Papers by Bramantio Bramantio
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap puitika empat cerpen Eka Kurniawan dalam kumpul... more Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap puitika empat cerpen Eka Kurniawan dalam kumpulan cerpen Gelak Sedih dan Cerita-Cerita Lainnya dan Cinta Tak Ada Mati dan Cerita-Cerita Lainnya. Puitika merupakan kaidah-kaidah umum yang mendahului kelahiran karya sastra. Penelitian ini memanfaatkan metode baca struktural berdasarkan morfologi Vladimir Propp, khususnya konsepnya tentang fungsi yaitu unsur yang stabil dan tetap dalam sebuah cerita, tanpa memperhitungkan bagaimana dan siapa yang melaksanakannya. Keserupaan unsur-unsur yang ada dalam sebuah kumpulan cerpen pun, dapat memiliki kecenderungan demikian, sebab sama halnya dengan dongeng atau cerita rakyat, cerpen memiliki plot yang berfungsi menghadirkan unsur-unsur secara berurutan, meskipun jenis yang terakhir tersebut memiliki struktur yang lebih kompleks. Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu identifikasi alur dan perumusan puitika keempat cerpen Eka Kurniawan. Hasil penelitian ini memperlihatkan sembilan hal yang ...
ATAVISME, 2015
Artikel ini bertujuan untuk mengungkap kritik atas modernitas dalam novel Bilangan Fu karya Ayu U... more Artikel ini bertujuan untuk mengungkap kritik atas modernitas dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami. Dengan memanfaatkan naratologi Tzvetan Todorov, dapat dipahami aspek verbal Bilangan Fu, yaitu sudut pandang, pencerita, dan tuturannya. Berdasarkan penceritaannya, novel ini merupakan novel polifonik, karnivalistik, sekaligus metafiksi. Berdasarkan kontennya, novel ini menghadirkan sejumlah kritik atas modernitas, khususnya berkaitan dengan semangat modernitas yang cenderung melihat segala sesuatu secara monodimensional, hanya ada satu kebenaran, dan liyan diabaikan. Bilangan Fu merupakan novel yang merefleksikan zamannya. Novel ini berhasil menyegarkan cara pandang masyarakat Indonesia, atau setidaknya menghadirkan sesuatu untuk dipikirkan dan dipertimbangkan kembali, berkaitan dengan diri, lingkungan, dan semesta raya. Novel ini mengembalikan manusia ke hakikatnya, yaitu kemanusiaan. : This article aims to reveal criticism on modernity in Ayu Utami’s novel Bilangan Fu. Tzvetan T...
Journal of Indonesian Islam, 2018
Literary work is a product of social class which is used to express the worldview. The social cla... more Literary work is a product of social class which is used to express the worldview. The social class action or idea described in literary work is the interpretation of the author. This study investigated the work of Arafat Nur Seumpama Matahari which is from the journal of a former combatant of the Free Aceh Movement named Thayeb Loh Angen. The objective of the study was to capture the moderate Islamic social class ideas or aspirations using Lucien Goldmann’s theory of genetic-structuralism. The results showed that the author represents an averageIslamic social class to express the worldview of nationalist-humanist and humanist-religious. In other words, moderate Islamic social level or non-violent Islam did not agree with the emergence of radical Islamic social groups in Indonesia. It is because the militant Islamic social groups contradicted to the concept of Nawa Cita as stated in the national principle of the Republic of Indonesia, Pancasila . Therefore, the combatants of the Fre...
Artikel ini bertujuan mengungkap makna keluarga melalui sudut pandang tokoh anak dalam novel Di T... more Artikel ini bertujuan mengungkap makna keluarga melalui sudut pandang tokoh anak dalam novel Di Tanah Lada kartya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Penelitian ini memanfaatkan teori struktural Tzvetan Todorov yang memuat tiga pokok pemikiran, yaitu aspek verbal, sintaksis, dan semantik. Untuk mengungkap makna keluarga yang terdapat dalam struktur novel ini, analisis berfokus pada salah satu aspek verbal, yaitu sudut pandang. Melalui analisis terhadap sudut pandang tersebut, dapat diungkap pandangan Salva mengenai tokoh-tokoh lain dan keluarga. Analisis dilanjutkan dengan mengungkap makna keluarga dalam novel Di Tanah Lada . Berdasarkan hasil penelitian ini, novel ini merupakan kritik atas kehidupan orang-orang dewasa yang terlalu sibuk mengejar kebahagiaan dan mengabaikan keluarga kecil mereka. Sesuai judulnya, Di Tanah Lada adalah keluarga yang bukan terberi, melainkan terbentuk oleh hubungan antartokoh yang bahkan pada awalnya tidak saling mengenal. Dengan demikian, keluarga bukan l...
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap puitika empat cerpen Eka Kurniawan dalam kumpul... more Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap puitika empat cerpen Eka Kurniawan dalam kumpulan cerpen Gelak Sedih dan Cerita-Cerita Lainnya dan Cinta Tak Ada Mati dan Cerita-Cerita Lainnya. Puitika merupakan kaidah-kaidah umum yang mendahului kelahiran karya sastra. Penelitian ini memanfaatkan metode baca struktural berdasarkan morfologi Vladimir Propp, khususnya konsepnya tentang fungsi yaitu unsur yang stabil dan tetap dalam sebuah cerita, tanpa memperhitungkan bagaimana dan siapa yang melaksanakannya. Keserupaan unsur-unsur yang ada dalam sebuah kumpulan cerpen pun, dapat memiliki kecenderungan demikian, sebab sama halnya dengan dongeng atau cerita rakyat, cerpen memiliki plot yang berfungsi menghadirkan unsur-unsur secara berurutan, meskipun jenis yang terakhir tersebut memiliki struktur yang lebih kompleks. Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu identifikasi alur dan perumusan puitika keempat cerpen Eka Kurniawan. Hasil penelitian ini memperlihatkan sembilan hal yang senantiasa berulang pada cerpen-cerpen tersebut, yaitu perempuan sebagai tokoh sentral, konflik atau klimaks di awal penceritaan, penjelasan tentang masa lalu di tengah penceritaan, keluarga sebagai ruang problematis, cerita cinta, dominasi bapak, suami yang tidak diharapkan, harapan yang diperjuangkan, dan akhir cerita yang mendua. Hal tersebut pada akhirnya dapat dimaknai Eka Kurniawan tampak mengusung estetika dongeng. Estetika dongeng yang dimanfaatkan Eka Kurniawan pun bukan yang bersifat konvensional, tetapi dongeng yang tidak lagi memperlihatkan hitam-putih, melainkan bipolaritas, dengan akhir cerita yang bersifat terbuka. Kata kunci: alur, cerpen, puitika, dongeng
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra
Mozaik: Jurnal Kebudayaan dan Kemasyarakatan, 2005
BAPAK, KEMATIAN, IMAN: PUITIKA CERPEN--CERPEN FRANSISCA DEWI RIA UTARI Bramantio Prolog Nama Fran... more BAPAK, KEMATIAN, IMAN: PUITIKA CERPEN--CERPEN FRANSISCA DEWI RIA UTARI Bramantio Prolog Nama Fransisca Dewi Ria Utari saya kenal pertama kali ketika cerpennya "Sinai" dimuat di harian Kompas pada tahun 2007. Cerpen yang menghadirkan tokoh bernama Sinai dan berlatar gemerlap kehidupan malam New York tersebut di kemudian hari terpilih sebagai salah satu dari dua puluh cerpen Indonesia terbaik tahun 2008 versi Anugerah Sastra Pena Kencana.
Mozaik, 2008
Barbie tidak lagi menjadi monopoli sekaligus realisasi mini impian anak--anak. Kesan itulah yang ... more Barbie tidak lagi menjadi monopoli sekaligus realisasi mini impian anak--anak. Kesan itulah yang saya peroleh ketika membaca tiga cerpen Indonesia. Sosok Barbie ternyata muncul menjadi sesuatu yang menarik dan berperan sebagai katalisator yang membangun struktur cerita dan dunia fiktif. Hal itu, diakui atau tidak, tentu memiliki relasi dengan konteks pemikiran yang melingkupi ruang dan waktu kemunculan karya. Ketiga cerpen yang saya maksud adalah "Barbie" karya Clara Ng (pernah dimuat di Koran Tempo, Minggu, 9 September 2007, dan diterbitkan kembali dalam buku kumpulan cerpen Malaikat Jatuh dan Cerita--cerita Lainnya pada 2008), "Bercinta dengan Barbie" karya Eka Kurniawan (dalam buku kumpulan cerpen Gelak Sedih dan Cerita--cerita Lainnya, 2005), dan "Barbie dan Monik" karya Teguh Winarsho (pernah dimuat di Kompas, Minggu, 17 Oktober 2004). Saya menganggap ketiga cerpen ini menarik untuk dibaca kembali karena ketiganya memiliki struktur penceritaan yang berbeda dalam menghadirkan Barbie, dua di antaranya berada di dalam arena fantastik. Sebagai konsekuensinya, ketiga cerpen ini bisa saja menghadirkan asumsi memiliki pandangannya masing--masing dalam menyikapi Barbie.
Hati Nurani Manusia. Kali pertama saya membaca judul novel Idrus ini, sejumlah hal meletup-letup ... more Hati Nurani Manusia. Kali pertama saya membaca judul novel Idrus ini, sejumlah hal meletup-letup untuk kemudian sedikit demi sedikit bersengkarut di dalam pikiran saya. Pertanyaan-pertanyaan tentang yang akan saya temui di dalam novel ini muncul satu demi satu disertai dengan jawaban yang tentu saja masih dalam tataran kemungkinan. Betapa pun saya berusaha mencegah, hal semacam ini senantiasa mengawali pembacaan saya atas baik sastra maupun hal lain. Dalam kerangka pemikiran Hans Robert Jauss, yang terjadi pada saya adalah pembentukan cakrawala harapan, asumsi--asumsi yang muncul prapembacaan. Cakrawala yang secara sederhana dipahami sebagai garis pertemuan Bumi dan langit yang dalam realitasnya berada di antara ada dan tiada serta terus--menerus mengalami pergeseran sesuai posisi pemandang juga menjadi prinsip cakrawala harapan yang berubah seiring pengalaman pembacaan. Pengalaman pembacaan saya selama ini membentuk asumsi bahwa novel ini berdasarkan judulnya setidaknya akan berisi petuah--petuah, problematik sosial, manusia-manusia yang terpuruk, dan mungkin ditambah nuansa religius. Sampul belakang novel ini pun ternyata menghadirkan hal senada dengan asumsi saya bahwa novel ini "melukiskan kekalutan jiwa manusia yang terjatuh ke dalam lembah kenistaan: korupsi dan kebobrokan moral; seorang ayah hendak mencemarkan kehormatan tunangan anaknya, sedangkan anak itu mencemarkan adik ibu tirinya; manusia seakan--akan kehilangan hati nuraninya." Sebuah deskripsi yang menjerumuskan calon pembaca untuk terlalu dini menarik simpulan. Saya pun sempat berpikir akan menjumpai kalimat--kalimat yang tersusun sedemikian rupa seolah taman yang saking sesaknya dengan aneka bunga, warna, dan aroma justru memuakkan. Hanya saja, yang saya dapati setelah membaca halaman--halaman perdana novel ini adalah sebuah jarak estetik, jarak antara cakrawala harapan dengan karya, yang dapat dikatakan cukup jauh sehingga mendatangkan gelitik yang mengusik sekaligus menyegarkan.
Dari Zaman Citra ke Metafiksi, 2010
DALAM SUPERNOVA: AKAR Bramantio Prolog Pada akhir 2002 dunia sastra Indonesia menjadi riuh dengan... more DALAM SUPERNOVA: AKAR Bramantio Prolog Pada akhir 2002 dunia sastra Indonesia menjadi riuh dengan munculnya novel Supernova: Akar karya Dee. Satu tahun sebelumnya Dee juga sempat menimbulkan kehebohan dengan menerbitkan novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Hanya saja, berbeda dengan efek yang ditimbulkan oleh novel Supernova episode perdana yang dianggap menawarkan estetika baru dalam dunia sastra Indonesia dengan memasukkan unsur science, Supernova: Akar mendatangkan kontroversi. Kontroversi tersebut berawal dari keberatan yang diajukan Forum Intelektual Muda Hindu Dharma (FIMHD) berkaitan dengan pemakaian Omkara di dalam sebuah buku yang dianggap sama sekali tidak berkaitan dengan agama Hindu. 1 Lebih lanjut, mereka menganggap tidak ada relevansi antara Supernova: Akar dan Omkara. Mereka juga mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman yang mungkin bisa muncul berkaitan dengan hal tersebut dan dampaknya dalam skala luas. 2 Apabila dicermati, segala bentuk keberatan tersebut seolah tampak sebatas pada sampul depan Supernova: Akar. Maksud saya, meskipun pihak yang keberatan telah mengajukan berbagai alasan, hal tersebut tidak disertai dengan rujukan pada teks novel itu sendiri. Akibatnya, yang mereka anggap sebagai ketidakrelevanan antara Supernova: Akar dan Omkara pun menjadi kabur dan benar--benar menutup peluang diskusi lebih jauh. 3 Lalu, benarkah tidak ada relevansi antara Supernova: Akar dan Omkara? Dalam kerangka multikulturalisme, fenomena tersebut adalah sejenis gegar budaya. Gegar budaya di sini tidak hanya dipahami sebagai benturan antara dua atau lebih kebudayaan dalam sebuah arena, tapi lebih pada benturan antara seni dan agama. 4 Ketika seorang seniman memakai simbol--simbol tertentu di dalam karyanya, dapat dipastikan bahwa mereka memiliki pertimbangan khusus, baik dari segi filosofi yang diusung oleh karya mereka maupun segi artistik, yang bertujuan mendukung keseluruhan karya mereka sebagai satu--kesatuan. Masalah pun muncul ketika pihak--pihak yang merasa menjadi pemilik sah simbol--simbol tersebut keberatan dan mengharuskan si seniman mencopotnya dari karya mereka. Karya yang bersangkutan pun, seandainya tetap melanjutkan eksistensinya, mungkin saja hidup dengan keadaan yang tidak seutuh sebelumnya. Hal itulah yang terjadi pada Supernova: Akar cetakan kedua dan selanjutnya; tidak ada lagi Omkara di sampul depannya, tidak ada pula simbol pengganti, yang ada hanya sebuah lubang bundar. 5 Berdasarkan uraian tersebut, makalah ini bertujuan untuk menggali tanda--tanda di dalam Supernova: Akar yang diasumsikan dapat mengarah pada penemuan relevansi antara teks ini secara keseluruhan dengan Omkara, serta makna Supernova: Akar. Bodhi, Pencarian Identitas, dan Hibriditas Supernova: Akar terdiri atas tiga bagian yang langsung menghubungkannya dengan rangkaian Keping dalam novel sebelumnya, yaitu Keping 34, 35, dan 36. Keping 34 dan 36 lebih berkedudukan sebagai jembatan antara novel ini dengan novel sebelumnya (Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh) dan selanjutnya (Supernova: Petir), sedangkan esensi novel ini terdapat pada Keping 35. Keping inilah yang sebenarnya menjadi titik permasalahan utama dalam kaitannya dengan simbol Omkara. Keping 35 dinarasikan oleh tokoh novel ini, yaitu Bodhi. Kata kunci dalam kehidupan Bodhi adalah pencarian diri, atau dapatlah dikatakan sebagai pencarian identitas. Sejak bagian awal Keping 35, tanda--tanda yang mengarahkan pembacaan pada tema pencarian identitas sudah tampak jelas. Keping 35 dibuka dengan ucapan salam dalam Islam oleh salah seorang teman kost "aku" kepada "aku," AS--SALAMU'ALAIKUM! TOLONG YANG DI KAMAR MANDI, MOHON DIPERCEPAT, ... Suara yang kukenal plus gedoran khas pintunya ... Selalu dibubuhi 'ass.wr.wb' seperti di awal surat atau pidato-demi sopan santun-bahkan pada pintu kamar mandi sekalipun. ... Wa'alaikumsalam, kusahut sapanya ... (hlm. 15) Hal tersebut menimbulkan tanda tanya ketika pembacaan berlanjut dan menyajikan fakta tekstual bahwa "aku" bernama Bodhi. Nama tersebut identik dengan Buddha, dan memang demikianlah adanya Bodhi yang dibesarkan di vihara. Dengan begitu, di sini penganut Buddha mengucap salam secara Islam. Hal tersebut bisa dibaca sebagai toleransi antaragama. Hanya saja, segalanya ternyata tidak sesederhana itu apabila pembacaan dilanjutkan pada bagian-bagian berikutnya. Tanda--tanda pencarian identitas pun terus--menerus muncul secara eksplisit di Keping 35 ini. Sebuah judul lagu grup ben U2, I Still Haven't Found What I'm Looking For (hlm. 17) mengantarkan Bodhi membuka kesadarannya mempertanyakan identitasnya,
Menjelang pergantian abad ke--20 menuju abad ke--21 dan beberapa tahun sesudahnya, dunia sastra I... more Menjelang pergantian abad ke--20 menuju abad ke--21 dan beberapa tahun sesudahnya, dunia sastra Indonesia terasa hidup. Beberapa karya sastra, dalam hal ini genre prosa, yang sebagian besar ditulis wajah--wajah baru, berhasil memberi warna tersendiri. Tema yang beragam, keberanian mengungkap hal--hal yang selama ini dianggap tabu, dan teknik penceritaan yang unik adalah beberapa hal yang menonjol di dalam karya--karya tersebut.
Masih segar di dalam ingatan saya, perjumpaan pertama saya dengan sastra modern belasan tahun yan... more Masih segar di dalam ingatan saya, perjumpaan pertama saya dengan sastra modern belasan tahun yang lalu. Pada suatu malam yang belum terlalu larut, ketika aroma matahari masih menggantung di udara yang mulai memberat oleh penurunan suhu meskipun hanya beberapa derajat, saya menerima sebuah buku dari orangtua saya.
Fiksi memiliki setidaknya dua metode dalam pembentukannya. Metode pertama: katakanlah seorang jur... more Fiksi memiliki setidaknya dua metode dalam pembentukannya. Metode pertama: katakanlah seorang jurugambar duduk di sebuah kursi beroda lengkap dengan sandaran punggung dan tangan di sebuah studio dengan sebatang pensil di satu tangan dan kertas gambar ditindih tangan yang lain di atas meja berpenerang lampu yang cahaya putihnya lebih putih dari susu. Dengan pensil itu ia bisa membentuk apa pun yang ada di pikirannya ke dalam kertas, menarik garis lurus untuk kemudian dibengkokkannya, membesarkan atau mengecilkan, memberi isi dan hidup berdasarkan pengalamannya mengindera tanpa harus menghadirkan secara langsung benda--benda yang akan digambarnya ke hadapannya. Ia memiliki kebebasan penuh dalam membentuk sebuah dunia yang diinginkannya. Ia bisa saja membiarkan dunianya tetap dalam monokromatik hitam, abu--abu, putih, atau melapisinya dengan warna--warni yang bisa jadi jauh berseberangan dengan warna--warni aslinya. Metode kedua: anggaplah seorang fotografer dengan kamera yang mungkin lengkap dengan penyangga kaki tiganya terpancang di sebuah titik di muka bumi. Ia sebelumnya telah memilih objek yang tepat yang sekiranya memiliki potensi untuk memuaskan hasratnya dalam menangkap momen, memerangkap benda--benda, dan mengabadikan kesementaraan dalam sebentuk materi bernama foto yang bisa jadi hanya berukuran tak lebih dari luas telapak tangan atau panjang kali lebar lapangan sepak bola.
Penceritaan. Kata itulah yang merealisasikan kata cerita. Cerita tidak akan sampai ke siapa pun p... more Penceritaan. Kata itulah yang merealisasikan kata cerita. Cerita tidak akan sampai ke siapa pun pembaca tanpa ada penceritaan, tanpa ada yang menceritakan, jurucerita yang mungkin luar biasa, mungkin biasa--biasa saja, atau begitu buruknya hingga membuat jenuh lalu mengantuk. Sebuah cerita yang sesungguhnya mengagumkan bisa jadi membosankan ketika diceritakan dengan bertele--tele, cara yang itu--itu saja, dan mengulang apa--apa yang telah usang. Gagasan--gagasan besar akan kehilangan artinya ketika sang empunya terlalu asyik dengan dirinya sendiri, terus--menerus menggali relung--relung pikirannya yang bercecabang jalin--menjalin serupa labirin gelap pekat tanpa setitik terang yang hanya ia yang tahu jalan keluarnya, mungkin juga masih ditambah dengan bahasa yang belepotan, sehingga gagal berkomunikasi dengan para mitra tuturnya. Sebaliknya, hal--hal sederhana menjadi istimewa, atau setidaknya menggugah, ketika diceritakan dengan sedemikian rupa, membawa udara yang meskipun tidak membawa kesegaran yang menyangat tetapi cukup untuk memasok kehidupan pembacaan. Segala yang remeh--temeh, yang tadinya dianggap tidak bermakna karena telah begitu tidak berjarak, bisa saja menjelma mencengangkan ketika jurucerita menghadirkannya dalam bentuk atau wadah yang tidak biasa.
Dari waktu ke waktu dunia sastra Indonesia memperlihatkan perkembangan ke arah yang bahkan tidak ... more Dari waktu ke waktu dunia sastra Indonesia memperlihatkan perkembangan ke arah yang bahkan tidak terbayangkan sebelumnya. Sejumlah karya yang muncul dalam satu dasawarsa terakhir mampu memberikan warna tersendiri dengan gayanya masing-masing. Di antara karya--karya tersebut, meskipun tidak dalam jumlah besar, makanan dan minuman (food and beverage), atau dengan kata lain kulinari, ternyata muncul menjadi sesuatu yang menarik dan berperan signifikan membangun struktur cerita dan dunia fiktif.
Dari Zaman Citra ke Metafiksi, 2010
Sihir Perempuan adalah buku kumpulan cerpen karya Intan Paramaditha yang secara keseluruhan berce... more Sihir Perempuan adalah buku kumpulan cerpen karya Intan Paramaditha yang secara keseluruhan bercerita tentang perempuan. Tema keperempuanan yang diangkat oleh kesebelas cerpen di dalam kumpulan ini tidak serta--merta menjadikannya terjebak di dalam lingkaran yang dibangun oleh karya--karya pengarang perempuan Indonesia mutakhir yang begitu gegap--gempita merayakan tubuh dan seksualitas perempuan.
Thesis Chapters by Bramantio Bramantio
Universitas Airlangga, 2005
Skripsi ini berjudul “Struktur Naratif, Intertekstualitas, dan Makna Novel Supernova: Ksatria, Pu... more Skripsi ini berjudul “Struktur Naratif, Intertekstualitas, dan Makna Novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh Karya Dee.” Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap struktur naratif Supernova, intertekstualitas paradoks kucing Schrődinger, efek kupu-kupu Lorenz, dan geometri fraktal dengan Supernova, dan makna Supernova. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang menekankan pada wilayah analisis isi (content analysis). Artinya, penelitian ini menitikberatkan pada objektivitas dan realitas, melakukan klasifikasi pada teks agar dapat mengidentifikasi unsur-unsur di dalam teks secara substansial dengan menggunakan data dan teori yang ada. Penelitian ini diawali dengan menganalisis struktur naratif Supernova dengan memanfaatkan teori naratif yang dikembangkan oleh Gerard Genette. Pada analisis tahap pertama ini dapat diketahui secara detail tata waktu (naratif, cerita, dan kausalitas), durasi, frekuensi, mood, suara, dan identifikasi tokoh-tokohnya. Hasil analisis tahap pertama tersebut dimanfaatkan untuk mendukung analisis tahap kedua, yaitu analisis intertekstualitas dengan memanfaatkan teori semiotika yang dikembangkan oleh Michael Riffaterre. Melalui analisis tahap kedua dapat ditemukan model dan matriks Supernova. Model Supernova adalah keterasingan, rekonstruksi eksistensi, penemuan jatidiri, kebebasan mengubah perspektif, kesadaran personal, kepedulian terhadap sesama, dan aktualisasi diri. Melalui ketujuh model tersebut dapat ditarik matriks Supernova, yaitu kesadaran personal orang-orang yang terasing. Berdasarkan analisis-analisis tersebut, makna Supernova dapat diungkap. Penemuan jatidiri, rekonstruksi eksistensi, dan kepedulian terhadap sesama merupakan hal-hal penting untuk dilakukan. Selama seseorang belum menemukan jatidirinya, kemungkinan besar ia adalah individu yang labil, mudah terpengaruh, dan tidak mampu menentukan pilihan yang harus ditempuhnya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Adakalanya kehidupan tidak berjalan seperti apa yang kita inginkan karena bagaimana pun kita tidak bisa terlepas dari takdir Tuhan sebagai sosok “dalang” yang sesungguhnya. Ketika hal itu terjadi, tidak jarang keputusasaanlah yang justru muncul dari dalam diri manusia. Di sinilah perlunya pemahaman terhadap konsep free-will, yaitu kebebasan mengubah perspektif. Alangkah lebih baik apabila seseorang yang mengalami kegagalan tidak berputus asa, tetapi melakukan introspeksi, melakukan rekonstruksi eksistensinya di dunia ini, dan mencoba menemukan sisi terang yang nantinya akan membawanya kembali bangkit mewujudkan apa yang selama ini diinginkannya.
Universitas Indonesia, 2008
Cala Ibi adalah novel yang menghadirkan masalah pembacaan atas dirinya kepada pembacanya. Fakta y... more Cala Ibi adalah novel yang menghadirkan masalah pembacaan atas dirinya kepada pembacanya. Fakta yang demikian pada dasarnya disebabkan oleh ketidakgramatikalan Cala Ibi yang terbentuk oleh piranti sastra yang dimilikinya. Berkaitan dengan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukan strategi pembacaan Cala Ibi. Dengan memanfaatkan naratologi yang dikembangkan Gerard Genette dan semiotika yang dikembangkan Michael Riffaterre, ketidakgramatikalan tersebut dapat dipahami dan diubah menjadi gramatikal. Lebih lanjut, dapat diketahui pula bahwa Cala Ibi menyediakan panduan pembacaan bagi pembacanya. Dengan kata lain, Cala Ibi adalah novel yang memiliki kesadaran atas dirinya sendiri atau bersifat metafiksi. Penerimaan atas metafora sebagai hal yang wajar, pembentukan cakrawala-harapan baru, dan keikhlasan mengikuti panduan Cala Ibi adalah tiga hal yang perlu dimiliki pembaca Cala Ibi. Dengan ketiga hal tersebut, pembaca dapat mengetahui bahwa kedua puluh empat bab Cala Ibi terdiri atas delapan bab bingkai-Maya dan enam belas bab bingkai-Maia yang membentuk garis-waktu kisah berupa angka delapan tanpa awal dan akhir. Pembaca pun pada akhirnya memahami bahwa memaknai Cala Ibi berarti memahami gagasan-gagasan utamanya tanpa harus keluar dari teks. Dalam skala yang lebih luas, Cala Ibi menghadirkan pemahaman sekaligus mengajak pembacanya untuk kembali kepada teks. Teks selalu memiliki kekuatannya sendiri dalam mengarahkan pembacaan atas dirinya, dan pembaca harus berkompromi dengan hal itu apabila ingin mendapatkan pemahaman yang tepat atas teks tersebut. Dengan demikian, teks harus dibaca secara utuh sebagai kesatuan.
Uploads
Papers by Bramantio Bramantio
Thesis Chapters by Bramantio Bramantio