesia pada tahun 1961 adalah 97.019.000 jiwa dan tahun 1971 sebanyak 119.232.000 jiwa. Berapa pertumbuhan penduduk melalui pendekatan geometris dan eksponensial?
5.
Laju pertumbuhan penduduk per tahun suatu Negara sebesar 1% atau 0.01, setelah berapa tahunkah jumlah penduduknya berlipat dua?
45
1.6.
Rangkuman
1. Pengukuran domografi, secaa umum mengenal dua jenis ukuran yaitu ukuran bilangan absolute dan ukuran bilangan relative, tetapi yang umum digunakan adalah jenis bilangan relative. 2. Beberapa pengukuran relative, adalah proporsi, persentase, perbandingan, dan rasio, dimana pengukurannya berasalh dari pengukuran bilangan absolute. 3. Beberapa pengukuran rasio, diantaranya rasio jenis kelamin, rasio jenis kelamin menurut umur, rasi menurut jenis kelamin kelahiran, rasio anak perempuan, rasio beban tanggungan, dan kepadatan penduduk. 4. Pengukuran proses demografi menggunakan ukuran rate atau tingkat. 5. Pertumbuhan penduduk dapat digambarkan dalam bentuk persamaan berimbang, laju pertumbuhan penduduk geometris, dan laju pertumbuhan penduduk eksponensial.
1.7.
Tes Formatif
Indonesia terdiri lebih dari 3.000 pulu dan meliputi wilayah seluas kira-kira 1.100 mil dari utara ke selatan, dan 2.800 mil dari timur ke barat, luas wilayah 735,269 mil persegi. Seluruh penduduk pada pertengahan tahun 1961 berjumlah 97 juta jiwa, dan 15,46% diantaranya belum berumur 5 tahun, dan 30,93% terdiri dari wanita yang termasuk dalam kelompok umur 15-44 tahun. Irian Barat pada pertengahan tahun 1961 penduduk kira-kira 700.000 jiwa, dan pada tahun 1963 menjadi bagian wilayah Republik Indonesia. Sampai sebegitu jauh perbedaan kepadatan penduduk di berbagai daerah di Indonesia, ternyata cukup menonjol. Pada pertengahan tahun 1971 penduduk Pulau Jawa, Madura, dan Bali berjumlah dua pertiga dari jumlah seluruh penduduk Indonesia, padahal ketiga pulau tersebut hanya mencakup 7% dari seluruh areal tanah Indonesia. Pada tahun 1961 di Indonesia dilahirkan 4,85 juta bayi, dan 51,22 persen diantaranya bayi pria, selama itu hanya 2.111.545 bayi yang
46
masih bertahan hidup sampai tahun kehidupan pertama. Pada pertengahan tahun 1971 seluruh penduduk diperkirakan berjumlah 120 juta jiwa. Berdasarkan data tersebut, hitungkah: 1. Kepadatan penduduk di Pulau Jawa, Madura, dan Bali tahun 1971. 2. Rasio jenis kelamin di Indonesia tahun 1961. 3. Angka kelahiran kasar di Indonesia tahun 1961. 4. Angka kematian bayi di Indonesia tahun 1961. 5. Angka pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun selama jangka waktu antar sensual di Indonesia yaitu pada pertengahan tahun 1961 sampai dengan pertengahan tahun 1971.
1.8.
Tindak Lanjut
Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka sesuaikan dengan kunci jawaban yang ada di bagian terakhir modul 1 ini. Hitung jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini. Rumus:
Tingkat Penguasaan: 90% - 100% 80% - 89% 70% - 79% 0% - 69% = = = = Baik Sekali Baik Cukup Kurang
47
Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi ini, khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan dari referensi lain yang berhubungan.
1.9.
Kunci Jawaban
1.
Rasio jenis kelamin penduduk Indonesia tahun 1990 adalah sebagai berikut:
Ini berarti bahwa untuk setiap 99 penduduk laki-laki sebanding dengan 100 penduduk perempuan. Apabila angka tersebut jauh di bawah 100, dapat menimbulkan berbagi masalah, karena ini berarti di wilayah tersebut kekurangan penduduk laki-laki akibatnya antara lain kekurangan tenaga laki-laki untuk melaksanakan pembangunan, atau masalah lain yang berhubungan dengan perkawinan. Hal ini dapat terjadi apabila suatu daerah banyak penduduk penduduk laki-laki meninggalkan daerah, atau kematian banyak terjadi pada penduduk laki-laki. 2. Rasio Beban Tanggungan (DR) sebagai berikut:
DR sebesar 88,7 berarti tiap 100 orang kelompok penduduk produktif harus mennaggung 88,7 kelompok yang tidak produktif. Angka DR ini termasuk tinggi. 3. Besarnya tingkat kelahiran kasar adalah:
48
Artinya terdapat 35 kelahiran per 1000 penduduk Indonesia pada tahun 2010. 4. Untuk pertumbuhan geometris:
0.089536034 0.089536034
5. Rumus :
49
Jadi kalau laju pertumbuhan 1 % maka penduduk akan bertambah dalam kurun waktu 70/1 tahun=70 tahun. Jadi, jika tahun 1976 tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia yang konstan adalah 2,1 % maka jumlah penduduk tersebut akan menjadi 2 kali lipat dalam kurun waktu 70/2,1 = 33,3 tahun atau 33 tahun.
50
Modul 2 Mortalitas
2.1. Deskripsi
Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Dua komponen proses demografi lainnya adalah kelahiran (fertilitas), dan mobilisasi penduduk. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Dengan memperhatikan trend dari tingkat mortalitas dan fertilitas di masa lampau dan estimasi perkembangan di masa mendatang dapatlah dibuat sebuah proyeksi penduduk wilayah bersangkutan. Yang dimaksud dengan mati ialah peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Budi Utomo, 1985). Dari definisi ini terlihat bahwa keadaan mati hanya bisa terjadi kalau sudah terjadi kelahiran hidup. Dengan kata lain, mati tidak pernah ada kalau tidak ada kehidupan. Sedangkan hidup selalu di mulai dengan lahir hidup (live birth). Lahir hidup (live birth) yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah perpisahan tersebut terjadi; hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda hidup lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot,tanpa memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau belum. Lahir Mati (fetal death) yaitu peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim ibunya.
51
2.2.
Relevansi
Mortalitas merupakan salah satu komponen demografi, yang sudah sangat dikenal oleh semua orang dan setiap saat terjadi di sekitar kita. Pengetahuan dasar mahasiswa tentang ukuran demografi dibedakan berdasarkan kejadian, salah satunya adalah Mortalitas. Sehingga pengetahuan mahasiswa tentang ukuran tersebut dapat ditunjukkan dalam peristiwa khusus yang selalu terjadi yaitu Mortalitas (Kematian).
2.3.
Mahasiswa setelah mempelajari modul ini, diharapkan mampu memahami dengan baik konsep mortalitas dalam demografi dengan berbagai jenis angka kematian dan factor penyebab terjadinya mortalitas, dan mengaplikasikannya dalam data riil.
2.4.
Uraian Materi
Peristiwa-peristiwa kematian yang terjadi di dalam rahim (intra uterin) dan di
luar rahim (extra uterin). Pada masa janin masih dalam kandungan ibu (intra uterin), terdapat peristiwa-peristiwa kematian janin sebagai berikut: 1. abortus, kematian janin menjelang dan sampai 16 minggu; 2. immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai pada umur kandungan 28 minggu 3. prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu sampai waktu lahir. Selanjutnya kematian bayi di luar rahim (extra uterin) dibedakan atas : 1. lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan 2. kematian baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum berumur satu bulan
52
3. kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi setelah berumur satu bulan tetapi kurang dari setahun 4. kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang dari satu tahun
53
54
Angka ini berarti, bahwa pada tahun 1975, setiap 1000 penduduk, terdapat 16,9 kematian. 2) Tingkat Kematian Menurut Umur Dan Jenis Kelamin Adalah tingkat kematian yang memperhitungkan umur dan jenis kelamin, karena besar kecilnya angka kematian dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain oleh umur, jenis kelamin, pekerjaan dan status kawin. Misalnya seseorang yang berumur 80 tahun umumnya kemungkinan meninggalnya lebih cepat dibandingkan orang berumur 20 tahun. Orang-orang yang maju ke medan perang kemungkinan meninggal lebih besar daripada istri-istri mereka yang menunggu di rumah. Memperhatikan faktor-faktor di atas maka ahli-ahli demografi mempergunakan ukuran yang lebih spesifik, yang hanya berlaku untuk kelompok penduduk tertentu. Ukuran yang paling umum digunakan oleh ahli demografi adalah Tingkat Kematian menurut umur, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Age Spesific Death Rate disingkat dengan ASDR. Dengan rumus Tingkat Kematian menurut umur ditulis sebagai berikut :
atau :
Keterangan : Jumlah kematian pada kelompok umur i Jumlah penduduk pada pertengahan tahun pada kelompok umur i Angka konstan = 1000
55
Sebagai contoh di bawah ini dicantumkan perhitungan Tingkat Kematian Menurut Umur (ASDR) untuk suatu wilayah pada tahun tertentu yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan (Tabel 2.1). Tingkat kematian menurut kelompok umur tertentu (ASDR) dapat dihitung dengan rumus :
Tabel 1. Perhitungan Tingkat Kematian Menurut Kelompok Umur (ASDR) dan Jenis Kelamin di Suatu Wilayah pada Tahun Tertentu
Umur (Tahun) Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun Laki-Laki 0-4 5-9 10-14 6.854.655 5.601.294 4.695.294 Perempuan 6.649.905 5.458.427 4.578.980 Laki-Laki 331.871 21.285 10.331 Perempuan 299.113 20.742 10.532 Laki-Laki 48.42 3.80 2.20 Jumlah Kematian Tingkat Kematian Menurut Umur Perempuan 44.98 3.80 2.30
80+ Jumlah
62.568 37.741.753
69.402 39.281.858
12.514 571.137
13.880 522.003
200.01 115.13
199.99 13.29
Sumber: Mantra, 1999 Contoh. Berdasarkan Table 2.1, untuk kelompok umur 5-9 tahun dapat dihitung sebagai berikut :
56
Untuk laki-laki :
dan seterusnya. Memperhatikan angka-angka kematian menurut umur seperti tersebut di atas, terlihatlah bahwa pada umur 0-4 tahun (balita) angka kematian sangat tinggi, lebihlebih angka kematian bayi (umur di bawah satu tahun). Karena hal tersebut di atas dibuatlah perhitungan tersendiri untuk kematian bayi. 3) Tingkat Kematian Bayi (Infant Mortality Rate atau IMR)
Tingkat Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Tingkat kematian bayi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Atau:
Keterangan :
Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu Jumlah lahir hidup pada tahun tertentu bilangan konstan = 1000
57
Contoh. Di suatu daerah pada tahun 1970 jumlah kematian bayi sebesar 263.000 orang dan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 1.594.000, maka besarnya Tingkat Kematian Bayi (IMR) dapat dihitung sebagai berikut :
Ini berarti, pada tahun 1970 di daerah yang bersangkutan terdapat 164,99 bayi meninggal untuk setiap 1000 kelahiran. Angka kematian Bayi merupakan indicator yang sangat berguna, tidak saja terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk keseluruhan dan kondisi ekonomi di mana penduduk tersebut bertempat tinggal. Angka kematian bayi tidak hanya merefleksikan besarnya masalah kesehatan yang bertanggungjawab langsung terhadap kematian bayi, seperti diare, infeksi saluran pernafasan, salah gizi, penyakit-penyakit infeksi spesifik dan kondisi prenatal, tetapi juga merefleksikan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan secara umum tingkat perkembangan social ekonomi masyarakat. Baik di negara maju, maupun di negara yang sedang berkembang, terdapat hubungan yang terbalik antara tingkat kematian bayi dengan status ekonomi orang tua. Angka kematian bayi juga telah menunjukkan fungsinya sebagai indicator ampuh dalam menilai perubahan kondisi kesehatan di suatu negara. Pada negaranegara di mana angka kematian bayi telah dihitung selama periode yang lama, terlihat reduksi angka kematian bayi sejajar dengan perbaikan standar hidup dan kondisi sanitasi termasuk juga kemudahan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat. Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi
58
yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Dalam penerapannya, angka kematian bayi dipakai sebagai angka probabilitas untuk mengukur resiko kematian dari seorang atau bayi dari saat kelahirannya sampai menjelang ulang tahunnya yang pertama. Apabila penduduk mempunyai angka kematian bayi 200 per 1000 kelahiran hidup, ini berarti bahwa probabilitas mati seorang bayi yang baru lahir pada penduduk tersebut sebelum mencapai ulang tahunnya yang pertama adalah 20 persen sehingga kalau diterapkan secara agregat, dari 1000 kelahiran misalnya, 200 di antaranya mati sebelum ulang tahun yang pertama atau dapat juga dikatakan bahwa hanya 800 dari 1000 kelahiran yang dapat menikmati ulang tahun yang pertama. Dengan perkataan lain, resiko kematian bayi pada penduduk dengan angka kematian bayi 200 per 1000 kelahiran hidup adalah kurang dari 13 sampai 14 kali lebih tinggi dibanding dengan resiko kematian bayi pada penduduk dengan angka kematian bayi 15 per 1000 kelahiran hidup. 4) Tingkat Kematian Anak Tingkat Kematian Anak didefinisikan sebagai jumlah kematian anak berumur 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun. Dengan demikian angka kematian anak tidak menyertakan angka kematian bayi. Rumus yang dapat digunakan adalah : Keterangan :
59
Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang belum tepat berusia 5 thn) pada satu tahun tertentu didaerah tertentu.
Jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan tahun tertentu didaerah tertentu Konstanta, umumnya 1000 Dibandingkan dengan angka kematian bayi, angka kematian anak lebih
merefleksikan kondisi kesehatan lingkunan yang langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka ini tinggi pada keadaan salah gizi, hygiene buruk, tingginya prevalansi penyakit menular pada anak dan insiden kecelakaan di dalam atau di sekitar rumah. Dalam menunjukkan tingkat kemiskinan, indicator ini lebih unggul dibandingkan dengan tingkat kematian bayi. Di negara-negara maju, angka kematian anak dapat serendah 0,4 per 1000 anak, tetapi survey di beberapa kelompok masyarakat di negara berkembang angka kematian dapat mencapai setinggi 100 per 1000 anak. Kalau angka kematian bayi sekitar 14 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan negara maju, maka angka kematian anak dapat mencapai 250 kali lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan negara maju. Perbedaan angka kematian anak antara berbagai negara atau kelompok masyarakat menunjukkan adanya perbedaan kondisi lingkungan social ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan, karena sebagian besar kematian tersebut dapat dicegah dengan adanya perbaikan kondisi social ekonomi. 5) Tingkat Kematian Anak di Bawah Lima Tahun (BALITA) Tingkat Kematian Anak Balita didefinisikan sebagai jumlah kematian anak usia di bawah lima tahun selama satu tahun per 1000 anak usia yang sama (0-4) tahun pada pertengahan tahun. Angka ini sekaligus merefleksikan tinggi rendahnya menggunakan angka kematian bayi belum cukup untuk menggambarkan tingkat kematian anak pada umur di atas satu tahun. Dua penduduk dengan tingkat kematian
60
bayi yang sama, belum tentu sama dalam hal angka kematian anak di atas satu tahun. Variasi angka ini, di negara berkembang dapat lebih tinggi dari 100, tetapi di negara maju dapat lebih rendah dari dua. Rumus yang dapat digunakan adalah : Keterangan : Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang belum tepat berusia 5 thn) pada satu tahun tertentu didaerah tertentu. Jumlah penduduk berusia 1-4 th pada
pertengahan tahun tertentu didaerah tertentu Konstanta, umumnya 1000 Sesuai dengan kemajuan di bidang kesehatran masyarakat, maka angka kematian anak balita menurun dengan cepat. Dari Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa pada tahun 1971, 1980 dan 1990, angka kematian anak balita masing-masing sebesar 218, 162 dan 103 per 1000 kelahiran. Table 2. Tingkat Kematian Anak Balita Tahun 1971, 1980 dan 1990 Menurut Propinsi di Indonesia No 1 2 3 4 5 6 7 8 Propinsi Daerah Istimewa Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Tingkat Kematian Balita per 1000 kelahiran 1971 1980 1990 214 138 83 180 130 87 229 181 107 220 163 94 232 176 107 233 150 103 250 171 100 219 147 100
61
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Timor Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Irian Jaya INDONESIA
193 251 216 151 180 195 327 231 217 194 248 154 170 225 242 251 216 126 218
119 200 141 89 143 136 282 192 177 148 184 148 137 195 165 173 184 155 162
57 132 94 58 91 73 217 112 124 118 82 133 53 90 135 102 112 111 117 103
Sumber : Kasto dan H.Sembiring (1995) Di antara propinsi-propinsi di Indonesia, propinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai tingkat kematian anak balita tertinggi yaitu 217 per 1000 kelahiran pada tahun 1990, dan yang terendah adalah DKI Jakarta disusul DI Yogyakarta yang pada tahun 1990 masing-masing sebesar 57 dan 58. Hal ini sejalan dengan tingkat kematian bayi di ketiga propinsi tersebut yaitu pada tahun 1990, IMR di Propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 145 sedangkan di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta masing-masing sebesar 40 dan 42 per 1000 kelahiran. 6) Tingkat/Angka Kematian Ibu Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
62
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Informasi mengenai tingginya AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. Keterangan : Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Konstanta =100.000 bayi lahir hidup. Contoh. Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio(MMR) di Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.
63
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar, mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita umumnya dignakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan perencanaan program.
2.4.3. Standarisasi
Komposisi penduduk menurut umur sangat berpengaruh terhadap Tingkat Kematian Kasar. Karakteristik-karakteristik penduduk lainnya yang juga mempunyai pengaruh terhadap tingkat Kematian kasar adalah: a. Antara penduduk daerah pedesaan dan daerah perkotaan b. Penduduk dengan lapangan pekerjaan yang berbeda c. Penduduk dengan perbedaan pendapatan d. Perbedaan jenis kelamin e. Penduduk dengan perbedaan status kawin Kalau kita ingin membandingkan Tingkat Kematian Kasar antara dua kelompok penduduk dengan struktur yang berbeda (misalnya struktur umur), kita tidak dapat hanya melihat perbedaan Tingkat Kematian Kasar pada kedua kelompok umur tersebut sebelum diadakan penyamaan jumlah penduduk menurut kelompok umur tertentu. Cara penyamaan ini disebut standarisasi. Penduduk yang dipakai sebagai penduduk standar, bisa penduduk dari salah satu kelompok yang diperbandingkan atau penduduk dari negara lain. Angka kematian standarisasi didefinisikan sebagai seluruh angka kematian yang akan berlaku di dalam suatu jumlah penduduk standar apabila mempunyai angka kematian penduduk pada setiap umur yang diselidiki. Jadi, persyaratan khusus yang harus dipenuhi ialah tersedianya penduduk standard dan angka kematian penduduk yang sedang diselidiki yang kedua-keduanya diterapkan khusus untuk setiap variable yang bersangkutan. Standarisasi terbagi atas dua, yaitu standarisasi langsung dan standarisasi tidak langsung. Proses standarisasi langsung mencakup penerapan berbagai angka
64
khusus umur terhadap struktur penduduk standar. Proses standarisasi tidak langsung adalah penerapan seperangkat standar angka khusus menurut umur terhadap penduduk yang sedang diselidiki, dan kemudian membandingkan jumlah kematian yang sebenarnya dengan jumlah yang diharakan dengan dilandasi oleh asumsi bahwa angka kematian standar memang berlaku. Contoh. Hitung Tingkat Kematian Kasar penduduk dari Negara A dan Negara B, dengan jumlah penduduk Negara A sebagai penduduk standar (Tabel 2.3). Dengan mempergunakan penduduk Negara A sebagai penduduk standar, maka Tingkat Kematian Kasar untuk Negara A besarnya 37, dan Negara B sebesar 42. Apabila perhitungan Tingkat Kematian Kasar di kedua Negara tersebut dengan tiga cara yaitu: tanpa standar, dengan standar penduduk Negara A, dan dengan standar penduduk Negara B, maka didapatkan variasi Tingkat Kematian Kasar untuk kedua Negara tersebut sebagai berikut : Negara A Tidak mempergunakan standar Penduduk Negara A sebagai standar Penduduk Negara B sebagai standar 37 37 28 Negara B 33 42 33
65
2.5.
Latihan
Lengkapilah Tabel Standarisasi Berdasrakan Umur berikut ini: Angka kematian standar
(2)
A Penduduk
(3)
Umur
(1)
Penduduk
(5)
04 4,37 39,539 5 14 0,45 39,728 15 24 1,02 34,725 25 44 1,76 43,686 45 64 10,44 17,626 65 + 68,74 3,855 Total Jumlah seluruh kematian yang benarbenar terdaftar Rasio Kematian yang distandarisasikan Kematian yang diharapkan (SMR) Angka Kematian Kasar (CDR) Angka kematian yang distandarisasikan secara tidak langsung Isilah semua tanda titik-titiak () di atas!
1291 8,86
22487
2.6.
1.
Rangkuman
Mati ialah peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
2.
Pengukuran data kematian diantaranya tingkat kematian kasar (Crude Death Rate/CDR), tingkat kematian menurut umur (Age Specitic Death Rate/ASDR), dan tingkat kematian bayi (Infant Death Rate/IDR).
66
3.
Perbandingan tingkat kematian kasar penduduk dengan struktur yang berbeda dilakukan dengan proses standarisasi melalui standarisasi langsung dan standarisasi tidak langsung.
2.7.
1.
Tes Formatif
Apa yang membedakan standarisasi langsung dengan standarisasi tidak langsung dalam menghitung angka kematian?
2.
Jumlah penduduk, kematian dan angka kematian pada suatu tahun tertentu di dua Negara A dan B (tercatat dalam kelompok umur) dinyatakan sebagai berikut: Negara A Kematian 1.000 1.600 1.800 2.000 2.000 Negara B Kematian 2.000 900 2.800 1.500 1.500
Angka Kematian
Angka Kematian
1) Hitunglah angka kematian pada kolom di atas! 2) Hitung angka kematian kasar untuk kedua Negara! 3) Hitung rasio mortalitas yang sudah distandarisasikan untuk Negara B dengan Negara A sebagai penduduk standar! 4) Hitung angka kematian yang distandarisasikan untuk Negara B!
2.8.
Tindak Lanjut
Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka sesuaikan dengan kunci jawaban yang ada di bagian terakhir modul 2 ini. Hitung jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini.
67
Rumus:
Tingkat Penguasaan: 90% - 100% = Baik Sekali 80% - 89% = Baik 70% - 79% = Cukup 0% - 69% = Kurang Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi ini, khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan dari referensi lain yang berhubungan.
2.9.
Kunci Jawaban
Tabel Standarisasi Angka Kematian Tidak Langsung Berdasarkan Umur berikut ini: Angka kematian standar
(2)
A Penduduk
(3)
Umur
(1)
Penduduk
(5)
04 4,37 39,539 5 14 0,45 39,728 15 24 1,02 34,725 25 44 1,76 43,686 45 64 10,44 17,626 65 + 68,74 3,855 Total 86,28 201,159 Jumlah seluruh kematian yang benarbenar terdaftar Rasio Kematian yang distandarisasikan Kematian yang diharapkan (SMR) Angka Kematian Kasar (CDR) Angka kematian yang distandarisasikan secara tidak langsung
22487 0,977
8,66
68
69
70
3.2. Relevansi
Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari life table ini, maka pada bab selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut mengenai life table ini, bagaimana cara pembuatanya dan macam-macam dari life table itu sendiri. Pemahaman akan Tabel Kematian akan sangat bermanfaat dalam menganalisis masalah kependudukan yang terjadi guna menyusun sebuah strategi manajemen misalnya dalam Perusahaan Asuransi, maupun dalam kepentingan bidang lain yang membutuhkan data pertumbuhan penduduk.
3.4.
Uraian Materi
(6) TX
(7) ex
Keterangan dari Table Kematian ini adalah: umur tepat, dalam tahun
71
Simbol
menunjukkan bahwa anggota kohor yang dimaksud telah menjalani tahun atau pada saat tersebut berada pada ulang tahun .
hidup selama
nqx
tahun sebelum
berumur Contoh:
o 5q10 , Peluang kematian seseorang antara umur tepat 10 tahun dan 15 tahun, dimana nilai 5q10 ini terletak sejajar dengan nilai o Nilai 5q40 = 0,05558 Artinya: Sekitar 6% dari mereka telah mencapai ulang tahun ke-40 meninggal sebelum mencapai tepat 45 tahun; atau Probabilitas mereka yang berusia tepat 40 meninggal sebelum mencapai tepat usia 45 tahun sebesar 0,06. o Nilai 1q0 = 0,18848 Artinya: Sekitar 19% dari sejumlah kelahiran hidup meninggal sebelum bayi tersebut mencapai tepat satu tahun; atau Probabilitas mereka yang berusia tepat 0 tahun meninggal sebelum usia tepat 1 tahun adalah sebesar 0,19. o Nilai wq75 = 1 Artinya: Probabilitas orang akan meninggal setelah mencapai usia 75 tahun adalah 1. Simbol w untuk interval tak terhingga o o jumlah penduduk yang hidup pada umur tepat Contoh: jumlah orang pada saat tepat lahir jumlah orang yang berhasil mencapai ulang tahunnya yang ke-1 tahun. .
o l5 = jumlah orang yg berhasil mencapai ultah yang ke-5 o lo ditentukan secara sembarang, untuk kemudahan biasanya 100.000
72
o lo disebut radiks tabel kematian, yaitu jumlah orang yang akan diikuti sejak kelahirannya hingga semua meninggal. jumlah kematian antara umur o Nilai 5d5 =1.229 Artinya jumlah kematian antara umur tepat 5 tahun hingga usia 10 tahun adalah sebanyak 1.229 orang. o Pengurangan radix dengan bayi yang mati (1d0) akan memperoleh jumlah orang yang tetap hidup pada awal periode berikutnya (l1) o Secara umum dapat dikatakan: dan umur
dan umur
o Jumlah tahun hidup yang dilalui oleh populasi (orang) pada kelompok umur tertentu Misalnya pada periode 5 tahun, antara ultah ke 5 dan 10, tiap orang hidup 5 tahun Jika ada 98.000 orang yang berulangtahun, maka mereka semua menghasilkan 5 x 98.000 = 490.000 tahun antara ultah mereka yang ke 5 dan 10 o Identik dengan konsep orang-tahun atau PYL o Berarti semakin rendah rate kematian pada kelompok umur tertentu, semakin banyak jumlah tahun hidup pada kelompok umur tersebut
Karena pada tiap kelompok umur, kecuali kelompok umur yang pertama dan terakhir, kita mengasumsikan kematian terjadi pada pertengahan interval, maka jumlah tahun hidup (nLx) dapat diperkirakan dengan formula:
73
Karena kematian bayi lebih banyak terjadi segera setelah dilahirkan maka khusus untuk 1L0 dihitung dgn:
1L0 =
0,3 l0 + 0,7l1
Tahun total kehidupan setelah umur tepat Merupakan jumlah semua tahun kehidupan yg dijalani kohor sejak umur tepat x sampai semua anggota meninggal Contoh: o T0 = 1L0 + 5L1 + 5L5 + .+ wL75 o T1 = 5L1 + 5L5 + 5L10 + .+ wL75 o T65 = 5L65 + 5L70 + wL75 Sehingga TX dirumuskan o T0 = 4.242.152 Artinya menunjukan bahwa kohort dengan radiks 100.000 orang dari saat lahir sampai semua anggota kohor meninggal, menjalani 4.242.152 tahun kehidupan. o T5 = 3.847.416 Artinya menunjukan bahwa kohort dengan radiks 100.000 orang dari saat ultahnya yg kelima sampai semua anggota kohort meninggal menjalani 3.847.416 tahun kehidupan.
angka harapan hidup yaitu rata-rata jumlah tahun kehidupan setelah mencapai umur tepat . Dapat dirumuskan dengan:
Contoh: Bahwa secara rata-rata seorang pada saat lahir akan dapat diharapkan hidup selama 42,4 tahun
74
Bahwa secara rata-rata seorang yg telah mencapai ultahnya yg ke-5 secara rata-rata akan hidup selama 52,8 tahun
(2) nqx
(3) lx
(4) dx
(5) nLx
(6) TX
(7) ex
, dimana n adalah besarnya jenjang (interval) dan x menyatakan tepat ialah jumlah
umur x, dan digunakan sebagai permulaan interval. Sebagai contoh kematian di antara umur tepat dan umur tepat .
75
Untuk
dan
, dan
, karena mereka berhubungan dengan populasi pada umur tepat . Beberapa rumus dari table kematian singkat adalah sebagai berikut: Contoh menyusun Tabel Kematian Singkat: Umur (x) 0 1-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80
100000
0,09399 0,05001 0,01573 0,01218 0,01739 0,02268 0,02591 0,02941 0,03337 0,03819 0,04575 0,06190 0,08396 0,12460 0,81082 0,27160 0,39481 1,00000
76
Melengkapi table
dan
Umur (x) 0 1-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80 Melengkapi kolom Umur (x) 0 1-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44
100000 90601 86070 84716 83684 82229 80364 78282 75980 73444 70639 67408 63235 57926 50708 9593 6987,5 4228,8
9399 4531 1353,9 1031,8 1455,3 1865 2082,2 2302,3 2535,4 2804,8 3231,7 4172,5 5309,2 7217,6 41115 2605,5 2758,7 4228,8
0,09399 0,05001 0,01573 0,01218 0,01739 0,02268 0,02591 0,02941 0,03337 0,03819 0,04575 0,06190 0,08396 0,12460 0,81082 0,27160 0,39481 1,00000
100000 90601 86070 84716 83684 82229 80364 78282 75980 73444
9399 4531 1353,9 1031,8 1455,3 1865 2082,2 2302,3 2535,4 2804,8
0,09399 0,05001 0,01573 0,01218 0,01739 0,02268 0,02591 0,02941 0,03337 0,03819
93420,7 350118,3 426965 421000 414782,5 406482,5 396615 385655 373560 360207,5
77
Melengkapi kolom Umur (x) 0 1-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80
100000 90601 86070 84716 83684 82229 80364 78282 75980 73444 70639 67408 63235 57926 50708 9593 6987,5 4228,8
9399 4531 1353,9 1031,8 1455,3 1865 2082,2 2302,3 2535,4 2804,8 3231,7 4172,5 5309,2 7217,6 41115 2605,5 2758,7 4228,8
0,09399 0,05001 0,01573 0,01218 0,01739 0,02268 0,02591 0,02941 0,03337 0,03819 0,04575 0,06190 0,08396 0,12460 0,81082 0,27160 0,39481 1,00000
93420,7 350118,3 426965 421000 414782,5 406482,5 396615 385655 373560 360207,5 345117,5 326607,5 302902,5 271585 150752,5 41451,25 28040,75 10572
5105836 5012415 4662297 4235332 3814332 3399549 2993067 2596452 2210797 1837237 1477029 1131912 805304 502401,5 230816,5 80064 38612,75 10572
78
Melengkapi kolom Umur (x) 0 1-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80
100000 90601 86070 84716 83684 82229 80364 78282 75980 73444 70639 67408 63235 57926 50708 9593 6987,5 4228,8
9399 4531 1353,9 1031,8 1455,3 1865 2082,2 2302,3 2535,4 2804,8 3231,7 4172,5 5309,2 7217,6 41115 2605,5 2758,7 4228,8
0,09399 0,05001 0,01573 0,01218 0,01739 0,02268 0,02591 0,02941 0,03337 0,03819 0,04575 0,06190 0,08396 0,12460 0,81082 0,27160 0,39481 1,00000
93420,7 350118,3 426965 421000 414782,5 406482,5 396615 385655 373560 360207,5 345117,5 326607,5 302902,5 271585 150752,5 41451,25 28040,75 10572
5105836 5012415 4662297 4235332 3814332 3399549 2993067 2596452 2210797 1837237 1477029 1131912 805304 502401,5 230816,5 80064 38612,75 10572
51,05836 55,32406 54,16866 49,99447 45,58018 41,34246 37,24387 33,16792 29,09708 25,01547 20,90954 16,79195 12,7351 8,673161 4,551875 8,346086 5,525975 2,5
3.5.
1.
Latihan
Lengkapi Tabel Kematian berikut: dx 0 1 2 3 4 5 1000 qx 0,1 0,111 0,1250 0,1429 0,1667 0,2000 Lx Tx
79
6 7 8 9 10
2. Buatlah Tabel Kematian Yang Dipersingkat untuk jangka 10 tahun untuk Tabel Kematian Australia 1961!
3.6.
1.
Rangkuman
Tabel kematian merupakan salah satu alat analisis dalam mortalitas yang tidak memerlukan penggunaan penduduk standar untuk membandingkan tingkat mortalitas. Life table merupakan tabel hipotetis dari sekumpulan orang yang dilahirkan pada waktu yang sama (kohort) yang karena proses kematian, jumlahnya semakin lama semakin berkurang dan akhirnya habis.
2.
Kegunaan Tabel Kematian adalah untuk membandingkan tingkat mortalitas, untuk mengukur kemajuan yang diperoleh dari upaya pemeliharaan kesehatan khususnya anak-anak yang tercermin dari angka harapan hidup, dan sebagai dasar untuk perhitungan bidang asuransi jiwa bagi penentuan premi
3.
Bentuk table kematian terdiri dari Tabel kematian lengkap (complete life table): tabel kematian yang dibuat lengkap, terperinci menurut umur satu tahunan, dan Tabel kematian singkat (abridged life table): tabel kematian yang meliputi seluruh umur tetapi tidak terperinci tahunan, tapi menurut kelas interval (5 tahunan, 10 tahunan).
3.7.
Tes Formatif
Jadikan Tabel Kematian Australia Tahun 1961 yang menjadi acuan untuk menjawab pertanyaan berikut: Suatu industry di Australia secara konstan merekrut sejumlah pegawai baru berumur 20 tahun, dan semuanya mengundurkan diri dari pekerjaan pada umur 60 tahun.
80
Apabila dimisalkan selama itu di dalam perusahaan tersebut tidak ada pegawai yang mengundurkan diri. 1. 2. Berapa tahun masa kerja rata-rata setiap pegawai? Hitung rasio antara pengunduran diri yang terjadi setiap ahun dengan penerimaan pegawai baru? 3. Hitung rasio antara staf yang sudah berumur melebihi 50 tahun dengan jumlah seluruh staf. 4. Hitung rasio antara pegawai yang sudah berhenti bekerja dengan anggota staf yang masih aktif. 5. Hitung rasio antara kematian setiap tahun pegawai yang berhenti bekerja dengan kematian yang pegawai yang masih aktif bekerja.
3.8.
Tindak Lanjut
Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka sesuaikan dengan kunci jawaban yang ada di bagian terakhir modul 3 ini. Hitung jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini. Rumus:
Tingkat Penguasaan: 90% - 100% 80% - 89% 70% - 79% 0% - 69% = = = = Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi ini, khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan dari referensi lain yang berhubungan.
81
3.9.
1.
Kunci Jawaban
Tabel Kematian Melengkapi table dan dx 100 99,9 100,01 100,04 100,03 100 100 99,903 100,05 100,05 0 qx 0,1 0,111 0,1250 0,1429 0,1667 0,2000 0,2500 0,333 0,5000 1,000 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Melengkapi table
1000 900 800,1 700,09 600,04 500,02 400,01 300,01 200,11 100,05 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Melengkapi table
1000 900 800,1 700,09 600,04 500,02 400,01 300,01 200,11 100,05 0
dx 100 99,9 100,01 100,04 100,03 100 100 99,903 100,05 100,05 0
qx 0,1 0,111 0,1250 0,1429 0,1667 0,2000 0,2500 0,333 0,5000 1,000 0
Lx 950 850,05 750,0938 650,0662 550,0312 450,0157 350,0122 250,0587 150,0803 200,1302 0
82
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1000 900 800,1 700,09 600,04 500,02 400,01 300,01 200,11 100,05 0
100 99,9 100,01 100,04 100,03 100 100 99,903 100,05 100,05 0
0,1 0,111 0,1250 0,1429 0,1667 0,2000 0,2500 0,333 0,5000 1,000 0
Lx 950 850,05 750,0938 650,0662 550,0312 450,0157 350,0122 250,0587 150,0803 200,1302 0
Tx 5150,538 4200,538 3350,488 2600,395 1950,328 1400,297 950,2815 600,2692 350,2105 200,1302 0
Melengkapi kolom dx 100 99,9 100,01 100,04 100,03 100 100 99,903 100,05 100,05 0 qx 0,1 0,111 0,1250 0,1429 0,1667 0,2000 0,2500 0,333 0,5000 1,000 0 Lx 950 850,05 750,0938 650,0662 550,0312 450,0157 350,0122 250,0587 150,0803 200,1302 0 Tx 5150,538 4200,538 3350,488 2600,395 1950,328 1400,297 950,2815 600,2692 350,2105 200,1302 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1000 900 800,1 700,09 600,04 500,02 400,01 300,01 200,11 100,05 0
5,150538 4,66725 4,187587 3,714385 3,250304 2,800496 2,375621 2,000827 1,750116 2,000232 0
83
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyarkarta : Pustaka Pelajar. Pollard, A.H. 1984. Demographic Techniques. Australian : Pergamon Press Pty Ltd.
84
Modul 4 Fertilitas
4.1. Deskripsi
Istilah fertiitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahm seorang perempuan dengan adanya tanda-tanda kehidupan, misalnya berteriak, bernapas, menangis, jantung berdenyut , dan sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan disebut dengan lahir mati (still birth) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan abstinensi atau menggunakan alat-alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan untuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Di samping itu seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi . sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun. Kompleksnya pengukuran fetilitas, karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dam istri), sedangkan kematian hanya melibatkan saru orang saja (orang yang meninggal). Masalah yang lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas adalah tidak semua perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada kemungkinan beberapa dari mereka tidak mendapat pasangan untuk berumah tangga. Juga ada beberapa perempuan yang bercerai, menjanda. Memperhatikan masalah dia atas , terdapat variasi pengukuran fertilitas yang dapat diterapakan, dan masing-masing mempunyai keuntungan dan kelemahan..
85
4.2. Relevansi
Fertilitas sebagai salah satu komponen demografi menjadi alasan utama untuk mempelajari bab ini, sebagai satu kesatuan dengan bab yang sudah dipelajari sebelumnya maupun bab yang akan dipelajari. Pemahaman mahasiswa mengenai berbagai ukuran dasar demografi akan lebih memudahkan mempelajari bab ini, dan akan sangat bermanfaat dalam mengkaji masalah kelahiran yang terjadi di Indonesia.
4.4.
Uraian Materi
Dimana CBR B Pm K = Tingkat kelahiran kasar = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun, dan = Bilangan konstan, biasanya 1000
86
Contoh. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia, pada tahun 1961 ditaksir 4.334.347 bayi yang lahir dalam tahun sensus tersebut dan jumlah penduduk diperkirakan sebanyak 96.371.421 jiwa pada 1 Juli 1961 sehingga
Dengan demikian diperoleh bahwa Tingkat kelahiran kasar sebesar 44,975 kelahiran.
Perlu dicatat bahwa tujuan program KB tidak hanya menurunkan jumlah anak yang dilahirkan, tetapi juga merupakan upaya utama untuk ikut mewujudkan keluarga sejahtera. Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1992, keluarga
berencana telah mendapatkan defenisi yang baru dan semakin luas yaitu upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Siswanto,1996). Akibat pelaksanaan program ini terjadi penurunan angka kelahiran kasar dari 39,9 persen kelahiran per 1000 penduduk pada taun 1870 menurun menjadi 35,9 pada tahun 1976. Jadi selama enam tahun terjadi penurunan fertilitas sebesar 10 persen. Pada tahun 2005 diperkirakan angka kelahiran kasar sebesar 19,5 kelahiran per 1000 penduduk (Ananta, 1989). Di samping penurunan angka kelahiran kasar, juga terjadi penurunan angka kematian kasar, maka mulai periode tahun 1980-1990 laju pertumbuhn penduduk menurun (kecuali di Pulau Kalimantan). Pada periode tahun 1971-1980 laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 2,3 persen, pada periode tahun 1980-1990 dan 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk terus menurun , masing-masing menjadi 1.9 persen dan 1.3 persen.
87
2) Tingkat Fertilitas Umum (GFR) Tingkat Fertilitas Kasar yang telah dibicarakan sebagai ukuran fertilitas
masih terlalu kasar karena membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Kita mengetahui bahwa penduduk yang mempunyai resiko hamil adalah perempuan dalam usia reproduksi (umur 15-49 tahun). Dengan alasan tersebut ukuran fertilitas ini perlu diadakan perubahan yaitu membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan usia subur (15-49 tahun). Jadi sebagai penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk pertengahan tahun tetapi jumlah penduduk perempuan pertengahan tahun umur 15-49 tahun. Tingkat fertilitas penduduk yang dihasilkan dari perhitungan ini disebut Tingkat Fertilitas Umum yang ditulis dengan rumus:
Dimana GFR B Pf(15-49) k = Tingkat Fertilitas Umum = Jumlah kelahiran setahun = Jumlah wanita yang berumur 15-49 tahun = Bilangan konstan, biasanya 1000
3) Tingkat Fertilitas Menurut Umur (ASFR) Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antarkelompok-kelompok penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang lain. Di antara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi kemmpuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada
88
tiap-tiap kelompok umur (age specific fertility rate). Perhitungan tersebut dapat dikerjakan dengan rumus sebagai berikut:
Dimana: ASFRi Bi Pfi k Contoh Berikut ini disajikan tingkat kelahiran khas-umur untuk Indonesia, 1961, seperti pada table berikut ini: Tabel 3. Kelompok Umur Jumlah perempuan,jumlah kelahiran tingkat fertilitas menurut umur per 1000 perempuan Umur Penduduk Wanita Kelahiran menurut umur ibu (3) 151.697 208.001 186.138 169.910 103.621 44.927 4.999 ASFR = tingkat kelahiran untuk kelompok umur = jumlah kelahiran pada kelompok umur ke-i = jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun =angka konstanta
(2) 1.170.505 859.154 777.519 842.807 810.804 683.817 504.942 Jumlah ASFR
89
4) Tingkat Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (BOSFR) Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur tinggi rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu, dan juga umur anak yang masih hidup. Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran dapat ditulis dengan rumus:
Dimana: BOSFR = tingkat kelahiran menurut urutan kelahiran Boi = Jumlah kelahiran urutan ke I Pf(15-49) =jumlah perempuan umur 15-49 pertengahan tahun k =bilangan konstanta (biasanya 1000) Penjumlahan dari tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran menghasilkan tingkat fertilitas umum (general fertility rate). Sebagai contoh, dikutipkan sebuah table tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran dari negara Amerika Serikat tahun 1942, 1960, dan 1967 (table 10.6). tingkat fertilitas menurut umur dan menurut urutan kelahiran, adalah dua buah contoh dari tingkat kelahiran khusus. Ada beberapa macam variasi lagi, misalnya berdasarkan status perkawinan, pendidikan yang ditamatkan, pendapatan, dan pekerjaan, Metode perhitungan tingat fertilitas khusus ini sama dengan dua contoh di atas.
90
Tabel 4. Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran Di Amerika Serikat Tahun 1942, 1962,1967 Urutan Kelahiran Tingkat Kelahiran per 1000 perempuan umur 15-44 1942 1960 1967 37,5 31,1 30,8 22,9 29,2 22,6 11,9 22,8 13,9 6,6 14,6 8,3 4,1 8,3 4,8 4,6 7,6 4,5 3,9 4,3 2,7
Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima Keenam dan ketujuh kedelapan dan urutan yang lebih tinggi GFR
91,5
118,0
87,6
91
92
Ini berarti tiap 1.000 perempuan setelah melewati masa suburnya akan melahirkan 5.080,5 bayi laki-laki dan perempuan atau setiap perempuan Jawa Tengah pada periode 1971-1976 melahirkan 5,08 bayi laki-laki dan perempuan. 2) Gross Reproduction Rates (GRR)
Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000 perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya, seperti Tingkat Fertilitas Total. Perhitungan Gross Reproduction Rate sebagai di bawah ini G Dimana: ASFRfi adalah tingkat fertilitas menurut umur ke-i dari kelompok berjenjang 5 tahunan. Kelemahan dari perhitungan GRR ialah mengabaikan kemungkinan perempuan meninggal sebelum masa reproduksinya berakhir. Agar hal ini tidak diabaikan maka digunakan perhitungan Net Reproduction Rate. 5 ASF
fi
Net Reproduction Rate adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah kohor hipotesis dari 1.000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalkan perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Misalnya sebuah kohor yang terdiri dari 1.000 bayi perempuan, beberapa dari perempuan tersebut mempunyai kesempatan melahirkan hingga umur 20, sebagian hingga umur 30, sebagian hingga umur 40, dan seterusnya dan hanya sebagian yang dapat melewati usia 50 tahun (usia reproduksi). Jadi dari kohor tersebut dihitung jumlah perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup pada umur tertentu dengan
93
mengalikannya dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga mencapai umur tersebut. Dalam prakteknya perhitungan Net Reproduction Rate dapat didekati dengan rumus di bawah ini:
ASFR x
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Konsepsi, adalah: 1. Kesuburan dan kemandulan biologis (fekunditas dan infekunditas) yang disengaja. 2. Menggunakan atau tidak menggunakan alat-alat kontrasepsi a. Cara kimiawi dan cara mekanis b. Cara-cara lain (seperti metoda ritma, dan senggama terputus) 3. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor disengaja, misalnya sterilisasi. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selama Kehamilan dan Kelahiran, adalah: 1. Kematian janin karena faktor-faktor yang tidak disengaja 2. Kematian janin karena faktor-faktor yang disengaja
95
4.5.
1.
Latihan
Pada tahun 1964 jumlah penduduk perempuan usia subur umur 15-49 tahun di Indonesia besarnya 30.351.000 jiwa, sedangkan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 2.982.000 bayi. Carilah Tingkat Fertilitas Umum untuk Indonesia tahun 1964.
2.
Carilah GRR dari data berikut. Tabel Perkiraan Gross Reproduction Rate Tahun 1964-1965 Untuk Indonesia Golongan Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Jumlah Perempuan 3.755 3.675 4.43 3.779 3.303 2.644 1.944 Jumlah Kelahiran Bayi Perempuan 199 365 366 267 163 61 14 ASF fi G 5 ASF fi ASFRfi - per 1000 perempuan
Sumber: Mantra, 1985 3. Carilah NRR dari data berikut. Tabel Perhitungan Net Reproduction Rate Golongan Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Sumber: Mantra, 1985 ASFRfi per 1.000 52,99 99,32 82,62 70,65 49,35 23,07 7,20 Jumlah nLx 379.868 370.775 359.285 346.825 334.528 321.67 307.228 nLx/lo 379,868 370,775 359,285 346,825 334,528 321,670 307,288 ASFR x
96
4.6.
1.
Rangkuman
Fertilitas diartikan sebagai kelahiran hidup, yaitu terlepasnya bayi dari rahim ibu dengan ada tanda-tanda kehidupan.
2.
Pengukuran fertilitas adalah pengukuran fertilitas tahunan dan pengukuran fertilitas kumulatif.
3.
Pengukuran fertilitas tahunan terdiri dari tingkat fertilitas kasar, tingkat fertilitas umum, tingkat fertilitas menurut umur, dan tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran.
4.
Pengukuran fertilitas kumulatif terdiri dari tingkat fertilitas total, gross reproduction rates, dan net reproduction rates.
4.7.
Tes Formatif
Untuk suatu jumlah populasi hewan tertentu nilai qx (betina) dan fx (angka fertilitas menurut umur untuk betina yang dilahirkan oleh betina) adalah sebagai berikut: X 0 1 2 3 4 5 qx 0,3 0,1 0,2 0,4 0,7 1,0 fx 0 1 2 2 1 0
1. 2. 3.
Hitunglah angka reproduksi bruto (GRR) dari data di atas Hitunglah angka reproduksi neto (NRR) dari data di atas Bagaimana perbandingan kedua angka reproduksi tersebut? Jelaskan pendapat anda!
97
4.8.
Tindak Lanjut
Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka sesuaikan dengan kunci jawaban yang ada di bagian terakhir modul 4 ini. Hitung jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini. Rumus:
Tingkat Penguasaan: 90% - 100% 80% - 89% 70% - 79% 0% - 69% = = = = Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi ini, khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan dari referensi lain yang berhubungan.
4.9.
1.
Kunci Jawaban
GFR dapat dihitung seperti berikut:
= 98,25 kelahiran per 1000 perempuan usia 15-49 thn 2. Tabel hasil Perkiraan Gross Reproduction Rate Tahun 1964-1965 Untuk Indonesia
7.
98
ASFRfi - per 1000 Jumlah Kelahiran Bayi Perempuan perempuan 199 52,99 365 99,32 366 82,62 267 70,65 163 49,35 61 23,07 14 7,20 ASF fi = 385,20 5 ASF fi = 5 x 385,20 = 1926,0
Jadi dalam satu generasi sejumlah 1926,0 perempuan yang akan menggantikan 1.000 perempuan. Population council memperkirakan bahwa pada periode 1970-1980 angka GRR akan turun dari 1420 menjadi 1360 per 1.000 perempuan. 3. Tabel hasil Perhitungan Net Reproduction Rate ASFRfi nLx per 1.000 52,99 379.868 99,32 370.775 82,62 359.285 70,65 346.825 49,35 334.528 23,07 321.67 7,20 307.228 Jumlah Angka NRR sebesar 1.390,83 berarti bahwa dari 1.000 Golongan Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 nLx/lo 379,868 370,775 359,285 346,825 334,528 321,670 307,288 ASFR x
201,29 386,25 296,84 245,03 165,09 74,21 22,12 1.390,83 perempuan selama periode
99
4.10.
Daftar Pustaka
Caswell, Hal. 2005. Applied Mathematical Demography. New York : John Wiley & Sons. Inc. Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyarkarta : Pustaka Pelajar. Pollard, A.H. 1984. Demographic Techniques. Australian : Pergamon Press Pty Ltd.
100
5.2.
Relevansi
Pemahaman komponen demografi yang telah dipelajari di bab-bab
sebelumnya yaitu mortalitas dan fertilitas, akan menjadi pembanding perbedaan dengan komponen mortalitas dalam masalah kependudukan. Masalah mobilitas menjadi salah satu unsure penting yang harus dipahami oleh mahasiswa, karena setiap saat, masalah ini terjadi di sekitar kita, dan perlu kajian mengkhusus untuk permasalahan tersebut.
101
5.4. 5.4.1.
1) Sensus Penduduk
lengkap adalah pencacahan seluruh penduduk dengan responden kepala rumah tangga. Responden ini memberikan informasi mengenai karakteristik demografi anggota rumah tangganya. Tidak banyak informasi mengenai mobilitas penduduk yang dapat diperoleh dari Sensus Penduduk. Hal ini dapat dimengerti mengingat tujuan dari sensus ini adalah mengumpulkan informasi yang bersifat umum mengenai keadaan social ekonomi dan demografi penduduk di suatu Negara. Tidak banyak tempat yang tersedia dalam kuesioner untuk menanyakan aspek tertentu secara mendalam. Walaupun ada kelemahan-kelemahan, menurut Sundrum (1976), data migrasi penduduk dari hasil sensus penduduk tahun 1971 merupakan data migasi yang terbaik di Asia. Batas wilayah (space) yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik dalam penelitian mobilitas penduduk adalah propinsi dan batas waktu (time) ditetapkan enam bulan. Jadi seseorang dikatakan melakukan migrasi apabila orang tersebut melakukan gerak melintas batas propinsi mnuju ke propinsi lain dan lamanya berada di propinsi tujuan adalah enam bulan atau lebih. Migrasi Total dapat mengurangi sedikit kesalahan yag terjadi pada analisis migrasi selama hidup. Jumlah Migrant Masuk Total (MTT) lebih banyak dari jumlah Migran Masuk Semasa Hidup (MMS). Selisihnya akan didapat Migrant Kembali (MK), atau dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
102
Pada tahun 1990 jumlah migrant masuk total di Indonesia sebanyak 17.830.555 jiwa, dan jumlah migrant masuk semasa hidup sebesar 14.779.303 jiwa maka pada tahun 1990 jumlah migrant kembali sebesar
Walaupun analisis migrant total dapat digunakan untuk menghitung migrant kembali tetapi data yang ada tidak menginformasikan kapan proses mobilitas itu tejadi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka dibuat analisis migrant risen (recent migrants). Migran risen masuk ke suatu propinsi adalah mereka yang masuk ke propinsi yang bersangkutan pada periode waktu 5 tahun yang lalu. Misalnya untuk Sensus Penduduk tahun 1990, migrant risen adalah mereka yang masuk sebelum tahun 1985 tidak berstatus migrant risen. Untuk mengetahui jumlah migrant risen yang masuk ke suatu propinsi maka kepada responden ditanyakan tempat tinggal 5 tahun yang lalu. Jadi yang bersangkutan berstatus migrant risen. Sebaliknya ada seseorang yang menjawab bahwa 5 tahun yang lalu ia sudah berada di propinsi sekarang, orang tersebut bukan migrant risen. 2) Registrasi Penduduk Registrasi penduduk mencatat-mencatat kejasian-kejadian (events)
kependudukan yang terjadi pada setiap saat, misalnya kelahirannya, kematian, mobilitas penduduk keluar, dan mobilitas penduduk masuk, baik itu permanen maupun nonpermanent. Di antara mobilitas penduduk permanen dan nonpermanent. Catatan mobilitas penduduk permanen lebih lengkap disbanding dengan mobilitas penduduk nonpermanent. Orang-orang yang pindah domisili harus mempunyai surat pindah dari daerah asal, selanjutnya disampaikan pada kantor kelurahan/desa dimana mereka akan menetap.
103
3) Survei Penduduk Data mobilitas penduduk bisa juga didapatkan dari penelitian survey yang dilaksanakan di suatu wilayah. Misalnya survey mobilitas tenaga kerja dari Lombok menuju Malaysia. Data mobilitas penduduk yang dihasilkan dari survey ini lebih bervariasi daripada data yang didapat dari sensus penduduk dan registrasi penduduk. Umumnya penelitian mobilitas penduduk yang dilaksanakan oleh intansi, lembaga tertentu, atau perseorangan berskala mikro. Biasanya yang diteliti adalah aspek-aspek ekonomi, proses, dan dampak mobilitas terhadap tingkat ekonomi rumah tangga daerah asal. Ada dua pendekatan dalam mendapatkan data tentang mobilitas penduduk di suatu daerah, yaitu pendekatan prospektif. Pendekatan retrospektif adalah menanyakan riwayat mobilitas penduduk yang dilaksanakan oleh pelaku mobilitas yang telah kembali ke daerah asal.
5.5.
1.
Latihan
Ada kecenderungan penduduk yang berpendidikan tinggi biasanya lebih banyak melaksanakan mobilitas daripada yang berpendidikan rendah. Jelaskan mengapa demikian?
2.
Perilaku apa saja yang biasa terjadi pada pelaku mobilitas setelah mencapai tujuan?
5.6.
1.
Rangkuman
Mobilitas penduduk adalah peristiwa pergerakan atau perpindahan penduduk dari sebuah lokasi ke lokasi yang lain.
2. 3.
Mobilitas dibagi menjadi dua yaitu mobilitas vertical dan mobilitas horizontal. Sumber data mobilitas dari sensus penduduk, registrasi penduduk, dan survey penduduk.
104
5.7.
1. 2.
Tes Formatif
Tuliskan satu kasus yang dimaksud mobilitas vertical dan mobilitas horizontal! Uraikan beberapa kesulitan dalam mendata masyarakat jika dihubungkan dengan masalah mobilitas penduduk!
3.
Menurut anda, langkah apa yang harus ditempuh untuk menanggulangi sulitnya mendata masyarakat dalam hubungannya dengan status migrannya?
5.8.
Tindak Lanjut
Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka sesuaikan dengan kunci jawaban yang ada di bagian terakhir modul 5 ini. PErtanyan yang lebih banyak mengarah pada pendapat, sehingga menuntut jawaban yang jelas dan mudah dimengerti. Hitung jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini. Rumus:
Tingkat Penguasaan: 90% - 100% 80% - 89% 70% - 79% 0% - 69% = = = = Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi ini, khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan dari referensi lain yang berhubungan.
5.9.
1.
Kunci Jawaban
Penduduk yang berpendidikan tinggi memiliki daya saing yang lebih tinggi dengan tingkat adaptasi yan lebih tinggi pula, Sehingga keinginan untuk
105
mendapatkan yang lebih juga semakin tinggi karena memiliki kemampuan. Untuk meraih itu semua, maka mereka melakukan mobilitas, dengan berpindah ke lokasi lain. Hal lain yang bias menjadi penyebab, karena faktor pekerjaan. Yaitu penduduk yang berpendidikan tinggi dengan pekerjaan yang bagus, akan berpeluang untuk selalu dipindah-pindahkan sebagai bagian dari tuntutan karir. 2. Berbagai perilaku yang biasa dilakukan oleh pelaku mobilitas, diantaranya: 1) Di saat baru sampai ke lokasi, biasanya sibuk untuk mengunjungi sanak saudara 2) Mencari informasi yang berhubungan dengan tujuan perjalanannya. 3) Mulai melakukan interaksi social dengan sekitarnya. 4) dll
106
6.2.
Relevansi
Pengetahuan tentang proyeksi penduduk sangat penting karena berhubungan dengan kebijakan-kebijakan yang akan dibuat yang berhubungan dengan penduduk yang ada. Teknik-teknik proyeksi dalam demografi sangat diperlukan mahasiswa, sehingga pemahaman dan pengaplikasiannya dapat diterapkan sebagai mahasiswa statistika.
107
6.4.
Uraian Materi
108
Masehi, umur responden bisa langsung dihitung, sedangkan bagi responden yang tahu tanggal kelahirannya dalam kalender Islam, Jawa, dan Sunda, umur responden dihitung dengan menggunakan tabel konversi kalender yang disediakan dalam buku pedoman pencacahan. Terakhir, untuk responden yang tidak tahu tanggal kelahirannya, tetap diupayakan memperoleh keterangan tentang umur dengan menghubungkan kejadian penting setempat atau nasional, atau membandingkan dengan umur orang / tokoh setempat yang diketahui waktu kelahirannya (BPS, 1998). 2) Perapihan Umur Perapihan umur dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil kesalahan yang ada dalam data tersebut. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka kesalahan-kesalahan itu akan terbawa ke dalam perhitungan proyeksi, sehingga akan mempengaruhi jumlah dan struktur umur penduduk dalam periode proyeksi tersebut. Dalam melakukan perapihan umur kesulitan yang dihadapi adalah tidak diketahui secara pasti letak kesalahan-kesalahan yang ada, sehingga sulit menentukan umur-umur mana saja yang sudah pasti salah dan mana yang benar, sehingga perapihan dilakukan untuk semua kelompok umur (BPS, 1998). BPS mengadakan perapihan data dasar penduduk menurut umur dan jenis kelamin (SUPAS 1995) dilakukan dalam tiga tahapan yang berbeda. Pertama, merapikan data penduduk umur (10-64) tahun. Kedua, merapikan data penduduk umur 65 tahun keatas, ketiga tahap terakhir adalah merapikan data penduduk umur (0-9) tahun. Masing masing tahap perapihan data dasar dilakukan dengan metode yang berbeda. Tahap pertama menggunakan metode dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN, 1956) yang disusun dalam paket computer Micro Computer Programs for Demographics Anlysis (MCPDA). Secara umum formula yang digunakan adalah sebagai berikut :
109
Sebagai contoh :
Tahap kedua adalah perapihan penduduk yang berusia 65 tahun ke atas, menggunakan distribusi umur penduduk 65 tahun ke atas dari suatu Negara yang penduduknya sudah stabil. Kelompok penduduk ini tidak besar pengaruhnya terhadap hasil proyeksi karena jumlahnya relatif kecil dan dalam waktu relatif singkat akan berkurang dan menjadi nol. Tahap terakhir adalah merapikan penduduk yang berumur 0-4 dan 5-9 tahun , jumlah penduduk kelompok ini, terutama yang berumur 0 dan 1 tahun, jauh lebih kecil daripada yang diharapkan yang diduga karena lewat cacah. Untuk merapikan diperlukan data tentang tingkat elahiran total (TFR) masa lampau yang menggambarkan keadaan paling tidak 10 tahun sebelum pencacahan, dan jumlah dan susunan umur wanita usia subur serta tingkat kematian dalam kurun waktu yang sama (BPS, 1998).
6.4.2. Perkiraan Antar Sensus dan Sesudah Sensus 6.4.3. Metode Komponen dalam Pembuatan Proyeksi Penduduk
Metode komponen merupakan metode proyeksi terhadap komponenkomponen demografi misalnya kematian (mortalitas), kelahiran (fertilitas), dan migrasi penduduk. Untuk pembuatan proyesi penduduk dengan metode komponen perlu dipersiapkan data sebagai berikut. 1) Data Dasar Data dasar berupa komposisi penduduk menurut umur. Karena pola kematian menurut umur untuk penduduk laki-laki berbeda dengan penduduk perempuan, maka pembuatan proyeksi penduduk harus dipisahkan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Sebagai contoh akan dibuat proyeksi penduduk perempuan
110
(desa dan kota) untuk Propinsi Jawa Tengah dengan data dasar Sensus Penduduk tahun 1990 seperti terlihat dalam tabel 2.
Tabel 5. Komposisi Penduduk Perempuan (Desa dan Kota) Menurut Kelompok Umur Propinsi Jawa Tengah Tahun 1990 Kelompok Umur (Desa) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 Jumlah 1572492 1721002 1685712 1331491 1243806 1114547 851703 659640 Kelompok Umur (Kota) 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah 683884 691052 583501 504613 381733 230606 165885 165943
2) Tabel Kematian (Life Table) Hingga kini tabel kematian (life tabel) untuk masing-masing propinsi di Indonesia belum ada, maka pembuatan proyeksi penduduk di Indonesia juga untuk masing-masing propinsi digunakan Regional Model Life and Stable Population karangan Ansley J. Coale, dan Paul Demeny (1994). Tabel kematian yang sementara ini cocok digunakan di Indonesia adalah Model West. Selanjutnya dari tabel-tabel ini dipilih tabel kematian yang sesuai dengan wilayah yang akan dibuat proyeksinya. Pemilihan tabel kematian didasarkan kepada level of mortality dan angka harapan hidup waktu lahir. Setelah dipilih tabel kematian yang sesuai, maka kolom yang akan digunakan untuk keperluan pembuatan proyeksi adalah Survival Ratio (SR) dengan simbol .
3) Angka Kelahiran Untuk memproyeksikan penduduk umur (0-4) tahun diperlukan proyeksi angka kelahiran. Sebagai contoh, kita telah mempunyai jumlah penduduk perempuan (0-4) tahun pada tahun 1990 sebagai penduduk dasar proyeksi. Untuk menghitung
111
proyeksi penduduk perempuan (0-4) tahun pada tahun 1995 dibutuhkan angka kelahiran bayi perempuan antara tahun 1990 hingga tahun 1995. Proyeksi angka kelahiran penduduk ditempuh dengan jalan mengalikan tingkat kelahiran menurut kelompok umur dengan proyeksi jumlah penduduk perempuan pada
1990-2005) tetap, maka untuk mendapatkan proyeksi angka kelahiran pada 5 tahun berikutnya didapat dengan mengalikan k. Angka dengan proyeksi dibagi dengan
kelompok umur i. untuk mendapatkan jumlah kelahiran seluruh bayi laki-laki dan perempuan maka dijumlahkan. Karena proyeksi penduduk yang dibuat adalah
proyeksi penduduk perempuan, maka perlu dicari angka kelahiran bagi perempuan dengan menggunakan rasio jenis kelamin kelahiran (sex ratio at birth). 4) Rasio Kelahiran Menurut Jenis Kelamin pada tahun 1990 untuk Propinsi Jawa Tengah rasio kelahiran menurut jenis kelamin (sex ratio at birth) adalah 107, yang berarti tiap kelahiran 100 bayi perempuan terdapat 107 kelahiran bayi laki-laki. Di muka telah disebutkan bahwa kita telah menghitung seluruh kelahiran bayi laki-laki dan perempuan dengan menjumlahkan kelahiran menurut kelompok umur, atau dengan rumus ditulis. Dengan memperlihatkan sex ratio at birth (SBR) sebesar 107 maka kelahiran bayi perempuan dapat ditulis dengan rumus.
112
5) Estimasi Migrasi Penduduk BPS (1998) berdasarkan data SUPAS 1995 mengikutsertakan komponen migrasi penduduk dalam perhitungan proyeksi penduduk. Untuk keperluan proyeksi ini data migran yang dipakai adalah migran risen yaitu migran yang dihitung berdasarkan tempat tinggal 5 tahun yang lalu dibandingkan dengan tempat tinggal sekarang. Unit migrasi yang dipakai adalah pindah antarpropinsi, sehingga pindah antarkabupaten/ kotamadya tetapi masih dalam satu propinsi dikategorikan bukan migran. Bagi Indonesia secara keseluruhan angka migrasi internasional dapat diabaikan (diasumsikan 0). Estimasi migran risen masuk, keluar, dan migran neto, dikelompok-kelompokkan menurut umur dengan jenjang 5 tahun. Dengan menerapkan metode Life Table Survival Ratio dari buku NM:M f M s I nal Migration Normal VI, dihitung
besarnya migran perkelompok umur. Karena sulit untuk menentukan pola migrasi di masa datang, dan keadaan migrasi pada masa-masa yang akan datang tidak dapat diperkirakan, maka untuk keperluan proyeksi diasumsikan bahwa pola atau angka migran per tahun yang terjadi pada periode 1990-1995 akan sama dengan pola atau migrasi untuk periode 1995-2005. Menurut BPS (1998) mungkin keadaan ini kurang tepat, tetapi karena belum ada metode estimasi migrasi di masa yang akan datang maka estimasi ini dapat dipergunakan. Setelah dilakukan perhitungan ternyata pengaruh migrasi terhadap penduduk di setiap propinsi sangat kecil. Hal ini terjadi karena jumlah atau angka migrasi masih relatif kecil, sedangkan jumlah penduduk di setiap propinsi sudah relatif besar.
113
penduduk perempuan kelompo umur (0-4) tahun sebesar 1.572.492 orang dikalikan dengan Survival Ratio yang besarnya 0,97441 menghasilkan penduduk kelompok umur (5-9) tahun 1995 yang besarnya 1.532.252 (Tabel 4.2). Perlu dijelaskan bahwa proyeksi penduduk perempuan kelompok umur (0-4) tahun pada tahun 1995 belum dapat dikerjakan karena harus dihitung lebih dahulu jumlah kelahiran bayi perempuan tahun 1990/1995. Sebenarnya ada baiknya terlebih dahulu membuat proyeksi penduduk perempuan menurut kelompok umur karena akan didapat proyeksi penduduk perempuan perempuan usia reproduksi. Data ini akan dipergunakan untuk mencari proyeksi angka kelahiran. Dalam kasus ini diasumsikan bahwa tidak ada migrasi masuk dan migrasi keluar dan kalau ada, jumlahnya hanya sedikit dan secara statistic tidak penting (signifinance), tingkat kelahiran dan tingkat kematian turun dengan moderat setelah tahun 1990.
Tabel 6. Proyeksi Penduduk Perempuan Jawa Tengah 1990-2005 Menurut Umur, Desa+kota Umur 0 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Pdd prp SP 1990 1670741 1572492 1721002 1685712 1131491 1243806 1114547 851703 659640 683884 691052 583501 504613 381733 230606 165885 165945 SR 90/95 Level 17 0,91708 0,97441 0,99024 0,98950 0,98553 0,98223 0,97953 0.97633 0,97210 0,96600 0,95502 0,93775 0,90968 0,86524 0,79681 0,69691 0,44309 Pdd prp 1995 1900928 1532203 1532252 1704205 1668012 1312224 1221704 1091732 831543 676232 660632 659969 547178 45036 330291 183749 18915 SR 95/00 Level 18 0,93240 0,98003 0,99213 0,99143 0,98803 0,98518 0,98281 0,97990 0,97592 0,96981 0,95928 0,94289 0,91624 0,87338 0,80629 0,70747 0,45358 Pdd prp 2000 2102565 1768319 1501605 1520193 1689600 1648046 1292777 1200703 1069788 811519 655817 633731 622278 501346 400913 266310 215785 SR 00/05 Level 19 0,94282 0,98514 0,99389 0,99323 0,99036 0,98794 0,98590 0,98328 0,97951 0,97352 0,96347 0,94796 0,92276 0,88152 0,81584 0,71816 0,46443 Pdd prp 2005 1982340 1742042 1492430 1509901 1673312 1628171 1274549 1176100 104868 790030 631860 600752 574213 441947 327081 291470
114
2) Langkah Kedua Untuk mendapatkan angka jumlah kelahiran pada masa-masa mendatang, maka angka yang sudah dipersiapkan dikalikan dengan proyeksi jumlah
penduduk perempuan menurut kelompok umur pada usia reproduksi. Digunakannya angka yang sama untuk seluruh proyeksi penduduk dengan asumsi bahwa
sifat kelahiran dan kematian stabil pada periode waktu-waktu tertentu (dalam kasus Propinsi Jawa Tengah periode 1990-2005). Perhitungan proyeksi kelahiran pada periode proyeksi dapat dilihat dalam Tabel 6.3
Tabel 7. Proyeksi Jumlah Kelahiran di Propinsi Jawa Tengah pada Tahun 1990 dan 1995 Kelompok Umur (th) (1) 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 (2) 73 176 153 111 65 25 6 Pdd prp i 1990 (3) 1331491 1243806 1114547 851703 659640 683884 691052 Kelahiran i 1990 (4)=(2x3)/1000 97199 218910 170526 94539 45217 17097 4146 647634(B1990) Pdd prp i 1995 (5) 1668012 1312224 1221704 1091732 831543 676232 660632 Kelahiran i 1995 (6)=(2x5)/1000 121765 230951 186921 121182 54050 16906 3964 735739(B1995)
3) Langkah Ketiga Dalam Tabel 6.3 telah dihitung jumlah kelahiran total tahun 1990 sebesar 647634 kelahiran dan pada tahun 1995 diproyeksikan sebesar 735739 kelahiran. Pada periose tahun 1990-1995 jumlah kelahiran total (L+P) sebesar :
4) Langkah Keempat Setelah memproyeksikan jumlah kelahiran total (lk+pr), pada periode 19901995 perlu dihitung jumlah kelahiran bayi perempuan saja. Untuk ini perlu
115
diperhatikan rasio jenis kelamin kelahiran, yang besarnya 107. Jadi jumlah kelahiran bayi perempuan pada periode 1990-1995 sebesar :
Letakkan angka ini pada kolom 2 (tabel 5) pada kelahiran (umur 0 tahun). Kerjakan hal yang sama untuk kelahiran bayi perempuan periode 1995-2000 dan 2000-2005 tahun. 5) Langkah Kelima Angka kelahiran pada kolom 2 (tabel 5) lalu dikalikan dengan Survival Ratio di kolom 3 yang besarnya 0,91708 (lihat tabel 3) didapatkan proyeksi penduduk perempuan umur 0-4 tahun sebesar 1.532.203 orang tahun 1995 6) Langkah Keenam Proyeksi penduduk pada kelompok terakhir (75+) digunakan rumus :
berlangsungmeskipun angkanya berebeda dan dalam menyusun proyek biasanya sudah diasumsika bahwa angka kematian akan tetap menurun. Proyeksi yang sebenarnya menyangkut penggunaan factor orang-orang yang masih hidup,dan apbila mortalitas diasumsikan tetap konstan maka factor proyeksi tersebut dihiutng dari suatu life table.Model life table yang dipersiapkan oleh PBB dapat digunakan untuk proyeksi ini.
116
2) Landasan Fertilitas Untuk Proyeksi Dalam menghitung proyeksi penduduk biasanya digunakan angka fertilitas khusus menurut umur. Angka fertlitas tersebut diasumsikan senantiasa tetap konstan untuk masa akan datang atau mengikuti suatu kecendrungan tertentu.Unutk setiap kelompok umur lima tahun, perkiraan jumlah penduduk dikalikan dengan angka kelahiran khusus menurut umru yang diasumsikan,dan kemudian dijumlahkan untuk semua umur agar dapat diproleh jumlah seluruh kelahiran. Untuk menyusun proyeksi selanjutnya disarankan agar jumlah kelhiran dibagimenjadi kelompok pria dan wanita dengan mengasumsikan nilai terbaik nilai untuk rasio jenis kelamin pada saat kelahiran. Di samping itu dapat pula diterapkan prosedur yang sama untuk menghitnung jumlah kelahiran apabila dpergunakan fertilitas yang lebih kasar,yakni angka fertilitas umum atau angka kelhairan kasar. Di pihak lain apabila tersedia data penduduk menurut klasifikasi umur,jenis kelmain status perkawinan dan lamanya masa perkawinan, dan kemudian dikehendaki untuk menggunakan fertilitas dalam perkawinan yang sah dan tidak sah dan yang terkhir ini dispesifikasikan menurut umum dan lamanya masa perkawinan,maka system pendekatan umum dapat dimodifikasi untuk memproleh nilai jumlah kelhiran. Perkiraan mengenai kecendrungan fertilitas pada masa akan datang pada hakekanya jauh lebih sulit dibandingkan dengan angka mortalitas.Kita dapat mengasumsikan adanya penurunan angka mortalitas,namununtuk tingkat fertilitas terganutng dari kebiasaan social dan sukap masyarakat,factor tersbut secara kompratif dapat berubah cepat.Apabila sampai sebegitu jauhdapat disusun perkiraan yang wajar meliputi jangka waktu yang singkat dengan menggunakan
analisakecendrungan masa lampau,kadang-kadang timbul kekeliruan yang cukup besar bagi perkiraan fertilitas mencakup masa akan datang cukuo lama.Kekliruan perkiraan fertilitas akan banyak membawa pengaruh terhadap perkiraan pertumbuhan penduduk maupun komposisi penduduk dibandingkan denga kekeliruan yang terjadi dalam perkiraan mortalitas.
117
3) Landasan Migrasi Untuk Proyeksi Bagi banyak Negara migrasi neto tidak dianggap begitu penting, dan kadangkiadang malah tidak diperhitungkan di dalam penyusunan proyeksi
penduduk.Terlepas dari anggapan tersebut sesungguhnya, masalah migarsi neto perlu juga diperhitungkan.Terlepas dari pengaruhnya terhadap jumlah seluruh
penduduk,pada haekatnya migrasi mempengaruhi juga distribusi umur-jenis kelamin karena struktur umur,jenis kelamin para migrant biasanya berbeda. Di samping itu para migrant mempunyai karakteristik mortalitas dan fertilitas yang berbeda pula, yang pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah penduduk.
6.5.
1. 2. 3.
Latihan
Jelaskan pengertian proyeksi penduduk? Sebutkan 3 landasan proyeksi dalam demografi, jelaskan perbedaannya! Adakah metode terbaik yang harus digunakan dalam kepentingan proyeksi demografi?
6.6.
Rangkuman
1. Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk untuk masa mendatang, tetapi suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. 2. Data dasar yang diperlukan untuk pembuatan proyeksi penduduk adalah sebagai berikut : a) Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin sebagai data dasar pembuatan proyeksi penduduk. b) Besar dan perkembangan angka kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. c) Tabel kematian yang sesuai dengan perkembangan komponen demografi
118
3. Adapun landasan landasan yang dipakai dalam proyeksi penduduk yaitu : mortalitas, fertilitas, dan migrasi
6.7.
1. 2.
Tes Formatif
Apa perbedaan proyeksi penduduk dengan proyeksi penjualan? Sebutkan metode-metode analisis statistic yang dapat digunakan dalam kepentingan proyeksi demografi?
3.
6.8.
Tindak Lanjut
Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka sesuaikan dengan kunci jawaban yang ada di bagian terakhir modul 5 ini. Pertanyan yang lebih banyak mengarah pada pendapat, sehingga menuntut jawaban yang jelas dan mudah dimengerti. Hitung jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini. Rumus:
Tingkat Penguasaan: 90% - 100% 80% - 89% 70% - 79% 0% - 69% = = = = Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi ini, khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan dari referensi lain yang berhubungan.
6.9.
Kunci Jawaban
119
1.
Proyeksi penduduk adalah perhitungan ilmiah yang didasarkan asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Ketiga komponen inilah yang menentukan besarnya jumlah penduduk dan struktur penduduk di masa yang akan datang.
2. 3.
Landasan mortalitas, landasan fertilitas, dan landasan migrasi. Pemilihan metode analisis dalam proyeksi tergantung kepentingan dan landasan yang digunakan.
120
7.2.
Relevansi
Materi sample survey demografi sangat penting bagi mahasiswa dalam proses pengambilan data demografi yang selanjutnya sampai pada tahap pengambilan keputusan dan analisis kondisi demografi. Kemampuan mahasiswa dalam materi lainnya, misalnya kemampuan dalam metode statistika, pemodelan statistika dengan beberapa analisis statistika akan sangat membantu dalam tahap analisis data demografi.
121
7.3.
Mahasiswa membuat laporan tentang Survai Demografi dengan tahapan-tahapan dan ukuran yang telah dipelajari..
7.4.
Uraian Materi
7.4.1. Pengertian
Sampel survey demografi adalah sampel yang terpilih dalam survey demografi yang dilakukan dan berhubungan dengan masalah fertilitas, mortalitas, dan mobilitas penduduk. Pemilihan sampel berdasarkan dengan tujuan survey, dan biasanya adalah yang terpilih adalah rumah tangga yang diwawancarai sesuai dengan tujuan survey. Pelaksanaan survey demografi karena beberapa informasi yang lebih mendetail lagi tentang ukuran-ukuran dan masalah demografi belum diperoleh melalui kegiatan sensus yang dilaksanakan pemerintah. Sehingga, kegiatan survey demografi dilakukan dengan tujuan melengkapi informasi dari sensusu penduduk.
122
c. Aspirasi awal pasangan suami isteri dalam menentukan jumlah anak yang diinginkan d. Praktek beberapa metode keluarga berencana e. Pendapat tentang keluarga yang ideal 2) Desain kuesioner Desain kuesioner sangat penting, karena berhubungan dengan masalah biaya, waktu, kesesuaian dengan tujuan survey, dan hasil akhir. Penyajian bentuk kuesioner yang kurang tepat dengan survey, dapat memakan waktu yang lama, biaya yang tinggi, kekaburan tujuan survey, dan perhitungan menjadi tidak tepat. Kuesioner yang baik, harus memuat berbagai pertanyaan yang ringkas dan mudah dipahami responden. Isi pertanyaan sesuai dengan tujuan survey, sehingga dalam perhitungan atau analisis data juga tepat dalam menemukan sebuah hasil akhir. Pertanyaan memuat pengertian jelas, mengandung pengertian yang sama baik untuk peneliti maupun responden sendiri, mencerminkan satu dimensi, secara absolute harus mengandung relevansi dengan permasalahan yang sedang diteliti, dan tidak diwarnai oleh sugesti yaitu bukan merupakan pertanyaan yang sifatnya menjurus ke arah sesuatu maksud tertentu (not a leading question), dan harus pula secara langsung dapat diterapkan kepada responden. Pertanyaan dapat diperoleh melalui dua cara yaitu pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan tertutup biasanya memerlukan jawaban yang sudah ditentukan dalam pertanyaan kuesioner, dimana jawabannya meliputi sejumlah jawaban yang secara timbal balik bersifat eksklusif, dan tuntas yang dapat bebas dipilih responden. Pertanyaan terbuka mendorong responden untuk bercerita, sehingga banyak informasi dan data yang dapat diperoleh dari wawancara tersebut. Jawaban pertanyaan terbuka sulit diramalkan ruang lingkupnya, karena responden bebas untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga pewawancara harus bekerja lebih lama dan diperlukan kecakapan yang lebih mantap, bahkan biasanya jawaban responden
123
meragukan dan tidak mempunyai idea tau pendapat. Akibatnya, dalam sebuah kuesioner, terkadang digabungkan antara pertanyaan tertutup dan terbuka. 3) Desain sampel Desain sampel adalah proses dalam menentukan atau mengambil keputusan akan sampel yang diambil dalam survey. Keputusan ini harus berdasarkan beberapa factor tertentu, diantaranya besarnya populasi, bentuk sampling, jumlah
pengelompokkan, karateristik yang akan diperkirakan. Beberapa desain alternative sudah tersedia, tetapi para peneliti harus memilih desain yang paling tepat dengan survey. Tujuan utama penyusunan desain sampel adalah untuk menghasilkan data statistic yang seakurat mungkin dalam waktu, biaya, dan hasil. Setelah jelas desain sampel yang dgunakan, biasanya langkah selanjutnya harus menentukan besar sampel yang akan diambil. Beberapa desain sampel dapat dilihat kembali dalam mata kuliah teknik sampling. 4) Organisasi tugas lapangan Survey memerlukan tim atau tenaga kerja. Pertama, adalah merekrut pewawancara, kemudian melatihnya. Selain pewawancara juga diperlukan pengawas lapangan atau supervisor. Diperlukan pembagian tugas yang jelas, dan dalam bekerja awal diperlukan biaya yang harus diberikan kepada semua anggota tim. Dalam proses kerjanya, perlu pantaua dan monitoring pekerjaan survey, untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan data di lapangan, mengingat terbatasnya waktu dan kesalahan responden akan mempengaruhi hasil penelitian. Namun, sebuah survey terkadang harus diulangi karena beberapa alas an, misalnya ada informasi baru yang dibutuhkan, atau kesalahan data yang besar.
124
7.5.
Latihan
Buatlah sebuah illustrasi penelitian atau survey demografi, uraikan tahap persiapan, tahap pengambilan data, dan tahap analisis data.
125
7.6.
1.
Rangkuman
Survey demografi adalah kegiatan survey yang berhubungan dengan masalah kependudukan atau demografi, yang biasanya meliputi mortalitas, fertilitas, dan mortalitas.
2.
Survey demografi dilakukan untuk melengkapi informasi data kependudukan yang diperoleh melalui sensus penduduk.
3.
Tahapan survey demografi dibagi dalam 4 tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pengambilan data, tahap analisis data, dan tahap pembuatan laporan.
7.7.
Tes Formatif
Tidak ada tes formatif, semua mahasiswa akan mendapatkan tugas pembuatan laporan survey demografi yang menjadi tugas besar. Isi laporan harus lengkap, dengan data demografi yang diambil merupakan data sekunder tetapi tahapantahapan survey harus terurai dan jelas. Semua metode dan langkah yang dibuat harus jelas dan disebutkan alasan penggunaannya.
7.8.
Tindak Lanjut
Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka tentukan tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini. Tingkat penguasaan hanya diukur dari kemampuan membuat laporan dari data, baik dari illustrasi survey demografi pada latihan soal, dan tugas pada tes formatif. Jika semua tahapan dapat dilakukan dengan baik berarti penguasaan anda sudah sangat baik. Sebaliknya, jika ada satu tahap yang tidak selesai berarti harus membaca kembali materi modul ini maupun referensi lain.
7.9.
Daftar Pustaka
Caswell, Hal. 2005. Applied Mathematical Demography. New York : John Wiley & Sons. Inc.
126
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyarkarta : Pustaka Pelajar. Pollard, A.H. 1984. Demographic Techniques. Australian : Pergamon Press Pty Ltd.
127