Liu Bocheng
Liu Bocheng (Hanzi sederhana: 刘伯承; Hanzi tradisional: 劉伯承; Pinyin: Liú Bóchéng; Wade–Giles: Liu Po-ch'eng; 4 Desember, 1892 – 7 Oktober, 1986) adalah anggota Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan panglima militer berpangkat "Yuan shuai" (jenderal bintang lima) di Tentara Pembebasan Rakyat.
Liu Bocheng | |
---|---|
刘伯承 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 4 Desember 1892 Kaixian, Sichuan, Dinasti Qing |
Meninggal | 7 Oktober 1986 (umur 93) Beijing, Republik Rakyat Tiongkok |
Penghargaan sipil | Medali Ba Yi (Kelas Utama) Medali Kemerdekaan dan Kebebasan (Kelas Utama) Medali Pembebasan (Kelas Utama) |
Julukan | Mars Tiongkok, Naga Bermata Satu |
Karier militer | |
Pihak | Republik Rakyat Tiongkok |
Dinas/cabang | Tentara Pembebasan Rakyat |
Masa dinas | 1912 – 7 Oktober, 1986 |
Pangkat | Marsekal Republik Rakyat Tiongkok |
Komando | Komandan Divisi, Angkatan Darat Rute Kedelapan, Panglima Angkatan Bersenjata Tiongkok |
Pertempuran/perang | Ekspedisi ke Utara, Mars Panjang, Serangan Seratus Resimen, Perang Saudara Tiongkok |
Sunting kotak info • L • B |
Liu dikenal sebagai 'setengah' dari "Tiga Setengah", seorang Ahli Strategi Tiongkok dalam sejarah Tiongkok modern. Tiga lainnya adalah Lin Biao dan Su Yu komandan-komandan PKT dan Bai Chongxi komandan Kuomintang. Secara resmi, Liu diakui sebagai seorang revolusioner, ahli strategi militer, ahli teori, dan salah satu pendiri Tentara Pembebasan Rakyat. Nama julukan Liu adalah Mars Tiongkok dan Naga Bermata Satu, mencerminkan karakter dan prestasi militernya.
Anekdot yang keliru
suntingHubungan Liu dengan Deng Xiaoping terlalu dibesar-besarkan oleh masyarakat umum Tiongkok sebagai cara untuk memprotes Revolusi Kebudayaan, yang merupakan produk politik Mao Zedong. Pada tahun 1972, tidak lama setelah kematian Chen Yi, Liu mengatakan kepada keluarganya bahwa jika nanti ia meninggal, maka pemakaman dan pidato kematiannya harus dilakukan oleh Deng yang saat itu masih sebagai tahanan rumah, Liu sengaja berkata demikian sebagai bentuk dukungannya terhadap Deng.
Akan tetapi, masyarakat umum Tiongkok dengan serius mengubah perkataannya tersebut menjadi sesuatu yang tidak proporsional sebagai cara untuk memprotes Revolusi Kebudayaan yang membawa malapetaka itu dengan mengatakan bahwa setelah Hua Guofeng ditunjuk oleh Mao sebagai penggantinya, Liu telah mengajukan permintaan percakapan tatap muka dengan Hua Guofeng, agar pemakaman dan pidatonya dilakukan oleh Deng, jika tidak maka putranya diminta untuk membuang mayatnya di ladang supaya dimakan oleh anjing-anjing liar.
Faktanya, tidak ada catatan resmi bahwa Liu telah membuat permintaan keterlaluan seperti itu, atau percakapan tatap muka dengan Hua, atau permintaan resmi kepada rezim Tiongkok untuk mengadakan pemakaman dan pidato kematian yang harus dilakukan oleh Deng. Namun, hal itu jelas merupakan keinginan pribadinya yang diungkapkan oleh pihak keluarganya.
Keinginan pribadi Liu itu akhirnya menjadi kenyataan setelah kematiannya ketika keluarganya memberi tahu rezim Tiongkok tentang keinginannya, dan pada saat itu, Deng sudah bukan tahanan rumah lagi tetapi telah menjadi seorang pemimpin tertinggi di Tiongkok dan tentu saja tidak ada yang bisa menghentikannya untuk menghormati keinginan pribadi Liu tersebut.[1]
Referensi
suntingKutipan
sunting- ^ In Memory of Liu Bocheng, October 21, 1986 Selected Works of Deng Xiaoping, Volume III (1982-1992), first published in People's Daily
Sumber
sunting- Barron, James. "Liu Bocheng, Military Leader in Two Chinese Revolutions". New York Times. October 10, 1986. Retrieved August 31, 2014.
- Lew, Christopher R. The Third Chinese Revolutionary War, 1945-1949: An Analysis of Communist Strategy and Leadership. The USA and Canada: Routelage. 2009. ISBN 0-415-77730-5. p. 12.
- Long March Leaders