Salah satu tujuan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan adalah agar orang-orang yang melaksanakan ib... more Salah satu tujuan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan adalah agar orang-orang yang melaksanakan ibadah puasa tersebut dapat menjadi orang-orang yang bertaqwa (surah al-Baqarah ayat 183), yaitu orang yang menjalankan segala perintah Allah dan sekaligus menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Dalam realitas sosial umat Islam, pemaknaan taqwa sebagai sebuah kepatuhan kepada Allah baik dalam konteks menjalankan perintah atau meningalkan larangan-Nya terlanjur jamak difahami sebagai kepatuhan yang bersifat vertikal dalam konteks ibadah mahdhah, yaitu ibadah yang perintahnya langsung dideklarasikan oleh Allah melalui ayat-ayat al-Quran maupun oleh rasul-Nya Muhammad saw melalui hadis-hadisnya yang mulia. Oleh karena itu ketika perkataan taqwa disebutkan maka secara otomatis tergambar sebuah nilai "keshalehan" yang dalam kehidupan masyarakat biasa ditampilkan dalam aktivitas seseorang yang rajin beribadah, seperti menegakkan shalat, berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat, serta, menyempurnakan keislamannya dengan, melaksanakan ibadah haji, dan sekaligus menjauhi sesuatu yang dilarang yang biasa disebut "maksiat", sebuah perbuatan tercela sekaligus berdosa, yang dimensinya lebih pada upaya menghindarkan ketercelaan personal dalam kehidupan sosial, seperti menghindarkan diri dari tindakan-tindakan asusila, miras, judi dan narkoba yang secara umum dibenci oleh masyarakat, khususnya di negara-negara yang masih mengedepankan nilai-nilai sosial moral keagamaan, seperti Indonesia. Pemaknaan taqwa seperti ini kelihatan jelas sebagai sebuah pemaknaan yang berdimensi sangat personal yang berujung pada penyempitan makna taqwa sehingga tidak begitu banyak menyentuh realitas interkasi sosial struktural, terlebih lagi jika ukuran ketaqwaan dikaitkan dengan tatanan dan komitmen hubungan struktur sosial bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, dalam maknanya yang lebih luas bertaqwa dapat diartikan sebagai sebuah kesadaran penuh untuk mengikat diri dalam berkomitmen atau memegang teguh perjanjian baik dalam konteks perjanjian yang bersifat ilahiyah (ketuhanan) maupun perjanjian yang bersifat insaniyah (kemanusiaan). Perjanjian atau komitmen yang bersifat ilahiyah ini sesungguhnya telah diminta oleh Allah jauh sejak masa manusia berada di alam ruh (biasa disebut alam azaly) ketika Allah meminta komitmen manusia terhadap kekuasaan-Nya sebagai Tuhan, dan mereka secara bulat memberikan komitmen (beranji) tidak hanya mengakui eksistensi-Nya tetapi juga menyatakan ketundukan dan kepatuhan secara total terhadap segala akibat dari komitmen (perjanjian) ber-Tuhan kepada-Nya, Allah SWT. (al-'A'raf ayat 172). Bagi mereka yang beriman dalam realitas kekinian dan punya kesadaran penuh bahwa mereka terikat dengan ikatan janji suci ketuhanan maka sudah dapat dipastikan mereka akan merasa senang untuk beribadah, dalam hal ini menghambakan diri, kepada Allah SWT, termasuk merasa senang melaksanakan ibidah puasa dan amalan-amalan sunnah lainnya di bulan Ramadhan ini. Kesadaran berkomitmen memenuhi akibat pengakuan (janji) kepada Tuhan sesungguhnya menjadi sesuatu yang natural (alamiah) dalam setiap diri manusia karena disamping Tuhan sendiri yang meminta komitmen tersebut, Tuhan juga menjanjikan kebahagiaan kepada mereka yang menundukkan diri dengan segala kepatuhan untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Demikian pula halnya dalam realitas sosio kultural, manusia hampir setiap harinya selalu membuat dan mengikatkan diri dengan berbagai janji, sesuai dengan ungkapan di dalam Mazhab Islam Transitif bahwa manusia adalah makhluk yang suka berbuat janji walaupun terkadang
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang nilai, yang bisa juga disebut sebagai t... more Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang nilai, yang bisa juga disebut sebagai teori nilai (the theory of value), sebagaimana dikatakan oleh Suriasumantri, sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu yang terukur akan kebermanfaatannya. Ketika berbicara tentang Islam sebagai sebuah agama yang secara ontologis sebagai sebuah konsep ajaran tentang hukum dasar kehidupan dalam dua dimensi besar yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat, dan secara epistemologis merujuk pada Alquran dan Hadis sebagai sumber utama, yang di dalam ilmu Ushul al-Fiqh disebut dengan mashadir al-ahkam. Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana aktivasi Islam dari perspektif aksiologis dalam memainkan dinamika dan dialektika kehidupan ini. Jawabannya tentu sangat beragam. Namun, salah satu realitas aksiologisnya terindikasi bahwa aktivasi Islam hingga saat ini masih lebih banyak pada lingkaran personal dan sekaligus internal. Salah satu sebabnya adalah bahwa selama ini pemaknaan Islam secara etimologis (kebahasaan) sering merujuk bentuk katanya yang bersifat lazim (intransitive) seperti kata kerja salima, salama, dan paling tinggi berhenti pada kata aslama yang artinya adalah selamat, sejahtera, damai, dan berserah diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang banyak dipahami oleh para ulama dan cendekiawan Islam, termasuk di Indonesia, misalnya Nurcholis Madjid yang menyatakan bahwa makna hakikat Islam adalah berserah diri secara total kepada kehendak Allah SWT. Jika kalimat ini difahami secara parsial maka pemaknaan ini bisa menjurus kepada pemikiran jabariah, yaitu model berfikir yang mengungkung diri, dan terkadang dengan mudah menyerahkan, biasanya dalam bentuk pelarian, segala sesuatu sudah ditakdirkan oleh Allah SWT. Dalam ilmu bahasa bentuk kata kerja salima dan salama digolongkan ke dalam istilah kata kerja intransitive atau fi'il lazim, yaitu kata kerja yang tidak mewajibkan adanya objek, sedangkan kata kerja aslama berbentuk transitive atau muta'adi yang memerlukan objek. Namun masalahnya adalah kata aslama terlanjur dipahami dalam bentuk objek personal-internalistik. (fi'il muta'ddi berasa lazim). Dengan demikian tidak heran jika umat Islam terperangkap dalam pemaknaan Islam yang sangat personal, individualistik, dan sekaligus sangat internalistik dalam pergerakannya sehingga ada kesan bahwa Islam, sebagai salah satu agama samawi yang secara substantif telah diturunkan sejak nabi Adam 'alaihissalam, diyakini sebagai agama pembawa kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan hanya bagi pemeluknya baik di dunia maupun di akhirat. Akibatnya, paling tidak, ada kesan bahwa umat Islam merasa terpuaskan ketika mereka sudah dapat memenuhi kebutuhan mereka akan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan sehingga melupakan peran-peran eksternal kemanusiaan lainnya. Pemahaman terhadap Islam yang selama ini berkembang di tengah-tengah masyarakat, misalnya di Indonesia, secara sosiologis melahirkan masyarakat Islam yang senyap, diam, stagnan dan pragmatis sehingga pada gilirannya mereka merasa terbebaskan dari tugas-tugas kekhalifahan dalam konteks sosial kemasyarakatannya, yaitu turut serta membuat orang lain juga bisa mendapatkan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan (Islam Transitif). Islam Transitif secara kebahasaan berangkat dari kata sallama yang secara luas berarti membuat orang lain agar bisa mendapatkan keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan. Sebuah gagasan yang digunakan untuk memahami Islam sebagai agama yang mengajarkan umatnya untuk bergerak keluar dari lingkaran individual menuju hamparan
Li h a t, Al fr ed Nor th Wh i t eh ea d, R e li gi on i n t he Mak i ng, (Ne w Yor k: Ne w Am er... more Li h a t, Al fr ed Nor th Wh i t eh ea d, R e li gi on i n t he Mak i ng, (Ne w Yor k: Ne w Am er i ca n Li br ar y, 1974), h lm. 57, seba ga i m an a di kut i p Am i n Abdul l ah, da la m, St udi A gama Normat i vi t as at au Hi st ori si t as, (Yog ya ka r t a : Pust a ka Pel a ja r, 1999), h lm. 14. 4 Ba n din gkan , Ha si l Pen el it i an Moh am m a d Ya h ya , Isl ami c Fundame nt al i sm: A Soci ol ogic al St udy of t he I mpac t of Mode rnit y and Urban Li f e among Musl i m Urbani t i e s i n t he Phil i ppi ne s , (Mal an g: UI N Ma l i ki Pr ess, 2010).
Transnational Fatwas on Jihad in Indonesia. Fatwa has an important stake in Islamic legal develop... more Transnational Fatwas on Jihad in Indonesia. Fatwa has an important stake in Islamic legal development. Its presence is able to provide influences on person’s religious attitude and behaviour. Although fatwa is a product of ijtihad, it’s still considered as a rule which should be obeyed especially if it is pronounced by a great scholar or authorised body which has wide influence over the community. This paper will study thoroughly the transnational fatwas on jihad which had influenced people’s religious attitude and behavior of many Indonesian Muslims. Fatwas on jihad motivated Indonesian Muslims to carry out violence towards non Muslims. The disturbance on religion became one of the reasons of violent actions towards them.DOI: 10.15408/ajis.v14i1.1238
Essentially, both revealed religions and religions stemming from human thought (earth religions) ... more Essentially, both revealed religions and religions stemming from human thought (earth religions) aim to give a good way and regularity for humans in performing their functions as caliph. However, instead of becoming a way of life, some people sometimes deem religions as one of inhibiting factors of development both individually and communally. This view is not a result of a priori attitude towards the existence of religions and its implication on life dynamics, but they empirically perceive that religions are often used as a tool to prevent innovation and improvement of human reason.
Salah satu realitas yang menonjol dari fenomena kebangkitan beragama adalah menguatnya gerakan ke... more Salah satu realitas yang menonjol dari fenomena kebangkitan beragama adalah menguatnya gerakan keagamaan yang mempunyai karakter fundamental-radikal yang mengusung symbol-simbol militansi agama. Dalam beberapa tahun belakangan, gerakan keagamaan yang bersifat radikal tersebut juga telah menjadi fenomena penting yang turut mewarnai citra Islam kontemporer Indonesia. Artikel ini coba mendeskripsikan hal tersebut dengan mengungkap factor-faktor pemicu munculnya gerakan radikalisme di Indonesia. Melalui analisis kritisnya, penulis artikel ini coba menawarkan konsep Islam Transitif sebgai solusi.
Salah satu karakter khusus tasyri al islami adalah bersifat teologis yang dalam formulasinya tida... more Salah satu karakter khusus tasyri al islami adalah bersifat teologis yang dalam formulasinya tidak hanya mengedepankan nilai-nilai profane tetapi juga transcedental. yaitu tidak hanya melahirkan keteraturan dan kedamaian dunia, tetapi juga menjanjikan kebahagiaan di akhirat yang juga sekaligus manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah kepad semua makhluknya khususnya kepada mereka yang mau menundukkan diri dihadapan aturan-Nya.
'urf is something that has been fixed (consistent) in the soul, recognized and accepted by the in... more 'urf is something that has been fixed (consistent) in the soul, recognized and accepted by the intellect, and it is an argument and easy to understand. Likewise, the customary notion is something (habit) continued to be done by humans under the laws of human reason and keep repeating. 'Urf has been entrenched, provisions which are made repeatedly and received by logic in accordance with nature and a healthy mind. 'Urf is a the manner of the common people or communities. 'Urf in Islamic legal theory (ushul fiqh) gives meaning to the many roles and dynamics of Islamic law. Therefore, the effect of the existence of 'urf against the establishment of Islamic law should be understood as a knife analysis to understand nash, also in the context of the application tanfiz.
The movement of thought in Islamic Law is continuously developing in line with the development of... more The movement of thought in Islamic Law is continuously developing in line with the development of human reason. That is why there is no space to authorize and legitimate the classical ideas and traditional of Islamic schools of law that some times covered by syncretic traditions while the ideas starting intermingled with the existed local cultures of a nation. The danger is while the traditional Islam forces the authoritarianism of the application of the ideas in the contemporary time. Jaringan Islam Liberal (Islam Liberal Network), in Indonesia, tries to promote a new paradigm of understanding of Islamic sources purely based on rational and sociological perspectives. Though they are dreaming of making liberal Islam as a school for Muslims, in its development, Jaringan Islam Liberal is only a discourse in which its function does not have any significant influence on the majority of the Indonesian Muslims. Instead, it has caused rejection and hatred. Actually, the case is not because...
Salah satu tujuan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan adalah agar orang-orang yang melaksanakan ib... more Salah satu tujuan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan adalah agar orang-orang yang melaksanakan ibadah puasa tersebut dapat menjadi orang-orang yang bertaqwa (surah al-Baqarah ayat 183), yaitu orang yang menjalankan segala perintah Allah dan sekaligus menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Dalam realitas sosial umat Islam, pemaknaan taqwa sebagai sebuah kepatuhan kepada Allah baik dalam konteks menjalankan perintah atau meningalkan larangan-Nya terlanjur jamak difahami sebagai kepatuhan yang bersifat vertikal dalam konteks ibadah mahdhah, yaitu ibadah yang perintahnya langsung dideklarasikan oleh Allah melalui ayat-ayat al-Quran maupun oleh rasul-Nya Muhammad saw melalui hadis-hadisnya yang mulia. Oleh karena itu ketika perkataan taqwa disebutkan maka secara otomatis tergambar sebuah nilai "keshalehan" yang dalam kehidupan masyarakat biasa ditampilkan dalam aktivitas seseorang yang rajin beribadah, seperti menegakkan shalat, berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat, serta, menyempurnakan keislamannya dengan, melaksanakan ibadah haji, dan sekaligus menjauhi sesuatu yang dilarang yang biasa disebut "maksiat", sebuah perbuatan tercela sekaligus berdosa, yang dimensinya lebih pada upaya menghindarkan ketercelaan personal dalam kehidupan sosial, seperti menghindarkan diri dari tindakan-tindakan asusila, miras, judi dan narkoba yang secara umum dibenci oleh masyarakat, khususnya di negara-negara yang masih mengedepankan nilai-nilai sosial moral keagamaan, seperti Indonesia. Pemaknaan taqwa seperti ini kelihatan jelas sebagai sebuah pemaknaan yang berdimensi sangat personal yang berujung pada penyempitan makna taqwa sehingga tidak begitu banyak menyentuh realitas interkasi sosial struktural, terlebih lagi jika ukuran ketaqwaan dikaitkan dengan tatanan dan komitmen hubungan struktur sosial bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, dalam maknanya yang lebih luas bertaqwa dapat diartikan sebagai sebuah kesadaran penuh untuk mengikat diri dalam berkomitmen atau memegang teguh perjanjian baik dalam konteks perjanjian yang bersifat ilahiyah (ketuhanan) maupun perjanjian yang bersifat insaniyah (kemanusiaan). Perjanjian atau komitmen yang bersifat ilahiyah ini sesungguhnya telah diminta oleh Allah jauh sejak masa manusia berada di alam ruh (biasa disebut alam azaly) ketika Allah meminta komitmen manusia terhadap kekuasaan-Nya sebagai Tuhan, dan mereka secara bulat memberikan komitmen (beranji) tidak hanya mengakui eksistensi-Nya tetapi juga menyatakan ketundukan dan kepatuhan secara total terhadap segala akibat dari komitmen (perjanjian) ber-Tuhan kepada-Nya, Allah SWT. (al-'A'raf ayat 172). Bagi mereka yang beriman dalam realitas kekinian dan punya kesadaran penuh bahwa mereka terikat dengan ikatan janji suci ketuhanan maka sudah dapat dipastikan mereka akan merasa senang untuk beribadah, dalam hal ini menghambakan diri, kepada Allah SWT, termasuk merasa senang melaksanakan ibidah puasa dan amalan-amalan sunnah lainnya di bulan Ramadhan ini. Kesadaran berkomitmen memenuhi akibat pengakuan (janji) kepada Tuhan sesungguhnya menjadi sesuatu yang natural (alamiah) dalam setiap diri manusia karena disamping Tuhan sendiri yang meminta komitmen tersebut, Tuhan juga menjanjikan kebahagiaan kepada mereka yang menundukkan diri dengan segala kepatuhan untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Demikian pula halnya dalam realitas sosio kultural, manusia hampir setiap harinya selalu membuat dan mengikatkan diri dengan berbagai janji, sesuai dengan ungkapan di dalam Mazhab Islam Transitif bahwa manusia adalah makhluk yang suka berbuat janji walaupun terkadang
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang nilai, yang bisa juga disebut sebagai t... more Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang nilai, yang bisa juga disebut sebagai teori nilai (the theory of value), sebagaimana dikatakan oleh Suriasumantri, sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu yang terukur akan kebermanfaatannya. Ketika berbicara tentang Islam sebagai sebuah agama yang secara ontologis sebagai sebuah konsep ajaran tentang hukum dasar kehidupan dalam dua dimensi besar yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat, dan secara epistemologis merujuk pada Alquran dan Hadis sebagai sumber utama, yang di dalam ilmu Ushul al-Fiqh disebut dengan mashadir al-ahkam. Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana aktivasi Islam dari perspektif aksiologis dalam memainkan dinamika dan dialektika kehidupan ini. Jawabannya tentu sangat beragam. Namun, salah satu realitas aksiologisnya terindikasi bahwa aktivasi Islam hingga saat ini masih lebih banyak pada lingkaran personal dan sekaligus internal. Salah satu sebabnya adalah bahwa selama ini pemaknaan Islam secara etimologis (kebahasaan) sering merujuk bentuk katanya yang bersifat lazim (intransitive) seperti kata kerja salima, salama, dan paling tinggi berhenti pada kata aslama yang artinya adalah selamat, sejahtera, damai, dan berserah diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang banyak dipahami oleh para ulama dan cendekiawan Islam, termasuk di Indonesia, misalnya Nurcholis Madjid yang menyatakan bahwa makna hakikat Islam adalah berserah diri secara total kepada kehendak Allah SWT. Jika kalimat ini difahami secara parsial maka pemaknaan ini bisa menjurus kepada pemikiran jabariah, yaitu model berfikir yang mengungkung diri, dan terkadang dengan mudah menyerahkan, biasanya dalam bentuk pelarian, segala sesuatu sudah ditakdirkan oleh Allah SWT. Dalam ilmu bahasa bentuk kata kerja salima dan salama digolongkan ke dalam istilah kata kerja intransitive atau fi'il lazim, yaitu kata kerja yang tidak mewajibkan adanya objek, sedangkan kata kerja aslama berbentuk transitive atau muta'adi yang memerlukan objek. Namun masalahnya adalah kata aslama terlanjur dipahami dalam bentuk objek personal-internalistik. (fi'il muta'ddi berasa lazim). Dengan demikian tidak heran jika umat Islam terperangkap dalam pemaknaan Islam yang sangat personal, individualistik, dan sekaligus sangat internalistik dalam pergerakannya sehingga ada kesan bahwa Islam, sebagai salah satu agama samawi yang secara substantif telah diturunkan sejak nabi Adam 'alaihissalam, diyakini sebagai agama pembawa kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan hanya bagi pemeluknya baik di dunia maupun di akhirat. Akibatnya, paling tidak, ada kesan bahwa umat Islam merasa terpuaskan ketika mereka sudah dapat memenuhi kebutuhan mereka akan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan sehingga melupakan peran-peran eksternal kemanusiaan lainnya. Pemahaman terhadap Islam yang selama ini berkembang di tengah-tengah masyarakat, misalnya di Indonesia, secara sosiologis melahirkan masyarakat Islam yang senyap, diam, stagnan dan pragmatis sehingga pada gilirannya mereka merasa terbebaskan dari tugas-tugas kekhalifahan dalam konteks sosial kemasyarakatannya, yaitu turut serta membuat orang lain juga bisa mendapatkan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan (Islam Transitif). Islam Transitif secara kebahasaan berangkat dari kata sallama yang secara luas berarti membuat orang lain agar bisa mendapatkan keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan. Sebuah gagasan yang digunakan untuk memahami Islam sebagai agama yang mengajarkan umatnya untuk bergerak keluar dari lingkaran individual menuju hamparan
Li h a t, Al fr ed Nor th Wh i t eh ea d, R e li gi on i n t he Mak i ng, (Ne w Yor k: Ne w Am er... more Li h a t, Al fr ed Nor th Wh i t eh ea d, R e li gi on i n t he Mak i ng, (Ne w Yor k: Ne w Am er i ca n Li br ar y, 1974), h lm. 57, seba ga i m an a di kut i p Am i n Abdul l ah, da la m, St udi A gama Normat i vi t as at au Hi st ori si t as, (Yog ya ka r t a : Pust a ka Pel a ja r, 1999), h lm. 14. 4 Ba n din gkan , Ha si l Pen el it i an Moh am m a d Ya h ya , Isl ami c Fundame nt al i sm: A Soci ol ogic al St udy of t he I mpac t of Mode rnit y and Urban Li f e among Musl i m Urbani t i e s i n t he Phil i ppi ne s , (Mal an g: UI N Ma l i ki Pr ess, 2010).
Transnational Fatwas on Jihad in Indonesia. Fatwa has an important stake in Islamic legal develop... more Transnational Fatwas on Jihad in Indonesia. Fatwa has an important stake in Islamic legal development. Its presence is able to provide influences on person’s religious attitude and behaviour. Although fatwa is a product of ijtihad, it’s still considered as a rule which should be obeyed especially if it is pronounced by a great scholar or authorised body which has wide influence over the community. This paper will study thoroughly the transnational fatwas on jihad which had influenced people’s religious attitude and behavior of many Indonesian Muslims. Fatwas on jihad motivated Indonesian Muslims to carry out violence towards non Muslims. The disturbance on religion became one of the reasons of violent actions towards them.DOI: 10.15408/ajis.v14i1.1238
Essentially, both revealed religions and religions stemming from human thought (earth religions) ... more Essentially, both revealed religions and religions stemming from human thought (earth religions) aim to give a good way and regularity for humans in performing their functions as caliph. However, instead of becoming a way of life, some people sometimes deem religions as one of inhibiting factors of development both individually and communally. This view is not a result of a priori attitude towards the existence of religions and its implication on life dynamics, but they empirically perceive that religions are often used as a tool to prevent innovation and improvement of human reason.
Salah satu realitas yang menonjol dari fenomena kebangkitan beragama adalah menguatnya gerakan ke... more Salah satu realitas yang menonjol dari fenomena kebangkitan beragama adalah menguatnya gerakan keagamaan yang mempunyai karakter fundamental-radikal yang mengusung symbol-simbol militansi agama. Dalam beberapa tahun belakangan, gerakan keagamaan yang bersifat radikal tersebut juga telah menjadi fenomena penting yang turut mewarnai citra Islam kontemporer Indonesia. Artikel ini coba mendeskripsikan hal tersebut dengan mengungkap factor-faktor pemicu munculnya gerakan radikalisme di Indonesia. Melalui analisis kritisnya, penulis artikel ini coba menawarkan konsep Islam Transitif sebgai solusi.
Salah satu karakter khusus tasyri al islami adalah bersifat teologis yang dalam formulasinya tida... more Salah satu karakter khusus tasyri al islami adalah bersifat teologis yang dalam formulasinya tidak hanya mengedepankan nilai-nilai profane tetapi juga transcedental. yaitu tidak hanya melahirkan keteraturan dan kedamaian dunia, tetapi juga menjanjikan kebahagiaan di akhirat yang juga sekaligus manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah kepad semua makhluknya khususnya kepada mereka yang mau menundukkan diri dihadapan aturan-Nya.
'urf is something that has been fixed (consistent) in the soul, recognized and accepted by the in... more 'urf is something that has been fixed (consistent) in the soul, recognized and accepted by the intellect, and it is an argument and easy to understand. Likewise, the customary notion is something (habit) continued to be done by humans under the laws of human reason and keep repeating. 'Urf has been entrenched, provisions which are made repeatedly and received by logic in accordance with nature and a healthy mind. 'Urf is a the manner of the common people or communities. 'Urf in Islamic legal theory (ushul fiqh) gives meaning to the many roles and dynamics of Islamic law. Therefore, the effect of the existence of 'urf against the establishment of Islamic law should be understood as a knife analysis to understand nash, also in the context of the application tanfiz.
The movement of thought in Islamic Law is continuously developing in line with the development of... more The movement of thought in Islamic Law is continuously developing in line with the development of human reason. That is why there is no space to authorize and legitimate the classical ideas and traditional of Islamic schools of law that some times covered by syncretic traditions while the ideas starting intermingled with the existed local cultures of a nation. The danger is while the traditional Islam forces the authoritarianism of the application of the ideas in the contemporary time. Jaringan Islam Liberal (Islam Liberal Network), in Indonesia, tries to promote a new paradigm of understanding of Islamic sources purely based on rational and sociological perspectives. Though they are dreaming of making liberal Islam as a school for Muslims, in its development, Jaringan Islam Liberal is only a discourse in which its function does not have any significant influence on the majority of the Indonesian Muslims. Instead, it has caused rejection and hatred. Actually, the case is not because...
First, so that there are alternative interpretations, thoughts or opinions about the verses of th... more First, so that there are alternative interpretations, thoughts or opinions about the verses of the Qur'an for academics, intellectuals, community policy makers so that they do not just stop at the books of interpretation that already exist. Second, to provide an understanding to the public that the interpretation of the verses of the Qur'an must develop based on the latest social realities so that contemporary problems can be properly resolved in the socio-cultural plurality of human civilization. Third, to maximize the socio-scientific ideas of the Qur'anic verses in finding various concepts of scientific productivity concepts to answer and find solutions to new challenges for the industrial revolution. Fourth, grounding or concretizing the verses of the Qur'an which have been interpreted abstractly so that they can be measured empirically. Fifth, avoiding the emergence of a rigid and narrow understanding that usually results in closed views, single truth claims and ideological arrogance. Sixth, raise academic courage to get out of scientific authoritarianism that has been established for centuries. To find a broader and deeper answer, Immediately have the book Tafsir al-Wasi '.
disebut menjadi dakwah al-Islam. Dari sudut terminology terdapat beberapa pengertian, sebagaimana... more disebut menjadi dakwah al-Islam. Dari sudut terminology terdapat beberapa pengertian, sebagaimana yang disebutkan oleh Ra'uf Shalabi sebagai sebuah usaha mengubah keadaan masyarakat menuju keadaan yang lebih baik di dunia dan akhirat.2 Terminologi lain adalah merupakan upaya mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk serta menyuruh manusia berbuat baik dan mencegah berbuat munkar demi tercapainya kebahagian dunia dan akhirat.3 Dari kedua terminology ini paling tidak dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan upaya aktif yang dilakukan oleh para dara da'i dalam rangka membentuk "pola pikir" dan prilaku umat Islam kearah yang "produktif" demi kesejahteraan dan kebahagiaan. B. Metode Dakwah Keberhasilan dakwah tidak dapat dilepaskan dari strategi dan langkah-langkah kongrit yang dilakukan oleh para da'i. Mengacu kepada strategi yang dilakukan Rasulullah paling tidak ada 6 langkah konkrit yaitu: membangun kepribadian yang menarik, menunjukkan keteladanan, dekat dengan masyarakat, memahami karakteristik sasaran dakwah, menerapkan metode komunikasi yang efektif dan pendelegasian wewenang.4 Strategi ini barangkali merupakan penjabaran dari ayat 159 dari surah Ali 'Imran, yang berbunyi: ﺣﻮﻟﻚ ﻣﻦ ﻷﻧﻔﻀﻮا اﻟﻘﻠﺐ ﻏﻠﻴﻆ ﻓﻆ ﻛﻨﺖ وﻟﻮ ﻟﻬﻢ ﻟﻨﺖ اﻟﻠﻪ ﻣﻦ رﺣﻤﺔ ﻓﺒﻤﺎ
Menuju Muslim Paripurna ini adalah sebuah buku tentang petunjuk-petunjuk dasar bagaimana cara men... more Menuju Muslim Paripurna ini adalah sebuah buku tentang petunjuk-petunjuk dasar bagaimana cara menjadi seorang Muslim yang shaleh, berpengetahuan, berwawasan terbuka, dan mempunyai kejernihan berfikir dalam beragama, yang disebut oleh Penulis sebagai Muslim paripurna.
This book is not only talks about tafsir, but also the method and approach of tafsir based on col... more This book is not only talks about tafsir, but also the method and approach of tafsir based on collaborative approach.
Islam Transitif fokus pada Gerakan Total Produksi Dalam Upaya Membangun Peradaban Untuk Umat Manu... more Islam Transitif fokus pada Gerakan Total Produksi Dalam Upaya Membangun Peradaban Untuk Umat Manusia Yang Rahmatan Lil Alamin.
Uploads
Papers by Ansari Yamamah