Tahun Baru Korea (Korea: Seollal (설날) atau Gujeong (舊正) adalah hari raya rakyat Korea yang terbesar dan terpenting.[1] Seollal dirayakan secara meriah sehingga hari libur berlangsung selama 3 hari karena dianggap lebih penting daripada hari tahun baru kalender Gregorian.[2] Walaupun tidak terlalu populer, istilah Seollal juga berarti Yang-nyeok Seollal (양력설날, tahun baru kalender Gregorian) atau Shinjeong (신정).

Seollal
Perayaan Seollal tahun 2013
Nama lainTahun Baru Korea
Dirayakan olehwarga Korea di seluruh dunia
MaknaHari pertama dari kalender Korea (kalender lunisolar)
TanggalBiasanya bulan baru kedua setelah titik balik matahari musim dingin
Tahun 202321 Januari
Tahun 202410 Februaridate missing (please add)
FrekuensiTahunan
Terkait denganTahun Baru Imlek

Seollal jatuh pada tanggal yang sama dengan Tahun Baru Imlek, kecuali ketika bulan baru muncul antara jam 15:00 UTC (tengah malam waktu Korea) dan 16:00 UTC (tengah malam waktu Tiongkok). Dalam kasus ini (rata-rata terjadi 24 tahun sekali), bulan baru akan muncul "keesokan harinya" di Korea dibanding di Tiongkok, dan Seollal akan dirayakan sehari setelah Imlek di Tiongkok.

Tradisi keluarga

sunting

Sebelum tahun baru

sunting

Hari terakhir bulan 12 Kalender Korea dinamakan seotdal geumeum dan malam sebelum tahun baru dinamakan jeya atau jeseok. Karena merupakan hari yang terakhir, sebisa mungkin orang-orang akan melunasi semua utang dan pembayaran serta berhenti menagih utang sampai tanggal 15.[1] Pada jeseok, rumah tangga sibuk mempersiapkan tahun baru sampai tengah malam dan saling memberi hadiah akhir tahun berupa makanan dan minuman yang enak-enak kepada kerabat. Tradisi ini dinamakan sechan atau hadiah makanan.

Pada hari pertama

sunting

Pada pagi hari tahun baru, seluruh anggota keluarga, orang tua, pemuda-pemudi, pria dan wanita setelah mandi di pagi hari, mengenakan baju baru untuk menyambut tahun baru. Tradisi ini dinamakan seolbim.[1] Setelah itu mereka akan melaksanakan ritual jesa jeongjo charye, yakni memberi salam kepada leluhur. Jeongjo charye merupakan jesa yang khusus untuk hari raya Seollal. Di pagi tahun baru Seollal, setiap rumah menyajikan sesajen berupa makanan dan arak di depan altar yang menyimpan papan nama leluhur mereka.[1] Setelah itu mereka bersujud untuk memberi hormat.[1]

Setelah itu mereka mengunjungi dan memberi salam tahun baru (sebae) kepada kakek-nenek, orang tua, saudara yang lebih tua dan tetangga. Anak-anak mengucapkan salam tahun baru sambil membungkukkan badan "saehae bok manhi badeuseyo" (새해 복 많이 받으세요) yang artinya semoga mendapat banyak keberuntungan tahun baru.[3] Orang tua menerima kunjungan dan salam dari anak-cucu serta saudara-saudara yang lebih muda. Sementara itu, setelah memberi salam tahun baru kepada orang tua dan kakek-nenek, para pemuda baru boleh bertemu dan berkumpul.

Sudah menjadi tradisi pada tahun baru, para tamu dihibur dan disajikan makanan. Untuk orang dewasa biasa disajikan minuman keras, dan anak-anak diberi orang tuanya angpao (sebaetdon), kue dan buah-buahan. Orang yang sedang dalam masa berkabung selama satu atau dua tahun tidak melakukan kunjungan pada saat tahun baru, melainkan hanya menerima kunjungan saja.

Pada saat tahun baru, orang-orang berbicara dan mengungkapkan harapan dan hal-hal yang baik-baik, seperti mengharapkan kesehatan dan cita-cita.[1] Ini dinamakan deokdam atau ungkapan harapan yang baik.

Permainan tradisional

sunting

Banyak orang bermain permainan tradisional seperti Yut, permainan kartu Go-Stop, gasing, layangan dan jaegi chagi. Perempuan bermain neolttwigi.

Hidangan dan minuman tahun baru

sunting
 
Tteokguk, masakan istimewa Seollal.

Hidangan dan minuman tahun baru Seollal dinamakan seol-eumsik dan seol-sul. Seol-eumsik adalah istilah untuk semua jenis makanan yang disajikan pada hari itu. Masakan yang harus ada adalah sup kue beras atau tteokguk. Minuman keras yang dingin disajikan pada hari pertama bermakna keluarga akan menyambut datangnya musim semi.

Tteokguk dibuat dengan cara menumbuk adonan tepung beras yang sudah direbus dengan palu besar. Kemudian dibentuk menjadi gulungan yang dipotong bulat panjang yang akan direbus dalam kaldu daging, disajikan dengan daging sapi dan daging burung pegar. Sup ini juga disajikan sebagai sesajen jeongjo charye. Anak laki-laki ditanya umurnya dengan pertanyaan ”Sudah berapa mangkuk tteokguk yang sudah kamu makan?”, yang bermakna sudah berapa kali ia merayakan tahun baru.

Pada hari tersebut banyak warga yang berwisata ke berbagai tempat di seluruh negeri, yang paling banyak dikunjungi antara lain pesisir timur provinsi Gangwon untuk menyaksikan terbitnya matahari pertama pada tahun baru.[3]

Tradisi seollal pada era Dinasti Joseon

sunting
  • Jojeong harye adalah tradisi mengucapkan salam tahun baru di istana pada masa Dinasti Joseon. Pada hari pertama tahun baru, setelah melakukan jeongjo charye kepada leluhurnya, perdana menteri memimpin semua pejabat kerajaan, gubernur provinsi, pemimpin militer, letnan jenderal, laksamana, jenderal dari seluruh negeri menuju istana.[1] Ia lalu menyampaikan salam dan hormatnya kepada raja di aula tahta diikuti para pejabat dengan membacakan tulisan khusus yang berisi harapan-harapan yang baik (jeonmun).[1] Setelah mengucapkan salam tahun baru, mereka dihibur dalam pesta tahun baru yang dinamakan banbyeol.[1] Setelah Republik Korea berdiri, tradisi memberikan salam tahun baru di kalangan pemerintahan masih berlanjut sampai kini, namun bedanya pada masa sekarang diselenggarakan di istana kepresidenan.[1]
  • Munanbi atau "pembantu yang menyampaikan salam" adalah seseorang yang ditugaskan untuk menyampaikan salam tahun baru. Pada masa Dinasti Joseon pada hari tahun baru, wanita bangsawan tidak diperbolehkan keluar rumah untuk berkunjung atau menyampaikan salam tahun baru kepada orang lain.[1] Sebagai gantinya, mereka menyuruh pembantu untuk menyampaikan salam tahun baru.[1] Pembantu ini disebut juga munanbi.[1] Dalam kunjungannya, munanbi dihidangkan dengan sajian makanan dan diberi sejumlah uang tahun baru (sebaetdon).[1] Setelah itu, tuan rumah juga akan mengirimkan munanbinya sebagai balasan.[1]
  • Seham adalah tradisi memberikan kartu tahun baru. Tradisinya, pada saat tahun baru para pegawai dan pejabat militer mengunjungi kantor di daerahnya dan membagi-bagikan kartu nama dan danja (catatan berisi daftar hadiah).[1] Di dalam gerbang kantor-kantor itu, disediakan meja-meja untuk menerima kartu nama dan catatan itu.[1] Tradisi ini masih dipraktikkan di Korea Utara dalam lingkungan militernya.[1]
  • Cheongcham adalah tradisi Seollal yang bermakna "mendengarkan dan meramalkan".[1] Pada hari pertama tahun baru, seseorang bangun pagi-pagi dan pergi berjalan-jalan tanpa arah dan tujuan dengan harapan ingin mendengar suara apa yang pertama kali yang akan masuk ke telinganya. Suara yang ia dengarkan tersebut dianggap sebagai ramalan mengenai keberuntungannya pada tahun itu.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s (Inggris) Choe, Sang-su (1983). Annual Customs of Korea. Seomundang Publishing Company, Seoul, Republic of Korea. hlm. 19–25, 158–159. 
  2. ^ Nguyen, Anna (2007-02-12). "Korean New Year". The Arkansas Traveler. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-02-27. Diakses tanggal 2008-03-06. 
  3. ^ a b Chan, L. P. (2008-01-03). "Diverse New Year's Celebrations Around the World". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-07. Diakses tanggal 2008-03-06. 

Pranala luar

sunting